Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 26 April 2011

Teknologi Minyak Atsiri, Rempah Dosen :Drs. Chilwan Pandji,MSc.


Dan Fitofarmaka Asisten :
1. Laras Sukmawati (F34070094)
2. Khairunnisa (F34070121)

ADSORBSI DENGAN LEMAK PADAT (ENFLEURASI) DAN


EKSTRAKSI DENGAN PELARUT

Disusun Oleh :
Ridho Aslam F34080127
Melisa Constantia F34080130
Rachel Jessica P F34080132

2011
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial, serta minyak
aromaterapi karena merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang
khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian.
Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun,
bunga, biji, buah, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Pada umumnya bunga setelah
dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses
hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam
bunga akan menguap dalam waktu singkat. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri dari tanaman. Antara lain dengan
menggunakan metode Enfleurasi dan Solvent Extraction. Khusus untuk minyak atsiri
yang diperoleh dari bunga, maka dalam proses pengambilan minyaknya bisa
digunakan dengan metode enfleurasi. Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh
lemak dilakukan pada suhu rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari
kerusakan yang disebabkan oleh panas.
Masing-masing jenis minyak atsiri umumnya memiliki metode pengambilan
yang berbeda. Hal ini didasarkan pada bagian dan jenis tanamannya. Penggunaan
metode yang tidak tepat akan berdampak pada hasil ekstraksi minyak atsiri yang
didapat. Sehingga sangat penting kiranya untuk menguasai masing-masing teknik
pengambilan ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mempelajari teknik enfleurasi pada
bunga mawar dengan menggunakan lemak padat berupa mentega putih. Mengetahui
rendemen minyak yang dihasilkan bunga mawar dengan menggunakan metode
enfleurasi. Mempelajari cara ekstraksi bahan lada dan bunga mawar dengan
menggunakan pelarut alkohol dan hexan. Mengetahui jumlah rendemen minyak yang
didapatkan dengan menggunakan metode ekstrak.
II. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini terdiri atas casis, rotary
evaporator, gelas piala, spatula, neraca, bejana bertutup rapat, magnetic stirer, dan
corong.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah shortening, etanol 90%,
bunga segar seperti melati, sedap malam, mawar, lada, berbagai jenis bunga (mawar),
petroleum eter, dan benzen.

B. Metode
• Enfleurasi
Siapkan alat enfleurasi. Pada sisi dari dasar alat dioleskan lemak setebal 1-2
cm. Diatas lapisan lemak tersebut ditaburkan bunga segar yang telah ditimbang
sampai 2/3 bagian dari rak terisi oleh bunga. Diamkan selama 24 jam (semalam) pada
suhu kamar dan disimpan dalam ruangan tertutup. Hari berikutnya bunga yang lama
dikeluarkan diganti dengan bunga yang baru, timbang terlebih dahulu. Penggantian
bunga dilakukan 3-4 kali. Setelah ekstraksi ke empat, bunga dikeluarkan dan lemak
dikerok dari dasar rak. Larutkan lemak tersebut dalam alkohol 90% sampai semua
lemak larut. Dinginkan campuran lemak tersebut pada alat pendingin (freezer) pada
suhu sekitar 15°C, sampai bagian lemak membeku. Pisahkan bagian lemak dari
alkohol dengan cara menyaring, sehingga diperoleh filtrat yang disebut ekstrait.
Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengancara menyuling sebagian besar alkohol
menggunakan rotary evaporator. Cairan yang dihasilkan disebut ”Absolute
enfleurasi” lalu ditimbang.
• Solvent Extraction
Bahan berupa bunga dan lada dimasukkan dalam bejana. Tambahkan pelarut
sebanyak 3 kali jumlah bahan, kemudian aduk secara perlahan agar terjadi pencucian
secara merata, pencucian dilakukan selama 30 menit dengan menggunakan magnetic
stirer. Bahan dipisahkan dari pelarut dengan cara menyaring menggunakan kertas
saring atau kapas sehingga didapatkan filtrat. Pelarut diuapkan menggunakan rotary
evaporator. Minyak pekat yang dihasilkan ditimbang, lalu dihitung rendemennya dan
disimpan untuk dianalisa mutunya.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu


campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Ekstraksi merupakan pemisahan dengan pelarut yang melibatkan perpindahan zat
terlarut ke dalam pelarut. Prinsip ekstraksi dengan pelarut menguap adalah
melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap.
Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel) disebut ekstraktor.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak
atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk
mengesktrak minyak dari bunga-bungaan. Kebanyakan dipilih metode ini karena
kadar minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan
metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak
atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang
larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar (Guenther, 1987).
Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan pula dengan menggunakan pelarut
menguap seperti dietil eter, petroleum eter dan alkohol. Cara kerja ekstraksi dengan
pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan bunga yang akan
diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor dan kemudian ekstraksi akan berlangsung secara
sistematik pada suhu kamar. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan (bunga) dan
melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin, albumin serta zat warna.
Karena zat warna yang ikut terlarut, maka semua minyak yang diekstraksi dengan
menggunakan pelarut menguap akan berwarna gelap karena mengandung pigmen
alamiah yang bersifat tidak dapat menguap. Selanjutnya larutan tersebut dipompa ke
dalam evaporator untuk menguapkan pelarut dan memekatkan minyak pada suhu
rendah. Dengan demikian, uap aktif yang terbentuk tidak akan merusak
persenyawaan minyak bunga bila suhu dijaga tetap rendah (Guenther, 1987).
Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna
gelap karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap.
Faktor yang menentukan berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari pelarut yang
dipakai. Pelarut yang ideal harus memenuhi syarat yaitu:
1). Harus dapat melarutkan zat wangi bunga secara cepat dan sempurna dan
sedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin
2). Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar supaya pelarut
mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi
3). Pelarut tidak boleh larut dalam air
4). Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga
5). Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak
akan tertinggal dalam minyak
6). Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak terbakar. Tidak ada
pelarut yang memenuhi syarat tersebut di atas, namun pelarut yang dianggap baik
ialah petroleum eter dan benzena (benzol) (Ketaren, 1985).
Susanto (1999) menjelaskan bahwa jumlah pelarut berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi, tetapi jumlah berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak,
dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. McCabe, et al (1999)
menambahkan jumlah pelarut berpengaruh terhadap banyaknya oleoresin yang
diekstrak sampai titik keseimbangan, namun pada ekstraksi multi tahap kepekatan
dari zat yang akan diperoleh pada tingkat ekstraksi berikutnya selalu menjadi lebih
rendah, karena itu bahan pelarut tidak terpakai secara optimum.
Pemilihan pelarut merupakan hal yang penting dalam mengekstrak komponen
yang diinginkan. Kepolaran dan titik didih pelarut mempunyai peranan penting dalam
pengekstrakan komponen yang diinginakan. Jenis pelarut, konstanta dielektrik, titik
didih dan sifatnya secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
Jenis pelarut Konstanta Titik didih Sifat umum
dielektrik
Petoleum eter 1.9 Bervariasi Mudah
terbakar
o
Heksana 1.9 69 C Mudah
terbakar
Kloroform 5.0 61oC -
Isopropil 15.7 82oC Larut dalam
alkohol air
o
Aseton 21.4 56 C Larut dalam
air
Etanol 24.3 78oC Larut dalam
air
Metanol 33.1 65oC Larut dalam
air
Sumber: Brieger (1969)
Oleoresin merupakan ekstrak atau sari tumbuhan yang telah mengalami
penguapan pelarut. Oleoresin lada mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
produk olahan yang lain dari lada yaitu mempunyai keseragaman aroma dan tidak
mengandung mikroba sehingga lebih awet. Oleoresin lada biasanya diproduksi dari
lada hitam karena mempunyai rendemen yang lebih besar dibanding dengan bahan
baku lada putih dan juga harga bahan baku yang lebih murah dengan kandungan sari
tumbuhan yang hampir sama dari oleoresin lada hitam maupun oleoresin lada putih.
Permasalahan pada ekstraksi oleoresin lada hitam adalah diperlukan pelarut yang
banyak untuk dapat mengekstraksi oleoresin dari bahan baku. Banyaknya pelarut
akan mempengaruhi tingginya biaya pengadaan pelarut sehingga diperlukan efisiensi
penggunan pelarut untuk menekan biaya produksi.
Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan
berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap
pelarut yang digunakan (McCabe et al, 1999). Oleoresin didapatkan dari rempah-
rempah dengan cara diekstraksi menggunakan pelarut organik. Hasil ekstraksi
mengandung minyak dan senyawa terlarut pada pelarut. Pelarut organik yang biasa
digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak, seperti alkohol
dan aseton. (Anonymous, 2006).
Enfleurasi absolut dan chassis absolut pada dasarnya satu sama lain adalah
pelengkap, sebab masing-masing merupakan minyak yang dihasilkan dari satu bunga
yang sama, yaitu bunga mawar. Untuk pemasarannya, kedua minyak ini dijual secara
terpisah karena harga chassis absolut lebih rendah dibanding dengan harga enfleurasi
absolut. Tapi walaupun begitu setidaknya sisa proses enfleurasi ini (kelopak bunga
mawar) dapat dijual sehingga meningkatkan nilai tambahnya daripada langsung
dibuang dan hanya menjadi limbah yang dapat merusak lingkungan. Chassis absolut
memberikan hasil terbaik dalam campuran parfum, khususnya dalam campurannya
dengan zat aromatik sintesis (Guenther, 1987).
Prinsip kerja enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu (sedap malam
dan melati misalnya) setelah dipetik, masih meneruskan aktivitas fisiologisnya,
sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi. Lemak mempunyai
daya absorpsi tinggi dan jika dicampur kemudian kontak dengan bunga yang berbau
wangi, maka minyak akan mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan bunga tersebut.
Pada proses ini bunga dijaga agar bunga tetap hidup dengan cara memberikan O2
secukupnya agar minyak atsiri yang dikandung dapat diabsorpsi pada suhu ruang (25-
300) (Guenther, 1987).

III. PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
[Terlampir]
B. Pembahasan
Minyak atsiri terdapat pada kantung-kantung minyak dalam jaringan tumbuhan
sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengeluarkannya. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan penyulingan. Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara
fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda,
dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih
rendah terpisah dari campuran atau dapat pula didefinisikan sebagai pemisahan
komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan
perbedaaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Adapun tujuan dari proses
penyulingan adalah memperoleh minyak atsiri dari tanaman aromatik yang
mempunyai kandungan minyak atsiri yang sulit untuk diekstrak pada kondisi
lingkungan normal.
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan atau pengempaan umumnya
dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan
minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang
mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan
bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini.
Prinsip dari ekstraksi dengan pelarut menguap atau perkolasi adalah melarutkan
minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut
organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak
oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal
dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga.
Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi.
Perbandingan yang baik antara bahan dan pelarut adalah 1:10. Konsentrasi pelarut
juga akan mempengaruhi ekstrak. Penggunaan pelarut alkohol dengan konsentrasi
kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga mempersulit
penyaringan. Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan
menghasilkan ekstrak dengan kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada
bagian bawah ekstrak. Berdasarkan hasil penelitian Sulusi (2002), konsentrasi etanol
terbaik adalah 50-60%.
Lada merupakan salah satu jenis rempah yang dimanfaatkan sebagai bumbu
dalam berbagai masakan. Buah lada berbentuk bulat saat muda berwarna hijau dan
setelah matang berwarna merah. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam,
putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih.
Pengolahan lebih lanjut terhadap biji lada perlu dikembangkan karena dalam keadaan
utuh biji lada mempunyai kelemahan yaitu aroma akan hilang dan juga mudah rusak
karena jamur selama penyimpanan. Hasil olahan lada antara lain adalah oleoresin dan
lada bubuk.
Dalam praktikum, jenis pelarut menguap yang digunakan untuk ekstraksi
minyak atsiri dari bunga sedap malam dan lada adalah heksan dan alkohol. Menurut
Guenther (1987), heksan merupakan fraksi dari petroleum eter yang memiliki titik
didih antara 65-70oC. Dalam petroleum eter itu sendiri, heksan merupakan parafin
jenuh yang mempunyai sifat stabil dan mudah menguap, hingga pelarut ini dikatakan
sebagai pelarut yang paling baik untuk ekstraksi minyak bunga. Disamping itu,
banyak keuntungan lain yang diperoleh dengan penggunaan heksan atau petroleum
eter antara lain karena sifatnya yang selektif dalam melarutkan zat serta prosesnya
yang hanya menghasilkan lilin, albumin dan zat warna dalam jumlah sedikit namun
dapat mengekstraksi zat pewangi dalam jumlah besar.
Pelarut alkohol sebenarnya tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak
atsiri dari bunga segar karena dapat melarutkan air yang terdapat dalam bahan.
Dengan beberapa jenis bunga misalnya sedap malam, alkohol menyebabkan bau yang
tidak enak. Hal ini terbukti dengan hasil ekstraksi minyak dari bunga sedap malam
yang dilakukan dalam praktikum. Rendemen dari minyak dengan pelarut alkohol
memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen minyak dengan
pelarut heksan. Tingginya rendemen ini dimungkinkan tidak murni minyak atsiri
karena adanya tingginya kandungan air dan menyebabkan minyak berbau tidak segar
atau beraroma seperti bunga yang membusuk.
Menurut Suyanti (2003), pada siang hari hasil ekstraksi dengan pelarut alkohol
pada kondisi mekar 25%, 50%, 75% dan 100% adalah 5,42%; 9,14%; 10,94%; dan
10,79%. Sedangkan rendemen yang didapatkan dari hasil pengamatan untuk pelarut
alkohol pada bunga sedap malam adalah 30,2 % dan pada lada sebesar 10,17%.
Tingginya rendemen pada bunga sedap malam dikarenakan bunga sedap malam
mempunyai kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air pada lada
sehingga rendemennya pun lebih tinggi. Sesuai dengan literatur bahwa alkohol
melarutkan air dalam bahan sehingga rendemen dari minyak atsiri tersebut tidak
murni minyak atsiri. Sedangkan ekstraksi dengan pelarut heksan, mempunyai
rendemen yang lebih kecil dibandingkan ekstraksi dengan pelarut alkohol. Pada
ekstraksi bunga sedap malam, rendemen yang didapat adalah 3,23% dan pada lada
sebesar 2,17%. Jika dibandingkan hasil rendemen antara ekstraksi dengan heksan dan
ekstraksi dengan alkohol maka rendemen alkohol lebih banyak tetapi untuk
kemurnian dan kualitas, ekstraksi dengan heksan lebih baik. Selain itu alkohol
bersifat polar yang banyak menyerap air sehingga akan sulit dalam proses
pemisahannya.
Sebelum proses ekstraksi, bunga sedap malam mengalami proses pengecilan
ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan
sehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yang
akan diekstrak dan mempercepat waktu ekstraksi. Tetapi ukuran
bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak volatile
yang menguap selama penghancuran. Setelah itu dilakukan
penimbangan bahan baku yang dilakukan pada tahap awal
ekstraksi. Penimbangan bertujuan untuk mempersiapkan bahan
baku yang akan dengan menggunakan timbangan biasa ataupun
digital. Hasil ekstraksi umumnya masih mengandung bahan ikutan
lain yang terdapat dalam residu. Penyaringan dimaksudkan untuk
memisahkan antara filtrat dan residu. Penyaringan dilakukan
dengan menggunakan kertas saring sehingga proses yang
dilakukan cukup lama.
Pelarut yang masih terdapat dalam filtrat harus diuapkan
dengan metode evaporasi. Penguapan pelarut dilakukan dalam
keadaan vakum menggunakan rotary vacuum evaporator. Pemekatan
dilakukan sampai tidak ada pelarut yang menguap, masing-masing
perlakuan mempunyai waktu penguapan yang berbeda, tergantung
jumlah pelarut yang digunakan.
Pada uji organoleptik pada ekstraksi dengan pelarut, untuk aroma yang paling
disukai oleh panelis adalah aroma dari ekstraksi lada menggunakan campuran hexan.
Sedangkan untuk warna yang paling disukai oleh panelis adalah dari lada
menggunakan alkohol. Hal ini dikarenakan jumlah zat warna yang dihasilkan dengan
ekstraksi heksan sedikit sehingga warnanya kurang menarik.
Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang multi manfaat.
Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga,
biji, buah, kulit biji, batang, akar, atau rimpang. Pada umumnya bunga setelah dipetik
akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus menjalankan proses hidupnya
dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan
menguap dalam waktu singkat. Khusus untuk minyak atsiri yang diperoleh dari
bunga, maka dalam proses pengambilan minyaknya bisa digunakan dengan metode
enfleurasi. Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu
rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan
oleh panas.

Shortening adalah komponen utama untuk media enfleurasi adalah mentega putih
atau shortening, lemak, dan lilin. Shortening adalah lemak padat yang mempunyai
sifat plastis dengan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih dan sering disebut
mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak atau
dengan cara hidrogenasi.

Sifat fisik shortening didasarkan atas nilai shortening dan sifat plastisnya. Nilai
shortening adalah kemampuan mentega putih untuk melumas dan mengempukkan
bahan pangan yang tergantung dari derajat plastisnya. Sifat plastis tergantung dari
perbandingan jumlah lemak padat dan lemak cair dan sifat-sifat krislat lemak.
Sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas,
minyak kacang kedelai, dan minyak kacang tanah. Lemak atau mentega putih
dikatakan bersifat plastis jika berwujud padat dan tidak meleleh pada suhu kamar,
dapat membentuk dispersi dan menyebar menjadi cairan kental oleh kenaikan suhu
atau karena tekanan mekanis yang cukup rendah (Ketaren, 1985).

Enfleurasi merupakan metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan


bantuan lemak dingin sebagai adsorbennya. Caranya adalah lemak dingin yang telah
disiapkan dilumurkan secara merata kedalam chassis –tempat lemak, yang berbentuk
persegi empat. Setelah itu, kelopak bunga mawar yang telah disiapkan ditaburkan
diatas lemak untuk selanjutnya disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam, kelopak
bunga mawar yang telah jenuh tersebut diganti dengan kelopak bunga mawar yang
baru. Lakukan proses tersebut selama beberapa kali sehingga akan menghasilkan
pomade. Jika kelopak bunga mawar telah disebar sebanyak 10 kali, maka pomade
yang dihasilkan disebut pomade 10. Pomade selanjutnya diekstrak dengan alkohol
yang berkonsentrasi tinggi, alkohol akan melarutkan minyak bunga yang ada dalam
pomade. Alkohol yang telah dipakai mengekstraksi minyak bunga dari lemak disebut
ekstrait. Kemudian dilakukan penyulingan dalam keadaan vakum dan suhu yang
rendah sehingga akan dihasilkan minyak bebas dari alkohol yang disebut enfeurasi
absolut.

Hasil penelitian menyatakan, bahwa kelopak bunga (mawar) yang telah dipakai
untuk proses enfleurasi masih mengandung minyak yang tidak dapat diserap oleh
lemak (Guenther, 1987). Minyak bunga atau minyak atsiri bunga tidak hanya
mengandung minyak yang mudah menguap, tetapi juga mengandung persenyawaan
bertitik didih tinggi, dan tidak segera dibebaskan oleh bunga. Zat ini merupakan hasil
proses fisiologi yang kompleks yang belum dapat diterangkan secara mendetail.

Fraksi minyak bunga yang masih tertahan dalam daun bunga mawar yang telah
dikeluarkan dari chassis dapat diekstrak dengan pelarut mudah menguap, seperti
petroleum eter. Hasil ekstraksi merupakan massa padat. Massa yang padat tersebut
mengandung sejumlah lemak yang berasal dari bunga mawar selama proses
enfleurasi. Lemak ini kemudian dipisahkan dengan melarutkannya dalam alkohol
pada suhu rendah. Hasil akhirnya disebut chassis absolut yang berupa pasta, dan
terdiri dari campuran minyak bunga dan alkohol, serta baunya berbeda dengan
enfleurasi absolut.

Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang digunakan


dan ketelitian serta keterampilan dalam mepersiapkan lemak. Lemak yang digunakan
tidak boleh berbau, tidak berwarna, tidak mengandung asam lemak bebas, dan
memiliki konsistensi tertentu. Jika lemak terlalu keras, maka kontak antara bunga dan
lemak relatif sulit sehingga mengurangi daya absorpsi dan rendemen minyak bunga
yang dihasilkan. Sebaliknya jika lemak terlalu lunak, maka bunga yang disebarkan
pada permukaan lemak akan masuk ke dalam lemak, sehingga bunga yang layu dan
lemak yang melekat pada bunga sulit dipisahkan; dan hal ini dapat mengakibatkan
penyusutan berat lemak yang digunakan).

Pada praktikum kali ini digunakan bunga sedap malam sebagai bunga percobaan
pada uji enfleurasi. Sedap malam (Polianthes tuberosa, bahasa Melayu: sundal
malam) adalah tumbuhan hijau abadi dari suku Agavaceae. Minyak dari bunga ini
digunakan dalam pembuatan parfum (Wikipedia, 2011). Menurut Ketaren 1985,
proses enfleurasi mengasilkan rendemen minyak bunga sedap malam sekitar 11 kali
lebih besar dibandingkan ekstraksi menggunakan pelarut menguap yaitu sekitar 13.2-
13.5% dari berat ampas bunga, namun pada hasil percobaan rendemen yang
dihasilkan hanya 1,23%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat
disebabkan karena lemak yang digunakan bisa saja masih mengandung asam lemak
bebas sehingga mempengaruhi penyerapan minyak atsiri.

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk


mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi. Enfleurasi bisa memberikan
nilai rendemen yang tinggi namun kekurangan dari metode ini adalah tidak efisien
dalam hal waktu. Untuk memperoleh jumlah minyak atsiri yang diinginkan
memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu metode ini juga membutuhkan tenaga
kerja yang terampil dan berpengalaman agar minyak atsiri yang diperoleh optimum.

IV. KESIMPULAN

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu


campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan
dengan pelarut organik yang mudah menguap. Sedangkan enfleurasi merupakan
metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan bantuan lemak dingin sebagai
adsorbennya. Setelah praktikum ini dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ektraksi
minyak atsiri dengan lemak padat dan pelarut menguap menghasilkan minyak dengan
kualitas dan karakeristik yang berbeda. Metode enfleurasi (ekstraksi dengan lemak
padat) baik untuk diaplikasikan pada sumber atsiri yang sensitif terhadap panas dan
cenderung mengandung kadar air yang tinggi seperti kelopak bunga, dalam hal ini
kelopak bunga sedap malam. Sedangkan ekstraksi menggunakan alkohol baik untuk
diaplikasikan pada bahan-bahan kering seperti bubuk lada yang digunakan dalam
praktikum. Penggunaan pelarut ini juga baik untuk memperoleh oleoresin, sedangkan
pelarut hexan sangat baik digunakan untuk memperoleh minyak atsiri dengan sifat
keharuman yang sangat mirip dengan sumber atsiri atau bahan yang digunakan.
Aroma yang dihasilkan dengan enfleurasi lebih menyengat dan dihasilkan bau yang
lebih enak dibandingkan dengan aroma yang dihasilkan dari ekstraksi pelarut
menguap.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Spice Oil and Oleoresins. http: www.nrdcindia.com [ 3 Mei


2011].

Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.


Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

McCabe, W.L. Smith, J.C.Hariot, Peter.1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 2.


Penerjemah: Jasjfi, E.Erlangga. Jakarta.

Sulusi, Prabawati. 2002. Perbaikan Cara Ekstraksi Untuk Meningkatkan Rendemen


Dan Mutu Minyak Melati. Jurnal hort 12 12 (14): 270-275.
Susanto, W.H. 1999. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Wikipedia.2011. Sedap Malam. http://www.wikipedia.org/ [diakses pada 9 Mei 2011]
LAMPIRAN DATA ATSIRI P1

1. Rendeman

Kelompok Jenis Bahan Bobot Bahan Jumlah Hasil Rendemen


(gram) Pelarut (ml) Evaporasi (%)
(gram)
1 Enfleurasi Bunga 172,75 Lemak Padat 2.12 1.23
2 Bunga + Alkohol 62 I86 18.274 30.2
3 Bunga + Hexan 35.30 105 1.14 3.23
4 Lada + Alkohol 30 90 3.05 10.17
5 Lada + Hexan 30 90 0.65 2.17
6 Lada + (Hexan, 30 Hexan: 45
Alkohol) Alkohol: 45

2. Organoleptik

2.1. Aroma

Nama Kode Absoluten


A B C D
1. Amelia + ++ + +++
2. Putri + +++ +++ ++
3. Desta + +++ +++ +++
4. Melisa + +++ ++ +++
5. Reni ++ + + +++
6. Dodi + ++ ++ +++
7. Yoga + ++ +++ +++
8. vntya + ++ ++ +++
9. Tari + + +++ ++
2.2. Warna

Nama Kode Absoluten


A B C D
1. Amelia ++ ++ +++ ++
2. Putri +++ ++ +++ +
3. Desta ++ ++ +++ +
4. Melisa ++ + +++ +
5. Reni ++ + +++ ++
6. Dodi ++ + +++ +
7. Yoga ++ ++ +++ +++
8. vntya ++ + +++ +
9. Tari + ++ +++ ++

Keterangan:
Tanda + : Kurang menyengat
Kode A : Lada + Alkohol (Kelompok 6)
Tanda ++ : Menyengat
Kode B : Lada + Hexan (Kelompok 6)
Tanda +++ : Sangat Menyengat
Kode C : Lada + Alkohol (Kelompok 4)

Kode D : Lada + Hexan (Kelompok 5)

No Nama Aroma Warna


A B C A B C
1. Putri 1 3 1 1 3 1
2. Tari 1 2 3 1 2 1
3. Melisa 1 2 2 1 2 1
4. Yuyun 1 3 1 2 3 2
5. Reni 1 1 3 3 2 1
6. Vintya 1 2 3 2 3 2
7. Ami 1 1 2 2 3 2
8. Agus 3 2 3 2 3 3
9. Yoga 1 1 3 1 3 2
10. Ahmad 2 3 1 1 3 2
Rata-Rata 1.3 2 2.2 1.6 2.7 1.7

Keterangan:
A : Perkolasi bunga sedap malam dengan pelarut alkohol (Kel 2)

B : Perkolasi bunga sedap malam dengan pelarut hexan (Kel 3)

C : Enfluerasi bunga sedap malam (Kel 1)

Kriteria Penilaian

Nilai 1 : Aromanya lemah atau warnanya kurang pekat

Nilai 2 : Aromanya kuat atau warnanya pekat

Nilai 3 : Aromanya sangat kuat (menyengat) atau warnanya sangat pekat

Anda mungkin juga menyukai