Pancasila:
Kemanusiaan yang Adil &
Beradab
Dian Noeswantari
Pusham Ubaya
Filsafat Hukum
Filsafat Hukum
Letak filsafat hukum (Darmodiharjo &
Shidarta, 1996: 10):
Arti Hukum
Menurut Purbacaraka & Soekanto, 1986:2-4 dalam
Darmodiharjo & Shidarta, 1996: 12:
Ilmu pengetahuan, pengetahuan yang sistematis,
Disiplin, sistem ajaran ttg gejala atau kenyataan yang
dihadapi,
Norma, pedoman sikap tindak perilaku yang pantas dan
diharapkan,
Tata hukum, struktur dan proses perangkat norma hukum
yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu secara tertulis,
Petugas, aparat penegak hukum,
Keputusan penguasa, hasil proses diskresi,
Proses pemerintahan, proses hubungan timbal-balik antara
unsur-unsur pokok dalam sistem kenegaraan,
Sikap perilaku yang teratur, kelakuan yang berulang dengan
cara yang sama, bertujuan untuk mencapai kedamaian,
Jalinan nilai, jalinan konsepsi abstrak tentang hal-hal yang
dianggap baik dan buruk,
Disiplin Hukum
Menurut Purbacaraka & Soekanto,
1989:9 et seq. dalam Darmodiharjo &
Shidarta, 1996: 18:
Utilitarianisme (universalis):
Kemanfaatan hukum untuk (tertib) masyarakat,
Perintah / command,
Sanksi / sanction,
Kewajiban / duty,
Kedaulatan / sovereignty,
Utilitarianisme
Kemanfaatan untuk (tertib) masyarakat:
Jeremy Bentham (utilitarianisme individu):
Pembatasan kepentingan individu dan
masyarakat melalui simpati (?),
Pemidanaan harus sesuai dengan tindakan
kejahatan, untuk mencegah dan memberi efek
jera,
Sociological Jurisprudence
1/2
Antropologi fungsional BUKAN sosiologi hukum,
Sociological Jurisprudence
Eugen Ehrlich (kritik2/2
Friedmann: tidak ada
batasan jelas antara norma hukum dan
norma sosial, peranan kebiasaan makin
berkurang, sehingga digantikan regulasi
negara):
Kebiasaan / uebung,
Kekuasaan efektif,
Milik efektif, dan
Pernyataan kehendak pribadi,
Sociological Jurisprudence
Roscoe
Roscoe Pound (utilitarianisme):
Hukum adalah alat rekayasa sosial masyarakat,
dengan melindungi
Kepentingan umum / publilc interests: kepentingan Negara
sebagai badan hukum, dan penjaga kepentingan
masyarakat,
Kepentingan masyarakat / social interest: kepentingan
perdamaian dan ketertiban, perlindungan lembaga sosial,
pencegahan kemerosotan akhlak dan pelanggaran hak,
kesra,
Kepentingan pribadi / private interests: kepentingan individu,
keluarga, dan hak milik,
Hukum Bebas
Penentang hukum positif sintesa
dialektika ilmu hukum analitis dan
hukum sosiologis,
Undang-undang hanya alat bantu,
Solusi hukum tidak harus sama
dengan undang-undang,
Hakim bertugas menciptakan hukum.
Keadilan 1/2
Kebajikan terkait hubungan antar manusia,
Adil menurut hukum dan yang semestinya,
Kelompok keadilan (Thomas Aquinas):
Keadilan umum / legal / justitia generalis
menurut undang-undang dan kepentingan
umum,
Keadilan khusus berdasarkan kesamaan atau
proporsionalitas:
Keadilan distributif / justitia distributiva hukum
publik proporsional,
Keadilan komutatif / justitia commutativa
menyamakan prestasi dan kontraprestasi,
Keadilan vindikatif / justitia vindicativa terkait
penjatuham hukuman atau ganti rugi dalam tindak
pidana,
Keadilan 2/3
Jenis keadilan menurut Aristoteles:
Keadilan korektif / komutatif / rektifikator, berdasarkan
transaksi / sunallagamata, baik sukarela atau tidak,
Keadilan distributif,
Keadilan 3/3
Berikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya / unicuique suum tribuere (hukum alam),
Jangan merugikan seseorang / neminem laedere
(hukum alam),
Hukum yang keras akan melukai, kecuali keadilan
menolongnya / summun ius, summa injuria, summa
lex, summa crux (hukum positif),
Hukum tidak boleh bertentangan dengan raison et
conscience (budi dan hati nurani), maka perlu
diukur dampaknya terhadap kesejahteraan
masyarakat (utilitarianisme) ukuran ekonomi,
Keadilan dapat dilaksanakan dengan hukum
(yudisial) atau tanpa hukum (administratif)
(sociological jurisprudence),
Ukuran (kriterium):
Keperluan mendesak / urgent need,
Kelayakan / feasibility, untuk komplikasi budaya, agama dan
sosiologi yang tergolong non-netral,
Perubahan pokok / fundamental change, dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial,
Hak ekosob:
Berorientasi pada keamanan/hak atas rasa aman,
Fokus pada hak kolektif,
i.e. Hak untuk bekerja, hak atas pendidikan, hak hidup
layak, hak atas pangan, hak atas perumahan yang layak,
hak atas layanan kesehatan,
Indivisibilitas:
Tidak terbagi, yang inheren,
Freedom
Freedom
Freedom
Freedom
Jenis Hak:
Hak pribadi: kebebasan berpendapat, beragama, bergerak,
Hak ekonomi: hak milik, memperalihkannya, membei, menjual, dan
memanfaatkannya,
Hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau the rights of legal equality,
Hak sosial budaya: hak atas pendidikan, pengembangan budaya,
Hak mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
atau procedural rights: peraturan penangkapan, penggeledahan,
peradilan.
Perdamaian
Terletak pada implementasi hak-hak dasar manusia:
Pengaturan,
Penyelenggaraan hubungan,
Nilai Pancasila
Nilai-nilai
Menurut Louis O. Kattsoff:
Intrinsik: sejak awal sudah
bernilai,
Instrumental: bernilai karena
manfaat,
Ekonomis,
Kesehatan,
Hiburan,
Sosial,
Watak,
Esetetis,
Intelektual,
Keagamaan,
Nilai Notonagoro:
Material,
Vital,
Kerohanian:
Kebenaran / kenyataan
bersumber dari rasio manusia,
Keindahan bersumber dari
estetis manusia,
Kebaikan moral bersumber dari
kehendak manusia,
Religius bersumber dari
kepercayaan dan penghayatan
berakal budi nurani manusia,
Nilai Pancasila
Norma
Norma
Norma
Norma
Mencakup:
Peningkatan martabat, hak dan kewajiban warganegara,
Penghapusan penjajahan, kesengsaraan, dan
ketidakadilan di muka bumi,
Luar Negeri:
Penjajah,
Invasi,
Infiltrasi,
Subversi,
Subversi
ideologi/budaya.
Sejarah Pancasila
Sejarah Pancasila
Pancasila adalah landasan dasar filosofi bangsa,
Bangsa yang menginsyafi keluhuran dan kehalusan
hidup manusia, sanggup menyesuaikan hidup
kebangsaannya berdasakan peri kemanusiaan yang
universal, meliputi seluruh alam kemanusiaan
ciptaan Tuhan (Ki Hajar Dewantara),
Jakarta, 1 Juni 1945, Pidato lahirnya Pancasila,
Soekarno,
Leiden, Juni 1956, Pancasila adalah tabiat manusia,
Sumantri Hardjoprakoso,
Pancasila
Trisila (Ketuhanan, sosio-nasionalisme, sosiodemokrasi)
Ekasila (gotong royong)
Sila 2 Pancasila
Kemanusiaan yang Adil &
Beradab
Pedoman Penghayatan
Pengamalan
Mengakui persamaan derajat, hak dan
kewajiban, antar sesama manusia,
Saling mengasihi sesama,
Bertoleransi,
Tidak semena-mena kepada orang lain,
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
Melakukan kegiatan kemanusiaan,
Berani membela kebenaran dan keadilan,
Bersikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain, sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
Negara Paripurna
Kemanusiaan Universal
Nasionalis berperikemanusiaan,
Komitmen menjunjung tinggi kemanusiaan universal
(humanity) yang adil beradab berimplikasi ganda:
Dibumikan dalam konteks sosio historis bangsa yang
heterogen,
Dialog nilai universal dalam wacana kemanusiaan
dalam keraifan lokal visi global dicerna dengan
budaya global,
Politik Etis
Intensifikasi proses pembaratan dilakukan
melalui pendidikan dan bidang sosial politik,
Distimulasi oleh politik etis:
Stimulus Kemanusiaan
Universal
Stimulus Kristen,
Zending dan mission pendidikan &
kesehatan,
Stimulus Islam,
Pendidikan, revolusi, organisasi sosial politik,
perdagangan,
Stimulus Tiongkok,
Perdagangan, revolusi, industri media massa
berbahasa lokal (vernacular press), pendidikan,
Negosiasi Peradaban
Gerakan sosial inteligensia dalam aneka bentuk,
merepresentasi keragaman afilitas peradaban,
arkeologi pengetahuan, dan intensitas kesadaran
politik, dalam ruang publik, yang tersekat struktur
peluang politik, identias kolektif, dan ideologis,
Adalah reaksi atas politik segregasi sosial kolonial
warisannya masih terasa sampai hari ini,
Nasionalisme mengidealkan identitas bersama
berdasarkan kriteria kewargaan,
Ada (sintesa) penyesuaian defensif dan afirmatif
dalam arus pertemuan peradaban global dan lokal
penyesuaian ideologi global dengan fakta
lokal/komunal:
Varian komunisme nasionalis,
Komunitas Tionghoa yang tidak monolitik,
Pengembangan gereja suku,
Persatuan nasional,
Solidaritas,
Non kooperasi,
Kemandirian,
Kemanusiaan dalam
Konstitusi
Penjajahan adalah pengingkaran atas penciptaan
Tuhan dan fitrah manusia,
Self-determination adalah dasar perlindungan hak
dasar, pengakuan atas kemerdekaan manusia!
Konsep Negara kekeluargaan (gotong royong) dan
kedaulatan rakyat:
Negara wajib memfasilitasi dan memenuhi hak dasar
warga
Negara sebagai entitas kolektif, berhak mengelola hal-hal
terkait kemakmuran bersama,
Dilawan dengan:
Pembangunan berbasis hak, solidarity based social economy,
menguatkan demokrasi berbasis kedaulatan rakyat (prose
demokrasi musyawarah dalam gotong royong),
Membumikan Kemanusiaan
Kewajiban Negara terkait HAM:
Menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan
HAM,
Melalui fasilitasi dan penyediaan akses kesejahteraan
atas kebutuhan dasar (pangan, papan, pendidikan,
kesehatan),
Merujuk pada kapasitas Negara mempertahankan
otoritasnya, melalui regulasi dan penegakan hukum.
Bahan Bacaan
1969, Purbopranoto, K, Hak-hak Azasi Manusia dan
Pantjasila, Cet. Ke-3 Revisi, Djakarta: Pradnja
Paramita,
1995, Darmodiharjo, D, Santiaji Pancasila: Suatu
Tinjauan Filosofis, Historis, dan Yuridis Konstitusional,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1996, Darmodiharjo, D, Shidarta, Pokok-pokok Filsafat
Hukum: Apa dan bagaimana Filsafat Hukum di
Indonesia, Ed. Revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,
2011, Latif, Y, Negara Paripurna: Historisitas,
Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
2014, Latif, Y, Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam
Perbuatan, Jakarta: Mizan.
Pertanyaan Penuntun
Diskusi
Studi Kasus 1
Empat tahun lalu terjadi peristiwa
pengusiran sekelompok orang di suatu
desa. Pengusiran itu terjadi karena mereka
memeluk agama yang sama dengan
mayoritas penduduk yang lain, tapi dengan
sekte yang berbeda. Akibatnya, penduduk
yang diusir itu menjadi terlunta-lunta
hidupnya. Sekarang, mereka tidak bisa
kembali lagi berladang di desanya sendiri.
Mereka harus hidup sebagai pengungsi di
Negerinya sendiri.
Studi Kasus 2
Baru saja terjadi pembunuhan
seorang anak, yang mayatnya penuh
luka lebam dan terjadi bekas
kekerasan seksual. Mayat anak
perempuan yang masih kelas dua
sekolah dasar, yang dimasukkan
dalam kardus dan dibuang di tempat
pembuangan sampah sementara itu
menggugah perhatian masyarakat.
Studi Kasus 3
Sebulan lalu terjadi pembunuhan seorang
petani yang menolak tambang pasir di
pantai desanya. Petani itu mengalami
penyiksaan di hadapan anaknya sendiri,
bahkan di hadapan banyak murid PAUD
yang sedang bersekolah di Balai Desa.
Petani itu dibunuh di pekuburan yang
telah disiapkan untuknya. Pembunuhan
itu dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat dalam pengerjaan tambang pasir
besi yang ada di desanya.
Studi Kasus 4
Sekelompok petani menolak pendirian tambang di
desanya. Perusahaan tambang ini akan
menambang gunung kapur yang ada di sepanjang
desa itu. Menurut para petani, pegunungan kapur
itu adalah sumber air bagi seluruh penduduk, tidak
hanya untuk desa itu saja, melainkan juga menjadi
sumber air PDAM kota yang dialirkan ke semua
penduduk kota, mengaliri daerah pertanian di
kabupaten tersebut, bahkan menjadi sumber air
untuk beberapa kota yang ada di sekitarnya. Para
petani itu mengajukan perkaranya ke pengadilan.
Putusan pengadilan adalah bahwa ijin
penambangan terlambat diketahui para petani.
Namun para petani mengajukan banding ke
pengadilan yang lebih tinggi.
Studi Kasus 5
Ada seorang penderita kanker yang memiliki kartu
BPJS. Namun ia hanya bisa dirawat sesuai dengan
peraturan yang ada di BPJS tersebut. Artinya,
pemeriksaan laboratorium dan dokter spesialis
hanya bisa dilakukan setiap minggu sekali. Padahal,
ia membutuhkan pemeriksaan laboratorium tidak
hanya satu atau dua kali, melainkan bisa sampai
enam atau tujuh kali dalam satu hari sekaligus.
Rumahnya yang jauh dari kota, dan kelas rumah
sakit yang bisa melayani jenis penyakitnya tersebut
telah memaksanya untuk melakukan perjalanan
pulang pergi yang menyebabkan kondisi
kesehatannya makin menurun.
Studi Kasus 6
Ada seorang ibu dengan empat orang anak,
bekerja sebagai pekerja rumahan. Ia
mengerjakan gelang manik yang sangat
rumit. Selama delapan jam bekerja, ia
hanya memperoleh empat sampai lima
gelang sehari. Setiap gelang hanya dihargai
4.000 IDR. Karena tidak memiliki
ketrampilan lain, dan karena membutuhkan
uang untuk rumahtangganya, ibu ini
mengajari anak perempuannya dan
meminta anaknya berhenti sekolah, agar
bisa bekerja membantunya.
Studi Kasus 7
Di suatu daerah, peraturan tata ruangnya
telah diubah untuk memenuhi persyaratan
bahwa hutan itu bisa ditambang. Hutan yang
sebelumnya tergolong hutan lindung, telah
diubah peruntukkannya menjadi bukan hutan
lindung, sehingga bisa ditambang. Akibatnya,
masyarakat sekitar kekurangan air dan
mengalami berbagai dampak akibat
pencemaran yang ditimbulkan. Pencemaran
itu juga telah mengusir banyak ikan yang ingin
bertelur, sehingga nelayan pun harus melaut
lebih dari 3 mil untuk bisa mendapatkan hasil.
Studi Kasus 8
Ada sekelompok penduduk yang memiliki
sikap hidup berbeda dengan kebanyakan
orang yang tinggal di desa itu. Mereka
menyebut dirinya dengan sebutan
Sedulur A. Karena memiliki cara
pandang dan hidup yang berbeda itu,
maka mereka tidak lagi pernah diundang
untuk ikut Musyarawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) yang ada di
desa mereka. Bahkan, mereka, karena
tidak bersekolah formal, dianggap
menjadi orang bodoh dan terbelakang.
Studi Kasus 9
Di suatu kota, banyak orang miskin yang
tidak bisa dimakamkan dengan layak.
Pemakaman di kota itu harus membayar
lokasi makam dengan harga tertentu,
yang tidak terjangkau oleh kelompok
miskin itu. Akibatnya, sudah mulai
terjadi bahwa orang membawa mayat
keluarganya berhari-hari, karena tidak
mampu membayar biaya pemakaman.
Studi Kasus 10
Di ujung pulau itu, ada kasus perusakan
lebih dari sepuluh tempat ibadah agama
tertentu. Ketika para pembesar negeri
diberitahukan tentang kasus ini, seorang
pembesar tingkat kedua, menyatakan
bahwa tempat ibadah itu tak memiliki ijin.
Para perusak bahkan mengancam orangorang yang beribadah. Perusakan tetap
terjadi, dengan sepengetahuan
pemerintah, yang bahkan tidak berdaya
menghadapi sekelompok perusak
bangunan tempat ibadah itu.