Anda di halaman 1dari 6

1. a.

Berfikir sistem Definisi sistem

Sistem adalah : Suatu kumpulan sub-sub sistem yang saling berinteraksi untuk Mencapai suatu tujuan. Sistem ini memiliki batasan dengan Lingkungannya Definisi diatas adalah suatu hal yang tidak boleh dilupakan Agar kita bisa berpikir sistem. Untuk lebih mudah mengingat, kita Identifikasikan 4 unsur yang harus dipenuhi oleh sistem yaitu: 1. Sub-sub sistem 2. Interaksi 3. Tujuan 4. Lingkungan Untuk lebih memahami tentang sistem, bisa dilihat model berikut ini :

Sumber : Consultants Handbook Gambar 1 Model Sistem

Analisis sistem (sistems analysis) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-

kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya

Atau secara lebih mudahnya, analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Tahap analisis sistem ini merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Tugas utama analis sistem dalam tahap ini adalah menemukan kelemahankelemahan dari sistem yang berjalan sehingga dapat diusulkan perbaikannya

B.

Pendekatan Berfikir sistem

Berfikir sistem sebagai paradigma cara berpikir yang dapat mendeskripsikan keterkaitan-dinamik dan mempengaruhi perilaku sistem (dinamik, operasional, kausalitas tertutup/sirkuler (close loop), Berfikir sistem sebagai bahasa Suatu alat untuk mengubah &/ memperbesar cara berpikir yang kompleks untuk mengambil keputusan dinamis,(wujud diagram: CLD, SFD, grafik, perangkat aturan yang tepat) Berfikir sistem sebagai Metodologi seperangkat metode, prinsip-prinsip dg teknologi untuk mengetahui struktur perilaku, keterkaitan diantara komponen, dan perubahan bagian-bagian yang mempengaruhi sistem secara keseluruhan

Contoh KEGUNAAN SISTEM THIKNING UNTUK PEMIMPIN

MENGARAHKAN SELURUH KEGIATAN ORANG. PADA VISI

OPERASIONAL DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT SKENARIO/ PERENCANAAN

MENGEVALUASI KEGIATAN/ KEBIJAKAN YANG TELAH DILAKUKAN VISI

Gambar 2 KEGUNAAN SISTEM THIKNING UNTUK PEMIMPIN (Endang Wirjatmi,2010)

c.

MENGANALISIS KELEMAHAN SISTEM

Analis sistem perlu menganalisis masalah yang terjadi untuk dapat menemukan jawaban apa penyebab sebenarnya dari masalah yang timbul tersebut. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam :

Apa yang dikerjakan ? Bagaimana mengerjakannya ? Siapa yang mengerjakannya ? Dimana dikerjakannya ?

Menganalisis kelemahan sistem sebaiknya dilakukan untuk menjawab pertanyaan :

Mengapa dikerjakan ? Perlukah dikerjakan ? Apakah telah dikerjakan dengan baik ?

Tentu saja pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah menganalisis hasil penelitian ini lebih terinci lagi dibandingkan dengan yang didaftar di atas. Sebagai tambahan dari pertanyaanpertanyaan tersebut, suatu kriteria yang tepat masih diperlukan untuk menilai sistem yang lama. Kriteria yang tepat ini dapat diperoleh dari sasaran yang diinginkan oleh sistem yang baru supaya efisien dan efektif. Wilkinson memberikan sasaran yang harus dicapai untuk menentukan kriteria penilaian sebagai berikut :

Relevance (sesuai kebutuhan) Capacity (kapasitas dari sistem) Efficiency (efisiensi dari sistem) Timeliness (ketepatan waktu menghasilkan informasi) Accessibility (kemudahan akses) Flexibility (keluwesan sistem) Accuracy (ketepatan nilai dari informasi) Reliability (keandalan sistem) Security (keamanan dari sistem) Economy (nilai ekonomis dari sistem) Simplicity (kemudahan sistem digunakan)

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dan kriteria-kriteria ini, selanjutnya analis sistem akan dapat melakukan analisis dari hasil penelitian dengan baik untuk menemukan kelemahan-kelemahan dan permasalahan-permasalahan dari sistem yang ada.

Tahapan Pemodelan Dinamika Sistem Tahapan pemodelan sistems dynamics menurut Saeed (1981) terdiri atas: 1. Identifikasi suatu pola tingkah laku yang spesifik (pola referensi); Pada tahap ini dilakukan identifikasi pola historis atau pola hipotesis yang menggambarkan perilaku persoalan (problem behavior). Pola historis ini merupakan pola referensi yang diperoleh dari pola perilaku sekumpulan variabel-variabel penting yang berhubungan dengan perilaku persoalan. Pola historis yang telah diperoleh akan menjadi referensi bagi pembuatan model simulasi yang meniru perilaku dari sistem nyatanya (historisnya). Antara pola historis dengan pola simulasi yang telah dibuat berdasarkan perilaku pola historisnya akan menjadi patokan dalam pengujian model selanjutnya. 2. Pengembangan suatu hipotesis dinamik; Setelah pola referensi dapat didefinisikan, maka dibuat hipotesis awal yang menjelaskan interaksi-interaksi perilaku yang mendasari pola referensi tersebut. Pada tahap ini, hipotesis dinamik yang diajukan mungkin belum tepat sekali. Beberapa iterasi dan formulasi, pembandingan dengan bukti-bukti empiris dan reformulasi akan ditempuh untuk sampai kepada suatu hipotesis yang logis dan sahih secara empiris. 3. Pembuatan batas model; Pada tahap ini, batas model didefinisikan terlebih dahulu dengan jelas sebelum suatu model dibentuk. Batas model ini akan menggambarkan cakupan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu yang ditujukan untuk analisis tersebut serta meliputi semua interaksi sebabakibat yang berhubungan dengan isu tersebut. Pada tahap ini juga sudah dipisahkan antara variabel kajian dengan variabel di luar lingkup kajian. 4. Pembuatan model (struktur umpan balik); Setelah batas model dapat didefinisikan, suatu struktur lingkar-lingkar umpan balik (feedback loops) yang berinteraksi barulah dapat dibentuk. Lingkar umpan balik tersebut menyatakan hubungan sebab akibat variabel-variabel yang berputar dan melalui lingkar umpan balik itu pulalah perilaku dinamik dalam sistem dimunculkan. Dikenal dua macam lingkar umpan balikyang mungkin terdapat dalam satu sistem, yaitu lingkar umpan balik positif dan lingkar umpan balik negatif. 5. Pengujian model untuk validitas dan pemahaman terhadap perilakunya; serta analisis kebijakan. Setelah model eksplisit suatu persoalan dapat diformulasikan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap model untuk menegakkan keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secara terus menerus memodifikasi dan memperbaiki struktur model. Bila korespondensi (kesesuaian) antara model mental sistem, model eksplisitnya, dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, maka model yang

dibuat dapat diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan untuk analisis kebijakan. Referensi 1. Burch, J.G., Sistem, Analysis, Design, and Implementation, Boyd & Fraser Publishing Company, 1992. 2. Jogiyanto, Analisis dan Disain Sistem Informasi, ANDI OFFSET Yogyakarta, 1990. 3. John G. Burch, Jr, Felix R. Strater, Gary Grudnistski, Information Sistems : Theory and Practice, Second Edition, John Wiley & Sons, 1979 4. Meilir Page-Jones, The Practical Guide to Structured Sistems Design, Second Edition, Yourdon Press, Prentice Hall, 1988 5. I.T. Hawryszkiewycz, Introduction Sistems Analysis and Design, Second Edition, Prentice Hall, 1991 6. Raymond McLeod, Jr, Management Information Sistem : A Study of Computer-Based Information Sistems, Sixth Edition, Prenctice Hall, 1979.

Anda mungkin juga menyukai