Abstrak
Mata kuliah pengendlaian limbah industri (2 SKS) merupakan mata kuliah wajib
bagi mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP). Mahasiswa yang
mengambil mata kuliah ini berkisar antara 60 sampai dengan 100 sehingga kualitas
belajar mengajar kurang efektif dan efisien. Pembelajaran sekarang yang dipakai
hampir 90 % ceramah, sedangkan sisanya dalam bentuk diskusi untuk mengklarifikasi
materi, kuis, pembuatan makalah, dan pekerjaan rumah. Taggapan langsung hanya
berkisar 4 %, sedangkan kelemahan tugas adalah mahasiswa bersifat responsif.
Dengan cara tersebut, beberapa value atau attitude tidak tumbuh dalam diri
mahasiswa. Dampak pada lulusan yang dihasilkan seperti hasil tracer study baik
tingkat universitas, fakultas maupun jurusan yaitu alumni sangat lemah pada sisi
software.
Limbah industri merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
industri dan merupakan permasalahan kompleks dan rumit. Dengan demikin,
pemahaman yang ditanamkan ke mahasiswa juga harus terintegrasi serta bersudut
pandang sistem. Mahasiswa tidak cukup dengan memahami makna dari materi kuliah
limbah industri, tetapi lebih penting dari hal tersebut adalah membangkitkan sikap
tanggap terhadap persoalan limbah industri.
Sikap tanggap dan pemecahan masalah limbah industri membutuhkan sebuah
team work dengan anggota yang memiliki latar belakang keilmuan atau pengalaman
berbeda. Setiap anggota team work dituntut memiliki kemampuan mengemukakan
pendapat sesuai keahlian atau pengalamannya, memadukan pendapatnya dengan
pendapat orang lain, mampu memimpin tim, dan tanggap terhadap persoalan limbah
industri secara global.
Karakter di atas, secara umum, memang belum muncul pada lulusan UGM
termasuk alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Orientasi mahasiswa masih
terpaku pada slogan lulus cepat-IP tinggi dengan mengabaikan faktor lain yang sangat
diperlukan pada pengembangan diri di dunia kerja. Faktor lain tersebut antara lain
sikap mental dan etika profesi, pengetahuan, ketrampilan, kreativitas serta
kepemimpinan (Santoso, 2004). Bahkan Attitude sudah menjadi Basic Professional
Culture and Behavior dan menjadi salah satu kompetensi dasar keinsyinyuran di
Indonesia (Budiono, 2004).
Ada kesenjangan yang nyata antara tuntutan dan hasil yang sudah dicapai
sehingga perguruan tinggi harus segera mereformasi tidak hanya administrasi dan
kebijakan saja, lebih penting adalah aktivitas teknis yang ada di tingkat grass root yaitu
belajar mengajar di kelas.
Proses belajar mata kuliah ini dibagi menajdi dua yaitu proses belajar primer
dan proses belajar sekuder. Proses belajar primer mengikuti model ceramah dengan
25 % dari total kuliah selama satu semsester. Proporsi terbesar yaitu 75 % diberikan
pada proses belajar sekunder berupa diskusi kelompok dan diskusi panel. Diskusi ini
dipandu oleh dosen dan setiap kelompok didampingi oleh asisten yaitu mahasiswa
yang pernah mengambil mata kuliah bersangkutan. Setelah diskusi kelompok
dilanjutkan dengan diskusi panel serta diakhiri dengan resume oleh dosen pengampu.
Untuk membantu mahasiswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan
baik dalam kuliah ceramah maupun diskusi digunakan perangkat tipe tanggapan
sebagai berikut :
Tipe I : tanggapan yang dikemukan secara lisan dan langsung
Tipe II : tanggapan secara lisan dengan menulisnya lebih dahulu
Tipe III : tanggapan secara lisan, tanggapan tersebut milik orang lain
Tipe IV : tanggapan tertulis
Kelas dibagi menjadi grup dengan tingkatan sub kelompok, kelompok dan
panel dengan materi yang diambil dari industri. Ada tiga kelompk sesuai dengan isi
mata kuliah ini yaitu kelompok limbah cair, kelompok limbah padat, dan limbah
kelompok gas. Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menjadi sub kelompok
yang terdiri dari 8-10 mahasiswa. Sub kelompok mendiskusikan kasus sejak formulasi
sampai solusi masalah limbah yang ditemukan di industri yang dikunjungi. Pada tingkat
kelompok dilakukan diskusi antar kasus untuk mencari solusi yang lebih general,
sedangkan diskusi panel dimaksudkan untuk saling tukar informasi masalah dan
solusinnya antar kelompok.
Industri yang digunakan sebagai tempat pengambilan kasus yaitu industri tahu,
industri tempe, industri rumah pemotongan ayam (RPA), industri gula, dan industri
kacang atom. Implementasi metode pembelajaran ini akan dilakukan pada semseter
kedua tahun ajaran 2004-2005 yaitu bulan Januari samapai dengan Juli 2005.
Evaluasi dilakukan dengan tiga cara yaitu rekapitulasi tanggapan tipe I dan IV,
ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), dan kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem Pembelajaran
Sebagian besar mahasiswa yaitu 72,84 % menghendaki agar sistem
pembelajaran yang selama ini dipakai diubah dan hanya 8,64 % yang ingin
mempertahankan sistem lama. Bentuk diskusi merupakan model yang tepat untuk
diterapkan di perguruan tinggi (74,07 %), tetapi proporsi 75 % dianggap berlebihan.
Namun demikian sistem yang diujicobakan didukung untuk diterapkan pada mata
kuliah pengendalian limbah industri ini (79,01 %) meskipun dengan perubahan. Di
dalam menyampaikan tanggapan dengan cara lisan maupun tertulis mempunyai
kekuatan hampir sama.
Ditinjau dari aspek kelengkapan materi, inovasi metode perkuliahan
berpengaruh nyata terhadap pengayaan dan pendalaman materi. Mahasiswa
terdorong untuk mencari materi yang relevan di luar perkuliahan melalui pencarian
buku referensi di perpustakaan, internet, jurnal dan media lainnya. Upaya mandiri dari
mahasiswa ini memungkinkan mereka mendapatkan materi tambahan yang lebih up to
date yang tidak bisa diberikan di perkuliahan formal. Metode pembelajaran ini terbukti
memberikan dorongan kepada sebagian besar mahasiswa (55,56 %) untuk mencari
sumber belajar secara mandiri. Hasil pencarian tersebut kemudian didiskusikan
dengan dosen pengampu maupun asisten sehingga pemahaman mahasiswa
bertambah luas dan mendalam. Frekuensi konsultasi mahasiswa dengan dosen
maupun asisten sudah baik yaitu sekitar 5 kali per semester, tetapi jumlah konsultasi
masih sangat rendah sekali yaitu 12,30 %.
Sebagian mahasiswa (44,44%) belum terdorong untuk mencari sumber belajar.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu dari internal mahasiswa sendiri maupun
faktor eksternal lingkungan akademik. Hal-hal yang termasuk faktor internal adalah
kesibukan mahasiswa yang selain mengambil mata kuliah ini juga disibukkan dengan
tugas-tugas dari mata kuliah lain, kegiatan praktikum maupun aktivitas organisasi.
Faktor eksternal meliputi kelengkapan referensi yang masih kurang di perpustakaan
fakultas, fasilitas internet yang masih minim selain belum terbiasanya mahasiswa
memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
Capaian di atas tentu menggembirakan tetapi masih mungkin ditingkatkan
dengan memperbaiki desain dan manajemen kelas karena belum baik ditinjau dari
parameter yang diberikan. Tujuan pembelajaran belum sepenuhnya dipahami oleh
mahasiswa terbukti dengan skor yang diberikan yaitu 5,61 untuk kejelasan dan 5,47
untuk daya gunanya. Demikian juga alur topik pembelajaran yang belum runut,
pembagian perhatian yang sangat rendah (skor 4,73). Hal ini tentu karena mahasiswa
masih terbawa kebiasaan lama dengan dosen menjelaskan secara urut per topik dan
menjadi centre of learning. Aturan kelas juga dinilai rendah karena dengan sistem
diskusi terutama diskusi kelompok seakan-akan mahasiswa dilepaskan dalam
berekspresi. Dari sisi konsep Student Centre Learning (SCL), fenomena tersebut lebih
baik sehingga yang diperlukan adalah sosialisasi.
6.00
5.00
Keterangan :
4.00 1. Kejelasan tujaun pembelajaran
2. Dampak tujuan pembelajaran
Nilai
3.00
3. Alur topik
2.00 4. Pembagian perhatian
5. Kejelasan aturan kelas
1.00 6. Fleksibilatas aturan kelas
0.00
1 2 3 4 5 6
Pertanyaan ke-
8.00
Keterangan :
7.00
1. Cara penyampaian materi
6.00 2. Daya tarik penyampaian materi
5.00 3. Pemilihan media ajar
4. Penggunaan media ajar
Nilai
1. Kebaruan materi
2. Kemanfaatan materi
2.00 3. Daya tarik materi
0.00
1 2 3
Pertanyaan ke-
3. Aktivitas kelas
Aktivitas di dalam kelas yang paling banyak dilakukan adalah diskusi (46,36 %)
sesuai desain pembelajaran yang menginginkan keaktifan mahasiswa untuk
mendiskusikan materi-materi pengendalian limbah. Membaca textbook menempati
peringkat kedua (12,47 %) aktivitas dalam kelas yang seharusnya, lebih kecil karena
aktivitas ini lebih diharapkan dilakukan oleh mahasiswa di luar kelas. Urutan berikutnya
adalah presentasi dua arah dan searah. Presentasi dua arah yang diharapkan adalah
lebih dari penilaian yang telah dilakukan oleh mahasiswa karena aktivitas ini dapat
memacu keaktifan mahasiswa untuk saling berinteraksi di dalam kelas. Ceramah,
penayangan video dan permainan/simulasi mendapatkan proporsi yang kecil.
50
45
Keterangan :
40
1. Membaca textbook
35 2. Presentasi searah
Persentase
4. Hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran merupakan dampak dari implementasi proses
pembelajaran yang berbeda dengan sistem sebelumnya. Hasil pembelajaran ini dilihat
dari pergeseseran nilai kelas tahun ajaran implentasi (2004/2005) dibandingkan tahun
sebelumnya (2003/2004). Luaran juga dilihat dari tingkat tanggapan mahasiswa di
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Perbandingan antara capaian nilai mahasiswa pada tahun ajaran 2003/2004
dan 2004/2005 dapat dilahat pada Gambar 5, dan selengkapnya tercantum pada buku
2.
Hasil Pembelajaran
60
Persentase
40 2004
20 2005
0
A B C D E
Nilai Huruf
100,00
80,00
Jumlah
60,00 Penanya
40,00 Pertanyaan
20,00
0,00
Ceramah Diskusi Diskusi
Kelompok Panel
Aktivitas
DISKUSI PANEL
DISKUSI PANEL
Pada penerapan tahun 2005, pola diskusi mengacu pada Gambar 7, dimana
industri yang digunakan jumlahnya lebih dari satu dan masing-masing industri
didskusikan langsung sub kelompok. Hasil diskusi kelompok kecil didiskusikan dalam
kelompok, untuk mendapatkan gambaran umum permasalahan limbah di industri
bersangkutan. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh hasil diskusi kelompok
limbah cair, padat dan gas dibahas dalam forum diskusi panel.
Modifikasi yang dilakukan mengacu pada Gambar 8 di atas. Observasi
permasalahan dilakukan pada satu industri yang memiliki limbah cair, padat dan gas.
Problema yang ditemukan dari observasi diformulasikan dalam diskusi kelompok.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih spesifik dan merumuskan
solusinya, Problema dipecah dan didiskusikan pad tingkat sub kelompok. Hasil
pembahasan di sub kelompok dibahas dalam kelompok kembali sehingga diperoleh
gambaran komprehensif solusi permasalahan limbah industri. Hasil diskusi kelompok
tersebut dibahas dalam diskusi panel agar setiap peserta kuliah memahamii
permasalahan limbah industri secara menyeluruh.
Mata kuliah yang bersifat aplikatif dan terkait dengan aktivitas manusia yang
sedang berlangsung dapat mengadopsi sistem pembelajaran ini. Di dalam mengadopsi
tentu harus ada penyesuaian meskipun proporsi diskusi besar (tidak harus 75 %) perlu
dipertahankan. Modifikasi dapat dilkukan misalnya model tanggapan, untuk kelas kecil
cocok dengan Tipe I, sedangkan diskusi panel cocok dengan Tipe IV.
1. Kesimpulan
Sistem pembelajaran diskusi dengan mengangkat kasus nyata dapat
membantu mahasiswa dalam mentransfer pengetahuannya ke dunia yang akan
ditekuni. Dengan sistem ini, nilai-nilai kepemimpinan dapat tertanam dalam diri
mahasiswa tanpa mengganggu penguasaan ilmu dan prestasi akademiknya.
2. Saran
Aplikasi sistem pembelajaran dengan proporsi diskusi kasus sebaiknya
diterapkan untuk mata kuliah yang terkait dengan kasus-kasus yang banyak ditemukan
dimasyarakat. Adopsi sistem pembelajaran ini hendaknya dilakukan dengan hati-hati
dengan memperhatikan kesiapan mahasiswa, asisten, maupun dosen bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA