Tanaman kakao memiliki jumlah limbah yang cukup besar.
Komposisi kakao mulai yang
paling besar antara lain ada di kulit kakao 68,5%, plasenta 2,5%, dan biji kakao 29,0%. Dampak limbah kulit kakao terhadap lingkungan antara lain : 1. Menambah jumlah sampah pada lingkungan 2. Menyumbat saluran saluran akibat pencucian plasenta 3. Bau menyengat limbah setelah beberapa hari air mengendap Penanganan limbah kakao : 1. Limbah kulit kakao menjadi pupuk 2. Limbah kulit kakao sebagai pakan ternak untuk alternative meningkatkan hewan ternak Kulit buah cokelat dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan ternak. Kandungan proteinnya mencapai 20,4%. Kulit buah cokelat jika dibenamkan ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah hara yang tersedia. Disamping itu, kulit buah cokelat juga dapat digunakan sebagai sumber gas bio, dan bahan bakar pembuat pektin (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pulp sebagai limbah pada fermentasi biji cokelat berguna dalam pembuatan alkohol dan cocoa jelly. Pulp mengandung 10-15% gula, 1% pektin, dan 1,5% asam sitrat serta senyawa- senyawa lain, seperti kalium, kalsium, magnesium, albuminoid, dan lain-lain (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Cara Meminimalisasi Limbah Tanaman Kakao Cara mengurangi limbah panen pertanian kakao sangat dibutuhkan pada pertanian yang berkelanjutan. Cara mengurangi limbah seperti ini lebih efisien karena tidak membutuhkan ongkos produksi yang lebih banyak. Terdapat beberapa cara sederhana yang berkelanjutan untuk mengurangi limbah tanaman kakao (Rachmayanti, 2004). Cara mengurangi limbah tersebut pada tanaman kakao adalah sebagai berikut: 1. Pemetikan dan sortasi buah: Kakao adalah tanaman yang waktu pemanenannya adalah musiman. Kakao varietas Amelanado mencapai puncak panen yang lebih tajam dari kakao Amazon. Amelonado menunjukkan bahwa 75% panen tahunan terjadi antara periode September-Januari, sedangkan pada varietas Amazon tidak lebih dari 50 % panen pada periode yang sama. Semakin rendah jumlah panen puncak, akan semakin menguntungkan karena penyebaran waktu panen yang merata dapat menurunkan jumlah kebutuhan dan kapasitas alat-alat pengolahan. Selain itu,penyebaran waktu panen akan jugamenurunkan kuantitas hasil limbah yang dihasilkan, sehingga memudahkan petani untuk mengolah limbah tersebut (Wahyudi et.al., 2008). 2. Waktu pemetikan: Pemetikan terhadap buah yang muda dan buah yang terlewat tua seharusnya dihindari. Buah yang masih muda masih memiliki yang gepeng, sehingga limbah kulit dan daging buah kakao masih banyak. Selain itu, kakao yangsudah tua akan memiliki biji yang telah berkecambah. Biji yang telah berkecambah tidak akan bisa diolah menjadi bahan baku atau semi baku lain, sehingga akan menjadi limbah panen. Limbah panen yang terlalu banyak akan menyulitkan para petani untuk mengolahnya. 3. Penyimpanan buah: Pemeraman buah dilakukanselama 5-12 hari tergantung kondisi setempat dan derajat kematangan buah. Selama pemeraman buah, dihindari buah kakao yang terlampau masak, rusak, atau diserang jamur, yakni dengan cara diantaranya adalah: Mengatur tempat pemeraman agar bersih dan terbuka, Memberi alas pada permukaan tanah dan penutup permukaan dengan daun kering. Cara ini akan dapat menurunkan jumlah biji kakao yang rusak daari sekitar 15% menjadi 5%. Hal hal tersebut dapat mengurangi pertumbuhan jamur pada biji kakao. Biji kakao yang terkena serangan jamur akan menurunkan hasil kualitas produksi dan mungkin tidak dapat diolah dan menjadi limbah. 4. Pemecahan Buah. Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul berpisau, atau dengan teknologi modern. Pemecahan berpisau sering digunakan meskipun cara ini tidak dianjurkan karena dapat merusak biji kakao. Biji kakao yang rusak akan mudah terserang jamur. Kakao yang terserang jamur tidak dapat difermentasikan dan alhasil akan menjadi limbah.
MAKALAH PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Semester Ganjil Tahun 2010 Disusun Oleh Kelompok 4 Andina S