Anda di halaman 1dari 5

Kota Padang Sidempuan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kota Padang Sidempuan

Logo

Motto: Salumpat Saindege (Selangkah Seirama, Seia Sekata)

Letak Kota Padang Sidempuan di Sumatera Utara

Kota Padang Sidempuan


Letak kota Padang Sidempuan di Indonesia

Koordinat:

12299N 991620E

Negara Provinsi

Indonesia Sumatera Utara

Pemerintahan

- Walikota - DAU

Drs. H. Zulkarnaen Nasution, M.M. Rp. 308.201.364.000,- [1]

Luas - Total 114,65 km2

Populasi (2010) - Total - Kepadatan 201.000 1.753,2/km

Kecamatan

Kelurahan

79

Zona waktu Kode area telepon

WIB (UTC+7) +62 634

Kota Padang Sidempuan adalah sebuah kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Padang Sidempuan terkenal dengan sebutan kota salak karena banyaknya kebun salak di sana, terutama pada kawasan di kaki Gunung Lubukraya.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah 2 Pemerintahan 3 Letak Geografis 4 Perekonomian 5 Sarana dan Prasarana 6 Rujukan 7 Pranala luar

[sunting]Sejarah
Nama kota ini berasal dari "Padang na dimpu" (padang=hamparan luas, na=di, dan dimpu=tinggi) yang berarti "hamparan rumput yang luas yang berada di temapat yang tinggi." pada zaman dahulu daerah ini

merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari Sibolga -Padang Sidempuan-Panyabungan, Padang Bolak (paluta)- Padang Sidempuan-Sibolga. Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai bentengpada 1821 oleh pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo. Benteng ini membentang dari Batang Ayumi sampai Aek Sibontar. Sisa-sisa benteng peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang dianut oleh mayoritas penduduk kota ini beragama Islam. Pada zaman penjajahan Belanda, kota Padang Sidempuan dijadikan pusat pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan Belanda disana masih dapat dijumpai berupa kantor pos polisi pusat kota padangsidimpuan. Sehingga tidak heran, kalau ingin melihat sejarah kota Padang Sidempuan, tersimpan foto-foto zaman dahulu kota Padang Sidempuan di sebuah museum di kota Leiden, Belanda.

[sunting]Pemerintahan
Sebelumnya Padang Sidempuan merupakan Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni 2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padang Sidempuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kecamatan Padang Sidempuan Selatan, Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.

[sunting]Letak

Geografis

Secara geografis, kota Padang Sidempuan secara keseluruhan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya. Kota ini merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju kota Medan, Sibolga, dan Padang (Sumatera barat) di jalur lintas barat Sumatera. Topografi wilayahnya yang berupa lembah yang dikelilingi oleh bukit barisan, sehingga kalau dilihat dari jauh, wilayah kota Padang Sidempuan tak ubahnya seperti cekungan yang meyerupai danau. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung yang mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor) Sanggarudang yang terletak berdampingan disebelah utara kota. Salah satu puncak Bukit yang terkenal di kota padang Sidempuan yaitu Bukit (Tor) Simarsayang. Juga terdapat banyak sungai yang melintasi kota ini, antara lain sungai Batang Ayumi dan Aek Sibontar.

[sunting]Perekonomian
Penghasilan masyarakat Padang Sidempuan sebagian besar bertani. meliputi persawahan dan perkebunan. produksi perkebunan yang utama adalah salak, karet, kopi, kelapa, kakao, cengkeh, kemiri dan kulit manis.

[sunting]Sarana

dan Prasarana

Tepat di pusat kota, terdapat alun-alun yang disebut dengan Alaman Bolak (Halaman Luas), Plaza Anugrah dan Masjid Raya. Kota ini juga memiliki klub sepakbola yang bernama PSKPS (persatuan Sepakbola Kota padang Sidempuan) yang bermarkas di stadion Naposo. Untuk pengelolaan air bersih di Kota Padang Sidempuan dikelola oleh PDAM Kota Padang Sidempuan dengan menggunakan sistem BNA, dengan sumber air bersih dari sumber air permukaan.[2]

PROFIL KOTA PADANGSIDEMPUAN

Kota Padangsidimpuan merupakan hasil penggabungan Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan, jadi semua wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten tersebut. Secara geografis letak Kota Padangsidimpuan berada antara 1o 08 - 1o 28 Lintang Utara dan 99o 13 99o 20 Bujur Timur. Berada 260 1.100 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Padangsidimpuan adalah 11.465,66 Ha atau 114,65 Km. Secara administratif Kota Padangsidimpuan terdiri dari 5 Kecamatan 20 Kelurahan dan 58 Desa. Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut " Padang Na Dimpu " oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan, yang artinya suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang. Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo, salah seorang pengiriman pasukan kaum Padri, dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang. Sejalan dengan perkembangan benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban. Untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 persen dari nilai harga barang. Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI yang dibentuk Inggris tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNMENT SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang. Dan tahun 1838 dibentuk dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842. Antara tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli. Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai bergabung kembali Kabupaten Mandailing Natal. Melalui Aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II kab Tapsel serta peraturan pemerintah No.32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli Selatan No.15/KPTS/1992dan No.16/KPTS/1992 kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi kota madya tk.II, bersamaan dengan pembentukan kabupaten daerah tingkat II mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas. Setelah dibentuknya Kab.Mandailing Natal, maka melalui : 1. Surat Bupati Tapsel No.135/1078/2000 tangal 30 Nopember 2000. 2. KEP.DPRD Tapsel No.01/PIMP/2001tgl. 25 januari 2001 serta 3. Surat Gubernur SUMUT No.135/1595/2001 tgl. 5 pebruari 2001 Maka diusulkan pembentukan kota Padangsidimpuan yang menghasilkan diterbitkannya UU No.4 tahun 2001

tentang pembentukan kota Padangsidimpuan.Pada Tgl 17 Oktober 2001 oleh Mendagri atas nama Presiden RI diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota.

Anda mungkin juga menyukai