Anda di halaman 1dari 6

1.

Apa pentingnya kita mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan? Sebelum kita membahas pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan,

maka terlebih dahulu akan kita bahas apa itu pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, yang menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan. Kemudian yang menjadi dasar hukum dari penyelengaraan pendidikan

kewarganegaraan adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari sini dapat dipahami bahwa fungsi diadakannya pendidikan di Indonesia adalah mengembangkan dan membentuk watak bangsa yang didasarkan pada nilai-nilai yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional menurut Pasal 3 Undang-Undang tentang Sisdiknas yang berbunyi: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dari ketentuan ini terlihat bahwa pendidikan demokrasi merupakan bagian integral dari pendidikan nasional. Disinilah pendidikan kewarganegaraan menjadi penting, dimana pendidikan demokrasi menjadi salah satu substansinya. Pendidikan demokrasi sendiri merupakan suatu konsep pendidikan yang sistemik untuk membangun kehidupan demokrasi yang lebih baik. Dengan melihat kenyataan yang terjadi saat ini, pendidikan demokrasi masih berada sangat jauh untuk mencapai hal-hal yang dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional. Kejadian seperti kebebasan mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis, pelanggaran HAM dimana-mana, komunikasi sosial-politik yang cenderung mau menang sendiri, hukum yang terkalahkan, serta kontrol sosial yang sering lepas dari tata krama, juga menurunnya

kewibawaan para pejabat negara, menjadi bukti bahwa proses pendidikan politik, demokrasi, dan HAM selama ini belum memberikan hasil yang menggembirakan dan prospek yang menjanjikan. Hasil National Survey of Voter Education menunjukkan bahwa 60% dari sampel nasional mengindikasikan belum mengerti tentang apa, mengapa, dan bagaimana demokrasi. Secara instrumental pendidikan demokrasi di Indonesia telah digariskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan sejak dari usulan BP KNIP tahun 1945 sampai munculnya Undang-Undang- No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, maka dapat disimpulkan bahwa pedidikan demokrasi merupakan bagian yang integral dari pendidikan. Dalam tatanan instrumen kurikuler, pendidikan demokrasi telah tersajikan dalam berbagai mata pelajaran dan mata kuliah. Namun, pendidikan demokrasi di Indonesia belum berhasil secara mendasar karena belum dikembangkan paradigma pendidikan demokrasi yang sistemik sehingga upaya pengembangan civic intelligence, civic participation, and responsibilty melalui berbagai dimensi civic education sebagai wahana utama pendidikan demokrasi tidak dapat diwujudkan secara maksimal. Secara paradigmatis sistem kewarganegaraan yang di dalamnya juga menyangkut pendidikan demokrasi, memiliki tiga komponen, yaitu kejian ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan, program kurikuler pendidikan kewarganegaraan, serta gerakan sosialkultural kewarganegaraan. Secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada upaya pengembangan pengetahuan kewarganegaraan, serta berdasarkan nila dan sikap kewarganegaran, keterampilan kewarganegaraan haruslah dioptimalkan. Pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan terletak pada salah satu substansinya yaitu pendidikan demokrasi. Karena negara kita ini merupakan negara demokrasi, namun pengetahuan para masyarakatnya mengenai demokrasi masih sangat kurang, dengan demikian saat praktiknya di lapangan pun tidak akan berjalan baik.

2.

Bagaimana pandangan internasional terhadap politik Indonesia?

Indonesia menganut paham bebas aktif dalam hubungan internasionalnya, ini tergambar pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 1 dan 4. Alinea 1 berbunyi: bahwa . kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan alinea 4 berbunyi:dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.. Kemudian apa yang dimaksud dengan bebas aktif sendiri? Ada beberapa tokoh yang merumuskannya. A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negaranegara adikuasa (super power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama internasional dengan

menghormati kedaulatan negara lain. Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut : Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif . B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut : supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka dapat didefinisikan politik bebas aktif adalah berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok.

Sampai saat ini Indonesia telah banyak terlibat dalam penyelesaian konflik internasional. Salah satunya adalah terpilihnya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB sejak 1 Januari 2007. Tugas Republik Indonesia di Dewan Keamanan PBB adalah : 1). Ketua Komite Sanksi Rwanda 2). Ketua komite kerja untuk pasukan penjaga perdamaian 3). Ketua Komite penjatuhan sanksi untuk Sierra Leone 4). Wakil Ketua Komite penyelesaian konfik Sudan 5) Wakil Ketua Komite penyelesaian konflik Kongo 6). Wakil Kertua Komite penyelesaian konflik Guinea Bissau Paham bebas aktif yang dianut Indonesia terlihat saat Indonesia menjadi satu-satunya negara anggota tidak tetap DK PBB yang bersikap abstain, saat negara-negara lain mendukung diberikannya sanksi terhadap Iran, mengenai masalah pengembangan nuklir yang dikembangkan oleh negara tersebut. Dan yang terbaru, Indonesia terlibat dalam pemecahan konflik di kawasan ASEAN, antara Thailand dengan Kamboja. Konflik yang dipicu oleh masalah batas wilayah ini, melibatkan ASEAN, khususnya Indonesia sebagai ketua ASEAN. Indonesia cukup berperan dalam penyelesaian konflik ini. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri RI, mampu meredakan ketegangan yang terjadi di wilayah konflik, walau belum sepenuhnya pulih.

Daftar Pustaka
http://nasional.kompas.com/read/2011/02/22/17270840/Penyelesaian.Konflik.Thaila nd-Kamboja http://indonews.org/menlu-thailand-kamboja-lanjutkan-pembahasan-penyelesaiansengketa/ http://mustofasmp2.wordpress.com/2009/01/20/politik-luar-negeri-indonesia/ Tim Dosen Kewarganegaraan UPT Bidang studi Universitas Padjadjaran, 2007, Pendidikan Kewarnegaraan, Bandung, UPT Bidang Studi Universitas Padjadjaran.

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan


Pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan dan Pandangan internasional terhadap politik Indonesia

DISUSUN OLEH:
Andri Safari 210110070123

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

Anda mungkin juga menyukai