Anda di halaman 1dari 28

RENCANA AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP ANAK 2006-2010

BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran Setiap anak mempunyai hak asasi yang wajib dipenuhi, dihargai dan dilindungi. Kekerasan terhadap anak terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, jalanan, dan tempat kerja. Kekerasan merupakan suatu tindakan yang menyebabkan kerugian fisik, psikis maupun seksual. Tindak kekerasan dan pelanggaran hak anak, seringkali luput dari perhatian publik karena masih ada anggapan bahwa hal tersebut masih menjadi urusan domestik. Dalam kehidupan sehari-hari kekerasan yang dialami anak-anak perempuan berbeda dengan anak-anak laki-laki. Anak perempuan lebih sering mengalami kekerasan seksual hingga berdampak kehamilan sedangkan anak laki-laki lebih sering mengalami kekerasan fisik hingga berdampak pada kematian. Namun tidak dipungkiri anak perempuan juga mengalami kekerasan fisik dan anak laki-laki juga mengalami kekerasan seksual. Data statistik nasional tentang tindak kekerasan terhadap anak tidak ada, namun fakta mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap anak terus terjadi seperti yang di beritakan oleh media massa. Ketiadaan data ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera membenahi sistem pendokumentasian yang dapat menangani tindak kekerasan pada anak. Masyarakat menganggap kasus-kasus kekerasan pada anak adalah persoalan internal sebuah keluarga. Sehingga tabu untuk diekspos karena dianggap akan membuka aib keluarga. Tindakan kekerasan terhadap anak berdampak pada kerugian fisik berupa kecacatan dan kematian dan kerugian mental yang mengakibatkan trauma. Kekerasan terhadap anak telah menjadi perhatian dunia. Ini ditandai dengan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

mengeluarkan resolusi no. 56/138 tahun 2001 yang menugaskan Sekretaris Jenderal PBB untuk mengadakan studi khusus tentang kekerasan terhadap anak. Studi ini merupakan inisiatif global yang mengakui terjadinya kekerasan terhadap anak di masyarakat. Untuk tingkat nasional, Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009, menetapkan sasaran dalam rangka meningkatkan perlindungan anak adalah Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Meski demikian belum ada kebijakan komprehensif yang langsung pada tindak kekerasan pada anak Aturan perundangan yang ada belum secara eksplisit mendefiniskan secara khusus kekerasan terhadap anak, belum lagi persoalan disharmoni dan kurang sinkronya satu sama lain antara aturan perundangan yang ada dengan upaya perlindungan anak. Secara institusional belum ada lembaga yang mempunyai otoritas secara khusus pula untuk mengaddres berbagai tindak kekersan terhadap anak di Indonesia.mulai dari memetakan situasi tindak kekerasan pada anak, mengembangkan sistem data dan informasi, menyususn rencana aksi, mengimplementasikan dan menerima pengaduan dan membuat evaluasi serta laporan tahunan berkaitan dengan tindak kekerasan pada anak. Demikian pula Belum banyak upaya untuk menfasilitasi dan menggalang partispasi masyarakat dan pengorganisasian pandangan anak sebagai kelompok strategis dalam mencegah, memerangi dan menghapus kekerasan terhadap anak. Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak ini disusun dengan harapan akan dapat menggalang Komitmen bagi semua stakeholders serta memberikan Pedoman Umum dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap anak di Indonesia. B. Landasan Hukum 1. Undang-undang Dasar 1945 2. Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; 3. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita; 4. Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 5. Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; 6. Undang-undang Nomor 55 tahun 1998 tentang Pengesahan Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan dan Penghukuman yang Kejam dan Tidak Manusiawi; 7. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

8. Undang-undang Nomor 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182 mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak; 9. Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; 10. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 11. Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga; 12. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 13. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 14. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak; 15. Keputusan Presiden Nomor 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak; 16. Keputusan Presiden Nomor 87 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak; 17. Keputusan Presiden Nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Trafiking Perempuan dan Anak; 18. Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasonal Hak Asasi Manusia 2004-2009; 19. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. 20. Surat Edaran Mendagri No 560/1134/PMD/2003 tentang Pembentukan Fokal Point untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 21. Surat Edaran Dirjend OTODA ..........( KPAI) 22. Surat Keputusan Menteri tentang Penghapusan Kekerasan di Sekolah C. Pengertian 1. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak adalah suatu program aksi nasional yang menjadi pedoman bagi semua unsur pemerintah, masyarakat sipil, dan anak dalam penghapusan kekerasan terhadap anak di Indonesia. 2. Penghapusan adalah upaya terus menerus untuk tidak mentoleransi dan menghilangkan segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak melalui upaya pencegahan, perlindungan,

pemulihan, reintegrasi, partisipasi, pengembangan kemampuan dan kerjasama antar sektor. 3. Kekerasan terhadap anak adalah semua tindakan, ancaman, pemaksaan, yang dapat menimbulkan rasa sakit secara fisik, mental, sosial & seksual yang dialami anak baik di sadari atau tidak. 4. Perlakuan salah terhadap anak adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab dan/atau mereka yang memiliki kuasa atas anak, yang seharusnya dapat dipercaya yaitu orang tua, keluarga dekat, guru, pembina, aparat penegak hukum, pengasuh dan pendamping. 5. Penelantaran anak adalah tindakan segaja atau tidak sengaja yang mengakibatkan tidak terpenuhi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual ( WHO + UU no 23/2002 6. Eksploitasi anak adalah semua tindakan dengan maksud mengambil keuntungan atas diri anak untuk kepentingan pribadi, misalnya menyuruh anak bekerja untuk membayar hutang orang tua, atau menyuruh anak melakukan pekerjaan illegal untuk kepentingan orang lain, seperti melibatkan anak dalam prostitusi, menjual narkoba, dan pornografi; ( RAN ESKA) 7.
a.

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak adalah: Kekerasan fisik antara lain dipukul, dijambak, ditendang, diinjak, dicubit, dicekik, dicakar, ditempel besi panas, dipukul dengan karet timba, dijewer, dan lain-lain; Kekerasan psikis antara lain dihina, dicaci-maki, diejek, dipaksa melakukan sesuatu dan atau tidak melakukan yang tidak dikehendaki, dan diancam;
b.

Kekerasan untuk kepentingan ekonomi antara lain disuruh bekerja membersihkan kerang, dipaksa bekerja menjadi pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pekerja rumah tangga, dipaksa mengemis, dan dimobilisasi untuk kepentingan politik;
c.

Kekerasan seksual dan eksploitasi seksual antara lain diperkosa, disodomi, diraba-raba alat kelaminnya, diremasremas payudaranya, dicolek pantatnya, diraba-raba pahanya, dipaksa melakukan oral seks, dijual pada mucikari, dipaksa menjadi pelacur, dipaksa bekerja di warung remang-remang;
d.

Kekerasan yang diakibatkan tradisi adat antara lain dipaksa kawin pada usia muda bagi anak perempuan, ditunangkan, dipotong jari jika keluarganya meninggal, mahar pernikahan (belis), menjadi joki kuda, dan lain-lain. ( di buat heading sendiri)
e.

Ruang lingkup kekerasan.... di rumah, di sekolah ,di tempat kerja,di jalan,di institusi dan penampungan dimana anak ditempatkan, di ranah perkembangan tehnologi informasi-MAYA (cyber)
f.

8. Pencegahan adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan berbagai faktor yang menyebabkan dan melestarikan segala bentuk kekerasan terhadap anak meliputi, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan politik. 9. Perlindungan adalah langkah untuk memberikan rasa aman sebelum dan sesudah terjadinya kekerasan termasuk menjamin keselamatan dan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Perlindungan ini meliputi aspek perundang-perundangan, penegakan hukum berbasis hak anak, dan potensi kearifan lokal yang melindungi anak. 10. Partisipasi anak adalah keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan dan menikmati perubahan yang berkenaan dengan hidup mereka baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilaksanakan dengan persetujuan dan kemauan semua anak berdasarkan kesadaran dan pemahaman. 11. Pemulihan adalah pengembalian kondisi normal bagi anak korban tindak kekerasan baik fisik, mental, dan sosial. 12. Reintegrasi adalah menyatukan anak kembali dengan keluarga, masyarakat, institusi atau lingkungan sosial lainnya yang bisa memberikan perlindungan bagi anak.

BAB II ARAH KEBIJAKAN


A. Visi Mewujudkan Indonesia yang layak dan ramah bagi anak pada tahun 2010 B. Misi 1. Menjamin terpenuhinya hak-hak anak dan melindungi anak dari segala bentuk tindak kekerasan, agar hidup dan tumbuh kembang secara optimal; 2. Mengutamakan kepentingan terbaik kebijakan dan pengambilan keputusan; anak dalam perumusan

3. Membangun pemahaman dan kesadaran semua pihak terhadap hak-hak anak; dan 4. Mengembangkan perangkat hukum dan pranata sosial yang ramah anak. C. Tujuan Umum :

Melindungi Setiap anak diskriminasi D. Tujuan Khusus

dari segala bentuk tindak kekerasan dan

1. Menciptakan lingkungan yang ramah anak; 2. Menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan partisipasi anak; dan 3. Mendorong tanggung jawab semua pihak melindungi, dan menghargai hak-hak anak. E. Strategi 1. Pengembangan koordinasi dan kerjasama antar sektor dalam pemerintah dan non-pemerintah termasuk kelompok anak di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa/kelurahan dalam merencanakan, mengimplementasikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak. 2. Pengarus-utamaan kepentingaan terbaik anak kebijakan penghapusan kekerasan terhadap anak. dalam setiap untuk memenuhi,

3. Pengembangan Database dan informasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak secara berjenjang melalui jaringan dari tingkat desa/kelurahan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. 4. Pengembangan kapasitas anak agar mereka bisa berpartisipasi secara maksimal dalam perencanaan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi program penghapusan kekerasan terhadap anak.

BAB III PROGRAM KEGIATAN


PROGRAM KEGIATAN LIMA TAHUN (2006-2011) (sejak disahkan RAN PKTA) A. Pencegahan Strategi: 1. Membangun pemahaman hak-hak anak dan perlindungan anak kepada kelompok utama dalam masyarakat seperti anak, pemuda, perempuan, nelayan, petani, buruh, masyarakat adat, miskin kota, ilmuan, di samping kelompok lain seperti guru, militer, polisi, budayawan, rohaniawan, media dan lain-lain. 2. Menggalang peran serta media dalam desiminasi komunikasi, informasi, dan edukasi. 3. Penguatan potensi seluruh elemen masyarakat dalam pencegahan tindak kekerasan terhadap anak yang berbasis budaya yang melindungi anak. 4. Mengembangkan model-model pencegahan kekerasan terhadap anak dalam berbagai perspektif dan disiplin ilmu. Focal Point: 1. Kementerian Pemberdayaan Perempuan; 2. Departemen Dalam Negeri; 3. Departemen Sosial; 4. Departemen Kesehatan; 5. Departemen Pendidikan Nasional; 6. Departemen Agama; 7. Departemen Komunikasi dan Informasi; dan 8. Badan Pusat Statistik.

Keluaran 1. Adanya Pemahaman masyarakat terhadap UUPA No. 23/2002 & UU PKDRT 23/2004 dan peraturan yang berkaitan.

Kegiatan Utama (activities) 1.1 Kampanye media

Indikator capaian Adanya konsep dan strategi kampanye Ada story board kampanye Adanya silabus semiloka; jumlah semiloka; jumlah peserta semiloka (anak, guru, komite sekolah) Adanya silabus semiloka; jumlah semiloka; jumlah peserta

Penanggung jawab V V

Jadwal V V V

1.2.Talk show TV & Radio 1.3.Semiloka bagi komunitas pendidikan

V V

1.4. Semiloka bagi institusi keagamaan & ormas,TOKOH ADAT dan stakeholders lainya.

2. Adanya penguatan pemahaman perspektif perlindungan anak terhadap kelompok anak dan stakeholder anak

1.5. Memasukkan issue dan masalah Perlindungan anak dalam Materi Ceramah, khotbah, dan topic dalam media pertemuan masyarakat berbasis agama, adat kebiasaan2 dalam masyarakat . 2.1. Fasilitasi kelompok Anak yang membahas persoalan hak anak

semiloka (keagamaa n& ormas,TOK OH ADAT dan stakeholde rs lainya) Adanya pedoman materi khotbah dari berbagai agama Adanya panduan advokasi hak anak oleh anak Jumlah pelatih di tingkat nasional dan provinsi Jumlah

2.2.Pelatihan PKTA untuk dokter tenaga medis, dan profesi lainya

2.3.Pelatihan bagi toga,tomas,todat dll

2.4.Pelatihan bagi tenaga pendidik dan institusi pendidikan

2.5.Pelatihan bagi jurnalis dan pengelola media

pelatihan di tingkat provinsi Jumlah pelatih di tingkat nasional dan provinsi Jumlah pelatihan di tingkat provinsi Jumlah pelatih di tingkat nasional dan provinsi Jumlah pelatihan di tingkat provinsi Adanya modul Jumlah pelatih di tingkat nasional dan

2.6 Pelatihan pengembangan kemampuan anak: lifeskill, resiliency untuk pencegahan kekerasan anak

3.Adanya model 3.1 Membuat model alternative dalam pencegahan kekerasan pencegahan kekerasan anak berbasis budaya terhadap anak yang melindungi anak 3.2 Membuat model deteksi dini untuk pencegahan kekerasan terhadap anak pada stakeholders pendidikan 3.3 Membuat model deteksi dini dan pencegahan kekerasan pada anak bagi tenaga

provinsi Jumlah pelatihan di tingkat provinsi Adanya modul Jumlah pelatih di tingkat nasional dan provinsi Jumlah pelatihan di tingkat provinsi Adanya model Adanya model

Adanya model

kesehatan 4.1 Membuat 4Adanya mekanisme mekanisme review deteksi dini dan berkala terhadap pencegahan tindak pelaksanaan adopsi dan kekerasan terhadap anak institusi pengasuhan anak

Adanya panduan mekanisme review berkala Standar kelayakkan fasilitas institusi pengasuha n

B. Perlindungan Strategi: 1. Mengkompilasi, menganalisa peraturan perundangan dan pranata sosial yang berkait dengan Perlindungan anak; 2. Melakukan advokasi harmonisasi dan sinkronisasi serta pengembangan perundangan berkait perlindungan anak di tingkat nasional dan provinsi, kabupaten dan kota; 3. Melakukan penguatan terhadap aparat hukum dan non hukum dalam memahami dan melaksanakan upaya perlindungan anak. Penguatan hukum untuk memberikan perlindungan terhadap anak; 4. Penegakan hukum untuk menjamin kepastian hukum dalam perlindungan anak; dan 5. Memastikan perlindungan saksi dan korban. Focal Point: 1. Mahkamah Agung;

2. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; 3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan; 4. Departemen Sosial; 5. POLRI; dan 6. Kejaksaan Agung. Keluaran
1. Adanya kompilasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan anak

Kegiatan Utama (activities)


1.1. Mengkompilasi dan menelaah aturan-hukum berkaitan perlindungan anak

Indikator capaian
Adanya buku kompilasi hukum yang berkaitan dengan perlindungan anak Buku Kodifikasi hukum perlindungan anak Adanya analisis perbandingan peraturan perundangundangan perlindungan anak yang disharmoni dan belum sinkron Rancangan

Penanggung jawab

Jadwal

2. Adanya kodifikasi aturan perundangan berkaitan perlindungan anak 3. Adanya review umum peraturan perundangundangan dan dampak hukumnya pada perlindungan anak.

2. 1 Penyusunan buku kodifikasi perundangan berkaitan perlindungan anak 3.1. Melakukan review umum peraturan perundangundangan menyangkut kerangka hukum yang belum sinkron dan harmoni berkaitan dengan perlindungan anak dari tindakan kekerasan

3.2.Penyusunan revisi,

amandemen dan konsep harmonisasi aturan perundangan berkaitan perlindungan anak dan KTA. 3.3.Advokasi perda pendukung aturan

amandemen

perundangan berkaitan perlindungan anak dan Kekerasan Terhadap Anak


4. Adanya penguatan kapasitas aparatur pemerintah untuk implementasi 2.1. Pelatihan aparatur dalam impelemnatasi aturan

Peraturan Daerah tingkat Provinsi, Kota dan Kabupaten Modul pelatihan Jumlah pelatih Jumlah pelatihan Adanya panduan dan mekanisme monitoring Adanya buku Kumpulan nilai kearifan loka dalam bentuk permainan tradisional, nyanyian pantun, pola perilaku dll Institusi sosial mempunyai atuan tertulis

perundangan berkaitan perlindungan anak


5. Adanya monitoring proses peradilan kasus

perundangan berkaitan perlindungan anak dan Kekerasan Terhadap Anak


5.1. Monitoring proses-proses hukum penegakkan hukum dalam Penghapusan

Kekerasan Terhadap Anak


6. Adanya pranata dan norma sosial yang dapat memberikan perlindungan anak dari tindak kekerasan 6.1. Pengembangan nilai-nilai kearifan lokal yang memperkuat norma-norma sosial berkait perlindungan anak (e.g. inventaris permainan traditional, culture research pola asuh yg damai, pendidikan kedamaian) 6.2. Pengembangan pranata dan institusi local yang mendukung lingkungan ramah anak.(e.g. rute aman,

restorative justice - berbasis masyarakat)

3. Adanya sistem dan prosedur bantuan khusus pertolongan anak-anak dari tindak kekerasan dan penelantaran berbasis masyarakat

6.3. Pengembangan penanganan alternative terhadap anak konflik hukum (AKH) dengan sangsi social ( wacana : restorative justice diversi- dan diskresi) 3.1 Pelatihan khusus kader masyarakat(PKK) pendamping korban kekerasan

dan tidak tertulis untau PA dan penanganan KTA Diversi dan mediasi institusi sosial pada AKH Ketramilan kader PKK/posyand u mendampingi dan menangani KTA Mekanisme merujuk ke PPT dan Polisi Pos pengaduan KTA di dasa wisma/posya ndu

3.2 memperkuat jejaring rujukan kader pendamping korban kekerasan dengan pusat pelayanan terpadu . 3.3 Penguatan dan fasilitasi institusi berbasis masyarakat untuk bantuan khusus korban KTA

C. Pemulihan dan Reintegrasi

Strategi:

1. Penyediaan layanan pemulihan dan reintegrsai bagi korban kekerasan terhadap anak. 2. Mengembangkan mekanisme dan pedoman manajemen kasus dan penguatan kapasitas sumber daya dalam pelayanan pemulihan dan reintegrasi

3. Menggalang partisipasi aktif elemen masyarakat dalam memberikan dukungan bagi reintegrasi sosial anak korban kekerasan. 4. Mengembangkan pola-pola alternative pemulihan dan reintegrasi berbasis nilai-nilai budaya, kebiasaan dan praktek-praktek tradisional dalam masyarakat

b Keluaran
1. Adanya Pedoman, acuan dan petunjuk pelaksanaan pemulihan dan reintegrasi bagi anak korban kekerasan./case management

Kegiatan Utama
1.1 Lokakarya penyusunan petunjuk pelaksanaan pemulihan dan reintegrasi bagi anak korban kekerasan (AKK). 1.2 penerbitan dan distribusi petunjuk pelaksanaan pemulihan dan reintegrasi AKK 1.3 Sosialisasi juklak/juknis ttg. Pemulihan dan reintegrasi serta manajemen kasus AKK 1.4 Review juklak/juknis pelaksanaan pemulihan dan reintegrasi AKK

Indikato r capaian

Penanggu ng jawab
v

Jadwal

1. Tersedianya lembaga rujukan dan layanan pemulihan dan reintegrasi bagi anak korban kekerasan.

1.1 Pendirian dan atau penguatan yang ada lembaga rujukan dan layanan pemulihan serta reintegrasi AKK

1.2 Pelatihan peningkatan kapasitas bagi tenaga administrasi lembaga pemulihan reintegrasi & rujukan AKK 1.3 Pemantauan periodik AKK yang direintegrasi ke masyarakat 1.4 Pembuatan rekomendasi dan catatan case pemulihan reintegrasi AKK. 1.3 TOT pendampingan 1.4 Pelatihan untuk pendamping 1.5 Evaluasi dan audit manajeme dan rekomendasi penguatan pelayanan pemulihan dan reintegrasi AKK 1.6 Menyusun Paket pedoman pemberdayaan bagi anak & keluarga dalam pemulihan dan reintegrasi AKK 2.1 Pembentukan tim multidiscipline di lembaga rujukan and layanan pemulihan

Tersedianya tenaga pendamping pemulihan dan reintegrasi

2. Adanya team terdiri dari berbagai profesi (pekerja sosial, psikolog, medis,) yang mampu memberikan layanan pemulihan dan reintegrasi bagi anak korban kekerasan.

2.2 Pelatihan peningkatan kapasitas bagi tim -multi

discipline 2.3 Pemantapan anggota multi-discipline tim, tenaga pendamping , tenaga administrasi 2.4 Studi banding di negara yang mempunyai pelayanan pemulihan dan reintegrasi AKK yang sudah establish 1. lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk berperan dalam memberikan layanan pemulihan dan reintegrasi 1.1 Sosialisasi pelibatan masyarakat dalam pemulihan AKK 1.2 Pelatihan peningkatan kepedulian masyarakat (toma /toga/ pemuda) tdp AKK 1.3 Pendirian pos pemantau pemulihan dan keberadaan anak pasca reintegrasi yang berbasis masyarakat 2.1 Semiloka penggalian & pengembangan budaya yang mkendukung keterlibatan masyarakat dalam pemulihan AKK 2.2 Kampanye sosial melalui media cetak & elektronic ttg kekerasan terhadap anak

V V

2. Tersedianya materi pokok-2 nilai-nilai budaya yang mendukung dalam pemulihan anak korban kekerasan

2.3 kampanye pengembangan budaya yang mendukung pemulihan korban ke keluarga dan masyarakat

Focal Point: 1. Departemen Sosial; 2. POLRI; dan 3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan;

D. Partisipasi Anak Strategi Umum : Strategi khusus:

Membangun s partisipasi aktif semua elemen dan anak. 1. Mengembangkan pengorganisasian anak sebagai pemantau penghapusan kekerasan terhadap anak. 2. Membangun jejaring kelompok anak ( peer group ) pemantau hak-hak anak . 3. Menjamin terselenggaranya konsultasi anak secara regular dengan anak .

Tujuan dan Keluaran


(Objectives and Outputs)
A. Mengembangakan pengorganisasian anak sebagai pemantau penghapusan kekerasan terhadap anak. 1. Adanya Komisi Anak Pemantau Penghapusan

Kegiatan Utama
(activities)

Indikato r capaian

Penanggu ng jawab

Jadwal

1. Membuat Modul Pengorganisasian Anak

- adanya lokakarya

KPP

Kekerasan Terhadap Anak

2. Membuat pedoman Pembentukan Komisi Anak

3. Sosialisasi modul dan pedoman ke tingkat Kab/Kota

2. Adanya Kelompok Pemantauan Penghapusan Kekerasan Anak di tingkat SD, SMP, dan SMA (sederajat )

4. Pembentukan Komisi Anak Pemantau Penghapusan Kekerasan terhadap anak di tingkat desa/kel 1. Penyusunan Kebijakan Perlindungan Anak di Tingkat sekolah

pembuatan modul - adanya konsultasi dengan anak - adanya modul - ada lokakarya pembuatan buku pedoman - adanya konsultasi dengan anak - adanya buku pedoman - adanya kegiatan sosialisasi di tingkat kab/kota - ada 2000 komisi anak - adanya lokakarya penyusunan kebijakan perlindungan anak di tingkat sekolah (child

KPP

KPP

KPP

Diknas

2. Membuat panduan pemantauan dan pendokumentasian kekerasan di sekolah

3. pembentukan kelompok pemantau penghapusan kekerasan terhadap anak di sekolah

3. Adanya Kelompok Pemantau Penghapusan Kekerasan dari anak-anak dalam situasi khusus

1. Menyusun pedoman pemantuan dan pendokumentasian kekerasan terhadap anak dalam situasi

protection policy) - adanya lokakarya penyusunan panduan pemantauan dan pendokument asian - adanya ujicoba panduan dan pendokument asian - adanya buku panduan pemantauan dan pendokument asian terbentuknya kelompok terujicobanya panduan pemantauan dan pendokument asian - adanya lokakarya penyusunan pedoman

Diknas

Diknas

Depkehhum Depsos Depnaker Mabespolri

khusus (tempat kerja, jalan, Lapas, daerah konflik, kantor polisi, rutan, Lapas, 2. pembentukan kelompok pemantau penghapusan kekerasan terhadap anak Dalam situasi khusus

2. Kampanye penghapusan KTA oleh anak

pemantauan dan pendokument asian terbentuknya kelompok terujicobanya panduan pemantauan dan pendokument asian Pemahaman masyarakat dan anakanak terhadap pentingnya PKTA

Depkehhum Depsos Depnaker Mabespolri

diknas

B. Mengembangkan peer group di sekolah dan masyarakat untuk PKT A dan perlindungan anak. 1. Adanya database Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak dan jaringannya yang dikelolah oleh Kelompok Anak

1. Menyusun dan mendesain database penghapusan kekerasan terhadap anak dan jaringannya 2. Pelatihan pergoperasian database

- adanya format databasae - adanya pelatihan - adanya laporan hasil pemantauan Web anak

Depkominfo

Depkominfo

3. Membuat child friendly-net

untuk memerangi KTA on cyberg space & media (also refer to protection section) peer group education on using 2. Adanya proses pembuatan dan pengambilan kebijakan dan anggaran melalui konsultasi secara berkala dan berjenjang 1. Menyusun kode etik dan pedoman proses konsultasi dengan anak

Indonesia.

2. TOT fasilitator konsultasi anak 3. Menyususn agenda konsultasi nasional anak indonesia selama 5 tahun ke depan untuk penganggaran

- adanya lokakarya penyusunan kode etik dan pedoman proses konsultasi - adanya buku kode etik dan pedoman proses konsultasi - adanya TOT konsultasi anak APBN partisipasi untuk konsultasi anak nasional reguler

KPP

KPP

E. Koordinasi dan Kerjasama. Strategi umum:


Mengoptimalkan koordinasi dan kerjasama interdepartemen dan intersektoral di tingkat nasional,propinsi dan kabupaten / kota.

Strategi Khusus :

1. Membangun komitmen lintas sektor dan pembagian peran fungsional semua elemen dalam penghapusan kekerasan terhadap anak. 2. Mengembangkan kebijakan ,program dan penganggaran pada setiap sektor/institusi terhadap penghapusan kekerasan terhadap anak. 3. Mendorong keterpaduan komunikasi dan data perencanaan, implementasi dan monitoring evaluasi terhadap penghapusan kekerasan terhadap anak pada sektor-sektor yang terlibat.

Matriks Tujuan dan Keluaran


(Objectives and Outputs)
A. Mengembangankan sistem koordinasi dan komunikasi 1. Adanya mekanisme dan prosedur yang dapat menjadi acuan dalam koordinasi RAN PKTA

Kegiatan Utama
(activities)

Indikator capaian
Pointers komitmen yang disepakati oleh semua sektor standar mekanisme dan prosedur koordinasi Pedoman formulasi kebijkan dan penganggaran. Rumusan capaian program implementasi RAN PKTA secara kualitatif dan kwantitatif Pedoman

Penanggung jawab
1 V

Jadwal Tahun ke :
2 3 4 5

1.1 Rapat koordinasi pembangunan komitmen lintas sektor mitra RAN PKTA

1.2 Penyusunan mekanisme dan prosedur koordinasi implementasi RAN PKTA 1.3 Semiloka penyusunan formulasi kebijakan dan penggaran yang berperspektif anak.

1.4 Membangun mekanisme

pelaporan

1.5 Menyelenggarakan rapat koordinasi evaluasi di tingkat daerah sampai dengan pusat

2. Adanya jaring kerja sama dan koordinasi

2.1 Rakornas, Rakorda pengembangan network implementasi RAN PKTA, antar departemen dan non departemen dan pemerintah daerah

2.2 Coordination with Pokja RAN HAM & other RAN esp. for budget allocation 2.3 Membuat Bulletin komunikasi dan koordinasi dalam implementasi RAN PKTA

2.4 Mengembangkan pedoman acuan Kebijakan, program dan penganggaran bagi setiap badan dan intitusi terhadap tindak kekearsan dalam berbagai situasi dalam

pembuatan laporan implementasi RAN PKTA Jadwal dan materi evaluasi semesteran tahunan pelaksanaan RAN PKTA, Rumusan progres implementasi RAN PKTA, bulanan, semsteran, tahunan, dan nasional, propinsi, kabupaten /kota. Titik temu/singgung program PKTA dengan program lain sejenis Lembar Informasi arah kebijkan, program dan progress yang berkesinambung an Buku pedoman kebijakan, program dan penganggaran PKTA untuk

lingkup keja badan/intitusi tersebut. 2.5 Membentuk satuan tugas pelaksana koordinasi yang mempunyai otoritas mengaddres laporan tindak kekerasan terhadap anak dari masyaakat . B. Mengembangkan Database sebagai acuan Advokasi dan perumusan kebijakan dan anggaran lintas sektorn 1. Adanya Sistem Database untuk perlindungan anak

institusi Satuan tugas pelaksana koordinasi,strukt ur , tupoksi dan mekanisme kerja

1.1 Membuat sistem data dan komunikasi berbasis media elektronik( WEB) untuk PKTA

1.2 Mengembangkan riset dan survei untuk Pengumpulan update data kekerasan dan analisa dengan penghapusan KTA dari berbagai seumber 1.3 Mengumpulkan dan menganalisa Laporan hasil program di tiap-tiap sektor

Data dan informasi arah kebijakan,progra m dan anggaran PKTA yang diakses anggota jaringan Update data tindak kekerasan tehadap anak dari berbagai seumber Kumpulan analisa data tindak kekerasan

Mitra terlibat.

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI


Untuk mendapatkan gambaran efektifitas Renacana Aksi Nasional Penghapusan kekerasan Terhadap Anak ini dengan berbagain tahapan dan tipe kegiatan agar menjadi acuan bagi kebijakan program dan kegiatan antar sektor dan antar level dalam penyelenggaraan perlindungan anak, disusun program pemantauan/monitoring dan evaluasi Pemantaun/monitoring dan evaluasi dilakukan dengan prinsip utama yang melihat setiap tahapan kegiatan dengan ukuran yang objektif yaitu kepentingan terbaik bagi anak.Untuk prram ini akan dilakukan oleh pokja/tim koordinasi kerjasama dan dilakukan secara pararel dengan implementasi RAN PKTA ini. Pemantauan/monitoring dan evaluasi dilakukan dengan tahapan: Penyusunan sistem dan mekanisme pemantauan. Menetapkan indikator keberhasilan pada setiap tahapan program level kebijakan Dan Pelaporan hasil pemantaaun /monitoring dan evaluasi program berupa Penyusunan Laporan Tahunan Situasi Anak (nasional & provincial level)

BAB V PENUTUP.
Penghapusn kekerasan terhadap anak merupakan sebuah kegiatan strategis dalam mempersiapkan semuberdaya manusia dan generasi yang bebas dari kekerasan, bertumbuhkembang dengan layak untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara serta peradaban kemanusiaan. Melihat berbagai tantnagn dan hambatanya PKTA bukanlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu putaran dan oleh satu sektor dam levele kebijakan penyelenggaraan perlindungan anak saja, tetapi harus dapat dilaksanakan dengan berkesinambungan dan komprehensif. Ini dimungkinkan bila semua potensi bangsa dan semua elemen masyarakat berpartisipasi dan berkontribusi secara sadara dan ptimal untuk mencapai tahapan PKTA berdasarkan kompetensi masing-masing. Keterlibatan banyak pihak juga sangat penting untuk diperkuat koordinasi dan jalinan komunikasi yang efektif, peran dan fungsi koordinator dalam PKTA akan menjadi pedoman langkah , sehingga dapat dicapat keberhailan PKT dengan efeltoigf dan effiei

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2006-2011

28

Anda mungkin juga menyukai