Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA

ACARA V
PERISTIWA XENIA

Nama : Dyah Ayu Safitri


NIM : 11294
Golongan : B1
Nama partner :
1. Maya Rinawati (11348) Golongan : B1
2. Kornelius Fergio (11485) Golongan : B1
3. Gindra Satriyadi (11540) Golongan : B1
Asisten : Ikhsanah Ratri

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
ACARA V
PERISTIWA XENIA

I. INTISARI

Praktikum acara V yang berjudul Peristiwa Xenia ini dilaksanakan di Kebun Percobaan
Universitas Gadjah Mada, Banguntapan, Bantul. Praktikum ini bertujuan untuk menunjukan
peristiwa xenia pada tanaman jagung (Zea mays). Sedangkan metode yang digunakan dalam
praktium ini yaitu metode “Tassel bag method” yakni dengan cara membungkus bunga jantan
maupun betina sebelum mekar dengan menggunakan kantong kertas minyak. Hasil percobaan
yang diperoleh pada xenia terdapat 39.5% biji berwarna ungu dan 60.5% bijinya tidak
berwarna ungu. Untuk selfingnya (selfing ungu) didapatkan 78.7% biji berwarna ungu dan
21.3% biji berwarna bukan ungu. Pada resiprok terdapat biji berwarna ungu 30.4% biji tidak
berwarna ungu dan 69.6% biji berwarna bukan ungu. Untuk selfingnya tidak ada biji berwarna
ungu atau 100% biji tidak berwarna ungu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peristiwa xenia
tidak dapat ditunjukkan (tidak berhasil) pada praktikum ini, meskipun persilangan resiprok-nya
berhasil.

II. PENDAHULUAN

A. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Memahami peristiwa Xenia.
2. Mempelajari peristiwa xenia pada tanaman jagung.

B. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat yang ditanam sebagai tanaman pangan
maupun sebagai tanaman pakan ternak. Kandungan karbohidrat dalam jagung dapat mencapai
80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat yang dihasilkan biasanya dalam bentuk amilosa
dan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih
berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati
sehingga bijinya berasa lebih manis ketika masih muda.
Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh gamet jantan atau ayah pada
endosperm tanaman induk. Ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah
diekspresikan pada organ betina (buah) atau generasi berikut selagi masih belum mandiri
(embrio/endosperm). Xenia bukan merupakan penyimpangan Hukum Pewarisan Mendel,
melainkan pengaruh langsung dari pembuahan berganda (double fertilization) yang terjadi pada
tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan
endosperm merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap
perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endosperm bereaksi dan mempengaruhi
penampilan biji, bulir serta buah. Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk
menghasilkan jagung dengan kadar minyak yang tinggi.

C. Landasan Teori
Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua
setelah beras. di samping itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.
Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat 5,16% per tahun, sedangkan untuk
kebutuhan pakan ternak dan industri naik 10,87% per tahun (Balai Penelitian Pangan Sukarami,
2001). Jagung dapat tumbuh di Indonesia dengan baik. Jenis jagung sangat beragam, antara lain
Flour corn atau Soft corn, Dent corn, Sweet corn, Pod corn dan Waxy corn (Wijaya, 2007)
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri) (Anonim, 2007 ).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri
pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi,
padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et al., 1958).
Penelitian Shull dan East di USA, membuktikan sebuah revolusi pada persilangan
jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%,
kadang-kadang 50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani.
Petani umumnya mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang
menangani khusus produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis
jagung yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk
betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari
induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 1966).
Jagung hibrida dibuat dengan cara mempersilangkan 2 buah galur bersaudara (inbred
lines) yang unggul. Untuk itu, maka memilih populasi sumber galur, membuat galur dari sumber
galur dan kemudian menguji daya gabung (combining ability) galur-galur, merupakan
serangkaian langkah-langkah pokok yang harus dilakukan dalam pembuatan hibida (Moentono
et al., 1985).
Hibrida semakin meluas di negara-negara berkembang. Jagung hibrida memberikan
harapan hasil biji yang lebih tinggi dibandingkan varietas-varietas bersari bebas. Varietas bersari
bebas merupakan campuran hibrida, yang secara teoritis hasil hibrida penyusun varietas bersari
bebas akan tersebar normal. Diharapkan dalam satu populasi dapat diambil hibrida silang tunggal
yang hasilnya tinggi. Pembuatan jagung hibrida telah dirintis di Indonesia tahun 50-an dan
memberikan hasil yang lebih tinggi daripada populasi asalnya. Namun karena kesulitan dalam
produksi benih dan adanya varietas introduksi yang berpotensi hasilnya tinggi, program hibrida
tidak dilanjutkan (Slamet, 1992).
Xenia (dari akar bahasa Yunani, ξενοσ, "xenos" yang berarti 'tamu' atau 'orang asing')
merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuk sari (pollen) pada fenotipe biji dan
buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa
tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan
adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ
tetua betina (buah) atau generasi berikut selagi masih belum mandiri (embrio atau endospermia).
Xenia yang mempengaruhi fenotipe buah juga disebut metaxenia. Contoh xenia yang paling
sering dipakai adalah pengaruh serbuk sari pada warna endospermia butir jagung. Meskipun
demikian, xenia dilaporkan juga teramati pada sawo manila, kelapa, biji kapas, bunga matahari,
apel, kurma, serta pir. Gejala xenia tidak hanya mempengaruhi warna tetapi juga bentuk, kadar
gula, kadar minyak, bentuk buah, dan waktu pemasakan. Xenia bukanlah penyimpangan dari
Hukum Pewarisan Mendel, melainkan konsekuensi langsung dari pembuahan berganda (double
fertilisation) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan
hingga biji masak. Embrio dan endospermia merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan
betina) dan pada tahap perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endospermia
berekspresi dan mempengaruhi penampilan biji, bulir, atau buah. Beberapa alasan diajukan untuk
menjelaskan mekanisme gejala ini :
 Teori dosis alel
 Imprinting
 Transposon
 Paramutasi
Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan butir jagung dengan kadar
minyak tinggi di Amerika Serikat dan paket teknologinya dipatenkan dengan nama TopCross®
( Anonim, 2007)

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Genetika Acara 5 yang berjudul Peristiwa Xenia dilaksanakan


di kebun Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Alat yang diperlukan yaitu perlengkapan polinasi
berupa kantong kertas, gunting, label, paper clip / stapler. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah populasi tanaman jagung berwarna ungu dan populasi tanaman jagung berwarna kuning.
Jagung merupakan tanaman penyebuk silang sehingga bunga perlu dibungkus sebelum
mekar. Saat optimal mekarnya bunga terjadi antara pukul 09.00 - 11.00. Tanaman mulai
berbunga pada saat setengah umur tumbuhnya. Terdapat 3 cara persilangan buatan pada tanaman
jagung yaitu tassel bag method, bottle method, dan overall method.
Pada praktikum kali ini digunakan tassel bag method. Pertama-tama, bunga jantan
maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas. Malai bunga jantan
yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina,
dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa
untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong
menggunakan gunting setinggi ± 1-2 cm di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan ini
dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan
dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh
rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot
menunjukkan bahwa telah siap untuk diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong
dikumpulkan serbuksarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan
dengan cara menaburkan serbuksari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat dilakukan 2-3 kali (menggunakan pollen dari tetua
yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah diserbuki. Tanda-tanda bahwa bunga jantan
siap menyerbuki adalah adanya serbuksari yang melekat pada kantong pembungkus. Untuk
percobaan ini dibuat 4 kombinasi persilangan, yaitu :
1. ♀ jagung malai kuning x ♂ jagung malai kuning (kontrol/selfing resiprok)
2. ♀ jagung malai ungu x ♂ jagung malai ungu (kontrol/selfing xenia)
3. ♀ jagung malai ungu x ♂ jagung malai kuning (resiprok)
4. ♀ jagung malai kuning x ♂ jagung malai ungu (xenia)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah biji
No Tipe persilangan ♀/♂ Ungu Bukan ungu Total
Kuantum % Kuantum % Kuantum %
1 Selfing Kuning/Kontrol Resiprok 0 0 195 100 195 100
2 Selfing Ungu/Kontrol Xenia 199 78,7 54 21,3 253 100
3 Resiprok 42 30,4 96 69,6 138 100
4 Xenia 51 39,5 78 60,5 129 100

Peristiwa xenia pada umumnya dapat diamati pada tanaman serealia karena memiliki biji
tanaman dengan massa yang relatif cukup besar. Pengaruh-pengaruh dari fenomena tersebut
dapat secara visual diamati melalui karakter-karakter tanaman diantaranya bentuk buah, warna,
dan rasa. Xenia disebabkan oleh pengaruh gamet jantan pada endosperm tanaman induk. Jagung
digunakan sebagai bahan pengamatan karena selain mudah disilangkan, hasilnya juga mudah
diamati dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama.

Dari persilangan Xenia, yaitu persilangan antara ♀ Jagung Malai Kuning dan ♂ Jagung
Malai Ungu, didapatkan bahwa jumlah biji berwarna ungu pada keturunan F1 sebanyak 51
(39.5%) sedangkan jumlah biji yang bukan ungu sejumlah 78 (60.5%). Pada keturunanan F1 nya,
didapati sebagian besar keturunannya memiliki biji yang tidak berwarna ungu. Hal ini
menunjukkan pengaruh gamet betina yang lebih dominan dibandingkan gamet jantan, yang
artinya gamet jantan memiliki alel yang bersifat resesif terhadap gamet betina yang lebih bersifat
dominan. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh penyerbukan yang tidak dikehendaki, yaitu telah
terserbuknya ♀ Jagung Malai Bukan Ungu oleh ♂ Jagung Malai lain yang tentunya bukan ungu
sebelum dilakukannya persilangan ini. Pada persilangan xenia, seharusnya gamet jantan lebih
dominan daripada gamet betina. Sehingga dapat dikatakan bahwa persilangan ini tidak berhasil.
Pada persilangan selfing antara ♀ Jagung Malai Ungu x ♂ Jagung Malai Ungu yang
merupakan control dari persilangan Xenia, didapatkan bahwa jumlah biji berwarna ungu pada
keturunan F1-nya sebanyak 199 (78.7%), sedangkan jumlah biji yang berwarna bukan ungu
sebanyak 54 (21.3%). Adanya warna bukan ungu pada persilangan ini menunjukkan bahwa
gamet jantan dan gamet betina keduanya memiliki sifat resesif. Hal ini dapat juga disebabkan
oleh terserbukinya ♀ Jagung Malai Ungu oleh ♂ Jagung Malai yang lain tentunya bukan ungu
yang memiliki sifat dominan sebelum dilakukannya persilangan ini.
Pada persilangan Resiprok antara ♀ Jagung Malai Ungu x ♂ Jagung Malai Bukan Ungu,
didapatkan bahwa jumlah biji berwarna ungu pada keturunan F1-nya sebanyak 42 (30.4%) dan
jumlah biji yang berwarna bukan ungu sebanyak 96 (69.6%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa
ada pengaruh gamet betina pada persilangan ini, sehingga sebagian kecil dari keturunan F1
mewarisi sifat induk betina. Persilangan resiprok merupakan persilangan kebalikan dari
persilangan xenia yang digunakan untuk pengecekan apakah persilangan xenia benar-benar
menghasilkan hybrid yang diinginkan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa gen berwarna
ungu pada gamet betina bersifat resesif.
Dari persilangan selfing kuning yang merupakan kontrol resiprok antara ♀ Jagung Malai
Bukan Ungu x ♂ Jagung Malai Bukan Ungu, didapatkan hasil bahwa pada keturunan F1-nya
tidak menghasilkan biji berwarna ungu atau 0 (0 %) dan jumlah biji yang berwarna bukan ungu
sebanyak 195 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa kedua gamet baik jantan maupun betina
sama-sama memiliki gen yang sama yaitu pembawa sifat biji tidak berwarna ungu yang
menyebabkan keturunan pada F1-nya semua berwarna bukan ungu. Dapat dikatakan bahwa
kedua gamet memiliki pengaruh yang sama pada semua keturunan F1.
Dari berbagai hasil persilangan tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang mendukung
keberhasilan saat melakukan persilangan buatan untuk menunjukkan fenomena xenia antara lain:
 Terjadinya penyerbukaan yang tak dikehendaki (serbuk sari dari induk jantan yang tak
dikehendaki jatuh ke kapala putik induk betina) karena tempat tanam jagung malai ungu dan
malai kuning berdekatan.
 Faktor iklim, suhu yang optimal, waktu penyerbukan yang sesuai, penyungkupan yang
sesuai.
 Faktor genetis.

V. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
 Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuksari (pollen) pada fenotipe
biji dan buah yang dihasilkan tetua betina.
 Keberhasilan penyerbukan xenia sangat dipengaruhi oleh proses penyerbukan.
 Xenia dikatakan berhasil 100% apabila kondisi biji xenia berbanding terbalik dengan
selfingnya.
 Peristiwa Xenia dapat dibuktikan pada tanaman jagung.
 Pada peristiwa xenia, gamet induk jantan akan bersifat dominan terhadap induk gamet betina
dan mempengaruhi keturunan F1-nya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Homepage : http://id.wikipedia.org/wiki/jagung. Diakses tanggal 21 Desember
2009.

Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press. New York.

Moentono, M.D. dan Endang S. 1985. Status Penelitian Jagung Hibrida. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Hasil Penelitian Jagung, Sorgum, Terigu. p 123-143.

Sinnot, E.W., L.C. Dunn and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book Company
Inc. New York.

Slamet, S. 1992. Daya Gabung Populasi Jagung S4. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Risalah Hasil
Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1991. p 17-21.

Wijaya, Andi. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi Putih
terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia 2(21): 199 – 203.

Anda mungkin juga menyukai