Anda di halaman 1dari 16

Molekul Kompleks

Hanya elektron atomik terluar ikut serta dalam ikatan kovalen Setiap perubahan struktur elektronik sebuah atom karena berdekatan dengan atom lain terbatas pada kulit elektron terluar (elektron valensi).ada dua penyebab yaitu:

1.

Elektron dalam lebih terikat kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh keadaan eksternal, sebagian karena elektron itu lebih dekat pada inti induk, dan sebagian lagi elektron itu terperisai dari muatan inti dengan elektron diantaranya yang jumlahnya lebih kecil.

2.

Gaya tolak menolak interatomik dalam molekul menjadi berpengaruh ketika kulit dalam masingmasing atom masih relatif jauh.

Kenyataan langsung yang mendukung ide yang menyatakan bahwa hanya elektron valensi yang terkait dalam iktan kimiawi dapat diperoleh dari spektrum sinar x yang timbul dari transisi elektron kulit dalam; didapatkan orang bahwa spektrum ini dapat dikatakan bebas dari bagaimana atom itu terkombinasi dalam suatu molekul.

Dua atom H dapat terkombinasi membentuk molekul H2 karna memang molekul hidrogen dalam alam selalu terdiri dari dua atom H. Bagaimana prinsip eksklusi mencegah terjadinya molekul He 2 dan H3, sedangkan molekul H2O ternyata diizinkan ada. Setiap He dalam keadaan dasar memiliki elektron 1s dengan masing-masing spinnya. Jika ato itu bergabung dengan atom He lain dengan mempertukarkan elektron, masing-masing atom akan mempunyai dua elektron dengan spin yang sama untuk suatu waktu tertentu. Ini berarti satu atom memiliki dua elektron spin keatas ( ) dan yang lainnya akan memiliki dua spin kebawah ( ). Prinsip eksklusi melarang elektron 1s dalam sebuah atom mempunyai spin yang sama yang manifestasinya terlihat dalam tolakan antara atom He. Jadi molekul He2 tidak dapat ada. Pada He3, molekul H2 mengandung dua elektron 1s yang spinnya anti sejajar ( ). Jika atom H lain mendekati spin elektronnya, katakan, keatas, menghasilkan molekul dengan dua spin sejajar ( ), dan hal ini tidak mungkin jika eleektron terssebut berada pada keadaan 1s. Jadi molekul H2 menolak penambahan atom H. pemikiran menurut prinsip eksklusi tidak berlaku jika salah satu dari tiga elektron H3 berada dalam keadaan eksitasi. Semua keadaan seperti itu berenergi lebih tinggi dari keadaan 1s, namun konfigurasi yang dihasilkan, memiliki energi lebih besar dari H2+H sehingga lebih cepat meluruh menjadi H2+H. Molekul H2O dapat mantap karena atom O kekurangan 2elektron p untuk melengkapi kulit elektron terluar. Kekurangan ini terobati jika atom O membentuk ikatan kovalen dengan dua atom H, sehingga elektron dari H disero bersama dengan atom O tanpa melanggar prinsip eksklusi.

Jika sebuah atom menjadi bagian dari sebuah molekul, interaksinya dengan atom yang lain menghasilkan perubahan fungsi gelombang elektron valensi sehingga timbul pola cuping (lobepatern) yang lebih jelas yang menentuka geometri molekul itu. Gambar 8.9 menunjukan pola itu untuk molekul H2O. Daerah peluang besar untuk mendapatkan elektron digambarkan lebih hitam dan bagian bertumpangan menggambarkan ikatan kovalen. Elektron yang ikut serta dalam masing-masing ikatan mempunyai spin antisejajar, seperti dalam H2.

Lebih dari satu ikatan kovalen dapat mengaitkan 2 atom. Misalnya dalam molekul O2, terdapat dua ikatan kovalen, dan terdapat tiga ikatan dalam molekul N2. Atom karbon dapat memiliki 1, 2, 3 ikatan yang menggabungkan atom itu dalam molekul yang kompleks seperti contoh dibawah ini:

Tingkat energi rotasional

keadaan energi molekular ditimbulkan oleh rotasi (perputaran) molekul secara keseluruhan dan vibrasi (getaran) atom pembangun relatif terhadap yang lain dan juga oleh perubahan konfigurasi elektronik;

1.

2.

3.

Keadaan rotasional terpisah oleh selang energi yang sangat kecil (biasanya sekitar 10-3eV), dan spektrum yang timbul dari transisi antara keadaan ini terdapat dalam daerah mikro gelombang dengan panjang gelombang diantara 0,1mm hingga 1 cm. Keadaan vibrasional terpisah oleh selang energi yang lebih besar (biasanya sekitar 0,1 ev), dan spektrum vibrasionl terdapat dalam daerah inframerah dengan panjang gelombang 1m hingga 0,1m. Keadaan elektronik molekular memiliki energi lebih tinggi, dengan pisahan antara tingkat energi elektron valensi beberapa eV dan spektrumnya terdapat dalam daerah cahaya tampak dan ultraviolet.

Tingkat energi terendah molekul dwiatom timbul dari rotasi sekitar pusat massanya. Kita gambarkan sebuah molekul terdiri dari dua atom bermassa m1 dan m2 yang berjarak R seperti gambar 8.11. momen inersia (momen kelembaban) molekul ini terhadap sumbu yang melalui pusat massa dan tegak lurus pada garis yang menghubungkan kedua atom ialah I = m1 r12 + m2 r2 2

Dimana r1 dan r2 menyatakan jarak antar atom 1 dan 2 berturutan dari pusat massanya. Karena M1r1 = m2 r2

Gambar 8.11

Sesuai dengan definisi , moment inersia dapat ditulis; I = m1 m2 / m1+ m2 (r1+r2)2 = mR 2 Dengan massa tereduksi m = m1 m2/m1+m2

Persamaan (8.4) menyatakan bahwa rotasi molekul dwiatom setara dengan rotasi partikel tunggal bermassa m sekitar sumbu pada jarak R. Momentum sudut L dari molekul itu mempunyai besar L= I Dengan menyatakan kecepatan sudut. Jika kita beri lambang bilangan kuantum rotasional dengan J,kita dapatkan L= J(J+1)h J=0, 1, 2, 3,. Energi molekul yang berotasi adalah I 2, sehingga tingkat energinya EJ = I 2 = L2 / 2l = J(J +1)h2 / 2I

Walaupun dalam molekul yang memiliki moment dwikutub permanen, tidak semua transisi antara keadaan rotasional melibatkan radiasi. Seperti dalam kasus spektrum atomik (pasal 6.9), kaidah seleksi tertentu meringkas kondisi untuk transisi radiatif antara keadaan rotasional yang mungkin terjadi. Untuk molekul dwiatom tegar kaidah seleksi untuk transisi rotasional ialah J = 1 Dalam praktek , spektrum rotasionalselalu diperoleh dari penyerapan, sehingga setiap transisi yang didapatkan menyangkut perubahan beberapa keadaan awal bilangan kuantum J ke bilangan kuantum lebih tinggi berikutnya j+1. dalam kasus molekul tegar, frekuensi foton yang diserap ialah vJ j+1= E/H = (EJ+1-EJ) / h

= h/2I (J+1)
Dengan I menyatakan momen inersia dari ujung ke ujung. Jadi spektrum molekul tegar terdiri dari garis-garis berjarak sama seperti gambar 8.12. frekuensi masing-masing garis dapat diukur, dan transisi yang bersesuaian sering dapat ditentukan dari urutan garis itu; dan data ini momen inersia dapat dihitung.

Gambar 8.12

Tingkat energi vibrasional


Jika cukup tereksitasi,molekul dapat bervibrasi seperti juga berotasi. Gambar 8.13 menunjukan bagaimana energi potensial sebuah molekul berubah terhadap jarak inter inti (jarak internuklir) R. dalam daerah sekitar titik minimum kurva ini yang bersesuaian dengan konfigurasi normal molekul, bentuk kurvanya mendekati sebuah parabola. Maka dalam daerah ini V = V0 + 1/2 k(R- R0)2 dengan R0 menyatakan jarak kesetimbangan antara atom. Gaya interatomik yang menimbulkan energi potensial bisa didapatkan dengan mendiferensiasi v: F= -dV/dR = -k(R-R0)

Gambar 8.13

Gaya interatomik ini merupakan gaya pemulih yang ditimbulkan oleh pegas yang teregang atau terkompresi, Hukum gaya Hooke, dan seperti juga pegas, molekul yang tereksitasi secukupnya dapat melakukan osilasi harmonik sederhana. Secara klasik frekuensi benda bervibrasi bermassa m berhubungan dengan pegas pada konstan gaya k ialah

Vo = 1/2

k/m

Yang kita dapatkan dalam kasus molekul dwiatom ialah situasi yang agak berbeda dari dua benda bermassa m1 dan m2 yang dihubungkan oleh pegas seperti gambar 8.14.

Gambar 8.14
Tanpa medan eksternal momentum linear sistem tetap konstan, sehingga osilasi bendanya tidak mempengaruhi gerak pusat massanya. Karena alasan tersebut, m1 dan m2 bervibrasi bolak-balik relatif terhadap pusat massanya dalam arah yang berlawanan, dan keduanya mencapai titik ujung gerak masingmasing pada saat yang sama. Frekuensi osilasi dari osilator 2 bendavseperti itu diberikan dalam pers. (8.13) dengan massa tereduksi m disubtitusikan untuk m:

V0= 1/2

k/m

Jika persoalan osilator harmonik diselesaikan secara mekanika kuantum, energi osilator ini didapatkan terbatas pada harga Ev = (v+1/2) h v0 Dengan menyatakan bilangan kuantum vibrasional yang dapat mengambil harga v = 0, 1, 2, 3, Keadaan vibrasional terendah (v=0) mempunyai energi berhingga hv0, tidak sama dengan 0 seperti menurut klasik; hasil ini bersesuaian dengan prinsip ketaktentuan, karena jika partikel yang berosilasi stasioner (diam), ketaktentuan dalam kedudukan x = 0 dan ketaktentuan dalam momentum harus menjadi tak berhingga dan partikel dengan E=0 tidak bisa memiliki momentum yang ketaktentuannya tak berhingga. Menurut pers. (8.14) tingkat energi vibrasional sebuah molekul dwiatom ditentukan oleh Ev = (v+ )h k / m

Keadaan vibrasional yang lebih tinggi dari sebuah molekul tidak mengikuti persamaan (8.15) karena aproksimasi parabolik untuk kurva energi potensialnya makin tidak cocok untuk energi yang makin tinggi. Hasilnya, jarak antara tingkat energi yang berdekatan untuk v tinggi kurang dari jarak antara energi yang berdekatan untuk tingkat v rendah seperti pada gambar 8.15. diagram ini juga menunjukkan struktur halus dalam tingkat vibrasional yang ditimbulkan oleh eksitasi serentak pada tingkat rotasional.

Gambar 8.15

Kaidah seleksi untuk transisi antara keadaan vibrasional ialah v = 1

Sebuah dwikutub berosilasi dengan frekuensi v0 hanya dapat menyerap atau memancarkan radiasi elektromagnetik dengan frekuensi sama, dan semua kuantum berfrekuensi v0 mempunyai energi hv0. dwikutub berosilasi hanya dapat menyerap E = hv0 tiap kali, sehingga energinya bertambah dari (v+ ) hv0 menjadi (v+ +1) hv0, dan hanya dapat memancarkan E = hv0 tiap kali, sehingga energinya berkurang dari (v+ )hv0 menjadi (v+ - 1)hv0. jadi memenuhi kaidah seleksi v = 1

Sebuah molekul yang terdiri dari banyak atom memiliki banyak sekali modulus vibrasi normal yang berbeda. Beberapa modulus ini melibatkan keseluruhan molekul (gambar 8.18 dan 8.19), tetapi yang lainnya hanya melibatkan group (kelompok) atom yang vibrasinya boleh dikatakan terjadi secara bebas. Frekuensi vibrasional group karbon-karbon bergantung dari banyaknya ikatan antara atom c. Group c-c - bervibrasi dengan frekuensi sekitar 3,3 x 1013 Hz dan group c=c bervibrasi Dengan frekuensi sekitar 5,0 x 1013 dan group C C bervibrasi dengan frekuensi sekitar 6,7 x 1013 Hz. Terlihat semakin banyak ikatan karbon-karbonya, lebih besar harga konstan gaya k, dan lebih tingi pula frekuensinya. Dalam masing-masing kasus fekuensi tidak bergantung dari molekul khusus atau kedudukan group dalam molekul.

Gambar 8.18 dan 8.19

Spektrum elektronik molekul

Anda mungkin juga menyukai