PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh
AKHYAR SULAIMAN
NIM : 2007 031 0014
PENDAHULUAN
gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat
tua yang dalam hal ini bertanggung jawab untuk memberikan pengawasan.
Menurut Djaelani (2010), bahwa banyak orang tua yang dengan alasan
pengawasan dari orang tuanya. Dan hal tersebut didukung dengan waktu
terutama anak dan remaja untuk memahami dunia dan bahkan memperkaya
ilmu yang telah didapatkan di bangku sekolah, tetapi ada hal-hal negatif yang
yang timbul akibat intensitas pemakaian yang terjadi dalam waktu lama dan
serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus menerus dan berulang.
terjadi pada mata akibat intensitas melihat monitor atau televisi yang lama
antara lain astenopia, mata kering, sakit kepala, kabur melihat dekat secara
periodik, kabur melihat jauh, mata merah, rasa panas pada mata, silau,
perubahan persepsi warna, nyeri leher dan bahu. Menurut Yani (2008),
kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi
kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik
fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea
dan lensa yang betul-betul sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan
refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di
depan atau di belakang bintik kuning atau malahan tidak terletak pada satu
biasanya dengan keluhan sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi,
mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan
penglihatan kabur yang sering dialami setelah lama menonton televisi dengan
Salah satu kelainan refraksi adalah miopia. Miopia disebut rabun jauh
dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina
antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala. Faktor resiko
melihat jarak dekat secara terus menerus. Demikian juga kebiasaan membaca
dengan penerangan yang kurang memadai. Oleh karena hal tersebut kita harus
bersyukur dan menjaga kesehatan mata, seperti yang disebutkan dalam Al-
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. QS. an-Nahl (16) : 78
Namun bila kita mendapat ujian dari Allah SWT berupa penyakit yang
berhubungan dengan mata, dalam Islam diajarkan bahwa semua penyakit ada
anak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang faktor yang dapat
B. Perumusan Masalah
oleh lama dan jarak anak saat menonton televisi. Oleh karena itu timbul
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
miopia adalah
Yogyakarta).
pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Anatomi Mata
Menurut Ilyas (2008), mata normal atau mata emetropia adalah suatu
keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh
sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan
akomodasi. Sinar yang masuk ke dalam mata harus melalui beberapa medan
refraksi yang terdiri atas kornea, humor aqueus, lensa, badan kaca, hingga
terbentuk bayangan obyek pada retina. Berikut akan dijelaskan secara singkat
anatomi mata yang berfungsi sebagai media refraksi yang terdiri dari :
a. Bola Mata
vaskuler. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa
batas kornea dan sklera. Humor aqueus dibentuk dalam mata rata-
ke otak.
b. Kornea
sebelah depan.
c. Pupil
akan mengecil.
d. Iris
Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot, yaitu otot
dilatator, sfingter iris dan otot siliar dapat mengatur jumlah sinar
e. Lensa
yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di
ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakan zonula
Zonula siliaris terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan
lebih tebal, dan terdapat pada badan siliaris untuk menempel pada
akan relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa
akan menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan
vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan
prosesus siliaris.
Gambar 1. Anatomi Mata
(Sumber : www.riversideonline.com, 2008)
2. Fisiologi Penglihatan
dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, badan
memerlukan kontraksi dari badan siliar, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi badan siliar yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa
menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan
yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang
menetap (konstan) dari otot-otot siliar. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya
mengganti jarak antara obyek dengan mata. Akomodasi juga dibantu dengan
kendor akibat kontraksi otot siliar sirkuler lensa yang elastis menjadi
tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat berubah bentuk adalah
terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial
dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls
3. Refraksi
dan panjang bola mata demikian seimbang sehinnga bayangan benda setelah
melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea (Ilyas, 2008).
Individu dengan mata emetropia dapat melihat jarak jauh dengan jelas tanpa
sinar dengan panjang bola mata. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar
ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola
panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia (Ilyas, 2008). Menurut
a. Miopia
b. Hipermetropia
c. Astigmat
Menurut Ilyas (2008), miopia terjadi bila titik fokus sistem optik media
keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama
pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik.
Rabun jauh atau myopia adalah sebuah kondisi penglihatan yang sering
terjadi dimana seseorang dapat melihat benda dekat secara jelas, tetapi benda yang
jauh terlihat tidak jelas (Mayo Clinic Staff, 2010). Pada pasien miopia tajam
kehidupan. Miopia seperti ini disebut miopia dapatan karena terjadi setelah mata
normal (The Myopia Myth, 2007). Terdapat dua etiologi yang berkaitan dengan
miopia, yaitu karena faktor genetik dan lingkungan. Menurut American Academy
of Ophtalmology Staff. (2007), keduanya antara faktor genetik dan faktor
contoh kasus faktor genetik dari penelitian Weiss (2003) didapatkan bahwa
miopia unilateral yang tinggi pada seorang anak dengan riwayat keluarga
anak di Amerika Serikat antara umur 5 sampai 17 tahun. Sebuah penelitian meta-
dewasa.
yang dapat mengkibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan
miopia pernisiosa.
dioptri.
b. Miopia dengan derajat sedang yaitu 3-6
dioptri.
dari 10 dioptri.
Penegakan diagnosis dilakukan oleh dokter ahli mata atau spesialis mata
dengan memeriksa gejala yang timbul dan dengan alat uji yang dilakukan untuk
yang sering.
Miopia sering pertama kali terdeteksi pada masa anak-anak dan paling
sering selama masa awal sekolah hingga akhir remaja. Seorang anak dengan
membaca.
d. Kurang waspada pada obyek-obyek yang
jauh.
dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan
kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau
yang dilakukan pada jarak jauh dan Tes Jaeger yang dilakukan pada
jarak dekat.
pasien dikoreksi untuk hipermetropi atau miopia yang ada, maka tajam
5. Radiasi Televisi
Data tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton televisi pada anak di
Indonesia adalah sekitar 30-35 jam / minggu atau 1.560-1.820 jam / tahun .
Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak
menarik minat anak. Dan dengan seringnya membaca atau bermain dengan obyek
pada jarak yang dekat, misalnya bermain videogame atau play stasion, membaca
komik dengan huruf dan gambar yang kecil sehingga mau tidak mau harus
ponsel yang dapat untuk bermain videogame dan untuk menonton film, juga
mata anak. Televisi memancarkan sinar biru yang juga dihasilkan oleh matahari,
namun sinar biru ini berbeda dengan sinar ultra violet. Sinar biru tidak membuat
mata mengedip secara otomatis. Parahnya, sinar biru langsung masuk ke retina
pada retina mata anak (Mimpsy, 2009). Total sinar biru televisi yang diterima
anak tergantung pada dua faktor, yaitu total waktu menonton televisi per hari dan
B. Kerangka Konsep
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif analitik secara cross
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa –
siswi SMP Negeri 2 Cirebon yang berusia dibawah 15 tahun dan memiliki
Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian yang masuk dalam sampel
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi adalah beberapa subyek penelitian yang masuk dalam kriteria
Kriteria eksklusi :
sejak awal masuk SMP hingga pada saat penelitian dilakukan, dengan
ketentuan :
E. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
F. Jalannya Penelitian
terpilih.
Data tersebut diolah dan dianalisa secara statistik menggunakan uji chi-square,
yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa pengaruh antara variabel bebas
I. Etika Penelitian
untuk bersedia menjadi subjek penelitian atau tidak dengan cara responden
mengisi lembar persetujuan yang merupakan sebuah bukti bahwa subyek bersedia
A. Hasil Penelitian
2010. Subyek penelitian ini adalah siswa siswi SMP Negeri 2 Cirebon yang
pada anak. Setelah disaring berdasar kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh
menggunakan uji chi-square. Dengan uji tersebut didapatkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara statistik p = 1 ( p > 0,05) antara semakin tinggi
Progresivitas Miopia
Intensitas Menurun Menetap Meningkat
N % N % N %
Rendah 2 5,27 3 7,89 10 26,31
Sedang 1 2,63 6 15,79 14 36,85
Tinggi 0 0 1 2,63 1 2,63
Total 3 7,9 10 26,31 25 65,79
(7,89%) responden dengan intensitas rendah dan derajat miopia yang menetap,
dan 10 (26,31%) responden dengan intensitas rendah dan derajat miopia yang
berumur 12 tahun dan derajat miopia menurun, 2 (5,27%) responden menetap, dan
responden. Dan dari responden yang berumur 14 tahun terdapat penurunan derajat
miopia berjumlah 0 (0%), derajat miopia yang menetap berjumlah 2 (5,27%), dan
1:2,8. dengan laki – laki yang mengalami penurunan derajat miopia berjumlah 0
(0%), derajat miopia yang menetap berjumlah 2 (5,27%), dan derajat miopia yang
menonton televisi dengan jarak kurang dari 1 meter antara televisi terhadap mata
yang menetap berjumlah 2 (5,27%), dan derajat miopia yang meningkat berjumlah
(50%). Sedangkan dengan jarak menonton lebih dari 2 meter hanya didapatkan 1
Riwayat Keturunan
31,58
Ya
Tidak
68,42
B. PEMBAHASAN
subyek penelitian anak – anak yang berusia dibawah 15 tahun yang menderita
miopia. Dikarenakan miopia yang terdapat pada anak – anak akan memburuk
hingga usia 15 atau 16 tahun (Kate, 2004). Intensitas menonton televisi dalam
penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Intensitas rendah dengan lama
menonton kurang dari 2 jam, intensitas sedang dengan lama menonton antara 2
hingga 4 jam, dan intensitas tinggi dengan lama menonton lebih dari 4 jam. Untuk
analisis dengan uji chi square, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh
miopia. Khader YS, dkk (2006) juga mengungkapkan hasil yang sama pada
penelitiannya bahwa menghabiskan waktu rata – rata 1,7 jam di depan televisi per
menggunakan komputer dalam jarak yang dekat dan waktu yang lama, dan
membaca yang terlalu dekat dengan kondisi cahaya kurang. Kedua adalah
dikarenakan menonton televisi dalam jangka waktu yang lama hanya akan
Pada saat menggunakan komputer dan membaca dengan jarak yang dekat
dalam waktu yang lama menyebabkan bola mata mendapat tekanan otot yang
sehingga titik fokus bayangan yang dibentuk jatuh semakin jauh didepan retina,
sehingga derajat miopia yang diderita akan bertambah. Setiap 1 jam penggunaan
keturunan orang tua yang menderita miopia, baik itu dari kedua orang tua, dari
ayah, ataupun dari ibu. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor yang terkait genetik x
secara heretozigot dari ibu atau pihak wanita. Prevalensi tertinggi miopia pada
anak – anak adalah dengan orang tua yang menderita miopia derajat tinggi
(Weiss, 2003).
Wanita memiliki panjang aksial bola mata yang lebih tinggi, dan memiliki
bilik vitreus yang lebih dalam dari pada pria. Hal ini memungkinkan pada wanita
memiliki prevalensi miopia lebih tinggi dari pria. Pada penelitian ini didapatkan
hasil yang serupa dengan perbandingan jumlah perempuan penderita miopia 2,8 :
A. KESIMPULAN
miopia dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan secara signifikan atau
B. SARAN
dengan tidak memaksakan kerja mata dalam waktu yang lama tanpa
istirahat.
jangka waktu yang lama agar tidak menyebabkan kekeringan pada mata.
sample yang lebih besar dengan rentang umur yang lebih panjang.
miopia.