Anda di halaman 1dari 11

Topik

pengertian sejarah daerah


dan sejarah sebagai pristiwa
Nama : Liburi mimin
Nim: 462021435
MK sejarah TUGAS kelompok 7
Pengertian sejarah pegunungan bintang oleh Imanuel H. Mimin Artikel ini akan membahas secara
singkat tentang keberadaan suku yang telah sekian lama mendiami wilayah sentral dataran tinggi
pulau Papua, tepatnya di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Letak geografisnya berada
di perbatasan perbatasan negara Indonesia dengan Papua Nugini (PNG). Pembahasannya
menyangkut arti nama, asal-usul manusia, dan bahasa suku secara singkat salah satu suku, yaituyaitu
suku Ngalum Ok (dibaca ok, bukan oke). Arti Ngalum Oke Dari sekian banyak suku bangsa dan
bahasa di Tanah Papua, Kabupaten Pegunungan Bintang memiliki tujuh suku yakni suku Ngalum,
Ketengban, Murop, Lepki, Arintap, Kimki, dan Yetfa. Bahasanya berbeda-beda. Suku-suku tersebut
sudah cukup mendiami wilayah sentral dataran tinggi pulau Papua. Pada artikel ini, penulis hanya
menjelaskan salah satu suku, yaitu suku Ngalum Ok. Menurut mitos penamaan suku Ngalum Ok
memiliki arti yang luas, namun terlepas dari kata Ok arti dari kata Ngalum adalah penyebutan
masyarakat setempat untuk menyebut sesama bagian yang tempat tinggalnya ke arah timur melewati
batas wilayah negara Indonesia sampai di Telefomin Papua Nugini. Contohnya, orang Oksob dan
Oksibil menyebut orang Okbibab adalah orang Ngalum .
 Sambungan

orang Ngalum. Orang Okbibab menyebut orang Kiwirok adalah orang Ngalum
danseterusnya menuju ke arah timur Pegunungan Bintang sampai di Telefomin.
Penyebutan ke bagian timur, jika dilihat dari peta Pegunungan Bintang atau
peta pulau Papua secara keseluruhan, penyebutan suku ini (Ngalum) mulai dari
bawah kaki gunung Aplim-Apom (Puncak Mandala), terus ke arah timur sampai
di Telefomin (Papua Nugini). Itu semua disebut Ngalum atau suku Ngalum.
Daerah wilayah masyarakat adat suku Ngalum. Sedangkan ke arah barat dari
batas puncak gunung Aplim-Apom sudah masuk dalam wilayah suku
Ketengban, ke arah selatan suku Murob, ke arah utara suku Kimki, suku Lepki,
dll. Sedangkan pengertian kata Ok memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, maka arti dari kata Ok adalah air. Pada umumnya
kehidupan masyarakat suku Ngalum bertempat tinggal di pinggiran-
pinggiran sungai, kali atau tempat yang ada mata airnya. Intinya lokasi yang mereka
tinggal dekat dengan air. Oleh karena itu, penamaan nama suku Ngalum ditambah
dengan kata Ok yang berarti air. Jadi, suku Ngalum Ok bisa diartikan sebagai "manusia air"
atau manusia yang hidupnya mencari air. Kata Ok juga memiliki makna filosofis,
teologis, ekologis, dan ekonomis (Sitokdana 2016). Dalam keseharian manusia
membutuhkan udara. Sama halnya dengan masyarakat suku Ngalum, yang juga
membutuhkan udara dalam keseharianya. Bagi masyarakat suku Ngalum, udara adalah
sumber kehidupan. Ok (air) dan menciptakan kehidupan yang hakiki, yakni, keselamatan
hidup bagi manusia, keselamatan hidup bagi manusia, tanaman dan ternak, serta
menciptakan tumbuhan, kesejukan, perdamaian, perdamaian, ketabahan, ketentraman,
kedewasaan, dan nilai-nilai hidup lainnya (Sitokdana 2016). Maka dari itu, orang-orang
yang berasal dari suku Ngalum Ok memiliki karakter dalam kehidupan sehari-hari seperti
air. Yang seperti air adalah karakter manusianya yang tidak suka mencari masalah
yang membuat atau menimbulkan konflik suku lain, tidak suka bermusuhan dan
sebagainya. Mengingatkan mereka bahwa selalu hidup berdamai dengan orang lain di
sekitar lingkungan yang tinggal mereka. Asal-usul m anusia s uku Ngalum Ok Sebelum
mengenal agama, masyarakat suku Ngalum sudah memiliki ajaran dan kepercayaan
yang diyakini secara turun-temurun dalam adat-istiadat
Sambungan
istiadat mereka. Menurut mitos yang diyakini suku Ngalum , bahwa manusia pertama mereka
diciptakan oleh “atangki” di puncak gunung Aplim-Apom (kini disebut Puncak Mandala). Oleh
karena itu, gunung Aplim-Apom adalah gunung yang sakral bagi masyarakat setempat (suku
Ngalum). Bahkan kepercayaan terhadap terciptanya manusia pertama di puncak gunung Aplim-
Apom pun dipercayai juga oleh masyarakat suku yang lainnya di Pegunungan Bintang. Nenek
moyang mereka diciptakan oleh Atangki. Atangki adalah penyebutan dalam bahasa suku
Ngalum untuk menyebut Sang Maha Pencipta. Yang sekarang kita kenal sebagai Allah. Dengan
demikian, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa masyarakat suku Ngalum dimohonkan-orang
yang berpindah-pindah tempat atau orang-orang yang datang dari tempat lain dan menetap di
Pegunungan Bintang. Mereka adalah masyarakat asli (pribumi) negeri Aplim-Apom yang
memiliki tanah, hak ulayat, dan sudah
Sambungan
bersahabat dengan alam sekitar. Mereka memiliki budaya (adat-istiadat) sebagai
identitas. Ciri khas manusia Ngalum Ok. Bahasa s uku Ngalum Pengertian bahasa
secara umum, bahasa adalah alat komunikasi yang berupa bunyi. Tanpa bahasa
manusia sulit dalam menjalankan komunikasi yang baik dengan sesama manusia
lainnya. Seperti masyarakat Jawa, Kalimantan, Sulawesi, atau Maluku yang
memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Demikian juga dengan suku Ngalum.
Bahasa suku Ngalum biasanya disebut “Ngalum Weng” artinya “bahasa Ngalum”
dalam bahasa
Sambungan
Indonesia. Sama seperti penyebutan umun dalam bahasa Indonesia untuk
menyebutkan nama bahasa daerah suku di seluruh Indonesia. Dalam
bahasa suku Ngalum ada tiga dialek, yakni dialeg Okbibab, Oksibil, dan
dialeg Kiwirok. Di dalam masing-masing wilayah seperti di Distrik Kiwirok
masih ada sub-sub dialeknya. Namun, dalam artikel ini hanya dijelaskan
secara umum seperti di atas. Dalam bahasa suku Ngalum yang membuat
unik dan berbeda, yaitu dalam cara pengucapan (dialek/aksen) yang
berbeda-beda dari masing-masing tempat/daerah yang disebutkan di atas.
Akan tetapi, maksud dan tujuan yang sama. Beberapa contoh di bawah ini
adalah penulisan dan pengucapan
Sambungan
bahasa dalam tiga versi dengan dialeg/aksen yang berbeda. Saya datang
Okbibab: abendir Oksibil: abendip Kiwirok: abendi Memanggil seeorang
Okbibab, Oksibil dan Kiwirok: Abe Mereka datang Okbibab: abendip
Oksibil: abendirip Kiwirok: abendip Memotong atau memutuskan Okbibab:
sakwon Oksibil: sakwon Kiwirok: hakwon Dari contoh di atas, ada yang
sama pengucapan dan penulisannya, dan yang beda. Untuk dialek Oksibil
dan Okbibab pada umumnya hampir sama. Hanya dialek Kiwirok yang
sedikit berbeda. Dialeg Oksibil dan Okbibab biasanya menggunakan huruf
(s dan r), sedangkan untuk Kiwirok kebanyakan menggunakan huruf “h”.
Dalam dialek Kiwirok,
Sambungan terakhir
baik penulisan maupun pengucapan huruf “s” dan “r”
jarang ditemukan. Yepmum, Teleb, Lapmum Asbe,
Yelako ! (*) Penulis adalah pemuda asal Pegunungan
Bintang Editor: Timo Marthen

Sumber /Artikel ini telah tayang di Jubi.CO.ID -LINK


Sumber- https://jubi.co.id/mengenal-suku-ngalum-ok-
pegunungan-bintang
Thank you

Anda mungkin juga menyukai