Anda di halaman 1dari 79

Aktualisasi Sila Ke-2

Pancasila:
Kemanusiaan yang Adil &
Beradab
Dian Noeswantari
Pusham Ubaya

Filsafat Hukum

Filsafat Hukum
Letak filsafat hukum (Darmodiharjo &
Shidarta, 1996: 10):

Arti Hukum
Menurut Purbacaraka & Soekanto, 1986:2-4 dalam
Darmodiharjo & Shidarta, 1996: 12:
Ilmu pengetahuan, pengetahuan yang sistematis,
Disiplin, sistem ajaran ttg gejala atau kenyataan yang
dihadapi,
Norma, pedoman sikap tindak perilaku yang pantas dan
diharapkan,
Tata hukum, struktur dan proses perangkat norma hukum
yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu secara tertulis,
Petugas, aparat penegak hukum,
Keputusan penguasa, hasil proses diskresi,
Proses pemerintahan, proses hubungan timbal-balik antara
unsur-unsur pokok dalam sistem kenegaraan,
Sikap perilaku yang teratur, kelakuan yang berulang dengan
cara yang sama, bertujuan untuk mencapai kedamaian,
Jalinan nilai, jalinan konsepsi abstrak tentang hal-hal yang
dianggap baik dan buruk,

Setara dan adil bagi perempuan dan laki-laki.

Disiplin Hukum
Menurut Purbacaraka & Soekanto,
1989:9 et seq. dalam Darmodiharjo &
Shidarta, 1996: 18:

Aliran Filsafat Hukum


Hukum Alam (universalis individualis):
Irasional (hukum Tuhan) dan rasional (rasio)

Hukum positif (universalis individualis):


Positif analitis dan hukum positif murni (bentuk hukum)
Hukum positif analitis dibagi menjadi hukum buatan Tuhan
dan hukum buatan manusia,
Hukum buatan manusia dibagi hukum sebenarnya dan
tidak,

Utilitarianisme (universalis):
Kemanfaatan hukum untuk (tertib) masyarakat,

Mazhab sejarah (menentang universalis nasionalisme),


Sociological jurisprudence / antropologi fungsional BUKAN
sociology of law / sosiologi hukum,
Realisme hukum (pragmatis),
Hukum bebas / freirechtslehre.

Filsafat Hukum Alam*


Hukum Alam Irasional:
Thomas Aquinas: lex aeterna (hukum Tuhan non idrawi), lex divina
(hukum Tuhan indrawi), lex naturalis (hukum alam, lex aeterna
dirasiokan), dan lex positivis (implementasi lex naturalis),
Dante Alighieri: kekuasaan monraki mondial,
Pierre Dubois: federasi negara-negara, raja bebas hukuman,
Marsilius Padua: kekuasaan tertinggi di tangan rakyat,
William Occam: rasio manusia hanya mampu memberi nama
(nomen, nominal) tapi tidak dapat memastikan kebenaran,
John Wycliffe: urusan gereja dan negara tidak bisa saling
intervensi,
Johannes Huss: gereja tidak perlu memiliki hak milik, negara bisa
mengambil alih kepemilikan (property) gereja

Hukum Alam Rasional:


Hugo de Groot: konsep hukum antar negara,
Samuel von Pufendorf: perjanjian bertingkat karena kepentingan
yang makin meluas,
Christian Thomasius: perlu aturan mengikat yang terukur dan
tercermin dalam tindakan,
Immanuel Kant: memisahkan unsur rasio dan pengalaman,
pengalaman manusia bisa menjadi sumber hukum,

Dalam filsafat Hukum Alam, para


filsuf masih tidak mengaitkan relasi
antara perempuan dan laki-laki
sebagai bagian dari penghormatan
terhadap perEMPUan, karena mereka
adalah laki-laki, yang memiliki
pengalaman SANGAT BERBEDA
dengan perempuan.

Aliran Positivisme Hukum


Hukum positif analitis (John Austin):
Hukum buatan Tuhan
Hukum buatan manusia:
Hukum sebenarnya, dibuat penguasa, dengan unsur:

Perintah / command,
Sanksi / sanction,
Kewajiban / duty,
Kedaulatan / sovereignty,

Hukum tidak sebenarnya, dibuat organisasi lokal,

Hukum positif murni /reine rechtlehre (Hans


Kelsen):
Hukum adalah bentuk (forma) BUKAN isi (materia):
Kategori ideal/keharusan/ sollenskategorie,
Kategori faktual / seinskategorie,

Keadilan (materia) di luar hukum,


Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 ttg
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

Utilitarianisme
Kemanfaatan untuk (tertib) masyarakat:
Jeremy Bentham (utilitarianisme individu):
Pembatasan kepentingan individu dan
masyarakat melalui simpati (?),
Pemidanaan harus sesuai dengan tindakan
kejahatan, untuk mencegah dan memberi efek
jera,

John Stuart Mill: psikologi hukum relasi


manfaat dan keadilan,
Rudolf von Jhering (utilitarianisme
masyarakat): tujuan hukum untuk
melindungi kepentingan umum,

Hukum Mazhab Sejarah


Menentang universalis individualis, menuju
hukum nasionalis (volkgeist),
Friedrich Karl von Savigny: sejarah menjadi dasar
hukum nasional,
Puchta (absolutisme negara dan positivisme
yuridis):
Hukum nasional terikat pada jiwa bangsa
Bangsa: etnis/alam dan nasionalis/organis,
Bentuk hukum: adat istiadat, hukum nasional,
pandangan ahli,

Henry Sumner Maine: penerapan metoda empiris,


sistematis dan sejarah untuk sumber hukum.

Sociological Jurisprudence
1/2
Antropologi fungsional BUKAN sosiologi hukum,

Subyek: pengaruh hukum terhadap masyarakat,


Beda yurisprudensi sosiologi dan sosiologi hukum:
Definisi yurisprudensi sosiologi adalah filsafat hukum,
sosiologi hukum adalah cabang ilmu sosiologi,
Yurisprudensi sosiologi memakai pendekatan hukum ke
masyarakat, sebaliknya digunakan sosiologi hukum,
Fokus yurisprudensi sosiologi pada hukum, dan
hubungan masyarakat dengan hukum, sedangkan
sosiologi hukum fokus pada masyarakat, gabungan ilmu
sosiologi dan politik, dan hukum hanya manifestasi saja,

Hukum harus hidup di masyarakat ada dialektika


(antara hukum positif hukum adalah perintah
penguasa- dan mazhab sejarah hukum timbul dan
berkembang bersama masyarakat-),
Tegas memisahkan hukum positif dan hukum yang
hidup,

Sociological Jurisprudence
Eugen Ehrlich (kritik2/2
Friedmann: tidak ada
batasan jelas antara norma hukum dan
norma sosial, peranan kebiasaan makin
berkurang, sehingga digantikan regulasi
negara):

Hukum positif hanya berlaku efektif jika selaras


dengan hukum yang hidup di masyarakat,
(pengembangan) Hukum tunduk pada kekuatan
sosial tertentu (kebiasaan, nilai),
Fakta sosial yang anormatif bisa menjadi
normatif hukum yang hidup / rechtsnormen,
melalui:

Kebiasaan / uebung,
Kekuasaan efektif,
Milik efektif, dan
Pernyataan kehendak pribadi,

Sociological Jurisprudence
Roscoe
Roscoe Pound (utilitarianisme):
Hukum adalah alat rekayasa sosial masyarakat,
dengan melindungi
Kepentingan umum / publilc interests: kepentingan Negara
sebagai badan hukum, dan penjaga kepentingan
masyarakat,
Kepentingan masyarakat / social interest: kepentingan
perdamaian dan ketertiban, perlindungan lembaga sosial,
pencegahan kemerosotan akhlak dan pelanggaran hak,
kesra,
Kepentingan pribadi / private interests: kepentingan individu,
keluarga, dan hak milik,

Klasifikasi kepentingan yang menghubungkan prinsip


hukum dan praktiknya,
Menjadi mazhab utama Mochtar Kusumaatmadja.

Realisme Hukum 1/2


Realisme hukum pragmatis analisa
hukum sebagai kenyataan dalam
masyarakat,
Berdasarkan empiris proses beracara di
pengadilan,
Hukum adalah hasil dari kekuatan sosial
dan alat kontrol sosial,
Pembentuk hukum dan hasil hukum dalam
penghidupan: kepribadian manusia,
lingkungan sosial, kondisi ekonomi,
kepentingan bisnis, ide yang berlaku,
emosi umum,
Gerakan dalam pemikiran dan kerja
tentang hukum,

Realisme Hukum 2/2


Ciri realisme hukum menurut Karl N Llewellyn:
Gerakan pemikiran dan kerjahukum BUKAN mazhab realis,
Konsepsi hukum yang terus berubah dan untuk tujuan sosial,
sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya
dinamika masyarakat sangat diperhitungkan,
Ada pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang
seharusnya ada, untuk tujuan studi,
Tidak percaya pada ketentuan dan konsepsi hukum,
sepanjang telah menggambarkan hal-hal yang telah dilakukan
pengadilan dan individu kasus dikategorikan secara rigid,
Menekankan evolusi tiap bagian hukum dengan mengingatkan
akibatnya

Tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai ada


putusan hakim terhadap perkara itu,
Jenis realisme:
Realisme Amerika: fokus pada fungsionaris hukum (hakim),
Realisme Skandinavia: fokus pada individu-individu di bawah
hukum.

Hukum Bebas
Penentang hukum positif sintesa
dialektika ilmu hukum analitis dan
hukum sosiologis,
Undang-undang hanya alat bantu,
Solusi hukum tidak harus sama
dengan undang-undang,
Hakim bertugas menciptakan hukum.

Masalah Filsafat Hukum


Filsafat adalah ilmu yang koheren ttg seluruh
kenyataan,
Masalah yang muncul berbeda di tiap jaman,
Tema penting:
Keadilan berelasi dengan distribusi hak (dan
kewajiban):
Pertimbangan keadilan / gerechtigkeit,
Kepastian hukum / rechtssicherheit,
Kemanfaatan / zweckmassigkeit,

Relasi antara tujuan hukum dan HAM


pembatasan kebebasan,
Relasi yang timpang antara perempuan dan lakilaki (status sosial dan ekonomi).

Keadilan 1/2
Kebajikan terkait hubungan antar manusia,
Adil menurut hukum dan yang semestinya,
Kelompok keadilan (Thomas Aquinas):
Keadilan umum / legal / justitia generalis
menurut undang-undang dan kepentingan
umum,
Keadilan khusus berdasarkan kesamaan atau
proporsionalitas:
Keadilan distributif / justitia distributiva hukum
publik proporsional,
Keadilan komutatif / justitia commutativa
menyamakan prestasi dan kontraprestasi,
Keadilan vindikatif / justitia vindicativa terkait
penjatuham hukuman atau ganti rugi dalam tindak
pidana,

Keadilan 2/3
Jenis keadilan menurut Aristoteles:
Keadilan korektif / komutatif / rektifikator, berdasarkan
transaksi / sunallagamata, baik sukarela atau tidak,
Keadilan distributif,

Konsep dasar keadilan menurut Aristoteles:


Keadilan menurut hukum / abstrak, hukum harus
samarata, penerapan hukum terhadap individu perlu
kekerasan. Keadilan kepatutan mengurangi dan menguji
kekerasan tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal
individual,
Keadilan menurut alam,

Keadilan menurut Notohamidjojo:


Keadilan kratif / iustitia creativa, kebebasan berkreasi yang
selalu dibatasi ideologi negara otokrasi atau diktator,
Keadilan protektif / iustitia protectiva, yang mengayomi
setiap orang, perlindungan kebebasan, agar orang bisa
berkreasi,

Keadilan 3/3
Berikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya / unicuique suum tribuere (hukum alam),
Jangan merugikan seseorang / neminem laedere
(hukum alam),
Hukum yang keras akan melukai, kecuali keadilan
menolongnya / summun ius, summa injuria, summa
lex, summa crux (hukum positif),
Hukum tidak boleh bertentangan dengan raison et
conscience (budi dan hati nurani), maka perlu
diukur dampaknya terhadap kesejahteraan
masyarakat (utilitarianisme) ukuran ekonomi,
Keadilan dapat dilaksanakan dengan hukum
(yudisial) atau tanpa hukum (administratif)
(sociological jurisprudence),

Prinsip Keadilan Huijbers


Prinsip kebebasan yang sama sebesar-besarnya /
equal liberty, setiap orang memiliki hak yang
sama atas seluruh keuntungan masyarakat, i.e.
Hak memilih dan dipilih, kebebasan beragama
berkeyakinan, hak atas milik pribadi,
Prinsip ketidaksamaan (gabungan prinsip
perbedaan dan prinsip persamaan yang adil atas
kesempatan), hukum harus menguntungkan
pihak yang paling lemah kondisi sosial
ekonominya, i.e. Kesejahteraan, pendapatan, dan
otoritas,
Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan,

Keadilan Rawls (Realisme


Hukum)*
Keadilan: keseimbangan antara kepentingan

pribadi dan bersama,


Hukum menjadi penuntun agar orang dapat
mengambil posisi dengan mempertimbangkan
kepentingan individunya,
Perlu ada reorganisasi struktur dasar masyarakat
untuk memenuhi prinsip keadilan sosial dan
distribusi kebutuhan pokok (praktis dan
strategis): hak dasar, kebebasan, kekuasaan,
kewibawaan, kesempatan, pendapatan, dan
kesejahteraan,
Prinsip keadilan:
Memberi penilaian konkrit ttg adil tidaknya institusi,
lembaga dan praktiknya (internal dan eksternal),
Prinsip keadilan menjadi penuntun utama untuk
mengembangkan kebijakan dan hukum untuk
mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar
masyarakat tertentu,

Keadilan dalam konsep John Rawls tidak dapat


menerangkan proses distribusi ekonomi
berbasis kerakyatan, karena dasar
pemikirannya masih berbasis hak individual.
Konsep keadilan Amartya Sen yang
berdasarkan distribusi ekonomi (sistem
ekonomi komunal) lebih dianggap berbasis hak.
Namun sistem keadilan Sen ini juga masih
dikritik konsep keadilan berbasis hak yang
dikemukakan Martha C. Nussbaum, bahwa
manusia tidak bisa hanya diwakili angka-angka
statistik, melainkan harus dilihat secara utuh,
termasuk hak-haknya (interelasi dan
interdependensi).

Keadilan Sosial versi


Indonesia*
Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


kepatutan, keseimbangan hak & kewajiban,
Pasangan nilai keadilan Purbacaraka &
Soekanto:

Spiritualisme / idealisme dan materialisme,


Individualisme dan kolektifisme,
Pragmatisme dan volunterisme,
Aksetisisme dan hedonisme,
Empirisme dan institusionalisme,
Rasionalisme dan romantisme,

Keadilan multisektor menuju adil makmur.


Konteks manusia-adil-beradab menunjukkan
penghargaan atas karya dan sosok perempuan
sebagai empu.

Hak Milik Properti (Black)

Hak milik adalah hubungan antara


subyek dan benda, yang memberi
wewenang subyek untuk
mendayagunakan/mempertahankan
benda tsb dari tuntutan pihak lain,
termasuk yang tidak berwujud
(incorporeal property), untuk melindungi
hubungan ekonomi yang
menguntungkan, TIDAK IDENTIK dengan
bidang pertanahan,
i.e. Non hak milik, HGU, HGB, hak
pengelolaan, hak pakai, benda materiil
dan immateriil, a.l. Hak paten, hak cipta,
merek, atau disain industri,

Pembagian Hak Milik Properti


(Black)
Hak sempurna (perfect) dan tidak sempurna (imperfect)

tergantung pada penerapan dan cakupannya,


Hak in personam (kewajiban pada orang tertentu) dan hak in rem
(kewajiban pada orang), hak in rem merupakan kepentingan yang
dilindungi terhadap publik dan hak in personam merupakan
kepentingan yang dilindungi terhadap seorang tertentu,
Hak primer (muncul tanpa mengacu pada hak yang sudah ada skr)
dan hak sekunder (muncul untuk melindungi/menerapkan hak
primer), bisa diberikan sanksi,
Hak preventif (preventive / protective secondary untuk mencegah
pelanggaran/kerugian hak primer) dan hak reparatif (remedial /
reparative secondary),
Hak preventif dibagi menjadi:

Dipaksakan hukum (judicial) ,


Sukarela dilaksanakan para pihak (extra judicial),

Hak reparatif dibagi menjadi:

Hak atas pemulihan ke keadaan semula,


Hak untuk berbuat menurut hukum,
Hak atas ganti kerugian

Hak mutlak (absolute) dan hak terbatas (qualified) atas obyek


tertentu, hak mutlak tak terikat waktu dan untuk semua tujuan,
hak terbatas untuk tujuan tertentu dengan kondisi tertentu,
Hak berdasarkan hukum (legal rights) dan kesetaraan (equitable
rights), sistem ini dikenal dalam negara common law, tapi tidak
dikenal dalam sistem hukum Indonesia,

Perkembangan Hak Milik

Hak milik menurut Roscoe Pound:

Perolehan alamiah (natural acquisition) melalui pendudukan


(occupation) atau spisifikasi / penciptaan,
Perolehan alam yang tidak bleh dikuasai pribadi / res extra
commercium, dengan kriteria:
Milik umum / res communes,
Dipakai umum / res publica,
Milik tradisi / adat / agama / res sancta, res sacra, res religiose,

Dalam konteks pemakaian barang (imperium) dan kepemilikan


(dominium), perlu ada pemisahan antara barang yang dapat
dimiliki (perusahaan) dan tidak (manusia), termasuk
membatasi kepemilikan akibat penemuan dan pendudukan
menjadi res nullius, res publica dan res communis
pengambilalihan kepemilikan oleh negara dalam konteks
imperium,
Prinsip res extra commercium yang lebih banyak diterapkan
pada tanah (pendudukan dan perolehan alam) ternyata juga
banyak diterapkan pada benda bergerak, sehingga
menyulitkan menjelaskan hak dan batas milik alamiah,
Dalam konteks mempertahankan status quo ekonomi sosial,
digunakan asas suum cuique tribuere yang menjamin benda
yang dibuat seseorang adalah milik seseorang, termasuk
benda yang ada di atasnya,

Perkembangan Hak Milik


Hak milik sebagai harta benda, yang eksklusif
hubungan politik antar pribadi, sekarang antar
publik dan privat, yang membutuhkan
intervensi Negara,
Teori yang sering digunakan untuk milik pribadi
sebagai satu lembaga sosial dan hukum:

Hukum alam / natural law theories,


Metafisik / metaphysical theories,
Sejarah / historical theories,
Positif / positive theories,
Psikologis / psychological theories,
Sosiologis / sociological theories,

Filsafat Hukum Indonesia*


Purudasanta Sutasoma Mpu Tantular:
Konsep bhinneka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa,
Toleransi agama yang tinggi (Buddha, Hindu, Shiwa),
Perluasan konsep Ketuhanan yang Maha Esa,

Negarakrtagama Mpu Prapanca:


Implementasi terukur dari konsep bhinneka tunggal ika
tan hana dharma mangrwa,
Pendidikan politik hukum, dan ekonomi, sosial, budaya,
Nuswantara adalah konfederasi kuno, yang bukti
tertulisnya menghilang tertelan banjir besar (diluvium),
kecuali beberapa bangunan megalithicum yang akan
dibukakan satu per satu,

Pancasila dan UUD 45


Dasar dan konsep filsafat Indonesia lebih tepat
dengan konteks kedaulatan rakyat yang lebih
menghargai perempuan.

Hukum sbg Sarana


Pembaharuan*
Hukum adalah alat rekayasa sosial, bersifat sistematis:
Identifikasi dan mengenal problem,
identifikasi dan memahami nilai-nilai yang ada, dalam sektor
tertentu atau multisektor,
Membuat dan memilih hipotesa,
Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur dampaknya,

Perlu ada kodifikasi dan unifikasi hukum nasional yang


selektif, yang berpengaruh terhadap kehidupan budaya dan
spiritual rakyat, dg cakupan:
Inventarisasi dan kepustakaan hukum,
Media dan personil (unsur manusia),
Perkembangan hukum nasional:
Pemilihan bidang hukum yang akan dikembangkan,
Penggunaan model asing,

Ukuran (kriterium):
Keperluan mendesak / urgent need,
Kelayakan / feasibility, untuk komplikasi budaya, agama dan
sosiologi yang tergolong non-netral,
Perubahan pokok / fundamental change, dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial,

Hukum sebagai sarana pembaharuan hanya bisa


diimplementasikan jika bisa menghilangkan
ketimpangan relasi antara perempuan dan laki-laki,
melalui identifikasi, mengenali dan memahami
hambatan-hambatan kaum perempuan.
Konsep equality dan equity harus digunakan bersamasama untuk menghilangkan hambatan bagi kaum
perempuan, terutama secara budaya dan ekonomi.
Artinya, harus ada harmonisasi dan sinkronisasi hukum
domestik terhadap CEDAW dan semua konvensi
internasional yang telah diratifikasi pemerintah.
Harmonisasi dan sinkronisasi ini membutuhkan
penelitian longitudinal multidisiplin yang tidak
dianggap signifikan dalam regulasi pendidikan
sekarang yang lebih mengutamakan linearitas ilmu ,
BUKAN multidisiplin.

Sejarah Hak Asasi Manusia

Sejarah Hak Asasi Manusia*


1215 Magna Charta: raja tidak boleh sewenangwenang dan harus meminta persetujuan para
bangsawan untuk melakukan tindakan tertentu,
1776 Revolusi Amerika: the Virginia Bill of Rights,
tiap manusia berhak hidup, bebas, bahagia,
1789 Revolusi Perancis: Declaration des droit de
lhomme et du citoyen, setiap orang lahir, tinggal
bebas, berkedudukan sama di depan hukum,
1918 Revolusi Bolshevik: hak rakyat untuk
berkarya,
Cenderung menjadi sejarah laki-laki, bandingkan
arti kata his-story dan her-story.

Generasi Hak Asasi Manusia


Hak sipol:
Berorientasi pada kebebasan,
Fokus pada hak individu,
i.e. Hak hidup, kebabasan dan keamanan individu, bebas
dari penyiksaan dan perbudakan, partisipasi politik, bebas
berpendapat, berbas berekspresi, bebas berpikir, bebas
beragama/berkeyakinan, bebas berasosiasi/berkumpul,

Hak ekosob:
Berorientasi pada keamanan/hak atas rasa aman,
Fokus pada hak kolektif,
i.e. Hak untuk bekerja, hak atas pendidikan, hak hidup
layak, hak atas pangan, hak atas perumahan yang layak,
hak atas layanan kesehatan,

Hak atas lingkungan, budaya dan pembangunan:


Berorientasi pada lingkungan hidup yang sehat dan
terlindungi dari perusakan, termasuk hak budaya, politi dan
pembangunan ekonomi,
Fokus pada hak solidaritas,
i.e. Hak atas pembangunan, hak lingkungan hidup yang
sehat, hak budaya.

Prinsip Hak Asasi Manusia


Universalitas dan inalienabilitas:
Melekat dan tidak terpisahkan,

Indivisibilitas:
Tidak terbagi, yang inheren,

Interdependensi dan interrelasi:


Saling tergantung dan terkait, yang saling berkontribusi,

Ekualitas dan non-diskriminasi:


Setara dan non-diskriminasi, yang inheren,

Partisipasi dan inklusi:


Partisipasi dan inklusi, akses informasi terhadap proses
pengambilan keputusan, berbasis hak,

Akuntabilitas dan rule of law:


Prosedural bagi pengampu kewajiban, dengan norma
dan standar terukur,

Hak dan kewajiban:


Negara adalah pengampu kewajiban dan warganegara
adalah pengampu hak.

Hak Asasi Manusia / mensenrechten


Hak menurut John Locke dan Jacques Rousseau:
Hak politik: kesemaan hak, ahak atas kebebasan, hak untuk
memilih,

Hak menurut Franklin Delano Roosevelt:

Freedom
Freedom
Freedom
Freedom

of speech / bebas berbicara & berpendapat,


of religion / bebas beragama berkeyakinan,
from want / sejahtera, nyaman, aman,
from fear / bebas dari rasa takut,

Hak menurut Sergius Hessen (sosialis):


Hak untuk bekerja,
Hak atas pendidikan,
Hak hidup sebagai manusia,

Jenis Hak:
Hak pribadi: kebebasan berpendapat, beragama, bergerak,
Hak ekonomi: hak milik, memperalihkannya, membei, menjual, dan
memanfaatkannya,
Hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau the rights of legal equality,
Hak sosial budaya: hak atas pendidikan, pengembangan budaya,
Hak mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
atau procedural rights: peraturan penangkapan, penggeledahan,
peradilan.

Hak berserikat dan berapat


Organisasi yang bersifat politik dan/atau yang
bertujuan menjadi bagian dari susunan
pemerintahan/masyarakat disebut partai (politik),
Pelarangan terhadap organisasi yang berasas
politik dan dianggap membahayakan kepentingan
umum hanya dilakukan oleh Pemerintah saja,
Jenis perkumpulan di Indonesia:
Kerjasama untuk tolong menolong berdasarkan
agama/ keyakinan/kepentingan bersama,
Pemberdayaan ekonomi,
Untuk masuk dalam parlemen atau bergerak secara
politik,

Bentuk rapat: terbuka di bawah langit,


terbuka/umum, tertutup dengan syarat tertentu,

Hak Milik & Hak atas


Kebebasan
Hak milik sangat dipengaruhi hukum adat, karena berdasarkan

kemasyarakatan (hak ulayat), sehingga berfungsi sosial,


Hak dan kewajiban individu muncul karena terkait dengan
fungsinya di masyarakat,
Kebebasan adalah sendi pokok untuk pelaksanaan hak dasar
kerakyatan (demokrasi),
Kebebasan dilaksanakan dengan batasan tertentu sesuai aturan
masyarakat (hukum odieus/ pembatasan), untuk perlindungan
masyarakat ybs,
Kebebasan berpendapat secara lisan, gambar (statis dan
bergerak) dan tulisan, elektronik dan non-elektronik,
berdasarkan kebebasan berpikir, berkeyakinan, beragama, dan
beribadat,
Pembatasan hak berpendapat:
Preventif: sensor secara langsung dan tak langsung (berdasar
lisensi), sesuai prasyarat tertentu (kesusilaan dan keamanan),
pengawasan surat-menyurat hanya dilakukan pada saat perang,
Represif: hukum pidana diberlakukan setelah ada tindakan yang
dapat di pidanakan (i.e. Penghinaan atau penistaan), pembatasan
beragama/beribadat /berkeyakinan biasanya dilakukan dalam
negara yang otoriter atau penguasanya merangkap menjadi
pimpinan agama,

Perdamaian
Terletak pada implementasi hak-hak dasar manusia:
Pengaturan,
Penyelenggaraan hubungan,

Keadaan kolektif yang harus dimiliki dan didukung


semua manusia,
Unsur penting (falsafah Jawa):
Tenteram / neng,
Ketentraman yang iklas dan kudus / ning,
Lepas dari pengaruh buruk untuk mencapai tujuan / nang,

Keseimbangan batin, harmoni,


Perjuangan menuju damai adalah hak, dirumuskan
dalam konstitusi, dilindungi dan dipertahankan,
dengan segala daya yang ada,

Nilai Pancasila

Nilai-nilai
Menurut Louis O. Kattsoff:
Intrinsik: sejak awal sudah
bernilai,
Instrumental: bernilai karena
manfaat,

Tujuan hukum Radbruch:


Kepastian hukum,
Keadilan,
Daya guna,

Nilai hukum Radbruch:


Individualwerte / nilai pribadi,
Gemeinschaftswerte / nilai
masyarakat,
Werkwerte / nilai karya manusia,

Jenis nilai Max Scheler:


Kenikmatan: rasa enak, nikmat,
senang,
Kehidupan: kesehatan,
kenyamanan, jasmani,
Kejiwaan: kebenaran,
keindahan,
Kerohanian: kekudusan,

Macam nilai Walter G.


Everet:

Ekonomis,
Kesehatan,
Hiburan,
Sosial,
Watak,
Esetetis,
Intelektual,
Keagamaan,

Nilai Notonagoro:
Material,
Vital,
Kerohanian:
Kebenaran / kenyataan
bersumber dari rasio manusia,
Keindahan bersumber dari
estetis manusia,
Kebaikan moral bersumber dari
kehendak manusia,
Religius bersumber dari
kepercayaan dan penghayatan
berakal budi nurani manusia,

Nilai Pancasila

Nilai Pancasila, harmonis dan lengkap:

Material, vital, kebenaran, estetis, etis, religius,


Obyektif sekaligus subyektif,
Nilai ideal (das sollen) yang mewujud (das sein),

Pokok pikiran pembukaan UUD 45:


Negara persatuan melindungi segenap bangsa dan seluruh
tanah air, tumpah darah, yang mengatasi segala paham
individu dan golongan (Sila 3),
Negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, untuk mewujudkan negara merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Negara wajib memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial (Sila 5),
Negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan, sistem demokrasi Pancasila
(Sila 4),
Negara berdasarkan Ketuhanan yang maha esa, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (Sila 1 dan 2),

Pola nilai: sistematis, hirarkis, dan bulat utuh,

Penerapan Nilai Pancasila


Norma Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto:

Norma
Norma
Norma
Norma

agama, sanksi agama,


kesusilaan, sanksi rasa susila,
sopan santun, sanksi sosial dari masyarakat,
hukum, sanksi hukum dari pemerintah,

Norma Satjipto Rahardjo:


Norma hukum,
Norma kesusilaan,
Norma kesopanan,

Norma Pancasila dalam pembangunan:


Norma hukum,
Norma mora,
Norma pembangunan,

Mencakup:
Peningkatan martabat, hak dan kewajiban warganegara,
Penghapusan penjajahan, kesengsaraan, dan
ketidakadilan di muka bumi,

(yg dianggap) Ancaman thd Nilai


Pancasila
Dalam Negeri:
Pemberontakan,
Pengkhianatan,
Pelanggar hukum,
Perongrong Pancasila:
Paham marxis-leninis,
Paham liberalisme,
Paham ekstrem
keagamaan, nasional
atau sosial,
Golongan anarki,

Luar Negeri:
Penjajah,
Invasi,
Infiltrasi,
Subversi,
Subversi
ideologi/budaya.

Sejarah Pancasila

Sejarah Pancasila
Pancasila adalah landasan dasar filosofi bangsa,
Bangsa yang menginsyafi keluhuran dan kehalusan
hidup manusia, sanggup menyesuaikan hidup
kebangsaannya berdasakan peri kemanusiaan yang
universal, meliputi seluruh alam kemanusiaan
ciptaan Tuhan (Ki Hajar Dewantara),
Jakarta, 1 Juni 1945, Pidato lahirnya Pancasila,
Soekarno,
Leiden, Juni 1956, Pancasila adalah tabiat manusia,
Sumantri Hardjoprakoso,
Pancasila
Trisila (Ketuhanan, sosio-nasionalisme, sosiodemokrasi)
Ekasila (gotong royong)

Pancasila & UUD 45*


Isi Mukadimah UUDS 1950 sesuai
dengan mukadimah Charter for Peace,
Pancasila satu kebulatan tekad, 5
bagian kolektif, yang saling terkait,
Individualis kolektif atau mikro kosmos
makro kosmos:

Ketuhanan / jagad raya,


Kemanusiaan,
Kebangsaan,
Kerakyatan,
Keadilan sosial,

Landasan idiil: Pancasila,


Landasan konstitusional: UUD 45.

Nilai dan semangat dasar Negara dan


konstitusi juga mencerminkan
penghargaan atas pengalaman
perempuan.
Hal itu terlihat dalam konteks keluarga
yang berasal dari kata kula-warga.
Artinya, seseorang dihargai
pengalamannya sebagai pengalaman
kolektif karena berasal dari satu keluarga.
Namun konsep ini diimplementasikan
secara tidak tepat, karena tidak
mempertimbangkan pengalaman
perempuan sebagai bagian dari makrokosmos atau kolektif.

Sila 2 Pancasila
Kemanusiaan yang Adil &
Beradab

Kemanusiaan yang Adil &


Beradab*
Manusia: memiliki harkat dan martabat,

Adil: keputusan dan tindakan obyektif BUKAN


subyektif BAHKAN sewenang-wenang,
Beradab: sikap hidup, keputusan dan tindakan
harus berbudaya (norma sosial, kesusilaan dan
moral),
Kesadaran sikap dan perbuatan manusia,
berdasarkan kemampuan budi nurani manusia,
terkait norma dan budaya, secara pribadi, kepada
sesama dan alam semesata,
Sikap dan perbuatan manusia, sesuai kodrat
hakikat manusia, yang berbudi, sadar nilai, dan
berbudaya,
Jelas terlihat penghargaan atas pengalaman
perempuan dalam kata adil dan beradab.
Pengalaman perempuan masuk dalam
pertimbangan kemanusiaan universal.

Kemanusiaan yang Adil &


Beradab
Mencakup:
Peraturan hukum: pidana, perdata, administratif,
Pusat ekonomi dan sosial,

Manusia: berakal, beriman dan berbudi,


Perlindungan HAM,

Relasi individu dan masyarakat,


Individu sebagai bagian dari masyarakat,
Terkait dengan hak dan kebebasan asasi manusia,
Termasuk kewajiban terhadap Negara,

Peraturan tata susila/tata hukum tak tertulis hukum adat,


Kula warga (warganegara) keluarga (keturunan/suku/klan)
masyarakat bangsa/nation negara,
Butuh aturan (berorganisasi) dan organisasi (pemimpin &
mekanisme kepemimpinan),
Warganegara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya,

Nilai Kemanusiaan Adil


Beradab
Pengakuan terhadap martabat manusia,
Perlakuan yang addil terhadap sesama
manusia,
Pengertian manusia yang beradab, yang
memiliki daya cipta, rasa, dan karsa, dan
keyakinan, sehingga ada perbedaan jelas
antara manusia dan binatang,
Relasi yang setara dan adil antara
perempuan dan laki-laki,
Saling terkait dengan sila-sila lain.

Pedoman Penghayatan
Pengamalan
Mengakui persamaan derajat, hak dan
kewajiban, antar sesama manusia,
Saling mengasihi sesama,
Bertoleransi,
Tidak semena-mena kepada orang lain,
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
Melakukan kegiatan kemanusiaan,
Berani membela kebenaran dan keadilan,
Bersikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain, sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.

HAM & UUD 45


Ps 27: kesamaan kedudukan warganegara dalam
hukum dan pemerintahan, warganegara wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan,
Ps 27: hak atas pekerjaan yang layak,
Ps 28: kebebasan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan,
Ps 29: kebebasan beragama berkeyakinan,
Ps 30: kewajiban bela negara (kolektif),
Ps 31: hak atas pendidikan,
Ps 33: ekonomi berasas kekeluargaan, (peran
Negara)
Ps 34: fakir miskin dipelihara Negara, (peran
Negara)

Negara Paripurna

Kemanusiaan Universal
Nasionalis berperikemanusiaan,
Komitmen menjunjung tinggi kemanusiaan universal
(humanity) yang adil beradab berimplikasi ganda:
Dibumikan dalam konteks sosio historis bangsa yang
heterogen,
Dialog nilai universal dalam wacana kemanusiaan
dalam keraifan lokal visi global dicerna dengan
budaya global,

Indonesia adalah tanah air:


Sungai dan lautan adalah penghubung gugusan
peradaban,
Posisi strategis geografi Nuswantara dalam arus
peradaban dunia persilangan budaya, perdagangan,
politik, pendidikan,
Nuswantara adalah pembentuk peradaban dunia,
Perintis jalan globalisasi penjelajahan, globalisasi
purba.

Politik Etis
Intensifikasi proses pembaratan dilakukan
melalui pendidikan dan bidang sosial politik,
Distimulasi oleh politik etis:

Hasil intervensi liberalis melalui parlemen,


Akses & kontrol dimiliki kaum borjuasi liberal,
Untuk melindungi modal swasta,
Dengan membuka kesempatan, kepemilikian
tanah & buruh,
Berdampak pada reformasi institusional,
dukungan infrastruktur (transportasi,
telekomunikasi, media massa, dan klub sosial)
sebagai katalis,

Stimulus Kemanusiaan
Universal
Stimulus Kristen,
Zending dan mission pendidikan &
kesehatan,

Stimulus Islam,
Pendidikan, revolusi, organisasi sosial politik,
perdagangan,

Stimulus Tiongkok,
Perdagangan, revolusi, industri media massa
berbahasa lokal (vernacular press), pendidikan,

Wacana kemajuan digerakkan oleh


kapitalis,

Negosiasi Peradaban
Gerakan sosial inteligensia dalam aneka bentuk,
merepresentasi keragaman afilitas peradaban,
arkeologi pengetahuan, dan intensitas kesadaran
politik, dalam ruang publik, yang tersekat struktur
peluang politik, identias kolektif, dan ideologis,
Adalah reaksi atas politik segregasi sosial kolonial
warisannya masih terasa sampai hari ini,
Nasionalisme mengidealkan identitas bersama
berdasarkan kriteria kewargaan,
Ada (sintesa) penyesuaian defensif dan afirmatif
dalam arus pertemuan peradaban global dan lokal
penyesuaian ideologi global dengan fakta
lokal/komunal:
Varian komunisme nasionalis,
Komunitas Tionghoa yang tidak monolitik,
Pengembangan gereja suku,

Tujuan Kemerdekaan Politik

Persatuan nasional,
Solidaritas,
Non kooperasi,
Kemandirian,

Nasionalisme elitis dan militer (Belanda) vs


nasionalisme kerakyatan dan paramiliter
(Jepang) memudahkan komunikasi,
Tujuan kemerdekaan a.l. Kemanusiaan,
pentingnya prinsip kemanusiaan dalam
pergaulan antar bangsa (internasionalisme),

Kemanusiaan dalam Pancasila &


Konstitusi
Jepang mempopulerkan gotong-royong dan kekeluargaan,
Orientasi kemanusiaan yang adil dan beradab bersifat
ganda: keluar ikut memperjuangkan perdamaian dan
keadilan dunia, kedalam memuliakan hak-hak asasi
manusia sebagai individu dan kelompok / kolektif,
Alinea 1: penegasan komitmen Indonesia pada
kemanusiaan universal, dengan fokus pada hak merdeka
bagi segala bangsa dan (implisit) warganya tanpa kecuali,
Alinea 2: perjuangan meraih kemerdekaan, hak
menentukan nasib sendiri (self determination), dan
idealisasi kemanusiaan di alam kemerdekaan,
Alinea 3: mengembalikan derajat manusia pada fitrah
kesetaraannya, dalam berkat penciptaan Tuhan, dalam
kehidupan kebangsaan yang bebas, sehingga Indonesia
mendeklarasikan kemerdekaannya,
Alinea 4: (1) membawa isu kemanusiaa pada tujuan
Negara, untuk pemenuhan kebahagiaan serta hak kolektif
dan (implisit) perseorangan, dalam kehidupan nasional
dan internasional, (2) menjangkarkan isu-isu
kemanusiaan pada dasar Negara, terutama
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan dalam
Konstitusi
Penjajahan adalah pengingkaran atas penciptaan
Tuhan dan fitrah manusia,
Self-determination adalah dasar perlindungan hak
dasar, pengakuan atas kemerdekaan manusia!
Konsep Negara kekeluargaan (gotong royong) dan
kedaulatan rakyat:
Negara wajib memfasilitasi dan memenuhi hak dasar
warga
Negara sebagai entitas kolektif, berhak mengelola hal-hal
terkait kemakmuran bersama,

Dalam konteks kekeluargaan, warganegara diminta


untuk mendahulukan kewajiban (sosial dan pribadi)
SEBELUM meminta hak-hak dasarnya ada
kewajiban individu untuk masyarakat sekitarnya,
TIDAK individualis!

Politik Luar Negeri Bebas


Aktif
Bebas aktif adalah paduan idealisme
politik dan realisme politik,
Artinya, realitas internasional juga
mempengaruhi kontekstualisasi ide
demokrasi dan HAM di Indonesia,
Indonesia juga perlu waktu
mengembangkan kultur politik
demokratis, SEKALIGUS menyingkirkan
kultur politik feodal!

HAM & Budaya


Universalisme vs partikularisme (relativism
cultural)
Budaya menyebabkan beda pemahaman HAM:
Karakter HAM (internasional atau domestik),
Hak individu (universalis) dan hak
komunal/kolektif (partikularis),
Penentuan waktu dan tahapan implementasi HAM
dan penegakannya,

HAM dibentuk pengalaman empiris,


Keragaman tradisi, budaya, struktur politik, dan
tingkat perkembangan,
Keseimbangan hak dan kewajiban (individu sbg
anggota masyarakat),

HAM di Era Globalisasi


Global dan lokal saling memengaruhi, tergantung dan berelasi,
meski ada distansi dan pemadatan ruang-waktu,
Dampak globalisasi global paradox
Memberi peluang sekaligus hambatan,
Berpengaruh positif sekaligus negatif,
i.e. Otonomi vs etno nasionalisme (revivalisme identitas budaya),
keunggulan ekonomi kompetitif, ekonomi elektronik, liberalisasi
perdagangan dan investasi mondial, global village vs global pillage,
berkurangnya kebebasan pemerintah nasional menentukan
kebijakan (terkait kekuatan komersial dunia lembaga
supranasional: IMF),
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab ditantang!
Ideologi neoliberalisme menyerang pondasi HAM

Dilawan dengan:
Pembangunan berbasis hak, solidarity based social economy,
menguatkan demokrasi berbasis kedaulatan rakyat (prose
demokrasi musyawarah dalam gotong royong),

Penguatan daya permusyawaratan, restrukturisasi lembaga


multilateral, dan partisipasi warga bangsa dalam persoalan
kemanusiaan universal,
Pelemahan Negara berakibat pada pelanggaran HAM langsung
(by commission) dan pembiaran (by ommission), yang dilakukan
oleh state actors dan non state actors, dalam konteks isu state
centric dan non state centric,

Membumikan Kemanusiaan
Kewajiban Negara terkait HAM:
Menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan
HAM,
Melalui fasilitasi dan penyediaan akses kesejahteraan
atas kebutuhan dasar (pangan, papan, pendidikan,
kesehatan),
Merujuk pada kapasitas Negara mempertahankan
otoritasnya, melalui regulasi dan penegakan hukum.

Komitmen kemanusiaan (universal) dan ikatan


persaudaraan (kekeluargaan) antar bangsa
menembus batas apapun,
Keadilan hanya bisa terselenggara dengan sikap
empati, solidaritas, dan kepedulian proses
pengadaban (civilizing process) berdasarkan
kesetaraan (equality) dan keadilan (equity),
Memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur,
Memegang cita-cita moral rakyat yang luhur,

Bahan Bacaan
1969, Purbopranoto, K, Hak-hak Azasi Manusia dan
Pantjasila, Cet. Ke-3 Revisi, Djakarta: Pradnja
Paramita,
1995, Darmodiharjo, D, Santiaji Pancasila: Suatu
Tinjauan Filosofis, Historis, dan Yuridis Konstitusional,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1996, Darmodiharjo, D, Shidarta, Pokok-pokok Filsafat
Hukum: Apa dan bagaimana Filsafat Hukum di
Indonesia, Ed. Revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,
2011, Latif, Y, Negara Paripurna: Historisitas,
Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
2014, Latif, Y, Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam
Perbuatan, Jakarta: Mizan.

Pertanyaan Penuntun
Diskusi

Perkara apa yang sedang terjadi itu?


Siapa pelakunya? Siapa korbannya?
Siapa yang diuntungkan? Siapa yang
dirugikan?
Menurut mu, apakah tindakan itu
sesuai dengan prinsip kemanusiaan
yang adil dan beradab? Mengapa?
Apa yang sebaiknya bisa kamu
lakukan untuk memperbaiki situasi
yang ada? Bagaimana caranya?

Studi Kasus 1
Empat tahun lalu terjadi peristiwa
pengusiran sekelompok orang di suatu
desa. Pengusiran itu terjadi karena mereka
memeluk agama yang sama dengan
mayoritas penduduk yang lain, tapi dengan
sekte yang berbeda. Akibatnya, penduduk
yang diusir itu menjadi terlunta-lunta
hidupnya. Sekarang, mereka tidak bisa
kembali lagi berladang di desanya sendiri.
Mereka harus hidup sebagai pengungsi di
Negerinya sendiri.

Studi Kasus 2
Baru saja terjadi pembunuhan
seorang anak, yang mayatnya penuh
luka lebam dan terjadi bekas
kekerasan seksual. Mayat anak
perempuan yang masih kelas dua
sekolah dasar, yang dimasukkan
dalam kardus dan dibuang di tempat
pembuangan sampah sementara itu
menggugah perhatian masyarakat.

Studi Kasus 3
Sebulan lalu terjadi pembunuhan seorang
petani yang menolak tambang pasir di
pantai desanya. Petani itu mengalami
penyiksaan di hadapan anaknya sendiri,
bahkan di hadapan banyak murid PAUD
yang sedang bersekolah di Balai Desa.
Petani itu dibunuh di pekuburan yang
telah disiapkan untuknya. Pembunuhan
itu dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat dalam pengerjaan tambang pasir
besi yang ada di desanya.

Studi Kasus 4
Sekelompok petani menolak pendirian tambang di
desanya. Perusahaan tambang ini akan
menambang gunung kapur yang ada di sepanjang
desa itu. Menurut para petani, pegunungan kapur
itu adalah sumber air bagi seluruh penduduk, tidak
hanya untuk desa itu saja, melainkan juga menjadi
sumber air PDAM kota yang dialirkan ke semua
penduduk kota, mengaliri daerah pertanian di
kabupaten tersebut, bahkan menjadi sumber air
untuk beberapa kota yang ada di sekitarnya. Para
petani itu mengajukan perkaranya ke pengadilan.
Putusan pengadilan adalah bahwa ijin
penambangan terlambat diketahui para petani.
Namun para petani mengajukan banding ke
pengadilan yang lebih tinggi.

Studi Kasus 5
Ada seorang penderita kanker yang memiliki kartu
BPJS. Namun ia hanya bisa dirawat sesuai dengan
peraturan yang ada di BPJS tersebut. Artinya,
pemeriksaan laboratorium dan dokter spesialis
hanya bisa dilakukan setiap minggu sekali. Padahal,
ia membutuhkan pemeriksaan laboratorium tidak
hanya satu atau dua kali, melainkan bisa sampai
enam atau tujuh kali dalam satu hari sekaligus.
Rumahnya yang jauh dari kota, dan kelas rumah
sakit yang bisa melayani jenis penyakitnya tersebut
telah memaksanya untuk melakukan perjalanan
pulang pergi yang menyebabkan kondisi
kesehatannya makin menurun.

Studi Kasus 6
Ada seorang ibu dengan empat orang anak,
bekerja sebagai pekerja rumahan. Ia
mengerjakan gelang manik yang sangat
rumit. Selama delapan jam bekerja, ia
hanya memperoleh empat sampai lima
gelang sehari. Setiap gelang hanya dihargai
4.000 IDR. Karena tidak memiliki
ketrampilan lain, dan karena membutuhkan
uang untuk rumahtangganya, ibu ini
mengajari anak perempuannya dan
meminta anaknya berhenti sekolah, agar
bisa bekerja membantunya.

Studi Kasus 7
Di suatu daerah, peraturan tata ruangnya
telah diubah untuk memenuhi persyaratan
bahwa hutan itu bisa ditambang. Hutan yang
sebelumnya tergolong hutan lindung, telah
diubah peruntukkannya menjadi bukan hutan
lindung, sehingga bisa ditambang. Akibatnya,
masyarakat sekitar kekurangan air dan
mengalami berbagai dampak akibat
pencemaran yang ditimbulkan. Pencemaran
itu juga telah mengusir banyak ikan yang ingin
bertelur, sehingga nelayan pun harus melaut
lebih dari 3 mil untuk bisa mendapatkan hasil.

Studi Kasus 8
Ada sekelompok penduduk yang memiliki
sikap hidup berbeda dengan kebanyakan
orang yang tinggal di desa itu. Mereka
menyebut dirinya dengan sebutan
Sedulur A. Karena memiliki cara
pandang dan hidup yang berbeda itu,
maka mereka tidak lagi pernah diundang
untuk ikut Musyarawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) yang ada di
desa mereka. Bahkan, mereka, karena
tidak bersekolah formal, dianggap
menjadi orang bodoh dan terbelakang.

Studi Kasus 9
Di suatu kota, banyak orang miskin yang
tidak bisa dimakamkan dengan layak.
Pemakaman di kota itu harus membayar
lokasi makam dengan harga tertentu,
yang tidak terjangkau oleh kelompok
miskin itu. Akibatnya, sudah mulai
terjadi bahwa orang membawa mayat
keluarganya berhari-hari, karena tidak
mampu membayar biaya pemakaman.

Studi Kasus 10
Di ujung pulau itu, ada kasus perusakan
lebih dari sepuluh tempat ibadah agama
tertentu. Ketika para pembesar negeri
diberitahukan tentang kasus ini, seorang
pembesar tingkat kedua, menyatakan
bahwa tempat ibadah itu tak memiliki ijin.
Para perusak bahkan mengancam orangorang yang beribadah. Perusakan tetap
terjadi, dengan sepengetahuan
pemerintah, yang bahkan tidak berdaya
menghadapi sekelompok perusak
bangunan tempat ibadah itu.

Anda mungkin juga menyukai