Fermentasi biji kakao terjadi dalam dua tahap yaitu anaerob dan
aerob. Keberadaan asam sitrat membuat lingkungan di sekitar pulp
menjadi asam sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan
terjadi fermentasi secara anaerob. Fermentasi aerob diinisiasi oleh
bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat. Produk fermentasi yang
dihasilkan yaitu etanol, asam laktat, dan asam asetat yang akan
berdifusi ke dalam biji dan membuat biji tidak berkecambah.
Pasca Fermentasi
Terdapat perbedaan harga jual yang cukup signifikan antara biji
kakao fermentasi dan non fermentasi. Perbedaan itu berkisar antara
Rp.5.000 - 6.000 per kg yang cukup memberikan keuntungan buat
petani jika melakukan proses fermentasi terlebih dahulu (Anonime,
2009). Bahkan saat ini Pemerintah sudah menghimbau beberapa
pabrik pengolah kakao untuk membeli kakao fermentasi dengan harga
optimal. Salah satunya Perusahaan di Tangerang telah bersedia
menambahkan harga bagi biji kakao fermentasi sebesar 0,5% dari
harga beli premium yang berpatok pada harga impor biji kakao
(Anonima, 2009).
Harga kakao di pasaran dunia terus menunjukkan tren
meningkat, menurut Dirjen Perkebunan Ir. Achmad Mangga Barani, MM
di Jakarta. Per tanggal 26 November 2009 di bursa berjangka ICE
Futures New York, harga kakao naik menjadi US$3.300 per ton dari
US$3.200 per ton hari sebelumnya. Adapun di London, Inggris, harga
kakao menjadi 2.175 poundsterling per ton. Sedangkan di Indonesia,
harga kakao di Makasar telah menembus sekitar Rp.29.000 per kg,
padahal minggu sebelumnya masih berkisar di Rp.25.000 per kg.