Anda di halaman 1dari 2

Dimas Maksud dari intervensi itu adalah mencampuri urusan pribadi negara yang bersangkutan, dalam isi KTT

AA, itu dilarang. Kecuali jika masalah itu menyangkut kepentingan berbagai Negara, baru boleh jika suatu Negara itu ikut campur. dalam hal Amerika Serikat di Indonesia, AS tidak mencampuri urusan pribadi Indonesia. Tetapi Amerika Serikat punya kepentingan besar di Indonesia dalam bidang ekonomi, dsb. Pelbagai perusahaan minyak dan tambang penting di Indonesia adalah milik Amerika. Menghadapi konstelasi politik sejagat dan Asia yang baru, AS memerlukan mitra seperti Indonesia yang harus diperlakukannya sebagai negara baru yang berdaulat penuh atas kesatuan tanah airnya. Demikian pula Indonesia punya kepentingan riil untuk berhubungan normal dan baik dengan AS. Indonesia seyogianya bisa dan perlu memanfaatkan potensi AS di bidang ilmu dan teknologi, bisnis dan permodalan. Dengan demikian Indonesia juga berkepntingan untuk memperbaiki dan mensetarakan hubungan dua negeri, yang saling menghargai, saling menghormati, dan saling menguntungkan. Fajar maulana Jika dalam suatu perjanjian intenasional ada pihak yang melanggar janji, pihak yang merasa dirugikan dapat membatalkan isi perjanjian tersebut. Dalam pasal UU tentang perjanjian internasional Pasal 60 Pengakhiran atau penangguhan bekerjanya suatu perjanjian sebagai konsekuensi dari pelanggarannya 1. Pelanggaran utama terhadap perjanjian bilateral oleh salah satu pihak memberikan hak pada pihak lainnya untuk memajukan pelanggaran itu sebagai dasar untuk mengakhiri perjanjian atau menangguhkan bekerjanya perjanjian tersebut seluruhnya atau sebagian. Jika ditanya hukuman, itu tidak ada, kecuali dapat menimbulkan konflik, dan ini bisa di bawa ke Mahkamah Internasional. Jika salah satu Negara terbukti melanggar atau bersalah. itu bisa di adili ke mahkamah pidana internasional. Dewi sinta Iya, pejuangan diplomasi merupakan salah satu bagian dari perjanjian internasional. Karena apa? Telah terciptanya suatu perjanjian internasional itu karena ada perwakilan diplomatik dari Negara yang melakukan perundingan.

Melda Ferdika

si Pengambil pulau sudah keterlaluan namun jika memang benar ini semua ulah pemerintah maka kita akan sangat malu jika kita ingin merebut kembali pulau kita namun kita sendiri yang salah. Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ,[1] [2] kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di selat Makassar. [3][4] [5] Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB ke 15 tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisa

Anda mungkin juga menyukai