Anda di halaman 1dari 3

Jul 7, '08 7:38 PM untuk semuanya

Rahn (gadai) Dosen : M Sofwan Jauhari Lc, MAg Pengertian : Secara bahasa Rahn berarti Al-habs, atau Ad-dawaam, ats-tsubut (menahan, tetap). Allah swt berfirman :

38

Adapun dalam istilah Rahn berarti menahan sesuatu yg mempunyai nilai ekonomis sebagai bukti dan atau jaminan atas hutang.

Hukum dan Dalil : Para Ulama sepakat bahwa Rahn diperbolehkan dalam Islam dg beberapa dalil a.l :

283 . : .
" Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup (resiko dan manfaatnya) dari pemilik barangnya, bagi orang itu keuntungannya dan tanggung jawab dia pula bila ada keugiannya. HR Daru Quthni.

Rukun Rahn :
1. 2. 3. 4. aqidaan yakni : Rahin (org yg menggadaikan barangnya) dan Murtahin (penerima gadai ), keduanya harus memnuhi persyaratan dalam nadzariyatul 'aqd. Marhun (barang yg digadaikan) dia harus termasuk brg yg boleh dijual belikan, jelas dan dapat diserahterimakan, dapat dimanfaatkan / memiliki nilai ekonomis, dan hak milik rahin. dan marhun bih (hutang). Harus merupakan yg benar-benar adanya secara hukum, jelas status dn ukurannya. Sighat.

Memanfaatkan barang gadai : Barang gadai (marhun) adalah suatu amanah dari rahin kepada murtahin, dia merupakan bukti atas adanya hutang piutang, bukan diberikan untuk dimanfaatkan oleh murtahin, oleh karena itu barang yg digadaikan tidak boleh diambil manfaatnya oleh murtahin, misalnya jika barang yg digadaikan adalah mobil, maka dia tidak boleh dipakai utk bepergian. Jika yg digadaikan adalah emas maka dia tidak boleh dikenakan oleh murtahin, sehingga tidak terjerumus ke dalam hutang yang jarra manfaatan.

Murtahin boleh memanfaatkan barang gadainya apabila dia memang harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk menjaganya, sebagai kompensasi biaya yg ia keluarkan, karena dia perlu diukur sebanding, misalnya jika barang yang digadaikan adalah binatang maka dia berhak memerah susunya untuk diminum atau dijual.

: .
" Punggung (ternak) yg digadai boleh dinaiki karena ia mengeluarkan biaya, air susunya yang deras boleh diminumnya karena ia telah mengeluarkan biaya, orang yang naik dan yang minum wajib mengeluarkan biaya".

Penyelesaian/ berakhirnya gadai : Pada jaman jahiliah, apabila rahin tidak mampu membayar hutangnya maka barang yg digadaikan akan menjadi milik murtahin, baik dimiliki ataupun dijual. Hal yg demikian dibatalkan oleh syariah Islam. Dalam Islam, adai hanya sebuah jaminan atas hutang, karenanya jika hutang telah jatuh tempo dan rahin tidak mampu membayar hutang maka marhun dapat dijual untuk membayar hutang, jika lebih harus dikembalikan ke pemilik barang, dan jika kurang maka orang yg berhutang harus menambah untuk melunasi hutangnya, sesuai dengan hadits di atas.

Pada saat ini, hampir semua Bank Islam mengaplikasikan aqd rahn, baik sebagai akad tambahan dalam produk murabahah dan sejenisnya, ataupun sebagai produk tersendiri. Dalam hal ini bank bisa mengambil biaya penitipan/ penjagaan dan biaya pemeliharaan.

Referensi / bahan bacaan :  Fiqhus sunnah, III,187-190

 

DR Muhammad Al-faqi, Fiqhul muamalat, 421-435. Syafii Antonio, Bank Syraiah, 213-219.

http://msofwanjauhari.multiply.com/journal/item/17

Anda mungkin juga menyukai