Anda di halaman 1dari 3

Bahasa dan Sistem Pengetahuan Suku Damal Para ilmuwan menyebut orang Damal dengan nama Enggipiloedal yang

artinya putra-putra Enggipiloe. Enggipiloedal juga berarti putra-putra kawasan Kartens. Sebutan ini hanya meliputi sebagian dari orang Damal yang hidup di lembah-lembah kawasan Kartens seperti lembah Singgal (Otakwa), lembah Wa (Koprapoka), lembah Weja (Ajkimuka) di sebelah selatan Kartens, dan lembah Beoga (Beura atau Beurop) di sebelah utara Kartens. Penduduk lembah tersebut sangat erat kaitannya dengan salju abadi di atas puncak pegunungan Kartens dalam legenda penciptaan manusia pertama. Suku Moni menyebut orang Damal juga dengan nama Ungunduni yang dalam bahasa Moni artinya di dalam pagar yang tidak berarti suku Damal selalu memagari rumahnya karena hal itu praktis tak pernah dijumpai. Kemungkinan yang dimaksud adalah kebiasaan orang Damal memberi sesajen kepada leluhurnya di suatu tempat yang dibatasi pagar. Ada juga cerita yang menghubungkan orang Damal dengan era penciptaan manusia pertama, yang pada waktu itu menurut legenda manusia pertama berkumpul di atas sebuah gunung yang tinggi dan dingin dimana mereka duduk bersama mengelilingi api yang dibuatkannya. Tetapi mereka memanggil dirinya dengan sebutan Damalme, me artinya manusia dan nama bahasanya adalah bahasa Damal (Damal-kal). Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Nama lain dari Damal ini tergolong cukup banyak, ialah Amung, Amungkal, Amung Kal, Amungme, Amuy, Enggipiloe, Hamung, Oehoendoeni, Uhundini, dan Uhunduni. Bahasa Damal menggunakan dialek Damal, Amung, Amongme, Enggipilu. Berkaitan erat dengan Ekari, Moni, dan Wolani. Bahasa Damal dipakai untuk berkomunikasi sekitar kurang lebih 14.000 orang di tengah-tengah pegunungan barat dari Suku Dani barat, Timur dari Ekari dan tenggara dari muara sungai Kemandoga, di Irian Jaya, Indonesia. Dialek bahasa Suku Damal dapat dimengerti walaupun yang berbicara menyebar di banyak area, seperti kutipan berikut ini. The third family (or family-level isolate), and next in size [to Wetern Dani], is Damal. Damal dialects are all mutually intelligible even though speakers are dispersed over an area south of the Puncak Range all the way from just east of the Wissel Lakes to a point about south of Tiom

where they meet the Nduga, and north of the Range are found in a number of valleys including Ilaga and Beoga. ... - Larson 1977:8. Bahasa Damal kurang lebih dipakai oleh 15.000 orang di pengunungan tengah Irian Jaya, Bahasa Damal ini juga dikenal sebagai Uhunduni, Amung, Amung Kal, Amungme, Amuy, Enggipiloe, Hamung, atau Oehoendoeni. Area pengunungan tengah Irian Jaya dipenungi dengan orang-orang Amungme yang dikenal juga sebagai orang Suku Damal. Kata Amungme dalam Bahasa Damal berarti orang yang pertama. Amung dan Damal secara mendasar merupakan satu kelompok bahasa yang terpisah oleh Gunung Sudirman. Masing-masing kelompok memiliki populasi kurang lebih sebanyak 6000 orang. Mereka telah terpisah satu sama lain sehingga memang memiliki beberapa dialek yang berbeda, tetapu struktur sosial serta kebudayaannya secara general sangatlah mirip.Ada tiga terjemahan dari nama suku mereka, pertama Amung atau Hamung berarti orang-orang asli, kedua berarti orang dipinggir gunung, dan ketiga berarti jalan yang benar dari nenek moyang. Amung, di beberapa literature Belanda, di deskripsikan dengan Uhunduni. Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan. Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka. Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo). Menurut sejarah nenek moyang hanya satu yaitu suku Damal. Jadi Amungme bukan nama suku tetapi nama dusun.. Bukti-bukti yang mendukung bahwa Amungme adalah suku Damal dilihat dari beberapa aspek yakni: a. Bahasa Damal, bahasa yang digunakan sama, waktu perkumpulan umum maupun persekutuan bahasa Damal tidak membutuhkan penerjemahaan dari bahasa Damal ke bahasa Amungme. b. Satu nenek moyang, Nenek moyang orang Damal dan Nenek moyang orang Amungme adalah satu. Dari satu nenek moyang melahirkan satu keturunan yaitu, suku Damal. Sebagian orang

Damal berpindah ke daerah Amungsa karena musiba kelaparan di Ilop dan Beoga. c. Satu sistem pemukiman, karena kakaknya ada di Ilop, Beoga dan adiknya ada di daerah Amungsa. Bentuk pemukiman sama, yaitu hi tongi untuk honai laki-laki dan hi ongoi untuk honai wanita.

Anda mungkin juga menyukai