Anda di halaman 1dari 3

1. Apakah HAM itu bersifat universal ataukah partikular?

Ham memilik dua sudut pandang yaitu dari dimensi universal dan dimensi partikular. a. Dimensi universal Dalam dimensi universal HAM dipandang sebagai suatu hak dasar yang ada dalam setiap kehidupan manusia dimanapun ia berada. HAM dimensi universal diatur dalam UDHR (universal declaration of human rights). Secara umum bangsa-bangsa di dunia mengakui adanya HAM. Pengakuan terhadap HAM terwakili dengan adanya pengakuan terhadap UDHR. b.Dimensi partikular Melihat dimensi partikular HAM tidak melulu kepada pemikiran universal. Penegakkan HAM dikembalikan kepada masing-masing negara. Setiap negara memiliki pandangan yang berbeda sebagaimana yang disebut oleh Von Savigny dengan Volksgeist. Nilai HAM lahir dari nilai luhur suatu bangsa. Adanya perdebatan HAM antara HAM yang universal dan partikular mengalami perdebatan panjang, sebab kedua paham tersebut dilandasi pada pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Akhirnya berakhir pada saat dilaksanakannya Konprensi Wina Tahun 1993 (menghasilkan Deklarasi Wina dan Program Aksi), dimana para peserta konprensi dunia tersebut, tidak lagi mempertentangkan paham universal dan partikular, dengan sepakat menerima paham HAM yang universal, namun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi sosial-budaya dari bangsabangsa dan Negara-negara peserta konprensi (partikular). 2. Apakah atas nama HAM, bolehkan membunuh orang? Apabila menyangkutkan HAM dengan membunuh orang, tentu hal tersebut harus memiliki dasar yang telah diatur dan sudah menjadi hukuman (hukuman mati).

Hukuman mati dilakukan guna memberikan efek jera bagi pelaku dan memberikan rasa takut bagi masyarakat agar mereka tidak melakukan tindakan yang diancam dengan ancaman hukuman mati, tetapi apabila membunuh orang karena keinginan sendiri/perorangan maka hal tersebut sangat dilarang. Dunia menganggap hukuman mati merupakan pelanggaran HAM dan oleh karena itu pemberlakuan hukuman mati harus dihapuskan karena hak untuk hidup dari setiap manusia tidak dapat dicabut oleh hukum atau manusia yang lain. Tetapi di beberapa negara hukuman mati masih tetap diberlakukan, seperti China dan Indonesia. Beberapa catatan hukuman mati di Indonesia: Ada masa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Banyak pula kasus hukuman mati yang dilakukan oleh pemerintah. Pasca orde baru pemerintahan tiga presiden juga banyak penjatuhan hukuman mati. Bagaimana ketika megawati menolak tiga permohonan grasi terpidana mati. Pada akhirnya ketiga terpidana tersebut tewas ditangan regu tembak, antara lain Chaubey. Lain halnya ketika masa pemeritahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tercatat ada beberapa kasus yang di jatuhi vonis hukuman mati seperti terpidana mati kasus terorisme seperti Amrozi, Ali Ghufron, Imam Samudera, fabianus Tibo cs. 3. Bagimana pendapat Saudara mengenai hukuman mati? Menurut saya tentang hukuman mati apabila diberlakukan harus sesuai dengan perkaranya. Semisal seperti pepatah dia yang menabur dia pula yang menikmati ini sama halnya kejahatan/tindak kriminal yang telah dilakukan seseorang/kelompok terhadap orang lain sehingga merugikan oranglain baik dr segi financial ataupun nyawa.

Misal halnya seperti bom bali, telah banyak menewaskan banyak nyawa. Dimana hal ini dilakukan dengan tindakan yang bodoh. Hingga mengakibatkan penilaian Negara-negara lainnya terhadap Indonesia pun minus. Maka perbuatan mereka harus dibayar dengan nyawa pula. Seperti terpidana mati kasus terorisme seperti Amrozi, Ali Ghufron, Imam Samudera, fabianus Tibo cs.

Referensi: http://aslanilmukuliah.blogspot.com/2010/01/pro-kontra-pidana-mati-diindonesia.html

Anda mungkin juga menyukai