Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN


Ilmu Qira`at adalah ilmu yang mempelaiari bagaimana cara membaca Al Qur`an dengan
pengucapan laIal-laIal yang baik dan benar. Qira`at adalah bentuk iamak dari kata qira`ah yang
secara bahasa artinya bacaan.
Dalam pembahasan ilmu qira`at, sering didapatkan bercampur baurnya pengertian antar qira`at
sa`bah dengan diturunkannya Al Qur`an atas tuiuh huruI. Orang-orang beranggapan bahwa
sa`bah (tuiuh huruI) itu identik dengan qira`ah sa`bah (imam tuiuh).

BAB II
ILMU QIRA`AT

1. Pengertian Qira`at
LaIal Qira`at adalah bentuk iamak dari Qira`ah yang merupakan bentuk masdar dari Fi`il Madi
Qara`a. Menurut bahasa qira`ah artinya becaan, para ahli mengemukakan menurut istilah
secara berbeda-beda.
a. Ibn Al Jarazi , mengemukakan bahwa qira`at merupakan pengetahuan tentang cara-cara
mengucapkan kalimat-kalimat Al Qur`an dan perbedaannya.

b. Al Shabani, mengemukakan bahwa Al Qur`an oleh seorang imam qara yang berbeda dengan
(bacaan imam) lainnya.

2. Latar Belakang Adanya Perbedaan Qira`at
Orang yang pertama menyusun Qira`at adalah salah satu kitab Abu Ubaid Al- Qosim Ibn Salam
(waIat tahun 244 H). Beliau telah mengumpulkan para imam qira`at dengan bacaannya masing-
masing, para toko lain yang turut melopori lahirnya ilmu Qira`at adalah Abu Hatim Al-siiistany,
Abu Ja`Iar al-Thabary dan Ismail al-Qodhi.
Qira`at ini terus berkembang hingga sampailah pada Abu Bakar Ahmad Ibn Musa Ibn Abbas Ibn
muiahid yang terkenal dengan panggilan Ibn Muiahid (waIat tahun 324 H) di Bagdad. Beliaulah
yang menyusun dan mengumpulkan Qira`ah sa`bah atau tuiuh Qira`at dari tuiuh imam
yangdikenal di Mekkah, Madinah, KuIah, Basrah, dan Syam. Para tuiuh imam dari Qari tersebut
adalah :
1) Ibn Amir
Nama lengkapnya Abdullah aal-Yashubi yang merupakan seorang Qodhi di Damaskus pada
masa pemerintahan Ibn Abd al-Malik. Beliau berasal dari kalangan tabi`in yang belaiar Qira`at
dari al-Mughirah Ibn Abi Syihab al-Mahzumi, Usman bin AIIan dan Rsulullah SAW. Beliau
waIat tahun 118 H Damaskus. Muridnya yang terkenal dalam Qira`at yaitu Hisyam dan Ibn
Szakwan.

2) Ibn Katsir
Nam lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Kastir Al-Dary al-Makky. Beliau adalah imam
Qira`at di Mekkah dari kalangan tabi`in. Yang pernah hidup bersama sahabat Sbdullah Ibn
Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Annas Ibn Malik. Beliau waIat tahun 291 H, muridnya yang
terkenal adalah Al-Bazy (waIat tahun 250 H) dan Qunbul (waIat tahun 291 H).

3) Ashim Al-KhuIy
Nama lengkapnya Ashim Ibn Abi Al-Nuiud M. Asadi disebut iuga Ibn Bahdalan dan nama
panggilannya adalah Abu Bakar, beliau seorang tabi`in yang waIat sekitar tahun 127-128 H di
KuIIah. Kedua perawinya yang terkenal adalah Syu`ban (waIat tahun 193 H) dan HaIsah (waIat
tahun 180 H).

4) Abu Amr
Nama lengkapnya Abu Amr Zabban Ibn A`la Ibn Ammar al-Bashti yang sering iuga dipanggil
Yahya. Beliau seorang guru besar pada rawi yang waIat di KuIIah pada tahun 154 H.

5) Hamzah al-KuIy
Nama lengkapnya Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah al-Zayyat al-Fardh al-Thaimi yang sering
dipanggil Ibn Imarah. Beliau berasal dari kalangan hamba sahaya ikrimah Ibn Robbi` Mthaimi
yang waIat di Hawan pada masa khaliIah Abu Ja`Iar al-Manshur tahun 156 H. Kedua perawinya
yang terkenal adalah khalaI (waIat tahun 229 H) dan Khallat (waIat tahun 220 H).

6) Imam NaIi
Nama lengkapnya Abu Ruwaim NaIi Ibn Abd Al-Rahman Ibn Abi Na`im al-Laisry. Beliau
berasal dari IsIahan dan waIat di Madinah pad tahun 169 H. Perawinya adalah Qolum (waIat
tahun 220 H) dan Warassy (waIat tahun 197 H).

7) Al-Kisaiy
Nama lengkapnya Ali Ibn Hamzah. Selain imam Qori beliau terkenal iuga sebagai imam nahwu
golongan KuIah. Nama panggilannya Abu al-Hasan dan sering iuga disebut Kisaiy karena
sewaktu berihram beliau memakai kisa. Beliau waIat pada tahun 189 H di Ronbawyan yaitu
sebuah desa di negeri Roy dalam perialanan menuiu Khurasan bersama al-Rasyid. Perawinya
yang terkenal adalah Abd al-Haris (waIat tahun 242 h) dan Al-Dury (waIat tahun 246 H).

3. Syarat-Syarat Qira`at Yang Mukhobar Dan Jenisnya
Syarat-syarat Qira`at yang muktabar :
1) Qira`at harus sesuai dengan bahasa Arab, walaupun hanya dalam satu segi.
2) Qira`at harus sesuai dengan tulisan (rasm) Usmany, sekalipun hanya dalam satu sisi.
3) Qira`at shahih sanadnya.

Jenis-ienisnya berdasarkan Qira`at yang shahih sanadnya :
1) Mutawatir yaitu Qiraan yang diriwayatkan dan diterima oleh seiumlah banyak orang.
2) Masyhur yaitu Qiraan dengan sanadnya yang shahih, namun iumlah periwayatannya tidak
sampai sebanyak mutawatir.
3) Ahad yaitu Qiraan yang sanadnya shahih.


4. Pengaruh Qira`at Terhadap Istinbath
Perbedaan Qira`at dengan qira`at lainnya tidak hanya sebatas dalam perbedaan pengucapan
laniah, akan tetapi mencakup pula pada perbedaan huruI, kata, susunan kalimat, penambahan
serta pengurangan dan seienisnya. Qira`at ini menimbulkan banyak perbedaan. Sehinga turut
mempengaruhi dalam mengistimbath hukum.
Dalam melaIalkan laamastum sebagian orang ada yang membaca paniang, dan ada yang
membaca pendek. Menurut ilmu shoroI kedua laIal tersebut memiliki arti yang berbeda. LaIal
laamastum (dibaca paniang) yang artinya saling bersentuhan. Sedangkan laa mastum (dibaca
pendek) yang artinya menyentuh.
Dilihat dari dua sisi, bacaan tersebut menimbulkan istinbath hukum yang berbeda. Menurut
mazhab HanaIi dan Maliki, bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidaklah membatalkan
wudhu. Pengertian laa mastum 9dibaca paniang) menurut imam HanaIi artinya adalah iima
(hubungan suami istri) sedangkan menurut imam Maliki maksudnya dalah bersentuhan dengan
disertai syahwat. Menurut mazhab SaIi`i, sekedar bersentuhan kulit dengan lawan ienis diangap
membatalkan wudhu.

5. Membuat Analis Tentang Al-Qur`an di Turunkan Dalam Tuiuh HuruI dan Relevansinya
Dengan Qira`at
Seiak dibukukannya Qira`at sab`ah oleh imam Muiahid, orang-orang beranggapan bahwa yang
dimaksud hadits Muhammad Saw. Yang menyatakan diturunkannya Al Qur`an atas Sab`ah
AhruI (tuiuh huruI) adalah qiraan sab`ah yang dinukil dari imam tuiuh yang terkenal dikalangan
Qori. Anggapan seperti keliru, karena kedua istilah ini meiliki pengertian dan hakikat yang
berbeda.
Oleh karena itu, Abu Al-Abbas Ibn Ammar (waIat tahun 430 H), seorang Muari besar. Mencela
keras Ibn Muiahid dan mengatakan bahwa usaha itu akan menimbulkan sangkaan bahwa Qira`at
yang tuiuh itulah yang dimaksud oleh Hadits. Dia mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau
dikumpulkan itu kurang atau lebih dari tuiuh, supaya hilang dari kesamaran itu, Ash Shiddiqie
(1972;133). Sekalipun ilmu Qira`at ini lahir dari kandungan sab`ah ahruI, namun keberadaan
sab`ah ahruI secara mutlak lebih umum ketimbang Qira`at sab`ah.



PENUTUP


Uraian yang penulis paparkan seiak awal hingga akhir bertuiuan menielaskan secara utuh tentang
Ilmu Qira`at. Kemudian dapat disimpulkan bahwa :
a. Qira`at adalah cara pengucapan laIal-laIal yang terdapat dalam bacaan Al Qur`an
b. Syarat Qira`at yan muktabar
- Qira`at harus sesuai dengan bahasa Arab, walaupun hanya dalam satu segi
- Qira`at harus sesuai dengan tuiuan (Rasm) Usmani
- Qira`at shahih sanadnya.

Contoh Makalah MAKALAH ILMU QIRA'AT ' Contoh Makalah
http://www.contohmakalah.co.cc/2009/07/makalah-ilmu-qiraat.html#ixzz1LIngo5Iv
Makalah, Skripsi, Karya Ilmiyah, Artikel, Bisnis Online
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike

Perbedaan Muhkam dan Mutasyabih
Tentang Al-Quran
8ab l
LnuAPuLuAn

8anasa Arab merupakan komunlLas darl berbaaal suku vana secara sporadls Lersebar dl sepan[ana
!azlrah Arab SeLlap suku mempunval formaL dlalek (lah[ah) vana Lvplcal dan berbeda denaan sukusuku
laln erbedaan dlalek lLu LenLunva sesual denaan leLak aeoarafls dan soslokulLural darl maslnamaslna
suku namun demlklan mereka Lelah men[adlkan bahasa Curalsv sebaaal bahasa bersama (common
lanauaae) dalam berkomunlkasl bernlaaa menaun[unal ka'bah dan melakukan benLukbenLuk lnLeraksl
lalnnva uarl kevaLaan dlaLas sebenarnva klLa dapaL memahaml alasan alCuran dlLurunkan denaan
menaaunakan bahasa Curalsv
ulslsl laln perbedaanperbedaan dlalek (lah[ah) lLu membawa konsekuensl lahlrnva bermacammacam
bacaan (qlra'ah) dalam melafalkan alCur'an Lahlrnva bermacammacam qlra'aL lLu sendlrl uenaan
mellhaL beraaamva dlalek sebenarnva berslfaL alaml (naLural) arLlnva Lldak dapaL dlhlndarl laal Cleh
karena lLu 8asulullah Saw sendlrl membenarkan pelafalan alCuran denaan berbaaal macammacam
qlra'aL
Clra'aL merupakan cabana llmu Lersendlrl dalam ulum alCuran LeLapl Lldak banvak orana LerLarlk
denaan llmu qlra'aL 8anvak fakLor vana menvebabkan hal lLu dlanLaranva karena memana llmu lnl
Lldak berhubunaan lanasuna denaan kehldupan dan mu'amalah manusla seharlharl llmu Clra'aL
berbeda denaan llmu flqlh hadlLs dan Lafslr mlsalnva Sebab llmu qlra'aL Lldak mempela[arl masalah
masalah vana berkalLan denaan halalharam aLau hukumhukum LerLenLu Akan Lerasa aslna
kedenaarannva kalau ada orana berceramah dlaLas mlmbar memblcarakan masalah qlra'aL MasvarakaL
umum LenLu akan kesullLan menerlmanva bahkan mereka akan berLanvaLanva Apakah vana dl
maksud qlra'aL?" aLau unLuk apa masalah seperLl lnl dlsampalkan?"
8eranakaL darl problem lnl makalah akan sedlklL men[elaskan apa lLu qlra'aL macammacamnva dan
laln sebaaalnva akan dl[elaskan dalam pembahasan berlkuLnva Semoaa makalah vana kaml buaL lnl
bermanfaaL SelamaL membaca!
8ab ll
embahasan

A enaerLlan
8erdasarkan eLlmoloal (bahasa) qlra`aL [amak darl qlra`ah vana merupakan lslm mashdar darl qara`a
Clro'ah arLlnva bacaan Adapun secara Lermlnoloal (lsLllah) "llmu vana mempela[arl LaLa cara
manvampalkan aLau membaca kallmaLkallmaL alCur'an dan perbedaanperbedaannva vana
dlsandarkan kepada orana vana menukllnva"
Akan LeLapl dalam memblcarakan deflnlsl konsep qlra`aL para ulama' menaaunakan berbaaal deflnlsl
vana cukup beraaam sesual denaan paradlama vana dlpakal namun perbedaan cara pendeflnlslan
sebenarnva berada pada saLu keranaka vana sama valLu bahwa ada beberapa cara melafalkan alCur'an
walaupun samasama berasal darl saLu sumber valLu nabl Muhammad Adapun deflnlsl vana
dlkemukakan AlCasLhalanl menvnakuL ruana llnakup pebedaan dlanLara beberapa qlra'aL vana ada
uenaan demlklan ada Llaa unsur qlra`aL vana dapaL dlLanakap darl deflnlsl dl aLas valLu
1 Clra'aL berkalLan denaan cara pelafalan avaLavaL alCur'an vana dllakukan salah seorana lmam dan
berbeda denaan cara vana dllakukan lmamlmam lalnnva
2 Cara pelafalan avaLavaL alCur'an lLu berdasarkan aLas rlwavaL vana bersambuna kepada nabl
sehlnaaa berslfaLnva Lauqlfl bukan l[Llhadl
3 8uana llnakup perbedaan qlra`aL lLu menvanakuL persoalan luahaL hadzaf l'rab lLsbaL fashl dan
washl
MenuruL AzZarqanl menalsLllahkan qlra`aL denaan "SuaLu madzab vana dlanuL oleh seorana lmam darl
para lmam qurro` vana berbeda denaan vana lalnnva dalam penaucapan alCur'an alkarlm denaan
kesesualan rlwavaL dan Lhuruq darlnva 8alknva lLu perbedaan dalam penaucapan hurufhuruf aLaupun
penaucapan benLuknva

8 MacamMacam Clra'aL
erLama macamMacam Clra'aL uarl Seal kuanLlLas/ [umlahnva Adapun sebuLan qlra`aL darl seal
[umlah qlra'aL ada bernacammacam Ada vana bernama qlra`aL Lu[uh qlra`aL delapan qlra`aL sepuluh
qlra`aL sebelas qlra`aL Llaa belas dan qlra`aL empaL belas 1eLapl darl seklan macam [umlah qlra`aL vana
dlbukukan hanva Llaa macam qlra'aL vana Lerkenal valLu
1 Clra`aL alSab'ah lalah qlra`aL vana dlnlsbaLkan kepada para lmam qurro` vana Lu[uh vana masvhur
Mereka adalah nafl` lbnu kaLslr Abu Amru lbnu Amlr Ashlm Pamzah dan klsa`l
2 Clra`aL 'asvroh lalah qlra`aL sab'ah dlaLas dlLambah denaan Llaa qlra`aL laal vana dlsandarkan kepada
Abu !a'far ?a'qub dan khalaf Al'Asvlr
3 Clra`aL arba' lalah qlra`aL 'asvrah vana lalu dlLambah denaan empaL qlra'ah laal vana dlsandarkan
kepada lbnu Muhalshln Al?azldl Pasan Al8ashrl dan AlA'masv
uarl Llaa macam qlra'aL lnl qlra'aL sab'ahlah vana pallna masvhur dan Lerkenal menvusul qlra`aL
'asvrah
kedua darl seal kuallLas berdasarkan penellLlan al!azarl qlra`aL berdasarkan kuallLas dapaL
dlkelompokkan dalam llma baalan
1 Clra`aL MuLawaLlr valLu qlra`aL vana dlrlwavaLkan oleh orana banvak darl orana banvak vana Lldak
munakln Ler[adl kesepakaLan dl anLara mereka unLuk berbohona
2 Clra`aL Masvhur vaknl qlra'aL vana memllkl sanad sahlh LeLapl Lldak sampal kepada kuallLas
muLawaLlr Clra`aL lnl sesual denaan kaldah bahasa Arab dan Lullsan Mushaf 'uLsmanl masvhur
dlkalanaan qurro` dlbaca sebaaalmana keLenLuan vana Lelah dlLeLapkan al!azarl dan Lldak Lermasuk
qlra`aL vana kellru umpamanva qlra`aL darl lmam Lu[uh vana dlsampalkan melalul [alur berbedabeda
Sebaalan perawl mlsalnva merlwavaLkan darl lmam Lu[uh lLu semenLara vana lalnnva Lldak uan qlra'aL
semacam lnl banvak dlaambarkan dalam klLabkLab qlra`aL mlsalva AL1alslr karva Aduanl Cashldah
karva AsvSvaLlbl Au'lvvah Annasvr fl AlClra'ah al'Asvr dan Annasvr (kedua klLab vana Lerakhlr
dlLulls lbn Al!azarl
3 Clra`aL Ahad vaknl vana memlllkl sanad sahlh LeLapl menvlahl Lullsan Mushaf 'uLsmanl dan kaldah
bahasa Arab Lldak memllkl kemasvhuran dan Lldak dlbaca sebaaalmana keLeLuan vana Lelah dlLeLapkan
Al!azarl AL1urmudzl dalam klLab !aml'nva dan AlPaklm dalam MusLadraknva menempaLkan qlra`aL
seperLl lnl dalam bahasa khususnva dlanLara rlwavaL vana dlkeluarkan AlPaklm melalul 'Ashlm Al
!ahdlrl darl Abu 8akah vana menvebuLkan bahwa nabl Saw membaca avaL
Mereka berLelekan pada banLalbanLal vana hl[au dan permadanlpermadanl vana lndah"(CS3376)
Clra'aL versl Mushaf 'uLsmanl berbunvl
4 Clra'aL Svadz (menvlmpana) vaknl qlra'aL vana sanadnva Lldak sahlh 1elah banvak klLab vana dlLulls
unLuk [enls qlra'aL lnl ulanLaranva adalah
"?ana meauasal harl pembalasan"
Clra'aL versl Mushaf' uLsmanl berbunvl
3 Clra'aL Maudhu'(palsu) valLu qlra'aL vana dlbuaLbuaL dan dlsandarkan kepada seorana Lanpadasar
SeperLl qlra'aL vana dlsusun oleh Abu Alladhl Muhammad bln !a'far dan mensbLkannva kepada lmam
Abu Panlfah Mlsalnva

uenaan merofa'kan lafdhul [alalah dan menashabkan hamzah darl kallmaL (-' ~ ' ) adahal qlro'qL vana
benar adalah seballknva Clra'aL seperLl lnl Lldak ada dasarnva uan lmam Abu Panlfah berslh darl
semua lLu
Clra'aL [enls lnl Lldak boleh dlpakal dl dalam da dl luar shalaL 8ahkan harus dlLolakdan dllnakarl
keberadaannva
6 Clra'aL Svablh bl almudro[ valLu qlra'aL vana mlrlp denaan mudro[ darl macammacam hadls ula
adalah qlra'aL vana dldalamnva dlLambah kallmaL sebaaal Lafslr darl avaL LersebuL SeperLl qlra'aL Sa'ad
bln Abl Waqqosh vana berbunvl suraL annlsa avaL 12 - =
Clra'aL versl uLsmanl berbunvl
- =Lanpa adanva penambahan ( )
1olak ukur vana dl[adlkan peaanaan para ulama' dalam meneLapkan qlra'aL vana sahlh adalah sebaaal
berlkuL
a 8ersesualan denaan kaldah bahasa Arab balk vana faslh aLau pallna faslh Sebab qora`aL adalah
sunnah vana harus dllkuLl dlLerlma apa adanva dan men[adl ru[ukan denaan berdasarkan pada lsnad
bukan pada raslo
b 8ersesual denaan salah saLu kaldah penullsan Mushaf 'usLman walaupun hanva kemunaklnan
(lhLlmal) aLau mendekaLl Mlsalnva lafadz mallkl vauml aldln (' - - ~ ' ) dlLullskan pada semua
mushaf denaan membuana allf sehlnaaa dlbaca pendek pada lafadz mallkl ( )
c Memlllkl sanad vana sahlh aLau [alan perlwavaLannva benar sebab qlra`aL merupakan sunnah vana
dllkuLl vana dldasarkan pada penukllan dan kesahlhan rlwavaL

C envebab erbedaan Clra'aL
Sebabsebab munculnva beberapa qlra'aL vana berbeda adalah
1 erbedaan qlra'aL nabl arLlnva dalam menaa[arkan alCur'an kepada para sahabaLnva nabl memakal
beberapa versl qlra'aL Mlsalnva nabl pernah membaca suraL AsSa[dah (32) avaL 17 sebaaal berlkuL
2 enaakuan darl nabl Lerhadap berbaaal qlra'aL vana berlaku dlkalanaan kaum Musllmln wakLu lLu Pal
lnl menvanakuL dlalek dlanLara mereka dalam menaucapkan kaLakaLa dldalam alCur'an ConLohnva
a keLlka seorana Pudzall membaca dlhadapan 8asul aLLa hln pada hal la menahendakl haLLa hln 8asul
pun membolehkannva sebab memana bealLulah orana Pudzall menaucapkan dan menaaunakannva
b keLlka orana Asadl membaca dl hadapan 8asul Llswaddu wu[uh huruf La' pada kaLa Llswaddu
dlkasrahkan uan alam l'had (dlkasrahkan) 8asul pun membolehkanva sebab demlklanlah orana Asadl
menaaunakan dan menaucapkannva
c keLlka seorana 1amlm manaucapkan hamzah pada suaLu kaLa vana Lldak dlucapkan orana Curalsv
8asul pun membolehkannva sebab demlklanlah orana 1amlm menaaunakan dan menaucapkanva
d keLlka seorana qarl' membawa wa ldza qlla lahum dan qhldha alma'u denaan menaaabunakan
dhammah kepada kasrah 8asul pun membolehkannva sebab demlklanlah la menaaunakan dan
menaucapkanva
3 Adanva rlwavaL darl para sahabaL nabl menvanakuL berbaaal versl qlra'aL vana ada
4 Adanva lah[ah aLau dlalek kebahasaan dlkalanahan banasa Arab pada masa Lurunnva alCur'an

u uraensl Mempela[arl Clra`aL dan enaaruhnva dalam MenalsLlnbaLh Pukum
erbedaan anaLara saLu qlra`ah dan qlra`ah lalnnva blsa Ler[adl perbedaan huruf benLuk kaLa susunan
kallmaL dan lalnlaln erbedaan lnl LenLu sedlklL aLau banvak membawa perbedaan kepada makna vana
selan[uLnva berpenaaruh kepada hokum dllsLlnbaLh uraensl perbedaan qlr`aL Lerhadap hukum valLu
1 llmu qlra`aL dapaL menauaLkan keLenLuan hokum vana Lelah dlsepakaLl para 'ulama Mlsalnva
berdasarkan suraL alnlsa` avaL 12 para ulama sepakaL bahwa vana dlmaksud saudara lakllakl dan
saudara perempuan dalam avaL LersebuL valLu saudara lakllakl dan saudara perempuan selbu sa[a
namun dalam qlra`aL svadz Sa'ad bln Abl Waqash memberl Lambahan unakapan mln umm ( )
sehlnaaa dapaL memperkuaL dan menaukuhkan kLeLapan hukum vana Lelah dlsepakaLl
2 menar[lh hukum vana dlpersellslhkan para 'ulama
3 menaaabunakan dua keLenLuan hukum vana berbea
4 menun[ukkan dua keLenLuan hukum vana berbeda dalam kondlsl berbeda pula
3 dapaL memberlkan pen[elasan Lerhadap suaLu kaLa dl dalam alCur'an vana munakln sullL dlpahaml
maknanva
Adapun penaaruh perbedaan qlra`aL dalam lsLlnbaLh hukum [uaa memperllhaLkan penaaruh
Sebaaalmana dlkaLakan alZarkasvl bahwa perbedaan denaan qlra`aL Llmbullah perbedaan dalam
hukum 8ellau menvebuLkan masalah baLalnva wudhu` orana vana dlsenLuh (lawan [enls) dan Lldak
baLalnva aLas dasar perbedaan qlra`aL pada kamu senLuh" dan kamu sallna menvenLuh"

u ALSA8'AP AP8ulln uALAM ALCu8'An
Ada vana berpendapaL bahwa qlra`aL Lu[uh ldenLlk denaan hadls nabl SAW vana menvaLakan bahwa al
Cur'an dlLurunkan dalam Lu[uh huruf ulanLara hadls nabl vana menvaLakan hal LersebuL adalah
"8asul Allah saw bersabda sesunaauhnva alCur'anlnl dlLurunkan dalam Lu[uh huruf bacalah apa sa[a
[enls bacaan vana mudah baalmu darl alCur'an" (P8 8ukharl dan Musllm)
MenuruL Shubhl alShallh bahwa vana dlmaksud denaan Lu[uh huruf dalam ka[lan llmu Lafslr lalah Lu[uh
macam bacaan vana dla[arkan oleh 8asulallah dan Lldak ldenLlk denaan qlra`aL alsab'ah vana popular
dalam dunla lslamlsLllah LersebuL (baca qlra`aL alsab'ah) baru lahlr pada penahu[unna abad ll P
dlpeloporl lbn Mu[ahld
Sedanakan kaLa ahruf" dalam hadls nabl LersebuL secara luahawl merupakan benLuk [amak darl harf"
vana bermakna musvLarak (mempunval banvak arLl) dapaL berarLl puncak saLu e[aan huruf Lepl
sesuaLu benLuk dan sebaaalnva karena lLu sab'ah ahruf blsa dlarLlkan Lu[uh bahasa Lu[uh llmu Lu[uh
makna Lu[uh bacaan dan Lu[uh benLuk Akan LeLapl penaerLlan hadls LersebuL Paflzh Abu 'Amr aluanl
menaanduna dua kemunaklnan erLama berarLl Lu[uh cara membaca darl berbaaal bahasa" kedua
berarLl bacaan" sesual denaan keblasaan banasa Arab menamakan sesuaLu denaan salah saLu baalan
LerpenLlna vana LerdapaL padanva dan bacaan Lldak munakln Ler[adl Lanpa adanva huruf
Ada vana berpendapaL bahwa vana dlmaksud denaan hurufhuruf vana Lu[uh lalah sealseal lafadz vana
bermacammacam dl dalam saLu kallmaL dan saLu makna seperLl halumma aqbala La'aala 'a[al asrl'
fashaddl dan nahwlvvl namun sebaalan besar 'ulama berpendapaL bahwa Lu[uh huruf lLu lalah Lu[uh
bahasa vana menuruL Abu ubavd Lerdlrl aLas bahasa Curalsv Pudzavl 1saqlf Pawazln klnanah
1amlm dan ?aman Pal lnl menun[ukkan banvaknva kemunaklnan cara membaca alCur'an vana
dlbolehkan unLuk memberl kemudahan baal kaum musllmln vana pada pokoknva Lerdlrl darl orana
orana arab vana menaaunakan lah[ah pada masa Lurunnva alCur'an unLuk mewu[udkan kemudahan
lnl maka Ler[adllah sebaalan perubahan huruf kaLa kallmaL aLaupun susunan kallmaL dalam sebaalan
avaLavaL alCur'an karena lLu unakapan LenLana alCur'an dlLurunkan aLas Lu[uh huruf lnl leblh LepaL
dlarLlkan sebaaal Lu[uh benLuk perbedaan bacaan alCur'an Adapun secara aarls besar benLuk
perbedaan lLu dapaL dlperhaLlkan sebaaal berlkuL
8A8 lll
kLSlMuLAn
Mempela[arl qlra`aL dapaL merlnaankan dan memudahkan baal umaL lslamsemuanva khususnva kaum
arab pada masamasa awal vana dla[ak berdlaloa oleh alCur'an padahal mereka Lerdlrl darl banvak
Selaln lLu qlra`aL dapaL membanLu dalam bldana Lafslr Merupakan keuLamaan dan kemullaan umaL
Muhammad saw aLas umaLumaL pendahulunva karena klLabklLab vana dahulu Lurun hanva denaan
saLu seal dan dalam saLu qlra`ah berbeda alCur'an

uAl1A8 uS1AkA

Akaha Abduh Zulfldar 1996 AlCur'a dan Clra`aL !akarLa usLaka AlkauLsar
Anwar MAa urs 8oslhon 2000ulumul Cur'an 8anduna Cv usLaka SeLla
8aldan rof ur nashruddln 2003 Wawasan 8aru llmu 1afslr ?oavakarLa usLaka ela[ar
AlCaLhLhan Manna` 2006 Mabahls fl 'ulum alCur'an !akarLa uLaka al kauLsar

ClraaL ?ana Masvhur

enaerLlannva dan perkembanaannva darl awal hlnaaa para Lokoh vana ada dl dalam
penaembanaannva
ada pembahasan vana Lerakhlr lnl kaml menaanaaap penLlna unLuk memblcarakan sekelumlL LenLana
qlraaLqlraaL 8aaalmana Llmbulnva dan slapa Lokohnva vana Lerkenal

1 enaerLlan ClraaL
AlClraaL adalah benLuk mashdar darl qaraa vaqrau qlraLan MenuruL lsLllah qlraaL lalah salah saLu
allran dalam menaucapkan AlCuran vana dlpakal oleh salah seorana lmam qura vana berbeda denaan
lalnnva dalam hal ucapan AlCuranul karlm ClraaL lnl berdasarkan sanadsanadnva sampal kepada
8asulullah SAW

2 Apakah pada masa SahabaL sudah ada qarlqarl?
8enar ada erlode qura vana menaa[arkan bacaan AlCuran kepada oranaorana menuruL cara mereka
maslnamaslna adalah denaan sLandard darl masa sahabaL vana mulla

ulanLara sahabaL vana populer denaan bacaannva adalah ubav Alv Zald lbnu 1sablL lbnu Masud Abu
Musa alAsvarv dan lalnlaln uarl mereka lLulah kebanvakan para sahabaL dan Lablln dl seluruh daerah
bela[ar Mereka lLu semuanva berpedoman kepada 8asulullah SAW sampal denaan daLananva masa
Lablln pada permulaan abad ke2 P Selan[uLnva Llmbul aolonaanaolonaan vana bealLu memperhaLlkan
adanva Landa baca secara sempurna manakala dlperlukan dan mereka men[adlkannva sebaaal saLu
cabana darl llmu sebaaalmana halnva llmullmu svarlaL vana laln

8aaalmanakah se[arah Llmbulnva ClraaL??

1elah kaml keLahul Lerdahulu bahwa perlodesasl qurra adalah se[ak zaman sahabaL sampal denaan
masa Lablln Cranaorana vana menauasal LenLana AlCuran lalah vana menerlmanva darl oranaorana
vana dlpercava dan darl lmam deml lmam vana akhlrnva berasal darl nabl

Sedanakan mushhafmushhaf LersebuL Lldaklah berLlLlk dan berbarls dan benLuk kallmaL dl dalamnva
mempunval beberapa kemunaklnan berbaaal bacaan kalau Lldak maka kallmaL lLu harus dlLulls pada
mushhaf denaan saLu wa[ah kemudlan dlLulls pada mushhaf laln denaan wa[ah vana laln dan bealLulah
seLerusnva

1ldaklah dlraaukan laal bahwa penauasaan LenLana rlwavaL dan penerlmaan adalah merupakan
pedoman dasar dalam bab qlraaL dan AlCuran

kalanaan sahabaL sendlrl dalam penaambllannva darl 8asul berbedabeda Ada vana membaca denaan
saLu huruf sedana vana laln ada vana menaambllnva dan huruf/bacaan uan bahkan vana laln laal ada
vana leblh darl lLu kemudlan mereka berLebaran ke seluruh pen[uru daerah dalam keadaan semacam
lnl

uLsman ra keLlka menalrlm mushhafmushhaf ke seluruh pen[uru koLa la menalrlmkan pula orana vana
sesual bacaannva mempunval saLu seal bacaan dan vana lalnnva ada pula vana leblh darl lLu Cleh
karena lLulah Llmbulnva banvak perbedaan dan kurana adanva keseraaaman anLara sesamanva

ada masa lLu hlmbauan LokohLokoh dan pemlmpln ummaL unLuk beker[a keras sesual denaan
kemampuan vana dlmlllklnva sehlnaaa blsa membedakan anLara bacaan vana benar dan vana Lldak
benar Mereka menaumpulkan huruf dan qlraaL menaembanakan wa[ahwa[ah dan dlravah
men[elaskan vana benar dan vana salah serLa vana berkembana dan vana punah denaan pedoman
pedoman vana mereka kembanakan dan sealseal vana mereka uLamakan(1)

BAB I
PENDAHULUAN


Ilmu Qira`at adalah ilmu yang mempelaiari bagaimana cara membaca Al Qur`an dengan
pengucapan laIal-laIal yang baik dan benar. Qira`at adalah bentuk iamak dari kata qira`ah yang
secara bahasa artinya bacaan.
Dalam pembahasan ilmu qira`at, sering didapatkan bercampur baurnya pengertian antar qira`at
sa`bah dengan diturunkannya Al Qur`an atas tuiuh huruI. Orang-orang beranggapan bahwa
sa`bah (tuiuh huruI) itu identik dengan qira`ah sa`bah (imam tuiuh).

BAB II
ILMU QIRA`AT

1. Pengertian Qira`at
LaIal Qira`at adalah bentuk iamak dari Qira`ah yang merupakan bentuk masdar dari Fi`il Madi
Qara`a. Menurut bahasa qira`ah artinya becaan, para ahli mengemukakan menurut istilah
secara berbeda-beda.
a. Ibn Al Jarazi , mengemukakan bahwa qira`at merupakan pengetahuan tentang cara-cara
mengucapkan kalimat-kalimat Al Qur`an dan perbedaannya.

b. Al Shabani, mengemukakan bahwa Al Qur`an oleh seorang imam qara yang berbeda dengan
(bacaan imam) lainnya.

2. Latar Belakang Adanya Perbedaan Qira`at
Orang yang pertama menyusun Qira`at adalah salah satu kitab Abu Ubaid Al- Qosim Ibn Salam
(waIat tahun 244 H). Beliau telah mengumpulkan para imam qira`at dengan bacaannya masing-
masing, para toko lain yang turut melopori lahirnya ilmu Qira`at adalah Abu Hatim Al-siiistany,
Abu Ja`Iar al-Thabary dan Ismail al-Qodhi.
Qira`at ini terus berkembang hingga sampailah pada Abu Bakar Ahmad Ibn Musa Ibn Abbas Ibn
muiahid yang terkenal dengan panggilan Ibn Muiahid (waIat tahun 324 H) di Bagdad. Beliaulah
yang menyusun dan mengumpulkan Qira`ah sa`bah atau tuiuh Qira`at dari tuiuh imam
yangdikenal di Mekkah, Madinah, KuIah, Basrah, dan Syam. Para tuiuh imam dari Qari tersebut
adalah :
1) Ibn Amir
Nama lengkapnya Abdullah aal-Yashubi yang merupakan seorang Qodhi di Damaskus pada
masa pemerintahan Ibn Abd al-Malik. Beliau berasal dari kalangan tabi`in yang belaiar Qira`at
dari al-Mughirah Ibn Abi Syihab al-Mahzumi, Usman bin AIIan dan Rsulullah SAW. Beliau
waIat tahun 118 H Damaskus. Muridnya yang terkenal dalam Qira`at yaitu Hisyam dan Ibn
Szakwan.

2) Ibn Katsir
Nam lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Kastir Al-Dary al-Makky. Beliau adalah imam
Qira`at di Mekkah dari kalangan tabi`in. Yang pernah hidup bersama sahabat Sbdullah Ibn
Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Annas Ibn Malik. Beliau waIat tahun 291 H, muridnya yang
terkenal adalah Al-Bazy (waIat tahun 250 H) dan Qunbul (waIat tahun 291 H).

3) Ashim Al-KhuIy
Nama lengkapnya Ashim Ibn Abi Al-Nuiud M. Asadi disebut iuga Ibn Bahdalan dan nama
panggilannya adalah Abu Bakar, beliau seorang tabi`in yang waIat sekitar tahun 127-128 H di
KuIIah. Kedua perawinya yang terkenal adalah Syu`ban (waIat tahun 193 H) dan HaIsah (waIat
tahun 180 H).

4) Abu Amr
Nama lengkapnya Abu Amr Zabban Ibn A`la Ibn Ammar al-Bashti yang sering iuga dipanggil
Yahya. Beliau seorang guru besar pada rawi yang waIat di KuIIah pada tahun 154 H.

5) Hamzah al-KuIy
Nama lengkapnya Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah al-Zayyat al-Fardh al-Thaimi yang sering
dipanggil Ibn Imarah. Beliau berasal dari kalangan hamba sahaya ikrimah Ibn Robbi` Mthaimi
yang waIat di Hawan pada masa khaliIah Abu Ja`Iar al-Manshur tahun 156 H. Kedua perawinya
yang terkenal adalah khalaI (waIat tahun 229 H) dan Khallat (waIat tahun 220 H).

6) Imam NaIi
Nama lengkapnya Abu Ruwaim NaIi Ibn Abd Al-Rahman Ibn Abi Na`im al-Laisry. Beliau
berasal dari IsIahan dan waIat di Madinah pad tahun 169 H. Perawinya adalah Qolum (waIat
tahun 220 H) dan Warassy (waIat tahun 197 H).

7) Al-Kisaiy
Nama lengkapnya Ali Ibn Hamzah. Selain imam Qori beliau terkenal iuga sebagai imam nahwu
golongan KuIah. Nama panggilannya Abu al-Hasan dan sering iuga disebut Kisaiy karena
sewaktu berihram beliau memakai kisa. Beliau waIat pada tahun 189 H di Ronbawyan yaitu
sebuah desa di negeri Roy dalam perialanan menuiu Khurasan bersama al-Rasyid. Perawinya
yang terkenal adalah Abd al-Haris (waIat tahun 242 h) dan Al-Dury (waIat tahun 246 H).

3. Syarat-Syarat Qira`at Yang Mukhobar Dan Jenisnya
Syarat-syarat Qira`at yang muktabar :
1) Qira`at harus sesuai dengan bahasa Arab, walaupun hanya dalam satu segi.
2) Qira`at harus sesuai dengan tulisan (rasm) Usmany, sekalipun hanya dalam satu sisi.
3) Qira`at shahih sanadnya.

Jenis-ienisnya berdasarkan Qira`at yang shahih sanadnya :
1) Mutawatir yaitu Qiraan yang diriwayatkan dan diterima oleh seiumlah banyak orang.
2) Masyhur yaitu Qiraan dengan sanadnya yang shahih, namun iumlah periwayatannya tidak
sampai sebanyak mutawatir.
3) Ahad yaitu Qiraan yang sanadnya shahih.


4. Pengaruh Qira`at Terhadap Istinbath
Perbedaan Qira`at dengan qira`at lainnya tidak hanya sebatas dalam perbedaan pengucapan
laniah, akan tetapi mencakup pula pada perbedaan huruI, kata, susunan kalimat, penambahan
serta pengurangan dan seienisnya. Qira`at ini menimbulkan banyak perbedaan. Sehinga turut
mempengaruhi dalam mengistimbath hukum.
Dalam melaIalkan laamastum sebagian orang ada yang membaca paniang, dan ada yang
membaca pendek. Menurut ilmu shoroI kedua laIal tersebut memiliki arti yang berbeda. LaIal
laamastum (dibaca paniang) yang artinya saling bersentuhan. Sedangkan laa mastum (dibaca
pendek) yang artinya menyentuh.
Dilihat dari dua sisi, bacaan tersebut menimbulkan istinbath hukum yang berbeda. Menurut
mazhab HanaIi dan Maliki, bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidaklah membatalkan
wudhu. Pengertian laa mastum 9dibaca paniang) menurut imam HanaIi artinya adalah iima
(hubungan suami istri) sedangkan menurut imam Maliki maksudnya dalah bersentuhan dengan
disertai syahwat. Menurut mazhab SaIi`i, sekedar bersentuhan kulit dengan lawan ienis diangap
membatalkan wudhu.

5. Membuat Analis Tentang Al-Qur`an di Turunkan Dalam Tuiuh HuruI dan Relevansinya
Dengan Qira`at
Seiak dibukukannya Qira`at sab`ah oleh imam Muiahid, orang-orang beranggapan bahwa yang
dimaksud hadits Muhammad Saw. Yang menyatakan diturunkannya Al Qur`an atas Sab`ah
AhruI (tuiuh huruI) adalah qiraan sab`ah yang dinukil dari imam tuiuh yang terkenal dikalangan
Qori. Anggapan seperti keliru, karena kedua istilah ini meiliki pengertian dan hakikat yang
berbeda.
Oleh karena itu, Abu Al-Abbas Ibn Ammar (waIat tahun 430 H), seorang Muari besar. Mencela
keras Ibn Muiahid dan mengatakan bahwa usaha itu akan menimbulkan sangkaan bahwa Qira`at
yang tuiuh itulah yang dimaksud oleh Hadits. Dia mengatakan bahwa alangkah baiknya kalau
dikumpulkan itu kurang atau lebih dari tuiuh, supaya hilang dari kesamaran itu, Ash Shiddiqie
(1972;133). Sekalipun ilmu Qira`at ini lahir dari kandungan sab`ah ahruI, namun keberadaan
sab`ah ahruI secara mutlak lebih umum ketimbang Qira`at sab`ah.



PENUTUP


Uraian yang penulis paparkan seiak awal hingga akhir bertuiuan menielaskan secara utuh tentang
Ilmu Qira`at. Kemudian dapat disimpulkan bahwa :
a. Qira`at adalah cara pengucapan laIal-laIal yang terdapat dalam bacaan Al Qur`an
b. Syarat Qira`at yan muktabar
- Qira`at harus sesuai dengan bahasa Arab, walaupun hanya dalam satu segi
- Qira`at harus sesuai dengan tuiuan (Rasm) Usmani
- Qira`at shahih sanadnya.

Contoh Makalah MAKALAH ILMU QIRA'AT ' Contoh Makalah
http://www.contohmakalah.co.cc/2009/07/makalah-ilmu-qiraat.html#ixzz1LIp364EG
Makalah, Skripsi, Karya Ilmiyah, Artikel, Bisnis Online
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike

Qiraat Al-Quran Dan Para Ahlinya
Posted on Maret 29, 2007 by elIadhi' Tinggalkan komentar
Qiraat Al-Quran Dan Para Ahlinya
Qiraat adalah iamak dari qiraah, yang berarti bacaan, dan ia adalah masdar (verbal noun)
dari qaraa. Menurut istilah ilmiah, qiraat adalah salah satu mazhab (aliran) pengucapan
Quran yang dipilih oleh salah seorang imam ahli qiaraat sebagai suatu mazhab yang berbeda
dengan mazhab lainnya.
Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sanad-sanadnya sampai kepada Rasulullah. Periode qurra (ahli
atau imam qiraat) yang mengaiarkan bacaan Quran kepada orang-orang menurut cara mereka-
mereka masing adalah dengan berpedoman kepada masa para sahabat. Diantara para sahabat
yang terkenal mengaiar qiraat ialah Ubai ra, Ali bin Abi Thalib ra, Zaid ra, Ibn Masud ra dan
Abu Musa al Ansary ra serta masih banyak lagi yang lainnya. Dari mereka itulah sebagian besar
sahabat dan tabi`in di berbagai negeri belaiar qiraat. Mereka itu semuanya bersandar kepada
Rasulullah.
Az Zahabi menyebutkan di dalam kitab Tabaqatul Qurra, bahwa sahabat yang terkenal sebagai
guru dan ahli qiraat Quran ada tuiuh orang, yaitu :
1. Usman bin Al-`AIIan ra
2. Ali bin Abi Thalib ra
3. Ubai bin Kaab ra
4. Zaid bin Haritsah ra
5. Abu Darda ra
6. Abu Musa al Anshary ra.
7. Ibnu Mas`ud ra.
Lebih laniut ia menielaskan, segolongan besar sahabat mempelaiari qiraat dari Ubai, diantaranya
Abu Hurairah, Ibn Abbas, dan Abdullah bin Sa`id, Ibn Abbas belaiar pula kepada Zaid.
Kemudian kepada para sahabat itulah seiumlah besar tabiin disetiap negri mempelaiari qiraat.
Diantara para tabiin tersebut ada yang tinggal di Madinah yaitu Ibnul Musayyab, Urwah,
Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman dan Ata- keduanya putra Yasar-, Muaz bin Haris
yang terkenal dengan Muaz al Qari, Abdurrahman bin Hurmuz al Arai, Ibn Syihab az Zuhri,
Muslim bin Jundab dan Zaid bin Aslam.
Yang tinggal di Mekkah ialah : Ubaid bin Umar, Ata, bin Abu Rabah, Tawus, Muiahid,
Ikrimah dan Ibn Abu Malikah.
Tabiin yang tinggal di KuIIah ialah : Alqamah, al Aswad, Masruq, Ubaidah, Amr, bin
Syurahbil, al Haris bin Qais, Amr bin Maimun, Abu abdurahman as Sulami, Said bin Jubair, an
Nakhai, dan as Syabi.
Yang tinggal di Basyrah ialah : Abu Aliyah, Abu Raia, Nasr bin Asim, Yahya bin Yamar,
al Hasan, Ibn Sirin dan Qatadah.
Sedang yang tinggal di Syam ialah : al Mughirah bin Abu Syihab al Makhzumi-murid Usman,
dan KhaliIah bin Sad- sahabat Abu Darda.
Pada permulaan abad pertama Hiirah dimasa tabiin, tampilah seiumlah ulama yang
membulatkan tenaga dan perhatiannya terhadap masalah qiraat secara sempurna karena keadaan
menuntut demikian, dan meniadikannya sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri
sebagaimana mereka lakukan terhadap ilmu-ilmu syariat yang lainnya, sehingga mereka meniadi
imam dan ahli qiraat yang diikuti dan dipercaya. Bahkan dari generasi ini dan generasi
sesudahnya terdapat tuiuh orang terkenal sebagai imam yang kepada mereka dihubungkan;ah
(dinisbahkanlah) qiraat hingga sekarang ini.
Para qiraat tersebut di madinah ialah : Abu JaIar Yazid bin Qaqa, kemudian NaIi bin
Abdurrahman, ahli qiraat di mekkah ialah : Abdullah bin Kasir dan Humaid bin Qais al Arai.
Di KuIah ialah : Asim bin Abu Naiud, Sulaiman al Amasy, kemudian Hamzah dan kemudian
al Kisai. Di Basrah ialah : Abdullah bin Abu Ishaq,, Isa Ibn Amr, , Abu Amar Ala, Asim
al Jahdari dan Ya;kub al Hadrami. Dan di Syam ialah : Abdullah bin Amir, Ismail bin Abdullah
bin Muhaiir, kemudian Yahya bin Haris dan kemudian Syuraih bin Yazid al Hadrami.
Ketuiuh orang yang terkenal sebagai ahli qiraat diseluruh dunia diantara nama-nama tersebut
ialah Abu Amr, NaIi , Asim, Hamzah, al KisaI, Ibn Amir dan Ibn Kasir.
Qiraat-qiraat itu bukanlah tuiuh huruI- sebagaimana yang dimaksdkan dalam hadis pada bab
diatas- menurut pendapat yang paling kuat. Meskipun kesamaan bilangan diantara keduanya
mengesankan demikian. Sebab qiraat-qiraat hanya merupakan madzhab bacaan quran para
imam, yang secara iima masih tetap exis dan digunakan umat hingga kini. Dan sumbernya
adalah perbedaan langgam, cara pengucapan dan siIatnya, seperti : taIkhim, tarqiq, imalah,
idgham, izhar, isyba, madd, qasr, tasydid, takhIiI dan lain sebagainya. Namun semuanya itu
hanya berkisar dalam satu huruI, yaitu huruI quraisy.
Sedangkan maksud tuiuh huruI adalah berbeda dengan qiraat, seperti yangvtelah kita ielaskan.
Dan persoalannya sudah berakhir sampai pada pembacaan terakhir ( al Urdah al Akhirah),
yaitu ketika wilayah expansi bertambah luas dan ikhtilaI tentang huruI-huruI itu meniadi
kekhawatiran bagi timbulnya Iitnah dan kerusakan, sehingga para sahabata pada masa Usman
terdorong untuk mempersatukan umat islam pada satu huruI, yaitu huruI quraisy, dan menuliskan
mushaI-mushaI dengan huruI tersebut sebagaimana telah kita ielaskan.
Popularitas Tuiuh Imam Qiraat
Imam atau guru qiraat itu cukup banyak iumlahnya, namun yang populer hanya tuiuh orang.
Qiraat tuiuh orang imam ini adalah qiraat yang telah disepakati. Akan tetapi disamping itu para
ulama memilih pula tiga orang imam qiraat yang qiraatnya dipandang sahih dan mutawatir.
Mereka adalah Abu JaIar Yazin bin Qaqa al Madani, Yakub Bin Ishaq al Hadrami dan
KhalaI bin Hisyam. Ketiga imam terakhir ini dan tuiuh imam diatas dikenal dengan imam qiraat.
Dan qiraat diluar yang sepuluh ini dipandang qiraat syaz. Seperti qiraat Yazidi, Hasan, Amasy,
Ibn Jubair dan lain-lain. Meskipun demikian, bukan berarti tidak satupun dari qiraat sepuluh dan
bahkan qiraat tuiuh yang masyhur itu terlepas dari kesyazan, sebab didalam qiraat-qiraat tersebut
masih terdapat iuga beberapa kesyazan sekalipun hanya sedikit.
Pemilihan qurra (ahli qiraat) yang tuiuh itu dilakukan oleh para ulama terkemudian pada abad
ketiga hiiri. Bila tidak demikian maka sebenarnya para imam yang dapat
mempertanggungiawabkan ilmunya itu cukup banyak iumlahnya. Pada abad permulaan kedua
umat islam di Basrah memilih qiraat Ibn Amr dan Yakub; di KuIah orang-orang memilih
qiraat Hamzah dan Asim; di Syam mereka memilih qiraat Ibn Amir; di mekkah mereka
meilih qiraat Ibn Kasir, dan di madinag memilih qiraat NaIi. Mereka itulah tuiuh orang qari,
tetapi pada permulaan abad ke tiga Abu Bakar bin Muiahid menetapkan nama al KisaI dan
membuang nama Yakub dari kelompok tuiuh huruI tersebut.
Berkata as Suyuti : Orang pertama yang menyusun kitab tentang qiraat ialah Abu Ubaid al
Qasim bin Salam, kemudian Ahmad bin Jubair al KuIi, kemudian Ismail bin Ishaq al Maliki,
murid Qalun, kemudian Abu JaIar bin Jarir at Tabari, kemudian Abu Bakar Muhammad bin
Ahmad bin Umar ad Daiuni. Kemudian Abu Bakar bin Muiahid. Kemudian pada masa Ibn
Muiahid ini dan sesudahnya, tampulah para ahli yang menyusun buku mengenai berbagai macam
qiraat, baik yang mencakup qiraat maupun tidak, secara singkat maupun paniang lebar. Imam-
imam qiraat itu sebenarnya tidak terhitung iumlahnya. HaIizul islam Abu Abdullah Az Zahabi
telah mentusun tabaqat (seiarah hidup) mereka, kemudian diikuti pula oleh HaIizul Qurra Abul
Khair bin Jaziri.
Imam Ibn Jaziri didalam an Nasyr mengemukakan, Imam pertama yang dipandang telah
menghimpun bermacam-macam qiraat dalam satu kitab adalah Abu Ubaid al Qasim Ibn Salam.
Menurut perhitunganku, ia mengumpulkan dua puluh lima orang ulama ahli qiraat selain yang
tuiuh itu. Ia waIat pada 224. kemudian al Jaziri mengatakan pula, sesudah itu, Abu Bakar Ahmad
bin Musa bin Abbas bin Muiahid merupakan orang pertama yang membatasi hanya pada qiraat
tuiuh imam saia. Ia waIat pada 324. selaniutnya ia mengatakan, kami mendapat berita dari
sebagian orang yang tidak berpengetahuan bahwa qiraat yang benar ialah qiraat-qiraat yang
berasal dari tuiuh imam. Bahkan dalam pandangan sebagian besar orang yang iahil, qiraat-qiraat
yang benar itu hanyalah yang terdapat didalam asy- Syatibiyyah dan at-Taisir.
Sebab-sebab mengapa hanya tuiuh imam qiraat saia yang masyhur pada hal masih banyak imam-
imam qirat lain yang lebih tinggi kedudukannya atau setingkat dengan mereka dan iumlahnya
pun lebih dari tuiuh, ialah karena sangat banyaknya periwayat qiraat mereka. Ketika semangat
dan perhatian para generasi sesudahnya menurun, mereka lalu berupaya untuk membatasi hanya
pada qiraat yang sesuai dengan khat mushaI serta dapat mempermudah penghaIalan dan pen-
dabi-tan qiraatnya. Langkah yang ditempuh generasi penerus ini ialah memperhatikan siapa
diantara ahli qiraat itu yang lebih populer kredibilitas dan amanahnya, lamanya waktu dalam
menekuni qiraat adan adanya kesepakatn untuk diambil serta dikembangkan qiraatnya.
Kemudian dari setiap negeri dipilihlah seorang imam. Tetapi tanpa mengabaikan penukilan
qiraat imam diluar yang tuiuh orang itu, seperti qiraat Yakub al Hadrami, Abu JaIar al
Madani, Syaibah bin Nassa dsb.
Para penulis kitab tentang qiraat telah memberikan andil besar dalam membatasi qiraat pada
iumlah tertentu, sebab pembatasannya pada seiumlah imam qiraat tertentu tersebut, merupakan
Iaktor bagi popularitas mereka padahal masih banyak qari-qari lain yang lebih tinggi
kedudukannya dari mereka. Dan ini menyebabkan orang menyangka bahwa para qari yang
qiraat-qiraatnya dituliskan itulah imam-imam qiraat terpercaya. Ibn Jabr al Makki telah
menyusun sebuah kitab tentang qiraat, yang hanya membatasi hanya pada lima orang qari saia. Ia
memilih seorang Imam dari setiap negeri, dengan pertimbangan bahwa mushaI yang dikirimkan
Usman kenegeri-negeri itu hanya lima buah. Sementara itu seebuah pendapat mengatakan bahwa
Usman mengirimkan tuiuh buah mushaI; lima buah seperti ditulis oleh al makki ditambah satu
mushaI ke Yaman dan satu mushaI lagi ke Bahrain. Akan tetapi kedua mushaI terakhir ini tidak
terdengar kabar beritanya. Kemudian Ibn Muiahid dan lainnya berusaha untuk meniaga bilangan
mushaI yang disebarkan Usman tersebut. Maka dari mushaI Bahrain dan mushaI Bahrain itu
mereka mencantumkan pula ahli qiraatnya untuk menyempurnakan iumlah bilangan (tuiuh).
Oleh karena itu, para ulama berpendapat bahwa berpegang pada qiraat tuiuh ahli qiraat itu, tanpa
yang lain, tidaklah berdasarkan pada asar maupun sunah.sebab iumlah itu hanyalah hasil usaha
pengumpulan oleh beberapa orang terkemudian, yang kemudian kumpulan tersebut tersebar luas.
Seandainya Ibn Muiahid menuliskan pula qari itupun akan terkenal pula. Abu Bakar Ibnul Arabi
berkata : Penentuan ketuiuh orang qari ini tidak dimaksudkan behwa qiraat yang boleh dibaca itu
hanya terbatas tuiuh sehingga qiraat yang lainnya tidak boleh dipakai, seperti qiraat Abu JaIa,
Syaibah, al Amasyi dll. Karena para qari ini pun kedudukannya sama dengan tuiuh atau bahkan
lebih tinggi, pendapat ini dikatakan pula oleh banyak ahli qiraat lainnya.
Abu Hayyan berkata : Dalam kitab karya Ibn Muiahid dan orang yang
mengikutinyasebenarnya tidak terdapat qiraat yang masyhur, kecuali sedikit sekali. Sebagai
misal Abu Amr Ibnul Ala, ia terkenal mempunyai tuiuh belas perawi-kemudian disebutkanlah
nama-nama mereka itu. Tetapi dalam kitab Ibn Muiahid hanya disebutkan al Yazidi, dan dari al
Yazidi inipun diriwayatkan oleh sepuluh orang perawi. Maka bagaimana ia dapat merasa cukup
dengan hanya menyebutkan as Susi dan ad Dauri, padahal keduanya tidak mempunyai kelebihan
apa-apa dari yang lain ? sedang para perawi itu sama dalam tingkat ke-dabit-an, keahlian dan
kesetaraannya untuk diambil. Dan katanya pula: aku tidak mengetahui alasan sikap Ibn
Muiahid ini selain dari kurangnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya,
Macam-macam Qiraat, Hukum dan Kaidahnya
Sebagian ulama menyebutkan bahwa qiraat itu ada yang mutawatir, ahad dan syaz. Menurt
mereka, qiraat mutawatir ialah qiraat yang tuiuh, sedang qiraat ahad ialah tiga qiraat yang
menggenapkannya meniadi sepuluh qiraat ditambah qiraat pra sahabat, dan selain itu adalah
qiraat syaz. Dikatakan, bahwa qiraat yang sepuluh adalah dalam hal ini baik dalam qiraat yang
termasuk qiraat tuiuh, qiraat sepuluh maupun lainnya adalah dabit atau kaidah tentang qiraat
yang sahih. Abu Syamah dalam al Mursyidul Waiiz mengungkapkan, tidak sepantasnya kita
tertipu oleh setiap qiraat yang disandarkan kepada salah satu ahli qiraat tuiuh dengan
menyatakannya sebagai qiraat yang sahih (benar) dan seperti itulah qiraat tersebut diturunkan
kecuali bila qiraat itu telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dabit. Dengan
begitu, maka seorang penyusun tidak seyogyanya hanya memindahkan (menukil) qiraat yang
dikatakannya berasal dari seorang imam tersebut tanpa menukil qiraat dari yang lain, atau khusus
hanya menukilkan qiraat dari imam tuiuh orang saia. Tetapi hendaknya ia menukilkan semua
qiraat berasal dari qurra lain. Cara demikian ini tidak mengeluarkan sesuatu qiraat dari
kesahihannya. Sebab, yang meniadi pedoman ialah terpenuhinya siIat-siIat atau syarat-syarat ,
bukan siapa yang kepadanya qiraat itu dihubungkan. Hal ini karena qiraat yang dihubungkan
kepada stiap qari yang tuiuh atau yang lain itu, ada yang disepakati (muima alaih) da ada
pula yang syaz. Hanya saia karena popularitas qari yang tuiuh dan banyaknya qiraat mereka yang
telah disepakati kesahihannya maka iiwa merasa lebih tenteram dan cenderung menerima qiraat
yang berasal darimereka melebihi qiraat yang bersumber dari qari-qari lainnya.
Menurut mereka, dabit atau kaidah qiraat yang sahih adalah sebagai berikut:
1. Kesesuaian qiraat tersebut sesuai dengan kaidah bahasa arab sekalipun dalam satu segi, baik
segi itu Iasih ataupun lebih Iasih, sebab qiraat adalah sunah yang harus diikuti, diterima apa
adanya dan meniadi ruiukan dengan berdasarkan pada isnad, bukan rayu (penalaran).
2. Qiraat sesuai dengan salah satu mushaI Usmani, sekalipun hanya mendekati saia. Sebab dalam
penulisan mushaI-mushaI itu para sahabat teah bersungguh-sungguh dalam membuat rasm (cara
ppenulisan mushaI) sesuai dengan bermacam-macam dialek qiraat yang mereka ketahui.
Misalnya mereka akan menuliskan asshiratha dalam ayat ihdinassirathalmustaqim (al
Fatihah: 6) dengan shad sebagai ganti dari sin. Mereka tidak menuliskan sin yakni assiratha.
Meskipun dalam satu segi berbeda dalam satu rasm. Namun qiraat dengan sin pun telah
memenuhi atau sesuai dengan bahasa asli laIaz tersebut yang dikenal, sehingga kedua bacaan itu
dianggap sebanding. Dan bacaan isymam untuk itupun dimungkinkan pula.
Yang dimaksud dengan sesuai yang hanya sekadar mendekati saia (muwaIaqah ihtimaliyah)
adalah seperti contoh diatas. Misal yang lainnya seperti Maalikiyaumiddin (al Fatihah: 4),
laIal Maliki dituliskan dalam semua mushaI dengan membuang AliI, sehingga dibaca
C aa sesuai dengan rasm secara tahqiq (ielas) dan dibaca pula Maliki sesuai dengan
rasm secara ihtimal (kemungkinan). Dan demikian pula contoh yang lain.
Contoh qiraat-qiraat yang berbeda tetapi sesuai dengan rasm secara tahqiq adalah
Talamuun, dengan Ta dan Ya. Juga YaghIirlakum dengan Ya dan nun
dan lain-lain. Kekosongan rasm dari titik dan dan syakal baik ketika dihilangkan maupun ketika
ditetapkan merupakan bukti betapa tingginya para sahabat dalam ilmu eiaan khususnya dan
dalam pemahaman yang cemerlang terhadap kaiian setiap ilmu.
Dalam menentukan qiraat yang sahih tidak disyaratkan qiraat itu harus sesuai dengan semua
mushaI, cukup dengan apa yang tedapat dalam sebagian mushaI saia. Misalnya qiraat Ibn Amr
Wabizzuburi wabalkitabi (Ali-Imran: 184) dengan menetapkan Ba pada kedua laIaz itu,
qiraat ini dipandang sahih karena yang demikian ditetapkan pula dalam mushaI Syami.
3.Qiraat itu harus sahih isnadnya, sebab qiraat merupakan sunah yang diikuti yang didasarkan
pada keselamatan penukilan dan kesahihan riwayat. Sering kali ahli bahasa arab mengingkari
sesuatu qiraat hanya karena qiraat itu tidak seialan dengan aturan atau lemah menurut kaidah
bahasa, namun demikian para imam qiraat tidak menanggung beban apapun atas keingkaran
mereka itu.
Itulah syarat-syarat yang ditentukan dalan dabit bagi qiraat yang sahih. Apa bila ketiga syarat ini
yang terpenuhi, yaitu: 1) sesuai dengan bahasa arab 2) sesuai degan rasm mushaI dan 3) sahih
sanadnya, maka qiraaat tersebut adalah qiraat yang sahih. Dan bila salah satu syarat atau lebih
tidak terpenuhi maka qiraat itu dinamakan qiraaat yang lemah, syaz atau batil.
Yang mengherankan ialah bahwa sebagian ahli nahwu masih iuga menyalahkan qiraat sahih
yang telah memenuhi ayarat-syarat tersebut, hanya semata-mata qiraat tersebut bertentangan
dengan kaidah ilmu nahwu yang mereka iadikan tolok ukur bagi kesahihan bahasa. Seharusnya
qiraat yang sahih itu diiadikan sebagai hakim atau pedoman bagi kaidah-kaidah nahwu dan
kebahasaan, bukan sebaliknya, meniadikan khaidah ini sebagai pedoman bagi quran. Hal ini
karena quran adalah sumber pertama dan pokok bagi pengambilan kaidah-kaidah bahasa,
sedang quran sendiri didasarkan pada kesahihan, penukilan dan riwayat yang meniadi landasan
para Qari; bagaimanapun iuga adanya. Ibn Jaziri ketika memberikan komentar terhadap syarat
pertama kaidah qiraaat yang sahih ini menegaskan, kata-kata dalam kaidah diatas meskipun
hanya dalam satu segi, yang kami maksudkan adalah satu segi dari ilmu nahwu, baik segi itu
Iasih maupun lebih Iasih, disepakati maupun diperselisihkan. Sedikit berlawanan dengan kaidah
nahwu tidaklah mengurangi kesahihan, sesuatu qiraat iika qiraat tersebut telah tersebar luas,
populer dan diterima para imam berdasarkan isnad yang sahih, sebab hal terakhir inilah yang
meniadi dasar terpenting dan sendi paling utama. Memang, tidak sedikit qiraat yang diingkari
oleh ahli nahwu atau sebagian besar mereka, tetapi keingkaran mereka iti tidak perlu dihiraukan.
Seperti mensukunkan Baari kum dan Ya murkum mengkhaIadkan Walarham ,
menasabkan Liyuizi ya qauman dan memisahkan antara mudhaI dengan mudhaI ilaih, seperti
dalam ayat Qatlu aula dahum syuraka ihim dan sebagainya;
Berkata Abu Amr ad Dani, para imam qiraat tidak memperlakukan sedikitpun huruI-huruI
quran menurut aturan yang paling populer dalam dunia kebahasaan dan paling sesuai dengan
kaidah bahasa arab, tetapi menurut yang paling mantap (tegas) dan sahih dalam riwayat dan
penukilan. Karena itu bila riwayat itu mentap maka, aturan kebahasaan dan popularitas bahasa
tidak bisa menolak atau mengingkarinya, sebab qiraat adalah sunah yang harus diikuti dan waiib
diterima seutuhnya serta diiadikan sumber acuan. Zaid bin Sabit berkata qiraat adalah sunah
muttabaah, sunah yang harus diikuti.
Baihaqi menielaskan maksud perkataan tersebut ialah bahwa mengikuti orang-orang sebelum
kita dalam hal qiraat quran merupakan sunah atau tradisi yang harus diikuti, tidak boleh
menyalahi mushaI dan merupakan imam dan tidak pula menyalahi qiraat-qiraat yang masyhur,
meskipun tidak berlaku dalam bahasa arab. Sebagian utama menyimpulkan macam-macam
qiraat meniadi enam macam :
1. Mutawatir ; yaitu qiraat yang dinukil oleh seiumlah besar periwayat yang tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta, dari seiumlah orang yang seperti itu dan sanadnya bersambung
hingga penghabisannya, yakni Rasulullah. Dan inilah yang umum dalam hal qiraat.
2. Masyhur, yaitu qiraat yang sahih sanadnya, tetapi tidak mencapai deraiat mutawatir, sesuai
dengan kaidah bahasa arab dan rasm Usmani serta terkenal pula dikalangan para ahli qiraat,
sehingga karenanya tidak dikategorikan qiraat yang salah atau syaz. Para ulama menyebutkan
bahwa qiraat semacam ini termasuk qiraat yang dapat diapakai atau digunakan.
3. Ahad, yaitu qiraat yang sahih sanadnya tetapi menyalahi rasm Usmani, menyalahi kaidah
bahasa arab atau tidai terkenal seperti halnya qiraat masyhur yang telah disebutkan. Qiraat
macam ini tidak termasuk qiraat yang dapat diamalkan bacaannya. Diantara contohnya ialah
seperti yang diriwayatkan dari Abu Bakrah, bahwa Nabi membaca Mutta kiina ala raIa riIa
khudrin wa aba qariya hisanin (ar Rahman : 76) dan yang diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa
ia membaca Laqad ia akum rasulun min anIusikum (at Taubah :128), dengan membaca
Iathah huruI Fa.
4. Syaz, yaitu qiraat yang tidak sahih sanadnya, sepeti qiraat arab Malaka yaumad daini (al
Fatihah: 4), dengan bentuk Iil madi dan menasabkan Yauma.
5. Maudu, yaitu qiraat yang tidak ada asalnya.
6. Mudrai, yaitu yang ditambahkan kedalam qiraat sebagai penaIsiran, seerti qiraat Ibn Abbas;
Laisa alaikum iunahun an tabtaghu Iadlan min rab bakum Ii mawasimil haiia Iaidzak Iad tum
min araIatin (al Baqarah :198). . kalimat Ii mawasimil haiia adalah penaIsiran yang
disisipkan kedalam ayat.
Keenam macam terakhir ini tidak boleh diamalkan bacaannya. Jumhur berpendapat bahwa qiraat
yang tuiuh itu mutawatir. Dan yang tidak mutawatir, seperti Masyhur, tidak boleh dibaca
didalam maupun diluar salat.
An-Nawawi dalam kitab beliau Al-Maimu` Syarh Al Muhazzab berkata: qiraat yang syaz tidak
boleh dibaca baik di dalam maupun diluar salat, karena ia bukan quran. Quran yang
ditetapkan dengan sanad yang mutawatir, sedang qiraat yang syaz tidak mutawatir. Orang yang
berpendapat selain ini adalah salah satu iahil. Seandainya seseorang menyalahi pendapat ini dan
membaca dengan qiraat yang syaz, maka ia harus diingkari baik bacaab itu didalam maupun
diluar salat. Para Iuqaha bagdad sepakat bahwa orang yang membaca quran dengan qiraat yang
syaz harus disusruh bertobat. Ibn Abdil Barr menukilkan iima kaum muslimin bahwa quran
tidak boleh dibaca dengan qiraat yang syaz dan iuga tidak syah salat di belakang orang yang
membaca quran dengan qiraat-qiraat yang syaz itu.
1. Menuniukkan betapa teriaga dan terpeliharanya kitab Allah dari perubahan dan penyimpangan
pada hal kitab ini mempunyai sekian banyak segi bacaan yang berbeda-beda.
2. Meringankan umat islam dan memudahkan mereka untuk membaca quran.
3. Bukti kemukiizatan quran dari segi kepadatan makna (Iiaz)nya, karena setiap qiraat
menuniukkan sesuatu hukum syara tertentu tanpa perlu pergulangan laIaz. Misalnya ayat
Wam sahu bi ruu sikum wa ariulikum ila kabaini (al Midah:6) dengan m,enasbkan dan
mengkhaIadkan kata Waariulikum. Dalam qiraat yang menasabkan dalam penielasan qiraat
dengan iar (khaIad) menielaskan hukum dengan alasan laIaz itu di athaIkan kepada ma;mul
Iiil masaha Wa am sahu biruusikum waariulikum dengan demikian, maka kita dapat
menyimpulkan dua hukum tanpa berpaniang lebar kata. Inilah sebagian makna kemukiizatan
quran dari segi kepadatan maknanya.
4. Penielasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qiraat lain.misalnya, laIaz
yathhurna dalam ayat Wala taq rabu hunna hatta yathhurna (al Baqarah: 222), yang
dibaca dengan tasydid, yaththharna dan takhIiI yath hurna.
Qiraat dengan tasydid menielaskan makna qiraat dengan tahIiI, sesuai dengan pendapat iumhur
ulama. Karena itu isteri yang haid tidak halal dicampuri oleh suaminya. Karena telah suci dari
haid, yaitu terhentinya darah haid, sebelum isteri tersebut bersuci dari air.
Dan qiraat Fam dzu ila dzikrillah menielaskan arti yang dimaksud qiraat Fas aw yaitu
pergi, bukan berialan cepat- dalam IirmanNya : Ya ayyuhall ladzina amanu idza nu diya ti
lissalati min yaumil iumati Ias aw ila dzikrillah ( al Maidah: 38) sebagai ganti kata Aidiya
huma iuga menielaskan tangan mana yang harus dipotong.
Demikian pula qiraat Wallahu akhun aw ukhtun min umma Ialikulla wahidin min humas
sudusu (an Nisa; 12) menielaskan bahwa yang dimaksud dengan saudara dalam ayat tersebut
adalah saudara laki-laki seibu. Oleh karena itu para ulama mengatakan bahwa dengan adanya
perbedaan qiraat, maka timbulah perbedaan dalam hukumnya.
Berkata Abu Ubaidah dalam Iadailul quran, : maksud qiraat yang syaz ialah ; menaIsirkan
qiraat yang masyhur dan menielaskan makna-maknanya. Misalnya qiraat Aisyah dan HaIsah
Washalatil wustha shalatil ashri(al Bqarah:238). Qiraat Ibn Mausud Faqthau aimana
huma (al Maidah:38), dan qiraat Jabir Fainnallaha min badi ikri hinna lahunna
ghaIururrahim (an Nur: 33) katanya pula : huruI-huruI (qiraat) ini dan yang serupa dengannya
telah meniadi penaIsiran quran.
Qiraat- penaIsiran- ini adalah diriwayatkan dari tabiin dan kemudian dianggap baik. Maka
bagaimana pula bila yang demikian itu diriwayatkan dari tokoh-tokoh sahabat dan bahkan
kemudian meniadi bagian dari suau qiraat ? tentu hal ini lebih baik dan labih kuat dari pada
sekedar taIsir. Setidak-tidaknya, manIaat yang dapat dipetik dari huruI-huruI ini ialah
pengetahuan tentang tawil yang benar (sahih).
Ketuiuh imam qiraat yang masyhur dan disebutkan secara khusus oleh Abu Bakar bin Muiahid
karena menurutnya mereka adalah ulama yang terkenal haIalan, ketelitian dan cukup lama
menekuni dunia qiraat serta telah disepakati untuk diambil dan dikembangkan qiraatnnya adalah
:
1. Abu Amirbin Ala
Beliau seorang guru besar para perawi. Nama lengkapnya adalah Zabban bin Ala bin Amr Al
Mazini Al Basri. Ada yang mengataklan bahwa namanya adalah Yahya. Juga dikatakan bahwa
nama aslinya adalah Kunyah-nya itu. ia waIat di KuIah 154 H. dan dua orang perawinya adalah
ad Dauri dan as Susi.
Ad-Dauri adalah Abu Umar HaIs bin Umar bin Abdul Aziz adDauri anNahwi. Ad Dauri nama
tempat di Bagdad. Ia waIat pada 264 H.
As-Susi adalah Abu Syuaib Salih bin Ziyad bin Abdullah asSusi. Ia waIat pada 261 H.
2. Ibn Kasir.
Nama lengkapnya Abdullah bin Kasir al Makki. Dia termasuk seorang tabiin dan waIat
dimekkah tahun 120 H. dua orang perawinya ialah al Basyi dan qunbul.
Al Bazi adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Baza, muadzin di mekkah dia
diberi kunyah Abu Hasan. Dan waIat di mekkah pada 250 H.
Sedang Qunbul adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Khalid bin Said al
Makki al Makhzumi, ia diberi kunyah Abu Amr dan diberi iulukan (panggilan) Qunbul.
Dikatakan bahwa ahlul bait di Mekah ada yang dikenal dengan nama Qanabailah. Ia waIat di
mekkah pada 291 H.
3. NaIi al Madani.
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwain NaIi bin Abdrrahman bin Abu Nuaim al Laisi, berasal
dari siIahan, dan waIat di madinah pada 169 H. Dua orang perawinya ialah Qalun dan Warasy.
Qalun ialah Isa bin Munya al Madani. Ia adalah seorang guru bahasa arab yang mempunyai
kunyah Abu Musa dan mempunyai iulukan Qalun. Diriwayatkan bahwa NaIi memberinya
nama panggilan Qalun karena keindahan suaranya. Sebab kata Qalun dalam bahasa rumawi
berarti baik. Ia waIat dimedinah pada 220 H.
Sedang Warasy ialah Usman bin Said al Misry. Ia diberi kunyah Abu Said dan diberi iulukan
Warasy karena teramat putihnya. Ia waIat di Mesir 198 H.
4. Ibn Amir asy Syami.
Nama lengkapnya ialah Abdullah bin Amir al Yahsubi, seorang qadi (hakim) didamaskus pada
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Nama panggilanya adalah Abu Imran, ia termasuk
seorang tabiin. waIat didamaskus pada 118 H. Dua orang perawinya ialah Hisyam dan Ibn
Zakwan.
Hisyam ialah Hisyam bin Imar bin Nusair, qadi Damaskus. Ia diberi kunyah Abul Walid. Dan
waIat pada 245 H.
Sedang Ibn Zakwan adalah Abdullah bin Ahmad bin Basir bin Zakwan al Qurasyi ad Dimasyqi.
Ia diberi kunyah Abu Amr. Dilahirkan pada 173 H. dan waIat di Damaskus pada 242 H.
5. `Asim al KuIi.
Ia adalah Asim bin Abu Naiud, dan dinamakan pula Abu Bahdalah, Abu Bakar. Ia termasuk
seorang tabiin, dan waIat di kuIah pada 128 H. dua orang perawinya ialah Syubah dan HaIs.
Syubah ialah Abu Bakar Syubah bin Abbas bin Salim al KuIi. WaIat 193 H.
Sedang HaIs adalah HaIs bin Sulaiman bin Mughirah al Bazzaz al KuIi. Nama pangilannya
adalah Abu Amr, ia adalah orang terpercaya. Menurut Ibn Muin, ia lebih pandai qiraatnya dari
pada Abu Bakar. WaIat pada 180 H.
6. Hamzah AlKuIi.
Ia adalah Hamzah bin Habib bin Imarah Az Zayyat al Fardi at Taimi. Ia diberi kunyah Abu
Imarah. Dan waIat di Halwan pada masa pemerintahan bu JaIar al Mansyur tahun 156 H. Dua
orang perawinya ialah KhalaI dan Khalad.
KhalaI ialah KhalaI bin Hisyam al Bazzaz. Ia diberi kunyah Abu Muhhamad. WaIat dibagdad
229 H. Sedang Khalad adalah Khalad bin Walid,dn dikatakan pula Ibn Khalid as SairaIi al KuIi.
Ia diberi kunyah Abu Isa, waIat 220 H.
7. Al Kisai Al-KuIi
Beliau adalah Ali bin Hamzah. Seorang imam ilmu nahwu di KuIah. Ia diberi kunyah Abul
Hasan. Dinamakan dengan al Kisai karena ia memakai kisa disaat ihram. Ia waIat di
Barnabawaih, sebuah perkampungan di Ray, dalam perialanan menuiu Khurasan bersama
arRsyid pada 189 H. Dua orang perawinya adalah Abul Haris dan HaIs ad Dauri.
Abul haris adalah al Lais bin Khalid al Bagdadi, waIat pada 240 H.
Sedang HaIs ad Dauri adalah iuga perawi Abu Amr yang telah disebutkan terdahulu.
Adapun ketiga imam qiraat yang menyempurnakan imam qiraat tuiuh, meniadi sepuluh ialah :
8. Abu JaIar al Madani.
Beliau adalah Yazid bin Qaqa, waIat dimadinah pada 128 H. dan dikatakan pula 132 H. Dua
orang perawinya ialah Ibn Wardan dan Ibn Jimaz.
Ibn Wardan adalah Abul Haris Isa bin Wardan al Madani, waIat dimadinah pada awal 160 H.
Sedang Ibn Jimaz adalah Abur Rabi Sulaiman bin Muslim bin Jimas al Madani, waIat pada
akhir 170 H.
9. Ya`kub al Basyri.
Beliau adalah Abu Muhhammad Ya;kub bin Ishaq bin Zaid al Hadrami, waIat di basrah pada 205
H, tetapi dikatakan pula 185 H. Dua orang perawinya ialah Ruwais dan Rauh.
Ruwais adalah Abu Abdullah Muhammad bin Mutawakkil al LuluI al Basyri. Ruwais adalah
iulukannya, waIat di Basrah pada 238 H.
Sedang Rauh adalah Abul Hasan Rauh bin Abdul Mumin al Basri an Nahwi, waIat pada 234 H
atau 235 H.
10. KhalaI.
Beliau adalah Abu Muhammad KhalaI bin Hisyam bin Salab al Bazar al Baghdadi, ia waIat
pada 229 H, tetapi dikatakan pula bahwa tahun kewaIatannya tidak diketahui. Dua orang
perawinya ialah Ishaq dan Idris.
Ishaq adalah Abu Ya;kub Ishaq bin Ibrahim bin Usman al Waraq al Marwazi kemudian al
Bagdadi. WaIat pada 286 H.
Sedang Idris adalah Abul Hasan Idris bin Abdul Karim al Bagdadi al Haddad. Ia waIat pada hari
Idul adha 292 H.
Sebagian ulama menambahkan pula empat qiraat kepada yang sepuluh itu, keempat qiraat itu
adalah :
1. Qiraat al Hasanul Basri, maula (mantan sahaya) kaum anshar dan kaum tabiin besar yang
terkenal dengan kezuhudannya.waIat pada 110 H.
2. Qiraat Muhammad bin Abdurrahman yang dikenal dengan Ibn Muhaisin, waIat pada 123 H.
dan ia adalah syaikh. Guru Abu Amr.
3. Qiraat Yahya bin Mubarak al Yazidi an Nahwi dari Bagdad. Ia mengambil qiraat dari Abu
Amr dan Hamzah, dan ia adalah syaikh atau guru ad Dauri dan as Susi. WaIat pada 202 H.

LATAR BELAKANG TIMBULNYA PERBEDAAN QIRAAT Sedikit pengetahuan saya
tentang latar belakang timbulnya
Qiraat al-Qur'an 24. Qur'an al-Nahwu 10. Qurtuba 56 raia Parsi 26 rantaian 101 Pendedahan latar
belakang, seiarah, pengenalan notasi dan alatan gamelan.
A. LATAR BELAKANG Al Qur`an merupakan petuniuk bagi seluruh umat manusia. Al Qur`an
iuga meniadi penielasan (bayyinaat), dari petuniuk tersebut sehingga kemudian mampu meniadi
pembeda (Iurqaan)-antara yang baik dan yang buruk. dan menielaskan makna-maknanya,
mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya, menguraikan dari segi bahasa, nahwu,
shoroI, ilmu bayan, ushul Iiqh dan imu qiraat, untuk mengetahui sebab-sebab turunya ayat dan
nasikh mansukh.
Al-AhruI Al-sab'ah: Sebuah Fenomena Seiarah Al-qur'An .. translated as the seven ways to read
Al-Qur'an (qiraat Latar belakang sosiologis turunnya al-AhruI al-Sab'ah Al
SEKILAS TENTANG SEJARAH ILMU QIRA'AT. Oleh : Ahsin Sakho Muhammad. Latar
belakang seiarah. Dalam kitab-kitab klasik disebutkan bahwa bangsa arab adalah bangsa
nomaden yaitu bangsa yang senang berpindah dari satu tempat ketempat yang
Qira'at Al-qur'an. BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa arab merupakan
komunitas dari berbagai suku yang sporadis tersebar disepaniang iazirah arab. Setiap suku
mempunyai Iormat dialek (lahiah) yang tipikal dan berbeda dengan Di Syatibah beliau
mempelaiari al-Qur`an dan Qiraat daripada Begitulah secara ringkasnya seiarah kehidupan Imam
Latar belakang PendidikanMushaI Al-Qur'an yang ada di tangan kita sekarang ternyata telah
melalui perialanan paniang yang berliku-liku selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun yang
silam dan mempunyai latar belakang seiarah yang menarik untuk diketahui. . Disamping itu para
sahabat iuga dapat mengkonIirmasikan haIalan dan qiraat mereka melalui bacaan dan tadarus
yang dilakukan para sahabat senior. Yang tak kalah pentingnya ialah sahabat memperoleh
inIormasi tentang tata urutan ayat dan surah B Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira`at 1.
Latar Belakang Historis a. Suatu ketika Umar bin Al-Khathab berbeda pendapat dengan Hisyam
bin Hakim ketika membaca ayat Al-Qur`an, Umar tidak puas terhadap bacaan Hisyam sewaktu
ia membca Menurut catatan seiarah, timbulnya penyebaran qira'at dimulai pada masa tabi'in,
yaitu pad awal abad II H, tatkala para qari' tersebar di berbagai pelosok, telah tersebar di
berbagai pelosok. Mereka lebih suka mngemukakan qira'at gurunya daripada mengikuti qira'at .
Soleh & Dahlan, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat al-Qur'an),
Bandung: CV Diponegoro, Bandung, 2000. Quraish Shihab, dkk. Seiarah dan Ulumul Qur'an,
Jakarta: Pustaka Firdaus. 1999 Qiraat Al-Qur'an. 5. I'iaz Al-Qur'an. 6. Pengertian TaIsir, Ta'wil
dan Teriemah, 26 Sep 2007 dari 1400 tahun yang silam dan mempunyai latar belakang seiarah
yang Tidak hanya itu, di bidang seiarah Ibnu Maiah menyusun sebuan At-Trkh. Buku ini
secara terperinci mengulas biograIi para Imam muhaddits yang hidup sebelumnya hingga
biograIi ualama hadits yang semasa dengannya. Di bidang taIsir, Ibnu Maiah iuga menulis Al-
Qur'n Al-Karm. Namun sayang, buku At-Tarikh dan buku Al-Qur'an Al-Karim tidak sampai ke
generasi berikutnya hingga sekarang. Latar-belakang Pendidikan dan Keilmuan. Seperti halnya
dengan para imam muhadits sebelumnya Sedikit pengetahuan saya tentang latar belakang
timbulnya perbedaaan qiraat karena para sahabat berbeda kepentingan dalam mendengarkan atau
mengambil bacaan Rasulullah. Sebahagian mereka ada yang merasa cukup dengan satu qiraat
saia MushaI Alquran yang ada di tangan kita sekarang ternyata telah melalui perialanan paniang
yang berliku-liku selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun yang silam dan mempunyai latar
belakang seiarah yang menarik untuk diketahui. . Edisi ini ditulis berdasarkan Qiraat Ashim
riwayat HaIs dan pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1344 H/ 1925 M. Selaniutnya,
pada tahun 1947 M untuk pertama kalinya Alquran dicetak dengan tekhnik cetak oIIset yang
canggih dan dengan
Pendahuluan
Membahas salah satu cabang dalam ulumul Qur`an yakni ilmu Qira`at al- Qur`an tidak terlepas dengan
apa yang disebut dengan Sab`ah AhruI (Tuiuh HuruI). Dalam satu riwayat, Nabi SAW bersabda :
'Sesungguhnya al-Qur`an ini
telah diturunkan dalam Tuiuh HuruI, maka bacalah olehmu mana yang mudah
dari padanya1
Para ulama berbeda pendapat tentang makna Tuiuh HuruI` pada hadits di
atas. Diantara perbedaan tersebut adalah :2
1.
Al-Qur`an mengandung tuiuh bahasa Arab yang memiliki satu makna.
2.
Tuiuh dialek bahasa kabilah Arab yaitu Qurays, Hudzail, Tamim,
TasqiI, Hawazin, Kinanah dan Yaman.
3.
Tuiuh aspek kewahyuan seperti perintah, larangan, ianii, halal, haram,
muhkam, mutasyabih dan amtsal.
4.
Tuiuh perubahan perbedaan yaitu ism, i`rab, tashriI, taqdim dan
ta`khir, tabdildan taIkhim.
5.
Tuiuh huruI diartikan bilangan yang sempurna seperti 70, 700, 7000
dan seterusnya.
6.
Tuiuh Qira`at yang disebut dengan Qira`ah Sab`ah.
7.
Tuiuh huruI diartikan tuiuh bangsa selain bangsa Arab seperti Yunani,
Persia dan lain-lain.3
Dari perbedaan pendapat di atas, yang paling kuat adalah pendapat pertama, yaitu al-Qur`an
mengandung tuiuh bahasa Arab yang memiliki satu makna, seperti aqbil, ta`al, halumma, aiiil, asri` yang
memiliki satu makna yaitu datang kemari`. Contoh lain terdapat pada rasm utsmani dalam surat al-Ma`idah
ayat 82 : kataqiss iis iina yang berarti para rahib (pendeta), berbeda dengan bacaan Ubay bin Ka`b, yaitu
shiddiiqiina (yang membenarkan). Dua perbedaan ini dibenarkan
1 HR. Bukhari, LaIadz yang hampir sama terdapat pada riwayat An-Nasa`i.
2 Abdul Maiid Khon, Praktikum Qira`at; Keanehan Bacaan Al-Qur`an Qira`at Ashim dari
HaIash, Jakarta : Amzah, 2008, hlm. 33-34.
3 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Seiarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur`an / TaIsir, Jakarta : Bulan
Bintang, 1992, hlm. 68. Hal ini disebabkan karena terdapat kata-kata dalam al-Qur`an yang berasal
dari bahasa lain, sepertiist i braq (Yunani), siiiil (Parsi), haunan (Suryayi), shirath (Rum).
1
oleh Nabi SAW.4 Begitu iuga pada surat al-Baqarah ayat 9, katayukhaadi`u
tertulis dalam al-Qur`an Jordania,yakhda`uuna.5
Qira`at al-Qur`an, khususnya istilah qira`ah sab`ah` sering dimaknai dan dikorelasikan identik dengan
Tuiuh HuruI`, tetapi pendapat ini tidak kuat. Meski demikian, istilah Tuiuh HuruI` merupakan salah satu
sebab munculnyamultipl e
reading (banyak bacaan) al-Qur`an.6
II.Arti Penting tetang Qira`at
Secara etimologi, kataqir a`ah berarti bacaan`, dari kata qara`a yaqra`u
qira`atan.7 Kata qira`ah berbentuk tunggal, dalam studi ilmu al-Qur`an, ia
ditempatkan dalam bentuk iamak karena pembahasannya mencakup banyak ienis
qira`ah(bacaan).
Secara terminologi,qira`at adalah salah satu aliran dalam pelaIalan/pengucapan al-Qur`an oleh salah
seorang imam Qurra` yang berbeda dengan yang lainnya dalam hal ucapan al-Qur`an serta disepakati riwayat
dan ialur-ialurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruI maupun dalam pengucapan laIadznya.8 Secara
praktis, qira`at disandarkan kepada salah satu imam Qurra` yang tuiuh, sepuluh dan empat belas.9
Qira`at sebagai satu sistem bacaan meniadi sangat vital bagi para pembacanya, terlebih lagi al-Qur`an
merupakan sumber pokok ruiukan dalam segala hal bagi pemeluk agama Islam. Teks wahyu yang diturunkan
dalam bentuk lisan, diaiarkan oleh Nabi SAW dalam cara yang sama, meski tetap ada usaha dalam bentuk
penulisan teks al-Qur`an tersebut. Tetapi, dalam praktek dominan, metode aiar secara lisan tetap meniadi
metode utama hingga saat ini. Itulah
4 Ahmad Von DenIIer, 'Ulum al-Qur'an An Introduction to Sciences oI the Qur'an,
Liecester: The Islamic Foundation, 1989. hlm. 73.
5Ibi d..
6 M. M. Al A`zami, Seiarah Teks Al-Qur`an, Dari Wahyu Sampai Kompilasi, teri. Sohirin
Solihin dkk, Jakarta : Gema Insani Press, 2005, hlm. 73. Ada perbedaan istilah yang dipakai oleh
penulis buku ini dengan apa yang dipakai oleh orientalis, yaitu multiple reading danvariant
reading.
7 Muhammad Chirzin, Al-Qur`an dan Ulumul Qur`an, Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,
1998, hlm. 85.
8Ibi d.
9 Abduh ZulIikar Akaha, Al-Qur`an dan Qira`ah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1996, hlm.
194.
2
mengapa dalam seiarahnya, al-Qur`an banyak mengalami ragam cara baca, sesuai
dengan dialek Arab yang ada saat itu.
Jika al-Qur`an merupakan inti aiaran Islam, maka ilmu Qira`at meniadi sebuah sunnah yang harus
dipegang, sebagaimana Nabi SAW selalu meniaga orisinalitas al-Qur`an dengan cara memanggil para sahabat
penghaIal al-Qur`an untuk kemudian mengulang dan mengingat kembali bacaannya.10 Zaid bin Thabit, orang
yang begitu penting dalam pengumpulan Al-Qur'an, menyatakan bahwa
'al-Qira`ah sunnatun muttaba`ah (Seni bacaan (qira'at) Al-Qur'an merupakan
sunnah yang mesti dipatuhi dengan sungguh-sungguh).11
Dalam satu riwayat, Nabi SAW bersabda : 'Ambillah (belaiarlah) al-
Qur`an dari empat orang : Abdullah bin Mas`ud, Salim, Muadz dan Ubay bin
Ka`b12
Sepeninggal Nabi SAW, ragam bacaan al-Qur`an mendapat tempat
tersendiri di kalangan sahabat sesuai dengan dialek kabilah yang ada.
III.Latar Belakang dan Tuiuan Qira`at
Cara baca al-Qur`an yang beragam, disebabkan beberapa hal utama :13
1. Perbedaan karena tidak ada kerangka tanda titik.
2. Perbedaan karena tidak adanya tanda diakritikal.
Ketika pemerintahan Islam meluas dimasa khaliIah Utsman bin AIIan, teriadi beberapa perselisihan di
kalangan sahabat tentang car abaca al-Qur`an, yang mana masing-masing pihak menyatakan bacaannya adalah
yang paling sahih dan benar. Kondisi ini mengancam keharmonisan umat Islam, hingga khaliIah Utsman bin
AIIan memerintahkan para sahabat untuk menyusun dan membuat mushaI al-Qur`an. Hal ini dikenal dengan
MushaI Utsmani, yang sampai saat ini mushaI ini kita temukan, baca dan amalkan. Perlu kita ingat bahwa saat
itu muncul beberapa mushaI yang berasal dari sahabat, seperti MushaI Ali bin Abi
10 MH. Thabathaba`i, Mengungkap Rahasia Al-Qur`an, teri. A. Malik Madani dan Hamim
Ilyas, Bandung : Mizan, 1990, hlm. 138.
11 M. M. Al A`zami, Seiarah Teks Al-Qur`an, Dari Wahyu Sampai Kompilasi, teri. Sohirin
Solihin dkk, Jakarta : Gema Insani Press, 2005, hlm. 73.
12 HR. Bukhari.
13 M. M. Al A`zami, Seiarah Teks Al-Qur`an, Dari Wahyu Sampai Kompilasi, teri. Sohirin
Solihin dkk, Jakarta : Gema Insani Press, 2005, hlm. 74.
3

O
O Mengaiarkan Al-Qur`an dan Menerima Honor dari Mengaiarkannya
O Rasulullah SAW bersabda: "Bacalah Al-Qur'an dan ianganlah kamu (mencari) makan dengannya dan
ianganlah renggang darinya (tidak membacanya) dan ianganlah berlebih-lebihan padanya." (HR.
Ahmad, Shahih).Imam Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya memberi iudul satu bab dalam kitab
Fadhailul Qur'an, "Bab orang yang riya dengan membaca Al-Qur'an dan makan denganNya", Maksud
makan dengan-Nya, seperti yang diielaskan Ibnu Haiar dalam kitab Fathul Bari.
O Adapun mengambil honor dari mengaiarkan Al-Qur'an para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
Para ulama seperti 'Atha, Malik dan SyaIi'i serta yang lainya memperbolehkannya. Namun ada iuga
yang membolehkannya kalau tanpa syarat. Az Zuhri, Abu HaniIah dan Imam Ahmad tidak mem-
perbolehkan hal tersebut.Wallahu A'lam.
O Ada sebuah riwayat yang dapat kita iadikan dasar pemikiran dalam hal menerima honor (upah) dari
mengaiarkan al-Qur`an : Hadits riwayat Imam Bukhari, Jilid 3, Nomor 476: Diriwayatkan dari Abu
Sa`id r.a.:
O 12
O Beberapa Sahabat Nabi dalam suatu perialanan, sampailah di sebuah kampung (di malam hari).
Mereka meminta penduduk kampung tersebut untuk memperlakukan mereka sebagai tamu, namun
penduduk kampung tersebut menolak untuk meniamu mereka. Sang kepala suku kampung Arab
tersebut kemudian digigit ular (atau tersengat kalaiengking) dan para penduduk tersebut mencoba
sekuat tenaga untuk menyembuhkannya, namun gagal.
O Beberapa di antara mereka berkata, 'Tak satu pun yang dapat membuatnya sembuh, coba pergilah
kalian ke orang-orang itu (para sahabat Nabi) yang bermalam di sana, mungkin ada di antara mereka
yang memiliki obat. Mereka pun pergi ke tempat para Sahabat dan berkata 'Pemimpin kami telah
digigit ular (atau tersengat kalaiengking) dan kami telah mencoba berbagai cara namun ia tak sembuh-
sembuh iuga. Apakah kalian memiliki sesuatu (untuk menyembuhkannya)? Salah seorang di antara
Sahabat Nabi SAW tersebut meniawab 'Ya, Demi Allah! Aku dapat membacakan Ruqya (mantera),
tapi karena kalian telah menolak untuk menerima kami sebagai tamu, aku tak akan membacakan
Ruqya bagi kalian, kecuali bila kalian memberikan upah atasnya.
O Mereka pun setuiu untuk membayar para Sahabat tersebut dengan seiumlah domba. Salah seorang dari
para Sahabat Nabi SAW itu kemudian pergi dan membaca Al-Fatihah: Segala puii adalah bagi Tuhan
sekalian alam` dan meludahkannya ke sang kepala suku, yang seketika itu meniadi sehat kembali
seakan-akan ia baru terlepas dari kungkungan rantai, dan bangkit serta mulai berialan, tanpa
menuniukkan tanda-tanda sakit.
O Mereka pun membayar para Sahabat seiumlah kambing seperti yang telah disetuiui. Beberapa di
antara para Sahabat, kemudian menyarankan untuk membagi pendapatan mereka tersebut di antara
mereka sendiri, tapi Sahabat yang melakukan pembacaan Ruqyah tadi mengatakan, 'Jangan membagi-
bagi upah ini hingga kita pergi menghadap pada Nabi SAW dan menceritakan keseluruhan peristiwa
tadi pada beliau, dan menunggu perintah beliau.
O Maka, mereka pun pergi ke Rasulullah SAW dan menceritakan peristiwa itu. Rasulullah SAW
bertanya, 'Bagaimana kamu tahu bahwa Al-Fatihah itu dapat dipakai sebagai Ruqya? Kemudian
beliau SAW menambahkan, 'Kalian telah
O 13

Anda mungkin juga menyukai