Anda di halaman 1dari 31

Comment on 5 articles

Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan nilai tugas Matakuliah Teori Akuntansi
Dosen : Bapak Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap, MSAc., SE., BSc., Akuntan

Disusun oleh:
Ahmad Anshari
(123100002)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2010
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
ARTIKEL 1...........................................................................................................................1
a. Teori Ekonomi.....................................................................................................1
b. Keuangan.........................................................................................................4
c. Perpajakan..........................................................................................................5
d. Akuntansi.........................................................................................................5
e. Hicks....................................................................................................................8
f. Moneter..............................................................................................................9
g. Al-Qur’an.......................................................................................................10
h. Bibel...............................................................................................................12
ARTIKEL 2.........................................................................................................................17
ARTIKEL 3.........................................................................................................................20
ARTIKEL 4.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................ii

i
ARTIKEL 1
Judul Artikel: Alat Ukur Keuntungan
Oleh Narasumber: K. H. Abdullah Gymnastiar
Sumber: http://koran.republika.co.id/berita/21139/Alat_Ukur_Keuntungan

Pertanyaan (Harahap, 1993 revisi 1998, Teori Akuntansi, 311):


1. Penjelasan seluas-seluasnya beberapa makna untuk (laba) atau profit menurut :
2. Teori Ekonomi
Menurut Kwik Kian Gie, pada rubrik Ekonomi & Bisnis di Tempo 25
November 1989, menyatakan pendapat bahwa agio saham adalah laba karena :
1. Perusahaan biasanya meminta agio dengan alasan akan membagikan
keuntungan di kemudian hari
2. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara
terpisah karena agio bukan modal saham
3. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari agio
saham
4. Agio boleh langsung dikantongi emiten
Pendapat-pendapat ini kemudian menjadi polemik, dan dijawab oleh
Sofyan Harahap dalam buku Teori Akuntansi edisi revisi 1993 dalam butir-butir
berikut :
1. Agio bukan diminta, tapi muncul dari perbedaan harga jual saham dengan
harga nominal yang telah dibayar investor. Pembagian keuntungan bukan
didasarkan pada agio atau pos lain di luar laba ditahan maupun laba tahun
berjalan. Keuntungan yang dibagikan berupa kas, saham, atau aktiva jenis
lain.
2. Agio saham merupakan unsur modal setor (paid in capital) yang terdiri dari
modal saham nominal ditambah dengan agio saham. Sesuai dengan prinsip
“Full disclosure” dalam standar akuntansi, pemisahan agio saham diluar dari
pos perkiraan modal saham, artinya setiap pos yang dipisahkan dari modal
berarti dianggap sebagai laba. Dan pemisahan laba dalam hal ini berguna
bagi investor dan analis.
3. Dividen adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik perusahaan. Tanpa
laba, tidak akan ada dividen. Pembagian dividen ini didasarkan pada laba,
baik laba ditahan maupun laba tahun berjalan. Namun kenyataan dalam
praktek pasar modal di Indonesia berdasarkan pada laporan interim,
sehingga dividen sudah terjamin walaupun perhitungan laba rugi
perusahaan belum final.
4. Boleh langsung dikantongi emiten adalah benar, namun jika dikantongi lalu
dianggap sebagai laba, pendapat itu adalah absurd. Laba tidak sama dengan
“penerimaan kas” (Harahap, 1998)
Adam Smith (1980) mengungkapkan bahwa laba/income adalah kenaikan
dalam kekayaan. Gagasan mengenai konsep laba ekonomik ini juga

1
diungkapkan oleh beberapa  ekonom lain diantaranya Marshal, yang
memisahkan antara modal tetap dan modal kerja, antara modal fisik dan laba,
dan menekankan realisasi sebagai pengujian pengakuan laba.
Von Bohm Bawerk pada akhir abad 19, berpendapat bahwa laba bukan saja
unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba non-moneter. Kemudian sifat-sifat
laba ekonomi terus berkembang mulai dari abad 20, terangkum dalam paragraf
selanjutnya.
Fischer (1912) seperti yang dikutip oleh Belkaoui (1997, 235)
mendefinisikan laba ekonomik sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan
dengan tahapan-tahapan berbeda yaitu : penikmatan laba psikis /physical
income, laba nyata/real income, dan laba uang/money income.
Laba fisikis adalah konsumsi pribadi aktual atas barang dan jasa yang
menghasilkan kenikmatan/kesenangan fisik dan pemuasan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan.
Laba nyata adalah suatu pernyataan/ungkapan mengenai peristiwa-
peristiwa yang meningkatkan kenikmatan/kesenangan fisik, biasanya diukur
dengan biaya hidup/cost of living. Kepuasan timbul karena kesenangan fisik
yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang
dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
Sedangkan laba uang mencerminkan semua hasil uang yang diterima dan
dimaksudkan  akan digunakan untuk menutup konsumsi biaya hidup.
Walaupun laba psikis bukan  merupakan tingkat laba yang paling fundamental
dan laba uang adalah tahapan  laba yang paling sering dikenal sebagai laba,
namun terlihat bahwa laba  nyata adalah tingkat yang paling praktis, mengingat
bahwa setiap orang  berusaha untuk memenuhi biaya hidupnya. Menurut
Fischer, laba uang lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income.
Konsep laba ekonomik juga banyak dikaitkan dengan bunga (Lindahl, 1919)
yang  dihubungkan dengan peningkatan penghargaan (apresiasi) barang modal
dalam waktu tertentu (Belkaoui 1997, 235). Selisih antara bunga dan konsumsi
yang  diantisipasi untuk suatu periode tertentu dianggap sebagai tabungan.
Sedangkan Hicks (1946) mengemukakan bahwa laba pribadi seseorang
sebagai  jumlah maksimum yang dikonsumsikan selama seminggu (periode
tertentu) dan pada akhir minggu (periode selanjutnya)  diharapkan ia masih
sekaya pada awal minggu (periode sebelumnya), dengan harapan agar
mempertahankan modalnya tidak berkurang. Konsep ini merupakan
pengembangan dari konsep yang dikemukakan oleh Fischer (1912) dan Lindahl
(1919).
Selain itu keuntungan secara makro ekonomi dapat dilihat dari:
Keuntungan dari spesialisasi :
 Keuntungan mutlak: keuntungan yang diperoleh suatu negara dari
melakukan spesialisasi dalam kegiatan menghasilkan produksinya kepada
barang-barang yang efisiensinya lebih tinggi daripada di negara-negara lain.
 Keuntungan berbanding: Keuntungan yang diperoleh dari perdagangan luar
negeri dimana salah suatu negara tersebut lebih efisien dari negara yang
lain di dalam menghasilkan kedua-dua barang yang diperdagangkan.

2
Singkatnya dua keuntungan penting akan diperoleh suatu negara:
 Faktor produksi akan dapat digunakan lebih efisien
 Penduduk negara tersebut menikmati lebih banyak barang.
Sedangkan keuntungan secara mikro ekonomi dapat dilihat dari: apabila hasil
penjualan adalah lebih besar dari ongkos produksi.
Keuntungan maksimum dicapai:
 apabila perbedaan diantara hasil penjualan total dan ongkos produksi total
mencapai tingkat yang paling besar.
 Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal
(MR) = ongkos marjinal (MC).
MC: pertambahan ongkos yang dikeluarkan untuk memperoleh
pertambahan satu unit produksi. MR = pertambahan pendapatan firma
sebagai akibat penambahan satu unit jumlah penjualan. Sumber: Konsep
Laba, http://rossje.com/?p=162

Konsep Capital Maintenance (Harahap, 1993 revisi 1998, Teori Akuntansi, 298):
i) Laba, baru disebut ada laba, setelah modal yang dikeluarkan tetap masih
ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang telah
tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal (return on capital)
ii) Konsep ini dapat dinyatakan dalam ukuran uang (units of money) yang
disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli (general purchasing
power) yang disebut physical capital.
Dengan konsep tersebut, Belkaoui, 1985, menjabarkan empat konsep yang
dihasilkan, yaitu:
(1) Financial Capital – Money Maintenance
Yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Menurut konsep ini
modal yang ditanamkan oleh pemilik tetap terpelihara. Laba menurut
konsep ini adalah perubahan net asset dengan menyesuaikan transaksi
modal yang dijabarkan dalam ukuran uang. Konsep ini sama dengan konsep
yang dianut dalam akuntansi konvensional.
(2) Financial Capital – General Purchasing Power Money Maintenance
Yaitu financial capital yang diukur menurut tenaga beli yang sama. Menurut
konsep ini, tenaga beli dari modal yang diinvestasikan pemilik tetap
dipertahankan sehingga menurut konsep ini laba adalah perubahan net
asset setelah disesuaikan transaksi modal yangdiukur dengan tenaga beli
yang sama. Konsep ini sama dengan GPLA (General Price Level Adjusted)
Historical Cost Accounting.
(3) Physical Capital – Productive Capacity Maintenance
Yaitu physical capital yang diukur menurut konsep uang. Menurut konsep
ini, kapasitas produksi dapat diartikan sebagai kapasitas fisik, kapasitas
untuk berproduksi, (volume) barang dan jasa yang sama dan kapasitas/
memproduksi nilai barang dan jasa ynag sama. Konsep ini sama dengan
Current Value Accounting.
Current Value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan lima metode:

3
1. Capitalization atau present Value Method, yaitu jumlah bersih dari arus
kas (kas masuk – kas keluar) yang diharapkan diterima selama umur
ekonominya yang didiskontokan pada saat sekarang. Untuk menghitung
ini perlu diketahui:
a. Arus kas yang diharapkan dari penggunaan/penjualan aset tersebut;
b. Jangka waktu arus kas tersebut;
c. Jumlah sisa umur aktiva tersebut;
d. Discount rate (tingkat diskonto).
2. Current Entry Price, yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan aktiva sejenis atau yang sama. Istilah
yang sering ada adalah sebagai berikut:
a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk
mendapatkan aset yang serupa yang memiliki umur pemakaian yang
sama di pasaran barang bekas.
b. Reproduction Cost adalah jumlah kas atau aktiva yang diperlukan
untuk mendapatkan aset yang persis sama dengan aktiva yang ada
sekarang (aset yang baru).
3. Current Exit Price (net realizable value)
Current Exit Price adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang
dianggap lunas apabila aset tersebut dijual. Umumnya nilai ini
bermakna:
a. Harga penjualan yang ada dalam keadaan pasar bebas bukan harga
yang timbul karena terpaksa;
b. harga jual pada saat berlangsungnya pengukuran/pencatatan.
(4) Physical Capital – General Purchasing Power Productive Capacity Mainten-
ance, yaitu physical capital yang diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam
unit tenaga beli yang sama dipertahankan. Konsep yang serupa dengan ini
adalah GPLA Current Value Accounting.

3. Keuangan
Menurut Fees dan Warren, keuntungan adalah hasil usaha yang diperoleh
dari penjualan suatu bisnis perusahaan setelah dikurangi harga pokok
penjualan menjadi laba kotor (Gross Profit) kemudian  dikurangi biaya
operasional, biaya administrasi dan penjualan serta biaya Pajak.
Sedangkan menurut Varn Horne :
1. Keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan. Yaitu kemampuan
perusahaan dalam memproduksi dan menjual poduk diatas biaya produksi.
2. Keuntungan dalam pengembalian investasi yaitu marjin laba bersih
dikalikan efisiensi aktiva.
3. Keuntungan dalam pengembalian ekuitas: kemampuan menghasilkan laba
pada nilai buku investasi pemegang saham. Pengembalian ekuitas yang
tinggi  merefleksikan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi
yang kuat dan manajemen biaya yang efektif.

4
4. Perpajakan
Menurut Suwardjono (2005:455) makna income dalam konteks perpajakan
dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam akuntansi
atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income dimaknai sebagai jumlah
kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan
dalam Standar Akuntansi Keuangan. Dalam buku-buku teks akuntansi
(khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya dimaknai sebagai
jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud
income dalam buku-buku tersebut.
Income dalam konteks perpajakan dimaknai sebagai penghasilan, berbeda
dengan makna income menurut akuntansi pada umumnya dimaknai sebagai
jumlah bersih, sesuai dalam FASB (Financial Accounting Standard Board),
income dalam teori akuntansi adalah laba komprehensif. Karena secara umum,
akuntansi menganut konsep penandingan, konsep kos historis, dan asas akrual,
maka laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendapatan
dan biaya. Sumber : http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/03/14/laba-
income
Menurut Undang-undang Perpajakan, laba adalah setiap kenaikan
aktivitas produksi baik berupa yang bersifat natura dan  yang merupakan Objek
Pajak, maka jumlah tersebut merupakan keuntungan.
Penghasilan dalam perpajakan didefinisikan sebagai: “Kenaikan
kemampuan ekonomis yang diperoleh darimanapun dan dalam bentuk apapun
yang dapat dikonsumsi atau disimpan.” Sumber: Konsep Laba,
http://rossje.com/?p=162

5. Akuntansi
Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi
adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari
transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya.
Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesung-
guhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk
menghitung laba (Muqodim, 2005:114).
Konsep laba akuntansi adalah perbedaaan antara  revenue yang direalisasi
yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dikurangi dengan  biaya-biaya
yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap 1997, 147;  Belkaoui 1997,
233). Dari definisi tersebut, Belkaoui (1997, 233) mengemukakan lima ciri khas
laba akuntansi :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan
barang  atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut).
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan
dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan
definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.

5
4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya
historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada
prinsip  biaya.
5. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari
periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan
(matching principle).
Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan
merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang
dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan
beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu
tahunan). Selanjutnya laba ditentukan setelah proses tersebut terjadi.
Proses pengkaitan (matching) menyebabkan timbulnya kewajiban untuk
mengalokasikan beban yang belum teralokasikan ke dalam neraca. Beban-
beban  yang belum teralokasikan (aset non moneter) bersama-sama dengan
aset moneter  (misalnya kas, persediaan, dan piutang) setelah dikurangkan
dengan kewajiban  yang timbul menghasilkan nilai sisa yang disebut accounting
capital atau  residual equity. Laba akuntansi berhubungan dengan pengukuran
modal dan  dalam kenyatannya digunakan sebagai analisa terhadap perubahan
modal secara  temporer.
Definisi laba akuntansi tersebut masih mengandung berbagai macam
pertanyaan,  antara lain apakah laba tersebut memasukkan pendapatan yang
diterima secara  insidental oleh perusahaan (yang diterima bukan dari aktivitas
operasi)?  Apakah laba ini sudah memasukkan keuntungan yang diperoleh oleh
adanya  peningkatan atas penilaian aset perusahaan?  Financial Accounting
Standard Board/FASB pada 1980, mengemukakan sebuah konsep laba
komprehensif (comprehensive income) yang diharapkan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas. Konsep tersebut menyatakan bahwa
comprehensive income memasukkan semua perubahan dalam ekuitas kecuali
perubahan akibat investasi yang dilakukan oleh pemilik. Hal ini menjadi  lebih
luas jika dibandingkan dengan karakteristik laba akuntansi menurut Belkaoui
diatas. Konsep laba akuntansi sendiri didukung oleh berbagai tokoh antara
lain :  Yuri Ijiri, Kohler, Littleton, dan Mautz (Belkaoui 1997, 233).
Argumen-argumen yang mendukung konsep laba akuntansi ini antara lain :
1. Argumen pertama menyatakan bahwa laba akuntansi telah bertahan
terhadap pengujian sang waktu. Sebagian besar pemakai data akuntansi
percaya  bahwa laba akuntansi berguna dan bahwa ia merupakan faktor
penentu dalam  praktek dan pola pikir bagi para pengambil keputusan.
2. Karena didasarkan pada transaksi aktual dan faktual, maka laba akuntansi
diukur dan dilaporkan secara obyektif dan oleh karena itu pada
hakekatnya dapat diperiksa (diaudit). Obyektifitas pada umumnya
diperkuat  oleh keyakinan para penyokong penggunaan laba akuntansi
bahwa akuntansi  harus melaporkan fakta, bukan nilai.
3. Dengan mengandalkan prinsip realisasi dalam pengakuan pendapatan,
laba akuntansi memenuhi kriteria konservatisme. Dengan kata lain,
kehati-hatian yang sangat besar dilakukan dalam pengukuran dan

6
pelaporan  laba dengan mengabaikan perubahan-perubahan nilai dan
hanya mengakui  keuntungan yang telah direalisasi.
4. Laba akuntansi dianggap berguna untuk tujuan pengendalian, khususnya
untuk melaporkan tanggung jawab manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan  kepadanya. Laba akuntansi menyampaikan latar belakang
cerita tentang  bagaimana cara manajemen melaksanakan tanggung
jawabnya.
Walaupun keberadaan laba akuntansi tersebut didukung oleh berbagai
macam  argumen yang kuat, namun masih banyak yang mengkritik karena
berbagai  keterbatasannya. Ada beberapa argumen yang menyatakan
kelemahan laba  akuntansi ini (Belkaoui 1997, 234). Argumen pertama
menyatakan bahwa laba  akuntansi gagal mengakui kenaikan yang belum
direalisasi dalam nilai aktiva  yang ditahan dalam periode tertentu karena
penerapan prinsip  historical cost dan prinsip realisasi. Hal ini menghambat
pengungkapan informasi yang  berguna dan memungkinkan pengungkapan
campuran keuntungan heterogen dari  periode sebelum dan yang sedang
berjalan.
Argumen kedua menyatakan bahwa pengandalan laba akuntansi dengan
prinsip historical cost dapat menyulitkan pembandingan dengan adanya
metode  penghitungan biaya yang dapat diterima dan berbagai metode
pengalokasian  biaya yang dapat diterima yang dianggap arbriter dan tidak
dianggap salah.
Argumen lain yang mengungkapkan kelemahan laba akuntansi
menyatakan bahwa  laba akuntansi yang menganut prinsip realisasi, prinsip
biaya historis, dan  prinsip konservatisme bisa menghasilkan data yang
menyesatkan dan tidak  dapat dimengerti yang tidak relevan dengan para
pemakainya. Yang perlu  dikemukakan disini bahwa kurangnya kegunaan rasio-
rasio yang didasarkan pada  ikhtisar-ikhtisar keuangan yang disusun sesuai
dengan prinsip-prinsip  tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting
Consept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan
perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen
dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran
atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang (Januar dan Sri,
2002).
Singkatnya pemikiran  dari laba akuntansi  :
1. Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan
Prinsip Historical Cost yang sering disebut Historical Cost Accounting atau
Conventional Accounting sebagaimana yang kita anut saat ini. Konsep ini
dinamakan konsep laba Accounting Income.
2. Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan
menerapkan perhitungan perubahan tingkat harga umum (General Price
Level) dan tetap mempertahankan prinsip Historical Cost. Konsep ini
dikenal dengan istilah General Price Level Adjusted Historical Cost

7
Accounting (GPLA Historical Accounting). Dan perhitungan labanya disebut
GPLA Accounting Income.
3. Pemikiran radikal : Yang memilih harga sekarang (current value) sebagai
dasar penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan
Current Value Accounting sedang perhitungan labanya disebut Current
Income.
4. Pemikiran neo radikal yang menggunakan Current Value tetapi disesuaikan
dengan perubahan tingkat harga umum. Konsep ini disebut GPLA Current
Value Accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut Adjusted
Current Income.
Dari beberapa  pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa Laba Menurut
Akuntansi adalah “Perbedaan antara revenue yang direalisasi dan timbul dari
transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tertentu.” Sumber: Konsep Laba, http://rossje.com/?
p=162

6. Hicks
Hicks (1946) mengemukakan bahwa laba pribadi seseorang sebagai
jumlah maksimum yang dikonsumsikan selama seminggu (periode tertentu)
dan pada akhir minggu (periode selanjutnya)  diharapkan ia masih sekaya pada
awal minggu (periode sebelumnya), dengan harapan agar mempertahankan
modalnya tidak berkurang. Konsep ini merupakan  pengembangan dari konsep
yang dikemukakan oleh Fischer (1912) dan Lindahl  (1919).
Hicks menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap :
1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya
memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini
tidak dapat diukur.
2. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan
terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income
ini adalah “biaya hidup” (cost of living). Dengan perkataan lain kepuasan
timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur
dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa
sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan
untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, real
income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income. Lindahl,
menganggap konsep laba sebagai interest yaitu merupakan penghargaan
yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang waktu. Perbedaan
antara interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode tertentu
dianggap sebagai saving, sehingga laba dianggap sebagai konsumsi
ditambah saving. Hicks mengembangkan teori Fischer dan Lindahl tentang
economic income.
Maka Definisi laba menurut Hicks adalah: jumlah maksimum yang dapat
dikonsumsikan pada periode tertentu dan yang bersangkutan masih tetap

8
mempertahankan modalnya tidak berkurang. Sumber: Konsep Laba,
http://rossje.com/?p=162

7. Moneter
Laba menurut Moneter, yang dikemukakan oleh Keynes, adalah
perbedaan antara gaji/upah pengusaha aktual yang ditimbulkan oleh
pengurangan penjualan terhadap pengeluaran
a. gaji dan upah yang dibayarkan kepada pegawai, termasuk pembayaran
untuk pengangguran atau pegawai paruh waktu atau pensiunan yang
terjadi dalam jangka panjang sebagai suatu beban pada industri sebanyak
pengeluaran lainnya untuk menggaji faktor-faktor produksi
b. Interest on capital, termasuk interest dari investment asing)
c. Gaji pengusaha normal (diatas gaji normal dan gaji normal mereka),
keuntungan monopoli reguler, sewa dan sejenisnya.
Dalam konsep akuntansi perhitungan laba tidak memasukkan unsur
moneter (inflasi, deflasi dll) karena variabel moneter dianggap stabil (Stable
Monetary Unit), sementara dalam kenyataanya bahwa inflasi akan
mempengaruhi nilai nilai yang terdapat dalam perhitungan laba sehingga
honsep stable monetary unit tidak bisa diterapkaan. Akibatnya muncullah
beberapa model didalam perhitungan akuntansi yang memasukkan unsur
inflasi (Akuntansi Inflasi) artinya penentuan nilai laba memasukkan unsur
tersebut.
Beberapa metode yang digunakan dalam penentuan laba (laba
akuntansi inflasi) adalah :
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari : historical cost,
general  price level, replacement cost dan reproduction cost.
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri
dari:
a. net realizable value
b. selling price dan
c. expected value
Dari sudut akuntansi dimana inflasi diluar historical cost adalah metode
menyusun laporan keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi.
General Price Level. Dalam metode General Price Level misalnya metode
historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada
masa inflasi GPL lebih besar daripada nilai historical cost.
Curent Cost Accounting. Adalah bagaimana seorang manajer mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba. Edward dan
Bell mengemukakan perhitungan bisnis profit yang memiliki dua komponen
current operating profit dan relizable cost saving. Laba dari current operating
adalah kelebihan nilai sekarang dari barang dan jasa yang dijual dengan harga
pokoknya sedangkan realizable cost saving adalah kenaikan harga pokok dari
suatu aktiva yang masih dimiliki sekarang. Ini merupakan laba yang belum
direalisasi dari suatu aktiva yang harganya naik atau turun.
Bentuk-bentuk dari Current Cost:

9
1. Replacement Cost. Nilai yang diukur saat ini untuk mendapatkan aktiva baru
2. Reproduction cost. Harga diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu
dibuat atau diduplikasi.
3. Net Realizable Value. Harga pasar sekarang adalah harga jual dikurangi
taksiran biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai dari NRV lebih besar dari
replacement cost karena manajemen tidak mungkin  menjual barangnya
tanpa mengharapkan laba margin general price level.
4. Selling Price. Nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya
penjualan. Sehingga laporan keuangan yang menggunakan metode selling
price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metoda lain.
5. Expected Value. Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seeorang
jadi bisa lebih besar atau lebih kecil. Sumber: Konsep Laba,
http://rossje.com/?p=162

8. Al-Qur’an
Laba/keuntungan yang ada dalam Al- Qur’an, cenderung kepada sikap
dan perbuatan yang bernilai kebaikan/amal, yang berorientasi ukhrowi/akhirat
yang bermakna mencari keridhaan Allah. Pada ayat berikut:
1. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-Imran : 104)
2. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(Ali-Imran : 185)
3. Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang
yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar". (Al-Maaidah : 119)
4. Timbangan pada hari (kiamat) itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang
siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Al-A’raf : 8)
5. Barang siapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari (kiamat) itu, maka
sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah
keberuntungan yang nyata. (Al-An’aam : 16)
6. …Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. (Al-A’raf : 69)
7. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada

10
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf
: 157)
8. Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad
dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang
memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang
beruntung. (At-Taubah : 88)
9. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera
berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-
Nya, dan supaya kamu bersyukur. (An-Nahl : 14)
10. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun : 1)
11. Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah
orang-orang yang dapat keberuntungan. (Al-Mu’minun : 102)
12. Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal
tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu
tiada beruntung. (Al-Mu’minun : 117)
13. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (An-Nuur : 51)
14. Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di
dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak
ada baginya suatu bahagian pun di akhirat. (Asy-Syuura : 20)
Kemudian, Laba/keuntungan merupakan imbalan bagi orang yang
bertaqwa/mengikuti ajaran Allah dan menjauhi apa yang dilarang. Diantaranya
pada ayat berikut:
1. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali-Imran : 200)
2. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya
kamu mendapat keberuntungan (Al-Maaidah : 35)
3. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al-Maaidah : 90)
Definisi laba yang berorientasi kepada bunga, yang mengandung
riba/kecurangan dan mengandung prediksi, dilarang dalam aturan Allah,
diantaranya dalam ayat berikut:

11
1. Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah
hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Al-
Maaidah : 100)
2. Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia
ini. Sesungguhnya, orang-orang yang lalim itu tidak akan mendapat
keberuntungan. (Al-An’aam : 135)
3. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu
kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya
orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al-An’aam :
21)
4. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (An-Nahl : 116)
5. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
(cara) berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan. (Ali-Imran : 130)
6. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya
ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (Al-Qashash : 79)
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun
itu. berkata: Aduhai. Benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan
kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari
(nikmat Allah)". (Al-Qashash : 82)
7. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.
Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (At-Taghabun : 16)

9. Bibel
Laba/keuntungan menurut Bibel  :
Keuntungan akan diperoleh umatnya apabila mereka mengikuti setiap
petunjuk-Nya dan percaya kepada-Nya. Contoh :
1. Yesus di pasar bertemu petugas pajak pasar, yesus berkata “Ikuti aku”
maka petugas pajak pasar langsung mengikuti Yesus.
2. Yesus di pinggir pantai berbicara pada nelayan, bila mereka ikut Yesus
maka nelayan akan dapat ikan banyak.

12
3. Pernyataan Yesus : “Aku adalah pohon anggur siapa yang melihat padaku
akan tumbuh dan berbuah, barang siapa lepas dariku akan kering dan
mati”
4. Pernyataan Yesus : “Ini adalah perjamuanku yang terakhir, roti adalah
tubuhku, anggur adalah darahku, barangsiapa yang percaya padaku akan
mendapatkan keuntungan kehidupan di dunia dan di alam sana.”

10. Intisari mendalam dari artikel Aa Gym mengenai Alat Ukur Keuntungan
Dari artikel tersebut, diperoleh pemahaman tentang perbedaan mendasar
dalam mengukur dan mengidentifikasi keuntungan yang dilakukan antara kaum
kapitalis dibandingkan dengan Muslim (orang Islam) Profesional dalam
membangun atau mengelola usaha.
Menurut kapitalis, keuntungan itu hanyalah semata-mata tentang uang dan
bagaimana mengeruk uang lebih banyak lagi dan biasanya tidak peduli lingkungan
dengan cara mengeksploitasi sumber daya yang ada (baik manusia maupun alam)
untuk memperoleh dan mengeruk keuntungan lebih besar.
Eksploitasi ini tidak memikirkan dampak dimasa mendatang, misalnya
penggundulan hutan akan mengakibatkan erosi, banjir, dan cuaca yang tidak sesuai
siklus, serta merusak habitat alam. Dampak yang lebih luas, akan terjadi
kesenjangan kehidupan dalam sosial masyarakat yaitu kekayaan hanya milik
kapitalis sedangkan yang berada dalam (dibawah) garis kemiskinan akan tetap
tersungkur bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas lagi, dan
dampaknya akan memperluas tingkat kriminalitas.
Sedangkan konsep keuntungan yang dikemukakan oleh Aa Gym, sapaan akrab
K. H. Abdullah Gymnastiar, adalah lebih menekankan kepada nilai/value, sesuatu
yang lebih berorientasi kepada ukhrowi (akhirat/masa mendatang, setelah akhir
hayat). Nilai-nilai yang dipegang setiap Profesional Muslim ini adalah sebuah sikap
kepatuhan terhadap aturan-aturan Tuhan (yaitu mengerjakan yang
disyari’atkan/diajarkan, dan tidak melakukan sesuatu yang dilarang). Artinya dalam
melakukan perniagaan atau usaha adalah melakukan usaha yang baik, baik dari
segi mendapatkan sumber (misalnya bahan baku), segi menjalankan usaha
(misalnya tidak mempekerjakan yang dibawah usia, dan berlaku adil, [“membayar
upah sebelum keringat pekerja mengering”, al-hadits]), atau segi hasil penyaluran
yang distribusikan (misalnya pendanaan dalam hal perbankan). Kepatuhan ini
adalah dalam rangka mencari keridhaan (kerelaan) Tuhan, sehingga nilai-nilai lain
didapat, diantaranya kemuliaan dan keberkahan. Nilai lainnya yaitu adalah sikap
kejujuran dan berbagi/dermawan, pengaruhnya berdampak pada sesama, yaitu
meningkatkan nilai trust/kepercayaan dan meningkatkan derajat kemuliaan.
Sehingga masyarakat adil dan makmur akan tercapai.
Hal ini sesuai dengan konsep balanced scorecard, yaitu pengukuran kinerja
tidak hanya dilihat dari ukuran financial saja, tetapi juga ukuran lain yang lebih
penting, seperti customer maupun learning dan innovation yang menyadarkan
perusahaan akan pentingnya pengalaman dan pengetahuan, dan juga
menyeimbangkan fokus kepada customer, dengan menyadarkan perusahaan untuk
membangun relasi yang lebih baik dengan customer-nya. Penerapan konsep

13
untung menurut Islam ini akan membuat dunia bisnis menjadi lebih beretika dan
peduli lingkungan, kemuliaan, dan nilai-nilai lain yang dampaknya positif.
Sehingga profit motif dari perusahaan mulai berganti dengan kesejahteraan
bagi seluruh stakeholder perusahaan, yaitu kesejahteraan bagi pemegang saham,
karyawan, supplier, maupun kepada shareholder, pelanggan maupun masyarakat
luas.

11. Dampak pengertian laba menurut kapitalisme terhadap perkembangan


kemanusiaan
Semua orang akan berlomba-lomba mencari harta dan mengumpulkannya
dengan segala cara tanpa melihat yang batil dan hak sehingga menjadi manusia
yang egois, serakah dan tamak. Korupsi, kejahatan, penipuan, dekadensi moral,
dan penurunan akhlak membabi buta  dan menggiring kepada kehancuran suatu
umat masyarakat pada khususnya dan bernegara serta dunia pada umumnya.
Muara dari semua kebijakan ini adalah bahwa sistem keuangan Amerika saat ini
berada dipersimpangan jalan. Sejauh ini sistem keuangannya sudah terlalu bebas
dikendalikan oleh pemburu rente ekonomi secara  tidak halal (dysfunctional)
dengan berbagai rekayasa keuangan yang merugikan ekonomi. Kegiatan-kegiatan
spekulatif yang ribawi telah mendominasi otak fikiran briliyan mereka tetapi
sayangnya keuntungannya hanya untuk memuaksan diri mereka dan tidak banyak
memberikan dampak pada ekonomi nasional apalagi kesejahteraan rakyat. Yang
terjadi adalah pada saat sistem keuangan terganggu, lembaga bisnis mereka
collapse maka mereka meninggalkan bekas-bekas bom ekonomi yang
diharapkannya dibantu oleh pemerintah. Sehingga sistem keuangan Amerika
dipelesetkan menjadi menganut “sistem kapitalis” pada saat booming dan
mengunakan “sistem sosialis” pada saat bangkrut.  Suatu ketidakadilan yang nyata
yang melanda ekonomi dunia yang mempengaruhi sistem keuangan internasional.
http://sofyan.syafri.com/2010/06/02/gunjang-ganjing-sistem-keuangan-amerika-
dan-keuangan-syariah/
Kecelakaan bagi setiap pengumpat, dan pencela, yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya,
sekali-kali tidak. Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
hutamah (api yang disediakan Allah). (Al-Humazah : 1-5).
Manusia menjadi kikir karena tamaknya kepada harta : Sesungguhnya manusia
sangat ingkar dan tidak berterimakasih pada Allah, sangat bakhil karena cintanya
kepada harta. (Al-‘Adiyat : 6-8)
Orang yang memburu harta cenderung sombong dan bermegah-megahan
sehingga dapat melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah  (bermegah-megahan
dalam soal banyak anak, harta, pengikut, kemuliaan). (At-Takaasur : 1)
Betul bahwa memang tidak mudah merubah paradigma pengelolaan
sumberdaya alam sekaya Indonesia, apalagi dalam kondisi pemerintahan yang
dihegemoni oleh pandangan neoliberal seperti saat ini dan pola yang sudah
berjalan berpuluh tahun lamanya. Namun, patut kiranya kita merenungkan kembali
pandangan Herman Daly berikut, “Without functioning economic systems,
societies cannot advance; without functioning social systems, people cannot

14
develop; but without functioning natural systems, everything collapses”. Jika kita
memahami dengan baik pandangan tersebut, niscaya kita tidak perlu lagi
kebingungan apakah motif ekonomi yang harus didahulukan dan kelestarian
lingkungan yang harus dikorbankan atau sebaliknya (CSR Indonesia Newsletter
Vol. 4, Januari 2010)
Dalam Islam, terdapat kaidah ushul fiqih (metodologi jurisprudensi Islam)
bahwa “Darul mafasid muqaddam ala jalbil mashalih” bahasa Arab, yang artinya
mencegah kerusakan harus diprioritaskan di atas berbuat kebaikan.

12. Konsep Aa Gym bila diterapkan dalam dunia bisnis


Bila konsep Aa Gym diterapkan dalam dunia bisnis akan bermanfaat sekali.
Dalam mencari keuntungan maka pelaku bisnis selalu menjaga nilai dirinya
(menjaga amanah), mencari karunia Allah, tidak berdosa (melanggar/menyakiti
manusia dan penciptanya), tidak terjadi korupsi (diantaranya didasari kolusi jahat
dan nepotisme yang jahat) berilmu, bersilaturahim dan menjaga keharmonisan
semesta, dan segala manfaat yang diperoleh didistribusikan bagi seluruh
masyarakat, sehingga akan tercapai keadilan dan kesejahteraan seluruh umat
manusia dimuka bumi.

13. Definisi laba (keuntungan) yang tepat :


Menurut hemat penulis, laba yang berorientasi kepada ukhrowi adalah lebih
tepat, karena dampak yang dihasilkan bersifat universal, sesuai dengan ajaran
Islam yang merupakan rahmatan lil ‘alamin, bermanfaat bagi seluruh alam.
Manusia diberi kekuatan akal untuk mengkaji dan berfikir, meneliti dan belajar,
agar alam dan seisinya dapat dibaca, dipikirkan, dipelajari. Sehingga, ayat yang
pertama kali diturunkan, berisi perintah untuk membaca. Titah Tuhan ini bermula
ditujukan kepada Nabi SAW. Membaca disini ditafsirkan dalam artian luas. Segala
apa yang terjadi di alam dunia agar dibaca dengan baik. Perbuatan semua makhluk
ciptaan sang Khalik  selain dirinya sendiri adalah bacaan bagi dirinya untuk
menambah wawasan dan meningkatkan pola pikir sebagai manusia yang beradab,
bermasyarakat dan bernegara, beramal saleh dan bertakwa kepada Allah SWT.
Bacaan yang tidak baik akan dijauhkan sedangkan  bacaan yang baik akan
dimanfaatkannya. (bertakwa kepada Allah : menjalankan perintah-Nya dan
menjauhkan larangan-Nya) sesuai dengan surat Ali-Imran, 102: “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Apabila benar-benar melaksanakan membaca, maka tentu juga dapat
memperhitungkan, sehingga tidak akan merugi, akan selalu untung. Orang tersebut
akan melakukan segala sesuatu yang menurut hitungannya bermanfaat hari ini dan
masa depan dengan melihat mana yang batil dan hak berlandaskan Al-Qur’an dan
Hadits sehingga segala hasil yang diperoleh InsyaAllah adalah rahmat dan hidayah
dari Allah SWT. Hal ini yang menjadi landasan bagi ilmu akuntansi, yang termaktub
dalam Qur’an Surat Al-Baqarah, ayat 282:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

15
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika
tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Nilai-nilai kejujuran menjadi sebuah harta berharga yang akan diperoleh
pedagang/penjual yang berniaga/berbisnis. Kejujuran dalam mengungkapkan
bagaimana dan berapa nilai beli barang, ditambah dengan kejujuran dalam biaya
yang dikeluarkan dalam usaha jasa penjualan, menjadi total harga atas barang yang
dijual, kemudian setelah barang terjual berarti ada uang masuk, menjadi
keuntungan dan hal tersebut yang merupakan rizki yang diridhai, kemudian bila si
pembeli kembali membeli di waktu yang lain, berarti rizki lain (lanjutan) terhadap
rizki yang diperoleh sebelumnya, artinya keridhaan atas nilai kejujuran lainnya,
kemudian bila pembeli memberi tambahan (mungkin dengan dilebihkan karena
tergugah atas kejujuran) itulah yang menjadi keuntungan/laba yang merupakan
barokah, nilai yang langsung maupun tidak langsung diperoleh atas rizki tersebut.
Penulis sekali lagi, amat suka dengan pandangan Herman Daly berikut,
“Without functioning economic systems, societies cannot advance; without
functioning social systems, people cannot develop; but without functioning
natural systems, everything collapses,” kemudian merenungkan kembali kajian
ushul fiqih Islam bahwa “Darul mafasid muqaddam ala jalbil mashalih” yang
artinya mencegah kerusakan harus diprioritaskan di atas berbuat kebaikan. Artinya
kita dilarang fasad (berbuat kerusakan) misalnya mencuri walaupun untuk
dibagikan kepada orang miskin, namun esensi dari perbuatan dosa tidak akan
hilang walaupun dengan berdalih demi orang lapar, karena perasaan takut dan
catatan atas dosa tidak akan bersih dengan perbuatan fasad.

16
ARTIKEL 2
Artikel di International Herald Tribune tanggal 18-19 November 2006 halaman 17:
An auditor’s cry for love?
Oleh Jim Peterson
Tugas dan pertanyaan:
1. Baca dan summary-kan artikel tersebut!
Pada dasarnya artikel ini adalah realitas yang terjadi di lapangan yang tidak
dapat dipungkiri oleh kita semua. Dalam hal ini, auditor berada dalam posisi yang
kurang menguntungkan. Auditor bagi kebanyakan perusahaan dianggap sebagai
pihak lawan yang harus diwaspadai. Pada dasarnya perusahaan sangat tidak
menginginkan kehadiran dari auditor, karena merasa tidak nyaman. Perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan publik hanya semata-mata untuk memenuhi
formalitas aturan belaka.
Posisi auditor sebagai pihak independen yang mecoba untuk memberikan
penilaian atas kewajaran dari laporan perusahaan mengharuskan mereka untuk
bersikap tegas terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang ada. Namun ketegasan
mereka harus dibayar mahal, karena kebanyakan klien yang menggunakan jasa
mereka tidak suka dengan akuntan publik yang demikian. Sehingga hal ini selalu
menjadi konflik yang nyata di lapangan.
Auditor selalu mempunyai pilihan yang sulit. Mereka selalu dihadapkan
oleh kondisi yang sangat bertolak belakang. Disisi lain mereka menginginkan dapat
diterima baik oleh klien mereka, namun untuk mencapai hal tersebut mereka
dihadapi pada litigation risk yang selalu mengancam mereka bila salah dalam
memberikan opini audit. Auditor selalu berada dalam posisi yang tertekan diantara
dua kepentingan, yaitu kepentingan regulator dan pasar, dan juga kepentingan dari
klien mereka. Di sisi lain auditor dianggap sebagai pihak yang dapat mengungkap
kecurangan yang mungkin terjadi di dalam perusahaan, namun hal tersebut
semakin menjadikan auditor sebagai pihak yang harus diwaspadai di sisi
perusahaan.
The Big Four kantor akuntan publik (Deloitte, Ernst & Young, KPMG, dan
PricewaterhouseCoopers) serta Grant Thornton dan BDO, menganggap bahwa
model pelaporan keuangan saat ini sudah menjadi kurang bermanfaat sehingga
dibutuhkan suatu perubahan dan penggantian. Hal ini disebabkan karena adanya
evolusi dalam pelaporan informasi dan hal ini tidak dapat dihindari. Hal ini pulalah
yang membuat nilai dari audit report yang merupakan produk utama dari kantor
akuntan publik menjadi berkurang. Pada dasarnya tidak ada satu pun perusahaan
yang mau membayar mereka jika bukan karena formalitas semata untuk
memenuhi tuntutan aturan belaka.
Saat ini auditor merasa perlu dilakukan restrukturisasi pasar modal maupun
aturan-aturan yang telah kadarluarsa termasuk membenahi fungsi audit yang ada,
sehingga produk utama mereka dapat menjadi lebih berguna, sehingga mereka
dapat memperbaiki posisi sulit yang tengah mereka hadapi saat ini.

17
2. Sebutkan pihak-pihak lembaga yang melakukan penelitian, dan apa judul
laporannya?
Judul laporan: Global Capital Markets and the Global Economy, disediakan oleh
www.globalpublicpolicysymposium.com
3. Sebutkan hasil utama dari laporan itu dikaitkan dengan profesi Akuntan!
Hasil utama laporan akuntan adalah audit report. Dan dapat dipublikasikan melalui
internet.
4. Apa yang dimaksud dengan Litigation risk, dan professional liability?
Litigation Risk adalah risiko litigasi atau yang berkenaan dengan peradilan.
Litigasi adalah proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan untuk
menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak memberikan kepada
seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan. Litigasi merupakan
proses yang sangat dikenal (familiar) bagi para lawyer dengan karakteristik adanya
pihak ketiga yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan (to impose) solusi
diantara para pihak yang bersengketa.
http://www.damandiri.or.id/file/arirahmathakimundipbab2d.pdf
Jika dikaitkan dengan artikel, Profesional Liability adalah kewajiban seseorang yang
berprofesi atau bekerja agar dapat menyajikan keahliannya dengan sebaik-baiknya
dan bertanggung jawab atas apa yang telah disajikan/dibuat.
5. Jelaskan pengertian Forensic Audit!
Forensik Audit merupakan sebuah proses ilmiah dalam mengumpulkan,
menganalisis, dan menghadirkan berbagai bukti pada sidang pengadilan karena
adanya kasus hukum. Forensik audit melakukan pengumpulan data dengan
memberdayakan teknologi komputer, dengan memberdayakan sistem komputer,
jaringan komputer, dan komunikasi data. Forensik audit melakukan analisis data
dan menggunakan media untuk menyimpan data dan informasi yang suatu waktu
menjadi bukti yang akan diajukan dalam sidang pengadilan. Tindakan Forensik
mendokumentasikan kasus-kasus kedalam Disk, dengan menggunakan software
dari FBI (Federal Bureau Investigation).
http://www.scribd.com/doc/30923820/Psychology-Audit
Jadi forensik audit adalah teknik audit khusus untuk menemukan bukti finansial
yang mendukung pembuktian ada tidaknya tindakan kejahatan dalam pencatatan.
6. Apa kaitan antara Enron Scandal dengan isu yang diangkat Jim Peterson?
Dikarenakan dengan adanya skandal Enron, maka laporan keuangan sekarang ini
menjadi kurang berguna (kurang kredibilitas dan tidak bersikap akuntabilitas)
dalam penyajian informasi akuntansi didalamnya.
7. Jelaskan “Nobody really wants an Auditor Arround”!
Perusahaan tidak menginginkan auditor karena selain menambah biaya
perusahaan, alasan lainnya adalah bila dilakukan jasa audit pada perusahaan yang
terdapat tindak korupsi maka perusahaan tersebut akan merasa tidak nyaman.
8. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi kesimpulan laporan ini?
Membenahi aspek moral yang bertanggung jawab agar tidak ada moral hazard.
Kemudian melakukan restrukturisasi fungsi audit yang ada dengan membentuk
unit-unit yang bersifat spesialisasi dalam pemberian jasa audit.
9. Apa yang dimaksud dengan “Auditor’s cry for love” dalam artikel itu?

18
Auditor minta disayangi, dalam artian akuntabilitas dan kredibilitas auditor menjadi
dipertanyakan dikarenakan mencuatnya kasus Enron sehingga auditor merasa
terjepit ditengah-tengah antara dibutuhkan (kebutuhan memenuhi harapan agar
bertindak benar) dan dianggap tidak kredibel (karena tindakan ataupun menyajikan
informasi yang salah).
10. Apa relevansi konsep Ekonomi Islam dalam isu itu?
Tidak begitu signifikan jika mengenai hal auditor, namun hubungan mengenai nilai
yang diangkat atau dikemukakan oleh Jim, mengenai akuntabilitas, amat mengena
jika dihubungkan dengan konsep usaha ekonomi Islam.
Realisasi pendanaan dalam Ekonomi Islam juga mengena bila akuntabilitas
disinergikan.
11. Apa relevansi Akuntansi Islam dalam konteks yang diangkat Jim?
Berhubungan/bersinergi, karena kaitannya dengan lebih memilih nilai-nilai luhur
kemanusiaan, moral yang baik, dan berorientasi kepada membangun kepercayaan
dan mempertanggungjawabkan.
Seorang auditor diperlukan untuk memeriksa laporan keuangan yang dihasilkan itu
adalah wajar dengan spesifikasi akurat yang benar dan tidak ada rekayasa (karena
independensi profesional).
Dalam laporan keuangan dalam akuntansi Islam pada dasarnya sama, namun
dalam pembuatan laporan serta jenis usaha dalam akuntansi Islam, diharapkan
dapat dipergunakan sistem yang tidak mengundang dosa. Oleh karena itu data
yang terdapat dalam laporan keuangan adalah data yang ril tanpa rekayasa dan
penuh tanggungjawab (baik diantara sesama manusia saat ini, maupun di akhirat
masa mendatang di hadapan Tuhan semesta alam)

19
ARTIKEL 3
Sedekah di Panggung Dakwah
By Ustadz Yusuf Mansur

Dalam artikel ini kita sebagai manusia diingatkan kembali akan adanya hukum
Allah. Kebanyakan manusia berpikir, untuk memperoleh return yang tinggi adalah
mutlak dengan melakukan investasi secara real dengan status kepemilikan investasi
milik sendiri. Sehingga kenyataan yang ada, membuat orang berlomba-lomba untuk
menginvestasikan uangnya ke dalam berbagai bentuk proyek bisnis maupun ke dalam
bentuk financial instrument lainnya. Hal ini seolah-olah membuat semua manusia lupa
akan adanya Hukum Allah. Melalui artikel ini, kita diingatkan bahwa ada bentuk
investasi lain yang lebih baik, yaitu dengan melakukan sedekah. Kebanyakan dari kita,
memandang bahwa sedekah malah akan mengurangi kekayaan kita. Namun pada
hakikatnya, sedekah ini adalah adalah suatu bentuk investasi lain. Memang untuk
hasilnya tidak bisa dipastikan kapan akan dinikmati dan besarnya pun relative tidak
bisa diketahui bila di dunia. Namun perhitungan ini pasti akan datang di masa setelah
hidup ini, yaitu akhirat. Atas dasar inilah membuat manusia menjadi malas untuk
melakukan sedekah.
Dalam artikel ini coba diberikan bukti nyata mengenai manfaat dari melakukan
sedekah. Secara logika, konsep sedekah ini adalah hal nyata. Dalam bentuk yang
ekstrim, sedekah tidaklah berbeda dengan konsep tolong menolong atau berbagi.
Sekitar 7 tahun yang lalu, Yusuf Mansur mendekam di penjara setelah
usahanya bangkrut dan akhirnya terjebak hutang miliaran rupiah, maka beliau
merenung, ”Saya sampai pada jawaban, nasib buruk saya karena kurang sedekah”
ujarnya. Maka segera beliau bertindak, yaitu berbagi makanan dengan tahanan lain.
Bahkan, dia sengaja meletakkan potongan roti di pojok sel yang dilalui kawanan semut.
Tidak berapa lama kabar baik datang, teman-temannya membantu melunasi
hutangnya dan ia bebas setelah 2 bulan dibui.
Setelah bebas, beliau berjualan kacang hijau di terminal Kalideres, Jakarta
Barat. Hari pertama, dari 75 bungkus yang dijual hanya 5 bungkus yang terjual. Uang
hasil penjualan sebesar Rp 2.500,- sudah habis untuk makan. Bungkusan es yang
tersisa dia dinginkan dengan balok es. Setelah itu esok paginya, beberapa bungkus
kacang hijau yang menjadi es tadi dia bagikan cuma-cuma untuk pengemis. Dan
kemudian, tidak sampai hitungan jam sisa dagangannya laris terjual. Ini yang
membuatnya yakin bahwa sedekah harus dilakukan di depan. Maka beliau kemudian
mendalami ayat-ayat Al-Quran dan Hadis Nabi yang berisi anjuran dan keutamaan
sedekah. Sambil berjualan es, dia membagikan konsep sedekah yang dia pelajari
kepada jemaah di mushola terminal. Inilah yang membukakan jalan baru untuk Yusuf.
Dia kemudia menjadi Da’i, pendakwah, sekaligus konsultan untuk berbagai masalah
yang terjadi pada umat Islam. Beliaupun menulis buku, yang menjabarkan sedekah dan
kisah-kisah sedekah. Beliau juga mengajar di pesantren keluarga.
Implikasi dari sedekah bisa bermanfaat saat itu juga, bahkan bisa di masa yang
tanpa kita duga. Seperti itulah hakikat dasar dari sedekah. Pada konsep sedekah ini,

20
datangnya pertolongan ataupun dalam wujud implikasi imbalan tidak serta merta dari
orang yang telah kita berikan sedekah, namun datangnya dapat melalui manapun
melalui kekuasaan Allah.
Tentunya konsep sedekah ini, bila dikritisi lebih lanjut sudah cukup banyak
diakomodir oleh unit-unit bisnis yang ada. Hal ini biasanya direalisasikan melalui
berbagai bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, seperti bantuan
untuk bencana alam, pemberian program beasiswa kepada murid yang kurang
mampu, maupun bentuk-bentuk kegiatan sosial lainnya. Namun terkadang motif dari
melakukan kegiatan sosial itu yang masih harus diluruskan. Biasanya semua yang
dilakukan tersebut semata-mata hanya untuk membangun image yang baik di
masyarakat. Perusahaan yang ada kebanyakan selalu berharap return yang instan dan
tanpa memandang return secara jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut, maka
banyak perusahaan yang menggantungkan hidup dengan spekulasi dan lain
sebagainya. Hal ini yang perlu diluruskan.
Perusahaan harus membangun pondasi keuangannya untuk jangka panjang.
Untuk memperkuat hal tersebut, maka perusahaan dapat mengadopsi konsep
sedekah. Kebanyakan perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi
akan semakin dikenal baik oleh masyarakat maupun konsumennya. Hal ini merupakan
dampak langsung yang dapat dinikmati, yaitu berorientasi kepada nilai-nilai manusiawi
dan hubungan vertikal terhadap sang pencipta.

21
ARTIKEL 4
IS ACCOUNTING A TRUE PROFESSION?
By Ahmed Riahi-Belkaoui

Tugas dan pertanyaan:


1. Baca dan summary-kan editorial tersebut!
Perkembangan Prinsip Akuntansi di Amerika Serikat oleh Ahmed R. dan Belkaoui
(Belkoui, 2000) dibagi dalam empat fase. 4 fase perkembangan prinsip akuntansi di
AS oleh Ahmed R. Belkaoui:
1. Tahap Kontribusi Manajemen (1900-1933),
2. Tahap Kontribusi Institusi (1933-1959),
3. Tahap Kontribusi Profesional (1959-1973),
4. Tahap Politisasi (1973-sekarang).

Pertanyaan pada judul artikel ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi
kita semua, khususnya untuk yang berprosesi di bidang akuntansi. Apakah
akuntansi merupakan “true profession”/ profesi sejati? Pertanyaan ini memang
menarik untuk dikaji. Bila kita lihat pada saat ini, akuntansi memang diakui sebagai
salah satu profesi dan hal ini ditandai dengan adanya pendidikan profesi akuntansi,
baik di Indonesia (bergelar Ak. atau Akuntan) maupun di dunia (CPA).
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir. Mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom di
Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus Telkom
tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki
alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal
tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh
auditor masih diragukan oleh SEC, dimana kompetensi dan independensi
merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor.
Pembahasan lebih lanjut, terdapat pada butir selanjutnya.
2. Sebutkan ciri-ciri sehingga suatu organisasi/keahlian disebut profesi!
Istilah Profesi dan Profesional saat ini semakin dikaburkan karena banyak
digunakan secara salah kaprah. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation) dan
keahlian (skill) dikategorikan sebagai profesi. Demikian pula istilah profesional
sering digunakan sebagai lawan kata amatir.
Menurut Hughes, E.C.: …..Profesion profess to know better than other the
nature of certain matters, and to know better than their clients what ails them or
their affairs.
Definisi ini menggambarkan suatu hubungan pelayanan antar-manusia,
sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan sebagai profesi.
Menurut Schein, F.H.: …The profession are a set of occupation that have
developed a very special set or norms deriving from their special role in society .
Kelompok profesional dapat dibedakan dari yang bukan profesional
menurut kriteria berikut :

22
- Memiliki Pengetahuan Khusus, yang berhubungan dengan kepentingan sosial.
Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk
kepentingan masyarakat umum.
- Sikap dan Prilaku Profesional. Seorang profesional memiliki seperangkat sikap
yang mempengaruhi prilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah
mendahulukan kepentingan orang lain (altruisme) di atas kepentingan diri
sendiri. Menurut Marshall, seorang profesional bukan bekerja untuk dibayar,
tetapi ia dibayar agar supaya ia dapat bekerja.
- Sanksi Sosial. Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat untuk
menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini ialah dengan pemberian hak
atau lisensi (lincense) oleh negara untuk melaksanakan praktek suatu profesi.
Lisensi ini dimaksudkan untuk menghindarkan masyarakat dari oknum yang
tidak berkompetensi untuk melakukan praktek profesional.
Sumber: www.unhas.ac.id/hasbi/LKPP/Kurikulum/kajian~1%20.doc

Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan sifat
sebagai berikut :
1. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan pelatihannya.
2. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus memperoleh
pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih intensif dibanding
mahasiswa pada bidang pekerjaan lain.
3. Praktek profesional secara legal (menurut hukum) diakui dengan pemberian
lisensi.
4. Pemberian lisensi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi.
5. Umumnya peraturan yang berkaitan dengan profesi dibentuk dan dirumuskan
oleh profesi itu sendiri.
6. Okupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya, kekuasaan, dan
tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih tinggi
bagi calon mahasiswanya.
7. Praktisi profesi secara relatif tidak dievaluasi dan dikontrol oleh orang awam.
8. Norma-norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat dibanding
kontrol legal.
9. Anggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya dibanding
dengan anggota okupasi lain.
10. Profesi ini biasanya merupakan terminal, dalam arti tidak ada yang akan
beralih ke profesi lain.
Sumber: www.unhas.ac.id/hasbi/LKPP/Kurikulum/kajian~1%20.doc
Untuk bisa diakui sebagai “True Profession”, maka profesi di bidang
akuntansi harus bisa menunjukan level otonomi yang tinggi baik terhadap klien
maupun terhadap organisasi yang mempekerjakannya.
3. Sebutkan tahap-tahap menjadi profesi!
Tentunya untuk diakui sebagai suatu profesi melalui tahapan yang panjang
dan tidak mudah. Bila kita melihatnya secara jujur, apakah akuntansi ini benarnya
memenuhi syarat sebagai true profession? Untuk bisa diakui sebagai true
profession, maka profesi di bidang akuntansi harus bisa menunjukan level otonomi

23
yang tinggi baik terhadap klien maupun terhadap organisasi yang
mempekerjakannya.
Suatu model profesionalisasi berbeda antara tiga tingkatan:
1. Potensi yang memiliki jabatan khusus untuk menetapkan suatu klaim atas
status profesionalnya.
Ada 2 karakteristik:
 Provisi dari suatu jasa yang dianggap penting, eksklusif, dan kompleks
 Suatu kesan yang dibangun melalui usaha untuk menunjukkan bahwa
jasa merupakan hal yang mendasar, eksklusif dan kompleks
2. Evaluasi publik atas klaim kedudukan pada status profesional dan format
otonomi profesional yang memungkinkan.
3. Stabilitas dan pemeliharaan profesi.
4. Apa pula yang dimaksud dengan “A client autonomous semi profession”?
Bila dilihat dari tingkat otonomi terhadap perusahaan yang
mempekerjakannya maka profesi di bidang akuntansi pun tidak memenuhi syarat
karena karyawan sangat tergantung dengan perusahaan yang mempekerjakannya.
Perusahaan yang mempekerjakannya benar-benar mengatur rancangan pekerjaan,
renumerasi dan juga promosi, sehingga karyawan tidak memiliki otonomi.
Profesi di bidang akuntansi kurang memenuhi syarat untuk disebut sebagai
true profession. Oleh karena itu, akuntan seharusnya mulai menyadari akan hal ini.
Jika hal ini terus berlanjut maka bukan tidak mungkin akan membahayakan profesi
di bidang akuntansi di masa depan.
Bila dilihat dari tingkat otonomi terhadap klien maka profesi di bidang
akuntansi memiliki tingkat otonomi yang cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dari
kurangnya independensi kantor akuntan publik terhadap kliennya. Dengan
demikian maka secara otonomi terhadap kliennya kurang memenuhi syarat.
Bahkan bila dikaji lebih dalam, maka profesi di bidang akuntansi ini memiliki
gejala dan kecenderungan untuk kehilangan karakteristik sebagai sebuah profesi.
Beberapa karakteristik yang mulai memudar menurut belkoui ditandai oleh
beberapa hal. Hal pertama adalah profesi di bidang akuntansi mulai kehilangan
kontrol terhadap objek sosial yang dibidanginya. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya
campur tangan dari profesi lain terhadap objek sosial yang ditangani oleh bidang
akuntansi. Penyebab dari hal ini adalah profesi akuntansi tidak membangun dan
mengembangkan suatu ideology tentang bagaimana para anggotanya memandang
informasi akuntansi, sehingga hal ini memunculkan keterlibatan dari profesi non
akuntansi yang memberikan jasa yang berkaitan dengan produksi dan penyebaran
informasi akuntansi.
Hal berikutnya adalah mulai hilangnya solidaritas dari sesama anggota
profesi, ditandai dengan terjadinya proses stratification yang terjadi pada kantor
akuntan publik. Dengan kehilangan rasa solidaritas ini, maka cukup membahayakan
karena tekanan dari luar akan semakin kencang menggoyang profesi ini. Di
samping itu, kemajuan teknologi turut mengancam profesi ini, karena cukup
banyak fungsi-fungsi akuntansi yang diambil alih oleh sistem, sehingga profesi di
bidang akuntansi tinggal menjalankan program saja. Belum lagi ditambah masalah

24
berbagai skandal kecurangan-kecurangan yang terjadi semakin memojokkan
profesi ini di mata publik.
Bila hal ini terus berlanjut maka ke depannya profesi akuntansi akan
semakin terancam keberadaannya seiring makin memudarnya kompentensi yang
di miliki oleh bidang ini. Memang hal ini cukup mengkhawatirkan. Saat ini profesi
akuntansi sedang menghadapi proses deprofessionalization, dan bila tidak segera
ditangani dan dibenahi maka kemungkinan besar keberadaan akan profesi
akuntansi ini dapat dipertanyakan.
Lantas siapakah yang patut disalahkan? Untuk hal yang satu ini
kemungkinan kurangnya penanaman sikap profesionalitas pada saat menjalani
pendidikan akuntansi. Kebanyakan orang yang bergabung dengan profesi akuntansi
ini, hanya didorong oleh profit motif saja. Mereka memandang bahwa tingkat
pengembalian dari profesi ini terbilang sangat cepat. Namun mereka tidak
menyadari, bahwa sikap-sikap seperti inilah yang akan memudarkan profesi
akuntansi di masa mendatang.
5. Bagaimana penilaian Riahi-Belkaoui terhadap keprofesionalan “Akuntan”?
Profesi Akuntan akan memperoleh keanekaragaman, namun bukan
substansi suatu profesi. Hal ini disebabkan Profesi Akuntan tidak memiliki cukup
mekanisme untuk menjamin pengawasan objek sosialnya secara terus-menerus
yang mengatur pelayanan dan aktivitasnya.
6. Apa penyebab sehingga Akuntan dinilai tidak memenuhi syarat sebagai “true
profession”?

7. Bagaimana komentar anda terhadap integrity dari Profesi Akuntan konvensional


sekarang ini?

8. Bagaimana kesimpulan Riahi-Belkaoui tentang profesi Akuntan?

9. Apa relevansi Akuntansi Islam dalam konteks ini?


Islam sangat menjunjung tinggi pertanggung-jawaban, oleh karenanya,
profesionalitas atas profesi amat dijaga tanggung-jawabnya.

25
Comment secara keseluruhan

Berdasarkan artikel yang diungkapkan oleh Belkoui, Watkins, maupun Jim


Peterson dapat dilihat bahwa pada dasarnya akuntansi maupun profesi akuntansi saat
ini tengah mengarah kepada suatu kondisi krisis. Bila kita mau jujur, hal ini disebabkan
oleh ideologi yang membangun akuntansi itu sendiri, yaitu ideologi kapitalis. Semua
orang saling berlomba-lomba untuk memupuk kekayaan pribadi. Dengan demikian
maka fokus akuntansi hanya terjebak sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
bisnis semata dan meninggalkan fungsi yang lebih esensial, yaitu untuk
pertanggungjawaban. Sistem kapitalis ini, memang menggerakkan dunia secara cepat,
sehingga teknologi pun berkembang dengan cepat. Pasar modal pun saat ini hanya
dijadikan sebagai ajang spekulasi untuk menghasilkan return yang tinggi dalam waktu
singkat.
Dengan fokus pasar modal demikian, maka hal ini secara otomatis mengubah
format akuntansi yang hanya berfokus untuk decision making semata. Aspek inilah
yang melahirkan berbagai skandal memalukan yang mencoreng profesi akuntansi di
dunia. Dengan fokus pada decision making, maka secara otomatis akuntansi akan
bersaing dengan sistem informasi lainnya di dalam mendukung proses pengambilan
keputusan. Hal ini yang menyebabkan akuntansi dapat kehilangan kompentensinya.
Akuntansi tidak lagi memiliki kekhususan dibanding sistem informasi lainnya. Belum
lagi ditambah kehilangan profesionalisme dari para anggotanya. Semuanya selalu
berorientasi kepada nilai perusahaan di pasar modal. Sehingga manajemen selalu
berusaha untuk melakukan praktik-praktik seperti lipstic accounting agar nilai
perusahaan yang dikelolanya dapat selalu meningkat.
Hal ini memberikan tekanan tersendiri bagi profesi auditor. Terutama setelah
terbongkarnya skandal besar korporasi seperti Enron dan World Com. Peraturan
memperketat peran auditor untuk selalu memberikan penilian terhadap efektifitas
internal kontrol dari perusahaan klien, agar jagan sampai kasus fraudulent financial
statement dapat dicegah. Auditor merasa posisinya semakin terjepit. Bagaimana
auditor harus selalu menghadapi bola-bola panas yang siap menerjang kapan saja.
Auditor selalu dijadikan bulan-bulanan manajemen perusahaan. Bila mau bekerja
sama, maka profesionalitaslah yang dipertaruhkan dan belum lagi ditambah dengan
ligitation risk yang selalu mengintai, dan bila tetap berpegang teguh kepada kebenaran
maka, gelombang tekanan akan datang bertubi-tubi.
Hal ini merupakan sebuah gambaran dunia kapitalis yang pada akhirnya akan
dapat meluluhlantahkan pondasi akuntansi yang telah dibangun selama ini. Saat ini
akuntansi hampir kehilangan jati dirinya yang sejati. Hal ini pun senada dengan yang
diungkapkan oleh belkoui, yang menyatakan bahwa profesi akuntansi saat ini tengah
dalam proses deprofessionalization. Di mana para anggota profesi mulai kehilangan
nilai-nilai profresionalitas yang dimilikinya. Belum lagi ditambah dengan hilangnya
kontrol terhadap objek sosial yang menjadi bidang akuntansi.
Yang menjadi pertanyaan kita semua sekarang adalah bagaimana caranya kita
untuk memperbaiki situasi ini agar profesi akuntansi dapat keluar dari krisis di masa
sekarang maupun di masa depan. Watskin memberikan solusinya yang cukup masuk
akal. Seharusnya akuntansi harus mulai melirik fungsi sebagai pertanggungjawaban.

26
Secara otomatis bila orientasi dari akuntansi lebih mengarah kepada fungsi
pertanggungjawaban, maka dengan sendirinya kompentensi dari akuntansi dapat
meningkat. Selain itu, kredibilitas dari akuntansi sendiri juga akan meningkat dengan
mengalihkan fokusnya untuk pertanggungjawaban.
Menurut Belkoui, krisis yang ada perlu dibenahi dengan memokuskan
perhatian pada proses pendidikan akuntansi yang ada. Pendidikan profesi akuntansi
yang ada harus menekankan dan menanamkan sikap profesionalitas yang tinggi, dan
dapat menarik orang-orang yang memang berkomitmen dengan akuntansi. Di luar itu
semua, sebaiknya dunia pun seharusnya mulai membenahi ideologi yang ada. Saat ini
berbagai alternatif akuntansi mulai dikembangkan, seperti kemunculan akuntansi
syariah sebagai bentuk alternatif dari akuntansi konvensional yang ada saat ini.
Akuntansi syariah merupakan bentuk dari akuntansi yang berfokus pada
pertanggungjawaban dan juga mengikuti syariat Islam. Seperti yang diungkapkan
dalam artikel AA Gym bahwa kapitalis itu hanya berfokus pada keuntungan diri sendiri
dan selalu mengeksploitasi semuanya tanpa memperdulikan nasib sesamanya.
Terdapat perbedaan pengertian keuntungan yang mencolok antara kapitalis dan Islam.
Di dalam Islam konsep keuntungan yang terutama adalah mengenai nilai dan juga
sesuatu yang dapat bermanfaat bagi sesama. Hal senada juga di sampaikan oleh
Ustadz Yusuf Mansur mengenai pentingnya berbagi dengan sesama melalui sedekah.
Bila kita bisa menerapkan seutuhnya konsep ini, maka tentunya proses bisnis
yang ada akan lebih etis baik kepada lingkungan maupun kepada seluruh stakeholder
yang ada. Sehingga kasus sepeti Enron maupun World Com tidak akan terulang. Pada
akhirnya hal ini akan merubah fokus akuntansi menjadi untuk pertanggungjawaban
manajemen baik untuk pemilik, kreditor, masyarakat maupun dapat
dipetanggungjawabkan kepada Tuhan.
Penulis mengambil kutipan dari Aa Gym “Bagi orang yang curang, Allah SWT
akan mencabut barokahnya” Masalah kecurangan ini Allah jelaskan dalam Qur’an surat
Al Muthoffifin. Orang curang adalah orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain mereka minta dipenuhi, sedangkan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka akan menguranginya. Kalau uang itu tidak barokah, dia tidak
akan pernah tenang, dia selalu dililit oleh kekurangan walaupun uangnya sudah
melimpah. Dan kalau uang itu tidak barokah, namanya jauh lebih hina dari pada
sebanyak apa pun harta yang dimiliki. Orang yang mengurangi timbangan, maka akan
hancur barokahnya. P untung, padahal kalau Allah mau membuat musibah, maka akan
gampang. Contohnya, dengan gampang Allah akan membuat penyakit, semua
keuntungannya habis untuk mengobati penyakitnya. Buat saja penyakit yang buat dia
tidak pernah menikmati apa yang dimilikinya. Oleh karena itu, transaksi jual beli kita
harus menjadi amal sholeh. Pilihlah para pedagang yang diperkirakan berdagangnya itu
menjadi kebaikan, yang kalau dia punya untung, untungnya itu juga mashlahat. Jangan
sampai kita belanja kepada orang yang untungnya bisa menjadi fitnah bagi kita. Begitu
pun bagi yang menjual sesuatu, usahakan kepuasan kita bukan kita yang beruntung,
tapi untungkanlah sebanyak mungkin orang lain. Secara finansial untung, dan buatlah
akhlak kita sebaik-baiknya, sehingga orang yang bertransaksi barang dengan kita tidak
hanya mendapatkan fasilitas, tidak hanya mendapatkan barang, tapi juga melihat

27
kemuliaan seorang penjual.” http://pgriciampea-
smp.site90.net/BungaRampai/5/mq/mq.html

28
DAFTAR PUSTAKA

Belkoui, Ahmed Riahi, Accounting Theory, Edisi keempat, terjemahan, Jakarta: Salemba

Empat, 2000.

Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Raja Grafindo, Jakarta, 2001.

Januar, Sri Astuti dan Agung Wirawan, Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham

Perusahaan Publik Di Indonesia, JAAI, Vol.6, No.2, Desember 2004, Hal 45.

Muqodim, Teori Akuntansi, Edisi ke-1, Ekonisia, Yogyakarta, Mei 2005.

Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi ke-3, BPFE,

Yogyakarta, Maret 2005.

ii

Anda mungkin juga menyukai