Anda di halaman 1dari 81

Laporan Kerja Praktek

di PT. Chevron Pacific Indonesia


Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah perusahan produsen minyak
bumi terbesar di Indonesia. Untuk minyak dan kondensat, hasil produksi PT. CPI
mencapai 400.000 barel per hari yang setara dengan hamper 50% produksi
minyak bumi di Indonesia. Hasil produksi ini diperoleh dari ribuan sumur minyak
yang tersebar di 88 lapangan minyak milik PT. CPI di Provinsi Riau, Indonesia.
Produksi minyak bumi adalah urat nadi yang menentukan berjalannya
perusahaan ini. Karena itu setiap sumur minyak harus tetap terjaga kelancaran
operasinya. Cara terbaik untuk menjaga kondisi sumur minyak tentunya dengan
melakukan pengecekan status seluruh sumur minyak beserta pendukungnya salah
satunya alat-alat pemompa yang digerakkan oleh motor, injeksi uap air, dan
peralatan produksi lainnya yang seluruhnya menggunakan energi listrik.
Mengingat pentingnya energi listrik bagi PT. CPI ini, maka harus
diusahakan agar energi listrik dapat tersedia secara kontinu dan harus memiliki
reliabilitas serta keandalan yang tinggi. Kegagalan dalam pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik akibat gangguan-gangguan pada sistem kelistrikan di
perusahaan ini dapat menyebabkan terhentinya proses produksi. Sekali saja sistem
kelistrikan terganggu, kerugian atau Loss Production akan sangat besar
pengaruhnya mengingat kapasitas produksi yang sangat tinggi setiap harinya.
Dalam hal ini Transformator daya merupakan salah satu bagian peralatan
penting dalam proses transmisi maupun distribusi dari energi listrik. Fungsinya
antara lain adalah sebagai penaik tegangan (trafo Step-up) yang bertujuan untuk
mengurangi rugi-rugi pada transmisi dan juga sebagai penurun tegangan
(transformator) yang nantinya dari transformator ini disalurkan ke masing-masing
wilayah yang akan menggunakan energi listrik.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 2
Oleh karena itu demi tercapainya kontinuitas layanan, maka perlu
dilakukan maintenance secara berkala sehingga kondisi trafo dapat terus
terpantau. Selain itu juga perlu dilakukan proteksi dari berbagai gangguan yang
mungkin terjadi dengan menggunakan berbagai macam jenis alat proteksi.
Dengan itu maka penulis melakukan kerja praktek di PT. CPI, untuk
melihat secara langsung dan mencari informasi mengenai bagaimana sistematika
maintenance dan proteksi dari Transformator daya. Karena PT. CPI adalah
perusahaan yang memiliki pembangkit sendiri dengan kualitas dan kontinuitas
energi listrik yang baik.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Selai untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Teknik
Elektro Universitas Sumatera Utara, yaitu mata kuliah Kerja Praktek dengan
bobot 2 SKS, kerja praktek ini juga memiliki tujuan :
1. Membuka wawasan mahasiswa mengenai aplikasi dan implementasi
bidang ilmu yang telah dipelajari pada dunia nyata
2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh hands-on
experience dan merasakan sendiri suasana dunia kerja
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempelajari struktur
organisasi, pembagian tugas, sistem bisnis, peraturan kerja, dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan operasi perusahaan
4. Mengasah kemampuan mahasiswa untuk berpikis analitis dan
memecahkan masalah berdasarkan hal-hal yang telah dipelajari
5. Mengetahui bagaimana proses maintenance dan proteksi transformator
daya
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada
Tanggal : 25 januari 25 Februari 2011
Tempat : PT. Chevron Pacific Indonesia , Distrik Duri. Departemen
Power Generation & Transmission (PG&T)
1.4 Metodologi Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktek,
pengumpulan data, dan penyusunan laporan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi Literatur diperlukan untuk memperoleh referensi mengenai
permasalahan yang akan diteliti. Literatur yang digunakan bersumber dari
buku, internet, manual data, dan slide-slide teknis yang dimiliki oleh PT.
CPI
2. Diskusi dan Wawancara
Diskusi dilakukan dengan pembimbing kerja praktek yang merupakan
Power System Engineer di PG&T. Selain itu, dilakukan juga diskusi
dengan engineer-engineer lainnya yang memiliki pengalaman dan
berhubungan dengan sistem proteksi dan maintenance pada transformator
daya di PG&T dan TDO Bekasap
3. Studi Lapangan
Dilakukan dengan :
Mengamati kondisi fisik dan berbagai alat proteksi yang digunakan
pada transformator di TDO Bekasap Duri, Central Duri dan pada
Berbagai Substation area
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 4
1.5 Batasan Masalah
Adapun laporan kerja praktek ini akan membahas mengenai maintenance
& proteksi Transformator daya pada PT. Chevron Pacific Indonesia
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kerja
praktek kali ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilakukannya kerja praktek,
tujuan dan manfaat kerja praktek baik bagi mahasiswa, universitas
dan perusahaan, waktu dan tempat dilaksanakannya kerja praktek,
batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan
laporan kerja praktek.
BAB II PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
Berisi tentang sejarah singkat PT. CPI, lokasi dan daerah operasi,
bahan baku dan produk, kegiatan operasi berupa kegiatan
eksplorasi, kegiatan produksi dan lapangan minyak. Bab ini juga
berisikan penjelasan mengenai Departement PG&T yaitu berupa
tinjauan umum, struktur organisasi, adsministrator, planning and
development dan transmission ditribution and operation. Selain itu
bab ini juga akan membahas mengenai sistem kelistrikan di PT.
CPI yaitu berupa sistem pembangkit tenaga listrik, sistem
transmisi dan distribusi, substation, hot line network, dan SCADA.
BAB III TRANSFORMATOR PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.
CHEVRON PACIFIC INDONESIA
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 5
Berisikan transformator mator secara umum yang dipakai pada
sistem kelistrikan PT. CPI. Mulai dari Prinsip kerja trafo, bagian-
bagian trafo mulai dari bagian utama hingga peralatan bantau. Bab
ini juga membahas mengenai klasifikasi trafo yang digunakan PT
CPI yang dilengkapi dengan gambar ilustrasi
BAB IV POWER TRANSFORMER STANDART MAINTENANCE
membahas mengenai standart maintenance trafo, jenis-jenis
maintenance dan berbagai jenis pengujian yang dilakukan pada rele
BAB V PROTEKSI TRANSFORMATOR
Membahas mengenai Sistem proteksi pada transformator daya.
Mulai dari tinjauan proteksi secara umum hingga pembahasan
mengenai semua jenis rele yang digunakan guna memproteksi
transformator pada sistem kelistrikan PT. CPI
BAB VI PENUTUP
Berisikan kesimpulan akan topik yang dibahas dan berupa saran ,
dan juga beberapa data lampiran yang mendukung isi laporan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 6
BAB II
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
2.1 Sejarah Singkat PT. Chevron Pacific Indonesia
Pada Tahun 1942, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil
Company of California (SOCAL) mempelopori berdirinya PT. Chevron Pacific
Indonesia yang berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan dan khususnya di
daerah Aceh. Usaha yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat
terhenti karena Indonesia pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan
Hindia Belanda. Namun usaha eksplorasi itu tidak berhenti secara total karena
pada bulan Juni 1930 tim eksplorasi SOCAL membentuk n.v. Nederlandsche
Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).
Pada tahun 1936 TEXACO Inc. (perusahaan yang berlokasi di Texas,
USA ) bersama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk
perusahaan California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX).
Hasil penelitian kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-
1937 mengindikasikan bahwa prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah
Selatan. Kegiatan eksplorasi untuk pertama kali dilakukan pada bulan April 1939
di daerah lapangan Kubu 1.
Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang.
Hal ini dapat dilihat dari proses pengeboran yang selesai dilakukan pada saat
pendudukan Jepang atas Indonesia. Perlu diketahui bahwa pengeboran yang
dilakukan oleh Jepang merupakan satu-satunya sumur Wild Cat di Indonesia
selama Perang Dunia kedua yang mempunyai kedalaman 2623 ft (787 m).
Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung lama karena adanya perang kemerdekaan
Indonesia hingga tahun 1946.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 7
Setelah Perang Dunia II berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk
pengembangan lapangan Minas. Dengan ditemukannya teknologi perminyakan
yang canggih, kemungkinan besar untuk memperpanjang harapan hidup industri
perminyakan di Indonesia dapat terus bertahan seperti ladang minyak di Duri.
Dengan teknologi perminyakan yang canggih yaitu menggunakan teknologi steam
dapat meningkatkan produksi minyak per hari 6 kali dari yang sebelumnya atau
dari 50000 barel per hari menjadi 300000 barel per hari. Teknologi ini
diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan minyak bumi yang ada di Duri
sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap ke
dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.
Ladang minyak Duri telah memberikan sumbagan yang cukup besar
terhadap produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total
produksi minyak PT.CPI. Akan tetapi produksi minyak di Duri mulai mengalami
penurunan pada tahun 1964, yang akan sangat berpengaruh pada Economic Life
Expectacy dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI
menciptakan Proyek Injeksi Uap di ladang minyak Duri, diresmikan Soeharto
pada Maret 1991. Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada lading
dengan pola yang bervariasi antara lain pola tujuh titik yaitu sumur injeksi
untuk
Pada 11 Maret 1995 PT CPI menerapkan suatu sistem manajemen yang
disebut organisasi Strategic Business unit (SBU). Jika pada sistem yang lama
(District System) garis koordinasi manajemen bersifat sentralistik, dalam SBU
garis koordinasi manajemen bersifat desentralistik atau otonomisasi.
Akhirnya pada 10 Oktober 2001 dua perusahaan besar induk PT CPI yaitu
Chevron dan Texaco bergabung menjadi ChevronTexaco. Dan sejak saat itu
manajemen PT CPI juga ikut berubah dari SBU menjadi Indonesia Business Unit
(IBU). Dan pada akhir tahun 2005, nama Caltex Pacific Indonesia berubah
menjadi Chevron Pacific Indonesia.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 8
2.2. Lokasi dan Daerah Operasi
Area operasi PT. CPI saat ini terdiri dari lapangan Duri yang merupakan
satu-satunya wilayah yang memproduksi minyak berat (heavy oil) sebanyak
kurang lebih 200000 BOPD, dan area operasi minyak ringan yang terdiri dari
Sumatera bagian utara yang meliputi Bangko, Balam, Bekasap, Petani dan
Sumatera bagian Sselatan yang meliputi Minas, Libo, dan Petapahan yang secara
keseluruhan memproduksi minyak ringan sebanyak kurang lebih 250000 BOPD.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (kecuali daerah
berwarna merah jambu).
Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT. CPI
Daerah kerja PT. CPI yang pertama, seluas hampir 10.000 km
2
dikenal
dengan nama Kanggaroo Block terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain
mengerjakan daerahnya sendiri PT. CPI juga bertindak sebagai operator bagi
Calastiatic / Chevron dan Topco / Texaco (C & T).
25Kms
N
MINAS
DUR I
B ANGK O
KOT AB AT AK
Z AMR UD
L IB O
ROKANBLOCK
SIAK BLOCK
CPP BLOCK
MFK BLOCK
LEG

END

KUANTAN
( MFK )
COASTAL PLAIN
( CPP )
COASTAL PLAIN
( CPP )
(CPP)
RUPAT
IS LAND
BENGKALIS
IS LAND
PADANG
IS LAND
TEBING TINGGI
IS LAND
RANGS ANG
IS LAND BEKAS AP
PEKANBARU
( CPP )
S
IA
K
B
L
O
C
K
SIAK BL OCK
SIAK BLOCK
M
O
U
N
T
AI
N
F
R
O
N
T
(
M
F
K
)
(CPP)
ROKAN BL OCK
INDEX MAP
DUMA
PEKANBAR
INDONESI
MALAYSI
Area Producing Production Contract
Name Fields 1999 (BOPD) Expiration
Rokan Block 76 672,407 08 / 2021
Siak Block 4 2,613 11 / 2013
CPP Block 25 70,150 08 / 2001
MFK Block 1 737 01 / 2005
TOTAL 106 745,907
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 9
Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta
pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi
daerah operasi menjadi 5 distrik yaitu:
1. Distrik Jakarta, sebagai pusat administrasi seluruhnya.
2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi PT.CPI di Sumatera.
3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi (sekitar 30 km dari Rumbai).
4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi (sekitar 112 km dari distrik
Rumbai).
5. Distrik Dumai, merupakan tempat pelabuhan tempat pemasaran /
pengapalan minyak mentah (sekitar 184 km dari Rumbai) arah Timur
Laut.
2.3. Bahan Baku dan Produk
PT. Chevron Pacific Indonesia secara bisnis hanya bergerak di bidang
eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi
kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang
dihasilkan oleh PT. CPI adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa
negara untuk pengolahan lebih lanjut.
2.4 Kegiatan Operasi
2.4.1. Kegiatan Eksplorasi
Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan
baru. Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan
(minyak atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun1989 adalah Lapangan
Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-
daerah produksi baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah
sekitarnya.
Hingga kini, PT. CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km data seismik,
56.000 km diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 10
ladang minyak baru sudah tidak gencar lagi dilakukan. Kegiatan yang terus
dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang
telah ada (enhanced oil recovery).
2.4.2. Kegiatan Produksi
Untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun,
diantaranya yang dilakukan adalah:
1. Menginjeksikan air yang dilakukan di distik Bekasap.
2. Menginjeksikan air panas yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud.
3. Menginjeksikan uap air yang dilakukan di distrik Duri.
Teknologi injeksi uap (steam Flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981 di
lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang
mempunyai viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri
Steam Flood (DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap
terbesar di dunia. Kini di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi
penginjeksian dengan pola tujuh titik (seven spot pattern) dimana satu sumur
injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi yang mana jika telah selesai akan
meliputi areal seluas 6.600 Ha. Dengan ini akan dikembangkan secara bertahap
menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100 sampai 600 Ha.
Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang
lain untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil
dengan metode primer serta memperbaiki faktor perolehan selain juga untuk
menahan merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.
Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun
1981 dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri.
Penyuntikan uap di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 11
seluas 247 hektar sejak 1986, di area 3 seluas 1457 hektar pada tahun 1987 dan
pembangunan sarana produksi di area 4 dengan luas 1140 hektar. Pada tanggal 3
Maret 1990 diresmikan proyek injeksi uap terbesar di dunia.
2.4.3. Lapangan Minyak
Lapangan minyak Duri ditemukan pada tahun 1941 dengan jenis minyak
yang berbeda dengan ladang-ladang yang ada di PT. CPI lainnya, dimana kondisi
alamiahnya sangat kental. Lapangan minyak Duri mulai diproduksi secara
konvensional pada tahun 1958, walaupun secara perhitungan hanya dapat
menghasilkan 7,5% dari seluruh cadangan minyak yang ada. Hal ini ditandai
dengan selesainya pembangunan saluran pipa minyak ke Dumai dengan diameter
36 inci dan dermaga minyak pelabuhan Dumai yang pertama dioperasikan.
Lapangan minyak ini mencapai puncak produksi pada tahun 1965 dengan
produksi 65.000 barrel perhari dengan produksi secara konvensional. Karena
digunakan secara besar-besaran dan waktu produksi lama, maka secara berangsur-
angsur terjadi penurunan produksi sebesar 13% pertahunnya.
Untuk mengantisipasi masalah ini, maka PT. CPI menerapkan metode
Enhanced Oil Recovery (EOR). Uji coba terhadap sebuah sumur minyak dengan
menggunakan teknologi EOR-injeksi air, pertama kali diterapkan pada tahun
1963. Penerapan teknologi ini dapat meningkatkan perolehan minyak, namun
secara ekonomis kurang menguntungkan karena hanya memberikan kenaikan
sebesar 16%.Berdasarkan masalah tersebut PT. CPI terus meningkatkan cara
penambangan, salah satunya dengan penerapan sistem injeksi uap dengan
teknologi Huff and Puff yang diterapkan oleh Texaco.
Sebagai studi perbandingan, Chevron melakukan uji coba penginjeksian
soda caustic dan hasilnya menunjukan bahwa penginjeksian soda caustic ini tidak
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 12
memberikan peningkatan yang berarti, namun setelah diuji coba dengan sistem
penginjeksian uap didapatkan peningkatan yang sangat besar, sebesar 55%.
Pada tahun 1981 PT. CPI mulai menerapkan sistem injeksi uap dengan
pembangunan area I dan pada tahun 1988 penggunaan injeksi uap ini. Pada tahun
1989 produksi minyak mentah mencapai 130.000 barel perhari. Hasil tersebut
lebih besar dibandingkan dengan produksi di dunia dengan produksi yang sama
2.5 Departemen Power Generation & Transmission (PG&T)
2.5.1 Tinjauan Umum
Untuk menjalankan semua mesin mesin produksi PT. CPI, baik pompa
angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump) serta peralatan listrik
lainnya, diperlukan energi dalam jumlah yang cukup besar. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, PT. CPI memiliki departemen khusus yang menangani masalah
kelistrikan yanng terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi.
Sampai tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT. CPI diperoleh
dari puluhan buah enginator (perpaduan mesin dan generator) yang tersebar
disetiap lokasi dengan kapasitas sekitar 60 kW. Pada saat itu sistem enginator
masih dirasakan efisien memasok energi listrik yang dibutuhkan untuk
menggerakkan pompa di sumur pengeboran. Melihat perkembangan sumur
minyak yang menggunakan pompa semakin banyak di lokasi yang berjauhan,
manajemen PT. CPI membuat sebuah sistem tenaga listrik yang lebih handal
dibandingkan dengan hanya mengandalkan enginator.
Pada tahun 1969 diresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG) Duri yang terdiri dari 2 unit generator turbin gas Sulzer buatan Swiss
dengan kapasitas masing masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini,
maka lahirlah sebuah departemen baru di PT. CPI dengan nama Power
Generation and Transmission (PG&T) yaitu sebuah departemen yang bertugas
menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 13
gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG-SBU. Sebagai departemen
yang bertanggung jawab membangkitkan dan mencatu daya listrik di perusahaan
ini, Departemen PG&T yang bernaung di dalam Divisi Support Operation
mengemban tugas sebagai berikut :
1. Membangkitkan daya listrik yang cukup dan berkesinambungan secara
efisien guna memenuhi pertumbuhan beban di PT. CPI.
2. Mencatu daya listrik yang andal dan baku guna memenuhi kebutuhan
operasi PT. CPI.
3. Memanfaatkan gas buang panas dari turbin turbin gas di Central Duri
secara maksimal untuk menghasilkan uap guna kebutuhan operasi Duri
Steam Flood.
4. Mempertahankan keselamatan kerja yang tinggi
2.5.2 Struktur Organisasi PG&T
Dalam struktur organisasi perusahaan, PG&T termasuk salah satu
departemen yang bernaung di bawah Support Operation SBU. Sejalan dengan
misi yang digariskannya, PG&T memiliki misi sebagai berikut :
Menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan
panas dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU dan lainnya
dengan menjunjung tinggi kepentingan pelanggan, pengendalian mutu terpadu
serta keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja.
Dalam menjalankan pengoperasian sehari hari, PG&T memiliki sub sub
bagian, yaitu :
1. Administrator
2. Business and Engineering Support (B&ES)
3. Power Generation and Operation (PG&O)
4. Transmission Distribution and Operation (TD&O)
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 14
5. Gas Turbine Maintenance (GTM)
2.5.3 Administrator
Tim ini merupakan tim yang bertugas untuk menangani masalah masalah
administrasi departemen, hubungan interdepartemen, maupun antardepartemen
atau dengan relasi lain.
2.5.4 Business and Engineering Support
Tim B&ES bertugas mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan
pengembangan dan perencanaan, misalnya estimasi jumlah beban sepuluh tahun
yang akan datang sehingga dapat dilakukan antisipasi dengan membangun power
plant tambahan untuk mengimbangi meningkatnya beban. Di samping itu, P&D
juga menghitung biaya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional
PG&T dan mengusahakannya agar mencapai taraf optimal. Tanggung jawab dari
P&D antara lain :
a. Bertanggung jawab atas semua perencanaan dan pengembangan dari
PG&T.
b. Melakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan estimasi
pertumbuhan beban dengan menggunakan parameter yang ada,
misalnya pertumbuhan sumur minyak, bertambahnya mesin pompa
produksi dan sebagainya.
c. Bertanggung jawab atas pengembangan proyek untuk mengimbangi
pertumbuhan beban, misalnya perluasan jaringan transmisi dan
pembangunan PLTG baru.
d. Penelitian dan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk
membangkitkan listrik per kWH dan biaya operasional lainnya.
Tim B&ES ini dikepalai oleh seorang Manager. B&ES itu sendiri terdiri
dari beberapa unit kerja, yaitu Planning and Budget, Design and Construction, IT
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 15
and Support System, Safety Health and Environment, dan Quality Improvement.
Tim ini juga membawahi pengoperasian SCADA.
2.5.5 Transmission and Distribution Operation (TD&O)
Transmission Distribution and Operation (TD&O) merupakan tim di
PG&T yang bertanggung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian tenaga
listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompa pompa di
sumur minyak, mesin mesin industri penyangga, penerangan jalan, dan
sebagainya.
Selain itu, TD&O juga mempunyai tugas lain, yaitu memelihara dan
memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi di PT. CPI.
Dalam rangka menjalankan tugasnya, tim ini dibagi lagi menjadi beberapa
unit, yaitu :
a. Power Line Maintenance
Bertugas memeriksa jaringan transmisi dan distribusi, mengirim
informasi jika terjadi kerusakan pada jaringan yang dapat menimbulkan
gangguan untuk diperbaiki dengan menggunakan patrol jaringan (line
patrol). Aktivitas lainnya adalah memelihara dan memperbaiki jaringan
transmisi dan distribusi serta melaksanakan commissioning untuk
instalasi alat baru dan menghubungkannya dengan jaringan yang sudah
beroperasi. Dalam melakukan tugas perbaikan tersebut harus
diperhitungkan dampak kehilangan produksi dari sumur sumur
minyak produksi. Jika pekerjaan tersebut dianggap mengganggu
produksi minyak, maka akan dilakukan pekerjaan dalam keadaan
bertegangan atau hot line work.
b. Substation and Control System
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 16
Kegiatan yang dilakukan antara lain memasang, memelihara, dan
memperbaiki seluruh peralatan yang terpasang pada substation seperti
Circuit Breaker, Switchgear, Trafo, Relay, dan lain lain.
c. Power System Engineering (PSE)
Kegiatan unit rekayasa sistem ini antara lain menganalisa segala
gangguan yang mungkin terjadi di areanya masing masing dan
mengusahakan perlindungan secara maksimal. Secara keseluruhan,
tugas PSE adalah :
Bertanggung jawab terhadap kelancaran aliran energi listrik.
Menentukan pengaturan relay suatu jaringan.
Menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik.
Merancang suatu sistem tenaga listrik dengan tingkat kestabilan
yang dapat diandalkan.
Karena unit kerja yang harus ditangani TD&O sangat luas, tim ini dibagi
berdasarkan daerah operasinya. Tiap tiap wilayah dipimpin oleh satu orang
Team Manager. Ada 4 unit TD&O dalam departemen, yaitu :
1. TD&O Bekasap : meliputi daerah Bekasap/Petani,
Libo,Bangko/Balam, distrik Duri dan sekitarnya.
2. TD&O Duri : meliputi Duri field, kulim, distrik Dumai dan
sekitarnya.
3. TD&O Minas : meliputi distrik Minas, Minas field, dan
sekitarnya.
4. TD&O Rumbai : meliputi distrik Rumbai, Pedada, Petapahan, dan
sekitarnya.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 17
2.6. Sistem Kelistrikan
2.6.1 Gambaran Umum Jenis-Jenis Pembangkit Tenaga Listrik
Sistem pembangkitan listrik yang umum digunakan adalah
generator yang digerakkan oleh turbin. Turbin ini digerakkan oleh energi dari
luar, misalnya air, gas, uap, panas bumi, nuklir, dan lain-lain. Pemilihan sumber
penggerak turbin ini mempertimbangkan banyak hal. Misalkan biaya operasi dan
biaya investasi pembangkit, selain itu lokasi dan kondisi daerah pembangkit juga
menjadi pertimbangan.
Adapun beberapa jenis pembangkit listrik secara yang konvensional adalah
sebagai berikut :
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
Merupakan jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan energi potensial
dan energi kinetik dari air sebagai pemutar turbin generator. Dalam hal ini
sangat diperlukan debit air, faktor ketinggian jatuh air (h), dan laju air (q).
Secara matematis dapat ditulis : P = 9.81 qh
Gambar 2.2: Siklus Pembangkitan listrik Tenaga Air
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 18
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
Sebenarnya jenis pembangkit ini bisa dikatakan pembangkit listrik tenaga
air karena memang bahan baku yang digunakan adalah air. Namun
perbedaannya adalah pada PLTU terdapat sebuah siklus dimana air akan
berubah menjadi uap dan uap menjadi air. Air yang digunakan adalah air
demin (demineralized) yang memiliki kadar konduktivitas yang lebih tinggi.
Air denim ini dipanaskan dalam sebuah boiler yang biasanya menggunakan
batubara sebagai bahan bakuny. Setelah air berubah menjadi uap kemudian
dikeringkan oleh super heater. Setelah itu uap kering ini digunakan untuk
memutar turbin. Kemudian uap akan dikondensat menjadi air pada
kondensator.
Gambar 2.3:
siklus
Pembangkit
Listrik Tenaga
Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPb)
Merupakan Pembangkit Listrik (Power generator) yang menggunakan
Panas bumi (Geothermal) sebagai energi penggeraknya. Untuk membangkitkan
listrik dengan panas bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah yang
berpotensi panas bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan
dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa
menggerakkan turbin uap yang tersambung ke Generator. Untuk panas bumi
yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar turbin generator,
setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu. Pembangkit listrik tenaga
panas bumi termasuk sumber Energi terbaharui.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 19
2.6.2 Sistem Pembangkitan dan Kelistrikan di PT. CPI
2.6.2.1 Sistem Pembangkitan Energi Listrik
Memiliki pembangkit sendiri sebagai sumber tenaga listrik adalah suatu
keharusan bagi industri-industri besar dengan komsumsi daya listrik yang besar.
Untuk itu PT Chevron Pacific Indonesia sudah mempunyai unit pembangkit
sendiri dan memilih pembangkit gas turbin sebagai sistem pembangkitan tenaga
listrik. Salah satu keunggulan dari turbin gas yang dapat segera dioperasikan
dengan waktu start kurang dari 15 menit, yang jauh lebih cepat dibandingkan
turbin uap yang membutuhkan waktu hingga berjam-jam. Beberapa turbin gas,
yaitu pada Central Duri dan Cogen, berdampingan dengan WHRSG (Waste Heat
Recovery Steam Generator) yang memanfaatkan gas buang turbin gas untuk
membuat steam/uap yang nantinya dimanfaatkan untuk injeksi uap agar minyak
mudah diangkat.
Beberapa alasan mengapa PLTG dipilih sebagai alternatif sistem
pembangkitan adalah :
a. Ukuran spesifikasinya relatif kecil dan dibuat dalam bentuk paket yang
kompak dan sederhana.
b. Harganya murah (Rp/KW daya terpasang)
c. Biaya pemasangan/pembangunannya cepat dan rendah, karena
pemasangan bagian-bagian dilakukan di pabrik.
d. Dapat dijalankan (start) dengan cepat
e. Dapat dipasang di sebarang tempat, tidak memerlukan persyaratan
khusus
f. Dapat di kombinasikan dengan PLTU sehingga menjadi siklus
kombinasi untuk mendapatkan rendemen total yang lebih baik.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 20
Prinsip Kerja Turbin Gas
Adapun Turbin gas bekerja berdasarkan suatu siklus yang dinamakan
dengan siklus brayton.
Gambar 2.4 : Siklus Brayton
Siklus turbin gas disebut juga siklus siklus tekanan tetap dan merupakan
penerapan sikuls brayton. Siklus ini terdiri dari 4 langkah yang urutannta adalah
sebagai berikut :
1-2 udara masuk dan ditekan dalam kompresor menghasilkan udaa
bertekanan pada klaor tetap
2-3 udara dari kompresor dan bahan bakar bereaksi di dalam ruang
pembakaran menghasilkan gas panas (langkah pemberian kalor), pada
tekanan tetap
3-4 gas panas hasil pembakaran masuk dan berekspansi dalam turbin
(langkah ekspansi), pada kalor tetap.
4 gas bekas dari turbin dibuang ke udara luar (langkah
pembuangan/exhaust)
Turbin gas bekerja (berputar) karena mendapat energi panas berupa gas
panas hasil pembakaran bahan baker. Mesin turbin gas merupakan mesin
pembakaran dalam yang kontinyu. Proses pembakaran berlangsung secara terus
menerus dan terjadi pada tekanan tetap. Mesin turbin gas sering pula disebut
dengan combustion turbine.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5: Siklus Pembangkitan Listrik Tenaga Gas
Secara umum prinsip kerja PLTG yang ada adalah
mula yaitu bagian (4) yang juga sering disebut penggerak mula yang akan
memutar turbin saat awal start. Kemudian
untuk pembakaran dan juga pendinginan dimampatkan pada bagian compressor
(6) kemudian di masukkan ke dalam ruang pembakaran (7). Begitu juga dengan
bahan bakar yang biasa menggunakan gas alam disemprotkan ke dalam runag
pembakaran oleh sebuah fuel nozzle sehingga mudah terbakar dengan bantuan
sebuah ignitor pada ruang pembakaran. Dari
dihasilkan berupa gas panas yang kemudian ditembakkan ke sudu
sehingga nantinya akan memutar turbin. Turbin akan menggerakkan rotor pada
generator sehingga nantinya akan dihasilkan GGL yang langsung disalurkan ke
trafo daya untuk selanjutnya ke sistem transmisi.
Sistem kelistrikan di PT C
frekuensi 60 Hertz, berbeda dengan frekuensi yang digunakan PT PLN yang
nilainya 50 Hertz. Tegangan pembangkitan di PT C
adalah 13,8 kV, yang nantinya dinaikkan dengan step up tranformer menjadi 115
atau 230 kV.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
: Siklus Pembangkitan Listrik Tenaga Gas
Secara umum prinsip kerja PLTG yang ada adalah dimulai dari penggerak
mula yaitu bagian (4) yang juga sering disebut penggerak mula yang akan
memutar turbin saat awal start. Kemudian pada bagian (5) udara yang diperlukan
untuk pembakaran dan juga pendinginan dimampatkan pada bagian compressor
dian di masukkan ke dalam ruang pembakaran (7). Begitu juga dengan
bahan bakar yang biasa menggunakan gas alam disemprotkan ke dalam runag
pembakaran oleh sebuah fuel nozzle sehingga mudah terbakar dengan bantuan
sebuah ignitor pada ruang pembakaran. Dari ruang pembakaran ini akan
dihasilkan berupa gas panas yang kemudian ditembakkan ke sudu
sehingga nantinya akan memutar turbin. Turbin akan menggerakkan rotor pada
generator sehingga nantinya akan dihasilkan GGL yang langsung disalurkan ke
daya untuk selanjutnya ke sistem transmisi.
Sistem kelistrikan di PT Chevron Pacific Indonesia
frekuensi 60 Hertz, berbeda dengan frekuensi yang digunakan PT PLN yang
nilainya 50 Hertz. Tegangan pembangkitan di PT Chevron P
adalah 13,8 kV, yang nantinya dinaikkan dengan step up tranformer menjadi 115
Page 21
dimulai dari penggerak
mula yaitu bagian (4) yang juga sering disebut penggerak mula yang akan
pada bagian (5) udara yang diperlukan
untuk pembakaran dan juga pendinginan dimampatkan pada bagian compressor
dian di masukkan ke dalam ruang pembakaran (7). Begitu juga dengan
bahan bakar yang biasa menggunakan gas alam disemprotkan ke dalam runag
pembakaran oleh sebuah fuel nozzle sehingga mudah terbakar dengan bantuan
ruang pembakaran ini akan
dihasilkan berupa gas panas yang kemudian ditembakkan ke sudu-sudu turbin
sehingga nantinya akan memutar turbin. Turbin akan menggerakkan rotor pada
generator sehingga nantinya akan dihasilkan GGL yang langsung disalurkan ke
ndonesia menggunakan
frekuensi 60 Hertz, berbeda dengan frekuensi yang digunakan PT PLN yang
Pacific Indonesia
adalah 13,8 kV, yang nantinya dinaikkan dengan step up tranformer menjadi 115
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Unit Pembangkitan di PT Chevron Pacific Indonesia terdiri dari :
3 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh North Duri
Cogen, dengan kapasitas pembangkit
17 unit pembangkit gas turbin dioperasikan oleh PG&T, dengan
kapasitas pembangkitan total 293 MW.
Gambar 2.6 : Sistem Tenaga Listrik PT Chevron Pacific Indonesia
2.6.2.2 Sistem Transmisi
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Karena daya yang disalurkan besar, maka tegangan
yang digunakan adalah tegangan tinggi untuk mengurangi rugi
saluran. Dari pembangkit tegangan ke
ke saluran transmisi setelah tegangan ditransformasikan dengan trafo step up
menjadi 115 kV atau
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Unit Pembangkitan di PT Chevron Pacific Indonesia terdiri dari :
3 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh North Duri
Cogen, dengan kapasitas pembangkitan total 300 MW.
17 unit pembangkit gas turbin dioperasikan oleh PG&T, dengan
kapasitas pembangkitan total 293 MW.
: Sistem Tenaga Listrik PT Chevron Pacific Indonesia
Sistem Transmisi
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Karena daya yang disalurkan besar, maka tegangan
yang digunakan adalah tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi tegangan pada
saluran. Dari pembangkit tegangan keluarannya adalah 13,8 kV. Kemudian masuk
ke saluran transmisi setelah tegangan ditransformasikan dengan trafo step up
230 kV.
Page 22
3 unit pembangkit gas turbin yang dioperasikan oleh North Duri
an total 300 MW.
17 unit pembangkit gas turbin dioperasikan oleh PG&T, dengan
: Sistem Tenaga Listrik PT Chevron Pacific Indonesia
Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkit ke pusat beban. Karena daya yang disalurkan besar, maka tegangan
rugi tegangan pada
luarannya adalah 13,8 kV. Kemudian masuk
ke saluran transmisi setelah tegangan ditransformasikan dengan trafo step up
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 23
Tegangan transmisi tenaga listrik yang digunakan sistem tenaga listrik di
PT Chevron Pacific Indonesia adalah 230 kV, 115 kV, dan 44 kV. Konfigurasi
sistem transmisi terdiri dari radial transmission line (saluran transmisi radial) dan
looping transmission lines (saluran transmisi looping), dengan konfigurasi 44 kV
single, 115 kV single, 115 kV bundle (double), dan 230 kV bundle.
Saluran transmisi yang dimiliki oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah:
Saluran transmisi 230 kV sepanjang 128 km
Saluran transmisi 115 kV sepanjang 536 km
Saluran transmisi 44 kV sepanjang 105 km
Dalam sistem transmisi PT Chevron Pacific Indonesia menggunakan
konfigurasi satu setengah bus dan konfigurasi ring bus. Yang menggunakan
konfigurasi satu setengah bus adalah North Duri, Central Duri, Kota Batak
Junction (KBJ), dan Minas. Sedangkan yang menggunakan Ring Bus adalah Duri,
5B, dan pada ring bus 230 kV.
2.6.2.3 Sistem Distribusi
Sistem distribusi menggunakan tegangan 13,8 kV dan 110 V. Dan
beberapa lokasi ada yang menggunakan 4,16 kV, seperti di Dumai dan Rumbai.
Untuk beban kantor dan perumahan menggunakan tegangan 110 V fase to netral
atau 208 V fase to fase. Sedangkan untuk memberikan suplai ke mesin-mesin
industri menggunakan tegangan 13,8 kV.
Saluran distribusi yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific Indonesia
adalah:
Saluran distribusi 13,8 kV sepanjang 1742 km
Saluran distribusi 4,16 kV sepanjang 50 km
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 24
Dan sistem distribusi tenaga listrik di PT Chevron Pacific Indonesia
memiliki sekitar 8000 transformer.
2.6.2.4 Substation
Dalam sistem transmisi dan distribusi terdapat substation yang berguna
untuk mengubah tegangan yang ditransmisikan atau didistribusikan. Di dalam
substation terdapat berbagai peralatan sistem tenaga, yaitu transformator, voltage
regulator, perlengkapan proteksi, bus bar, switch, lightning arrester, dan lainnya.
2.6.2.5 Hotline Work
Hotline work adalah metode kerja perbaikan atau penyambungan jaringan
tegangan tinggi tanpa mematikan aliran listrik. Tujuan penggunaan metode ini
adalah :
Untuk menghindari kehilangan produksi minyak mentah apabila
diperlukan adanya perbaikan dan perawatan atau penyambungan sistem
tenaga listrik.
Untuk menghindari terhentinya seluruh kegiatan di kantor-kantor,
perumahan, dan semua fasilitas yang ada.
Dengan dikeluarkannya izin melakukan hotline work oleh migas kepada
PT Chevron Pacific Indonesia, maka pemutusan arus listrik untuk keperluan
perawatan jaringan transmisi dan distribusi dapat dikurangi atau dihindari sama
sekali.
Ada tiga metode yang digunakan pada hot line work :
Metode hot stick (tongkat berisolasi tinggi)
Metode hand glove (dengan sarung tangan)
Metode hand bare (pegangan langsung)
Yang digunakan PT Chevron Pacific Indonesia adalah metode hot stick
dan hand bare. Metode hot stick digunakan pada tegangan 115 kV, 44kV, 13,8
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 25
kV, atau lebih kecil. Sedangkan metode hand bare dilakukan pada tegangan
230kV. Metode hand bare dipilih untuk jaringan 230 kV karena metode hand stick
dirasa tidak efektif. Berikut alasan tidak digunakannya metode hot stick pada
jaringan 230kV.
Jarak konduktor dengan pekerja yang berjauhan
Tongkat yang dibutuhkan semakin panjang dan berat
Jumlah isolator yang dibutuhkan semakin banyak sehingga semakin berat
Pada metode hand bare petugas menggunakan pakaian khusus, yaitu
Conduct suit lengkap dengan baju, celana, kaus kaki, sepatu, sarung tangan, dan
penutup kepala. Prinsip alamiah yang digunakan adalah memegang kawat satu
fasa saja, seperti burung yang bertengger pada kawat tegangan tinggi.
2.6.2.6 Supervisory Control & Data Acquistion (SCADA)
Sistem SCADA ini adalah sebuah sistem pengawasan jaringan listrik pada
remote area dan pengambilan data-data parameter jaringan yang terpusat untuk
memudahkan kontrol. Daerah instalasi jaringan listrik yang luas memerlukan
suatu kontrol atau koordinasi ang baik agar semua peralatan yang teradapat dalam
sistem dapat bekerja secara simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini
diperlukan agar kinerja sistem dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat mengisolir
gangguan dari jarak jauh juga.
SCADA untuk seluruh sistem tenaga listrik di PT Chevron Pacfic
Indonesia berada di Duri, tepatnya di kantor PG&T Duri. Dari SCADA seluruh
sistem tenaga listrik di PT Chevron Pacific Indonesia dapat diamati. Jika ada
gangguan atau kondisi abnormal di suatu lokasi, maka akan memberikan tanda ke
SCADA sehingga bisa dilakukan tindakan untuk kondisi tersebut.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
3.1. Umum
Transformator
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu besaran ke besaran tertentu,
dalam hal ini yaitu arus dan tegangan. Tidak seperti halnya generator dan motor,
transformator tidak mengubah suatu energ
hanya mengubah besarannya. secara umum trafo juga dibagi menjadi 2 bagian
belitan utama yaitu belitan primer yang merupakan belitan yang langsung
menerima suplai dari sumber dan bagian sekunder
sistem berikutnya.
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis.
Apabila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan AC, maka akan timbul arus sehingga inti
Arus tersebut akan menimbulkan flux yang berubah
menurut fungsi waktu. Dengan adanya perubahan flux pada kumparan primer
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
BAB III
TRANSFORMATOR
Transformator merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu besaran ke besaran tertentu,
dalam hal ini yaitu arus dan tegangan. Tidak seperti halnya generator dan motor,
transformator tidak mengubah suatu energi ke bentuk energi lainya namun trafo
hanya mengubah besarannya. secara umum trafo juga dibagi menjadi 2 bagian
belitan utama yaitu belitan primer yang merupakan belitan yang langsung
menerima suplai dari sumber dan bagian sekunder yang akan meneruskan ke
Gambar 3.1: Prinsip kerja
Transformator
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis.
Apabila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan AC, maka akan timbul arus sehingga inti besi akan bersifat magnet.
Arus tersebut akan menimbulkan flux yang berubah-ubah secara sinusoidal
menurut fungsi waktu. Dengan adanya perubahan flux pada kumparan primer
Page 26
yang berfungsi
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu besaran ke besaran tertentu,
dalam hal ini yaitu arus dan tegangan. Tidak seperti halnya generator dan motor,
i ke bentuk energi lainya namun trafo
hanya mengubah besarannya. secara umum trafo juga dibagi menjadi 2 bagian
belitan utama yaitu belitan primer yang merupakan belitan yang langsung
yang akan meneruskan ke
Gambar 3.1: Prinsip kerja
Transformator
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis.
Apabila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
besi akan bersifat magnet.
ubah secara sinusoidal
menurut fungsi waktu. Dengan adanya perubahan flux pada kumparan primer,
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 27
maka sesuai dengan prinsip induksi elektromagnetis akan timbul GGL induksi
yang akan menginduksikan belitan sekunder.
Ratio atau perbandingan antara tegangan dan jumlah belitan disebut
dengan perbandingan transformasi (turn ratio). Bila jumlah belitan pada sisi
sekunder lebih besar daripada jumlah belitan pada sisi primer maka tegangan pada
sisi sekunderpun akan lebih tinggi dibanding pada sisi primer, demikian
sebaliknya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Ns = jumlah belitan sekunder Ep = Tegangan pada sisi Primer
Np= Jumlah belitan primer Es = Tegangan pada sisi Sekunder
Belitan primer adalah sisi penerima tegangan, namun tidak selalu dalam
bentuk tegangan tinggi. Bila ratio transformator 10:1 maka trafo tersebut adalah
transformator penurun tegangan (step down transformer) dan jika ratio
transformator adalah 1:10 maka merupakan transformator penaik tegangan (step-
up transformator).
N p
N s
=
E p
Es
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 28
3.2. Bagian-Bagian Transformator
3.2.1 Bagian Utama :
3.2.1a. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluksi yang ditimbulkan
oleh arus listrik yang melalui kumparan. Inti besi dibuat dari lempengan-
lempengan besi tipis yang berisolasi untuk mengurangi panas ( sebagai rugi-rugi
besi ) yang ditimbulkan oleh eddy current.
Jenis-jenis inti besi (Core) :
Stacking core
Step leg/Cut wound core
Continous/No cut wound core
Material core: Silicon steel
Gambar 3.2: berbagai bentuk inti trafo
3.2.1b. Kumparan Transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan
tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun bagian lain dengan isolasi padat
seperti karton, pertinax, dll. Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan
sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan arus bolak-balik
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 29
maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan tegangan/arus
bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan
tegangan. Bila pada rangkaian sekunder ditutup ( rangkaian beban) maka akan
mengalir arus pada kumparan ini. Jadi kumparan berfungsi sebagai alat
transformasi tegangan dan arus.
3.2.1c. Kumparan Tertier
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau
untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu
dihubungkan delta. Kumparan tertier sering dipergunakan juga untuk
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt
dan reactor shunt, namun demikian tidak semua trafo daya mempunyai kumparan
tertier.
3.2.1d. Minyak Transformator
Sebagian besar trafo tenaga, kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam
minyak-trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar. Karena minyak
trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat
pula sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai
media pendingin dan isolasi. Untuk minyak trafo harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
kekuatan isolasi tegangan tinggi
penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel-
partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat
viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik
titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap karna dapat membahayakan
tidak merusak bahan isolasi padat
sifat kimia yang stabil.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Oil filled transformer dapat dirancang untuk kapasitas yang besar dengan
operating voltage sampai 500 KV.
yang dipakai adalah Askarel dan Transil.
isolasi yang tinggi. Sekarang jenis minyak ini dilarang untuk di pakai, karena
mengandung PCB yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Sebagai
penggantinya dipakai jenis minyak mineral yang bernama Diala / Nienas
Gambar 3.3 : Tank penyimpanan minyak traf
3.2.1e. Bushing
Gambar 3.4 : Bushing pada Transformator
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
transformer dapat dirancang untuk kapasitas yang besar dengan
operating voltage sampai 500 KV. Pada jaman dahulu jenis minyak transformer
Askarel dan Transil. Jenis minyak ini mempunyai daya
Sekarang jenis minyak ini dilarang untuk di pakai, karena
mengandung PCB yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Sebagai
penggantinya dipakai jenis minyak mineral yang bernama Diala / Nienas
Tank penyimpanan minyak trafo
: Bushing pada Transformator
Page 30
transformer dapat dirancang untuk kapasitas yang besar dengan
Pada jaman dahulu jenis minyak transformer
Jenis minyak ini mempunyai daya
Sekarang jenis minyak ini dilarang untuk di pakai, karena
mengandung PCB yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Sebagai
penggantinya dipakai jenis minyak mineral yang bernama Diala / Nienas
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 31
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar dihubungkan melalui
sebuah busing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator , yang
berfungsi juga sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.
3.2.1f. Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator. Ada beberpa jenis tangki diantaranya :
1. Jenis Sirip
Badan tanki terbuat dari gulungan pelat baja dingin yang menjalani
penekukan, pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk membentuk badan
tangki bersirip dengan siripnya berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat
bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki terbuat dari gulungan plat
baza yang kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip membentuk
tangki corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000 kVA dibuat
dengaan bentuk tangki coorugated.
2. Jenis tangki conventional beradiator
Jenis tangki terdiri dari bagian tangki yang tertutup yang terbuat dari mild stee
plate (gulungan plat baza panas) ditekuk dan dilas untuk dibangun sesuai dimensi
yang diinginkan, sedang radiator jenis panel terbuat dari gulungan pelat baza
dingin (cold rolled sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi dengan
konsevator dan digunakan untuk 25.000 kVA.
3. Hermatically sealed tank with N2 cushined
Tipe tangki ini sama dengan jenis conventional, tetapi di atas permukaan minyak
terdapat gas nitrogen untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5 : jenis-jenis tangki transformator
3.2.2 Peralatan Bantu
3.2.2a. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan
besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut
yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem
pendinginan untuk menyalurkan panas yang timbul pada trafo.
Media yang digu
minyak dan air. Pengalirannya( sirkulasi) dapat dengan cara :
1. OA = Self cooled
2. FA = Forced air cooled
3. FOA = Forced liquid cooled (ODAF = Oil directed Air forced)
Pada transformator daya dalam
kipas, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
jenis tangki transformator
antu
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi
rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu
yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem
pendinginan untuk menyalurkan panas yang timbul pada trafo.
Media yang digunakan pada sistem pendinginan dapat berupa udara/gas,
minyak dan air. Pengalirannya( sirkulasi) dapat dengan cara :
OA = Self cooled (ONAN = Oil Natural Air Natural)
FA = Forced air cooled (ONAF = Oil Natural Air Forced)
ced liquid cooled (ODAF = Oil directed Air forced)
transformator daya dalam pendinginan melalui udara dapat menggunakan
kipas, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Page 32
kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi
mengakibatkan kenaikan suhu
yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi
kenaikan suhu yang berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem
nakan pada sistem pendinginan dapat berupa udara/gas,
(ONAN = Oil Natural Air Natural)
(ONAF = Oil Natural Air Forced)
ced liquid cooled (ODAF = Oil directed Air forced)
pendinginan melalui udara dapat menggunakan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6: Transformator dengan
3.2.2b. Tap Changer
Merupakan perubah perbandingan transfomator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder
berubah-ubah. Hal ini dilakukan dengan cara
menghubungkan suatu terminal dengan terminal tertentu untuk mendapatkan
tegangan yang di inginkan.
berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban (off
jenisnya
Gambar 3.7 : Tap changer
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Kipas pendingin
: Transformator dengan kipas pendingin
hanger
Merupakan perubah perbandingan transfomator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang
ubah. Hal ini dilakukan dengan cara memutar kekiri atau kekanan untuk
menghubungkan suatu terminal dengan terminal tertentu untuk mendapatkan
tegangan yang di inginkan. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan
load) atau dalam keadaan tak berbeban (off-load ), tergantung
ap changer
Page 33
Merupakan perubah perbandingan transfomator untuk mendapatkan
inginkan dari tegangan jaringan/primer yang
memutar kekiri atau kekanan untuk
menghubungkan suatu terminal dengan terminal tertentu untuk mendapatkan
Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan
oad ), tergantung dari
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 34
Turun naik 1 tap akan mendapat perobahan Voltage sebesar 5 % tiap tap
dari tegang Nominal. Artinya trafo ini bisa menaikkan 10 % up dan 10 % down.
Pada single phase transformer, turun naik voltage hanya bisa 2.5 % untuk 1 tap,
atau 5 % up and down from nominal voltage
3.2.2c. Alat Pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka
suhu minyak pun akan berubah ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu makin
tinggi maka minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak
keluar dari dalam tangki sebaliknya bila suhu turun minyak akan menyusut
sehingga udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut
dengan pernafasan trafo. Permukaan minyak akan selalu bersinggungan dengan
udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo, maka untuk
mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung
berisi kristal zat hygroskopis.
3.2.2d. Indikator
Untuk mengawasi selama trafo berada dalam kondisi beroperasi, maka perlu
adanya indikator yang digunakan sebagai alat untuk memantau kondisi trafo, ada
beberapa alat indikator yang digunakan yaitu sebagai berikut :
indikator suhu minyak
indikator permukaan minyak
indikator sistem pendingin
indikator kedudukan tap
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 35
3.3 KLASIFIKASI TRANSFORMATOR
Trafo diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria :
3.3.1 Berdasarkan penempatan jaringan atau rating tegangan
a. Transformaor daya
Digunakan antara generator hingga jaringan distribusi primer
Transformator kelas I : dengan belitan pada HV mencapai 69 kV
Transformstor kelas II : dengan tegangan pada kumparan HV menvapai
115 s/d 765 kV
Pada PT. CPI digunakan transformator pada rating operating voltage : 13.8/115
kV, 13.8/44kV,
Adapun contoh nameplate transformator yang digunakan di CPI adalah :
Merk : General Electric
No. Seri : G-851227 3 ; 60Hz
Daya : 1200 kVA
Rating Tegangan : 13.8/115
Iout Nom : 937 Amp
Impedansi : 6.42%
Hubungan : Y-
Jenis Pendingin : OA/FA/FOA
b. Transformator Distribusi
Digunakan pada jaringan distribusi primer sampai distribusi primer. (umumnya
kapasitasnya antara 5 s/d 500 kVA). Pada PT.CPI sendiri ratingnya yaitu :
13.,8/120/240/480/960/1300/4160 volt dan 4,16/120/480 volt. Berikut 2 model
trafo distribusi yang digunakan pada PT.CPI.sedangkan trafo pada jaringan
distribusi menggunakan 2 jenis model yaitu :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
1. Pole Mounted :
digantungkan di tiang
2. Pad mounted : trafo di
atas pondasi pada tiang
Gambar 3.9 : (1) Pole Mounted transformer
3.3.2 Transformator Dengan Klasifikasi Spesial :
a. Load Tap Changing Transformer
Merupakan trafo
memutuskan beban
Gambar 3.10 :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Pole Mounted : trafo distribusi yang berbentuk tabung dan
digantungkan di tiang
Pad mounted : trafo distribusi yang berbentuk persegi dan dipasang di
atas pondasi pada tiang
trafo
) Pole Mounted transformer (2) Pad Mounted transformer
Transformator Dengan Klasifikasi Spesial :
Load Tap Changing Transformer
Merupakan trafo yang dapat mengubah variasi tegangana out
memutuskan beban
LTC Trafo
Page 36
trafo distribusi yang berbentuk tabung dan
stribusi yang berbentuk persegi dan dipasang di
ad Mounted transformer
yang dapat mengubah variasi tegangana out-put tanpa
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
b. Voltage regulator
Transformator yang digunakan untuk mengontrol tegangan output dalam
batas tertentu, dengan mengkompensasi perubahan tegangan input
beban.
c. Grounding transformer
Trasformator ya
grounding, biasanya digunakan pada jaringan transmis
d. Instrument Transformer
Tranformator yang digunakan untuk pengukuran besaran listrik pada sisi
primernya, dengan output yang proporsional pada sekundernya.
PT (potential transformer) atau VT (voltage transformer) untuk
pengukuran tegangan
Gambar
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Voltage regulator
Transformator yang digunakan untuk mengontrol tegangan output dalam
batas tertentu, dengan mengkompensasi perubahan tegangan input
Grounding transformer
ang di design untuk menyediakan titik neutral untuk
grounding, biasanya digunakan pada jaringan transmisi delta.
Instrument Transformer
Tranformator yang digunakan untuk pengukuran besaran listrik pada sisi
primernya, dengan output yang proporsional pada sekundernya.
PT (potential transformer) atau VT (voltage transformer) untuk
pengukuran tegangan
Gambar 3.11 : Potential transforme
Page 37
Transformator yang digunakan untuk mengontrol tegangan output dalam
batas tertentu, dengan mengkompensasi perubahan tegangan input dan perubahan
ng di design untuk menyediakan titik neutral untuk
Tranformator yang digunakan untuk pengukuran besaran listrik pada sisi
PT (potential transformer) atau VT (voltage transformer) untuk
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
CT (current transformer) untuk pengukuran arus
Gambar 3.12 : Curent Transformator
e. Special Transformer
Transformator yang dirancang dan digunakan khusus untuk keperluan
control, perkakas listrik, signal, ignition, ballast, isolasi rangkaian, dll
f. Transformer K
adalah transformer yang dirancang tanpa
kapasitas yang rendah.
peruntukannya.
g. Transfomer Basah
adalah transforme
minyak, dan disebut juga oil filled transformer. Jenis transformer
dipasang pada alam terbuka atau out door.
dengan kisi-kisi yang disebut radiator yang berfungsi untuk mendinginkan
minyak isolasi. Fungsi minyak isolasi adalah sebagai alat pendingin winding dan
core, karena panas timbul dari beban, serta untuk melindungi dari karat
isolasi juga berfungsi untuk meningkatkan kapasitas transformer.
biasa dipakai adalah mineral oil, askarel, dan silikon
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
CT (current transformer) untuk pengukuran arus
Gambar 3.12 : Curent Transformator
ransformer
Transformator yang dirancang dan digunakan khusus untuk keperluan
control, perkakas listrik, signal, ignition, ballast, isolasi rangkaian, dll
Kering
adalah transformer yang dirancang tanpa alat pendingin dan mempunyai
rendah. Di pasang indoor atau out door sesuai fungsi dan
asah (Liquid Immersed Transformer)
adalah transformer dimana coil dan corenya berada dan terendam dalam
minyak, dan disebut juga oil filled transformer. Jenis transformer
dipasang pada alam terbuka atau out door. Oil filled transformer dilengkapi
kisi yang disebut radiator yang berfungsi untuk mendinginkan
minyak isolasi. Fungsi minyak isolasi adalah sebagai alat pendingin winding dan
na panas timbul dari beban, serta untuk melindungi dari karat
isolasi juga berfungsi untuk meningkatkan kapasitas transformer.
biasa dipakai adalah mineral oil, askarel, dan silikon
Page 38
Transformator yang dirancang dan digunakan khusus untuk keperluan
control, perkakas listrik, signal, ignition, ballast, isolasi rangkaian, dll
alat pendingin dan mempunyai
Di pasang indoor atau out door sesuai fungsi dan
dimana coil dan corenya berada dan terendam dalam
minyak, dan disebut juga oil filled transformer. Jenis transformer ini biasanya
Oil filled transformer dilengkapi
kisi yang disebut radiator yang berfungsi untuk mendinginkan.
minyak isolasi. Fungsi minyak isolasi adalah sebagai alat pendingin winding dan
na panas timbul dari beban, serta untuk melindungi dari karat .Minyak
isolasi juga berfungsi untuk meningkatkan kapasitas transformer.minyak yang
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 39
BAB IV
POWER TRANSFORMER STANDART MAINTENACE
4.1 Jenis-Jenis Maintenance
Pemeliharaan transformator daya dilakukan untuk menjaga efektivitas dan
daya tahan peralatan sistem tenaga listrik, khususnya transformator daya agar
dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga kontinuitas penyaluran tetap terjaga
dengan baik. Oleh karena itu biasanya setiap paralatan pada sistem tenaga listrik
biasanya dilakukan maintenance atau perawatan berkala, apalagi peralatan
tersebut berhubungan dengan kontinuitas pelayanan.
Pemeliharaan atau Maintenance dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Pemeliharaan preventive (Time base maintenance)
Pemeliharaan preventive adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya
b. Pemeliharaan Prediktif (Conditional maintenance)
Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara
mempredisi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya
peralatan listrik tersebut menuju kegagalan
c. Pemeliharaan korektif (Corective maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan secara
terencana ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah
pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada
kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi
d. Pemeliharaan darurat (Breakdown maintenance)
Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya terurai.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 40
4.2 Jenis-Jenis Pengujian
Berikut adalah beberapa pengujian yang dilakukan secara berkala maupun
tidak, dalam rangka maintenance atau perawatan guna mengetahui kondisi
transformator. Hal ini dipelukan untuk mengontrol perkembangan dari
keseluruhan bagian yang ada pada transformator. Adapun pengujian yang
dilakukan adalah
4.2.1 Oil Dielectric Strenght (ODS) Test
Dielektrik adalah kemampuan suatu material untuk menghambat aliran
listrik, dan apabila telah terjadi tembus listrik maka bahan ini akan menjadi
konduktor. Bahan dielektrik juga dapat berfungsi sebagai pendingin peralatan
listrik dengan cara meredam panas yang ditimbulkan. Oil dielectric strenght
(kekuatan dielektrik minyak) adalah kemampuan isolasi minyak dalam memikul
tegangan tanpa mengalami tembus (break down) dimana ambang batas tegangan
yang dapat dipikul disebut tegangan tembus (breakdown voltage) . Dengan
diketahuinya kekuatan dilelektrik, dapat ditentukan tegangan maksimum yang
dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan tembus dielektrik melalui sebuah
material, sehingga dapat diketahui kemampuan dielektrik tersebut dalam
memadamkan busur api yang biasanya ditunjukkan dengan satuan Volts/mil.
4.2.1a Transformer Oil Tester
Merupakan suatu peralatan yang digunakan yang didesain untuk menguji
tegangan tembus dari cairan isolasi dan media pendingin pada transformator.
Prinsip kerja alat ini adalah memberikan tegangan tertentu pada 2 elektroda yang
berjarak 2.5mm, dimana diantara 2 elektroda tersebut diisi minyak transformator
yang akan dites. TOT yang digunakan pada PT.CPI adalah TOT model OC60D-
A. TOT jenis ini selain digunakan untuk menguji minyak trafo, dapat juga
digunakan untuk menguji media pendingin pada kabel, minyak CB, dan peralatan
tegangan tinggi lain yang menggunakan cairan minyak sebagai isolasi atau media
pendingin.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 41
Unit tester ini sudah memenuhi pesyaratan sesuai dengan standart ASTM
D877 (volatage regulator & mini substation transformer), ASTM D1816 (high
voltage transformer) dan IEC 156. Minyak yang digunakan sebagai bahan isolasi
adalah natural oil class 1, NYNAS dan minyak jala
Rating tegangan kekuatan dielektrik minyak IEC156 diberikan pada tabel berikut
Tabel 4.1 : Rating Kekuatan dielektrik Minyak IEC 156
Rated volatage
Un 36
kV
36<Un70kV 70<Un170kV 170kV<Un
Nilai minimum
kekuatan dielektrik
30 kV 35 kV 40 kV 50 kV
Nilai batas
kandungan air
untuk minyak
40 mg/kg 35 mg/kg 30 mg/kg 20 mg/kg
Nilai batas deviasi
(tan) minyak 90
C. 50 Hz
1.5 0.8 0.3 0.2
Nilai minimum
interfacial minyak
10 kV 12 kV 15 kV 20 kV
Metode pengukuran dengan standart IEC 156 menggunakan tegangan AC
yang diaplikasikan diantara 2 logam bola berdiameter 12.5 mm dengan jarak gap
2.5 mm antara kedua bola. Tegangan yang diaplikasikan akan terus meningkat
hingga terjadi tembus.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 42
4.2.2 Bushing Power Factor
Hubungan antara kumparan transformator dengan jaringan luar
dihubungkan dengan sebuah bushing, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi
oleh isolator. Bushing sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara
konduktor tersebut dengan tangki transformator. Pada bushing dilengkapi fasilitas
untuk pengujian kondisi bushing yang sering disebut center tap. Bushing yang
digunakan di PT.CPI adalah bushing tipe A, bushing tipe U, bushing tipe GOB,
bushing tipe COT 125, tipe COT 1050, dan bushing tipe porselin. Bushing
tersebut beroperasi normal pada temperatur 20 C dengan rating tegangan 24 kV
hingga 245 kV. Standar bushing ini mengacu pada standar FIST 3-2 11/91, IEC
137, DIN 42533, DIN 42534. Bushing yang bagus memiliki power factor <0.5.
apabila power factor 0.5<pf<1, maka bushing dalam keadaan kritikal, yang
artinya bushing harus segera dimaintenance (diambil tindakan perbaikan). Dan
apabila power factor bushing >1, maka bushing harus segera diganti. Bushing
power tranformer di PT.CPI biasanya sebesar 0.25-0.3, hal ini menunjukkan
bahwa bushing power factor di PT.CPI sudah memenuhi standar.
Semua bushing tegangan tinggi harus diperiksa pada waktu tertentu untuk
interval waktu yang tidak melebihi 3-5 tahun. Inspkesi harus meliputi pengujian
power factor untuk semua bushing dengan rating di atas 115 kV. Bushing
tegangan rendah juga harus diuji tetapi jika terdapat kondisi yang buruk. Bushing
yang terlihat buruk harus diuji pada interval waktu 6 bulan sampai 1 tahun, dan
harus diganti jika hasil tes menunjukkan kondisi yang berbahaya.
Data operasi memperlihatkan bahwa 90% kegagalan bushing
disebabkan oleh kelembaban bushing melalui kebocoran gasket atau
permukaan lain. Pendekatan inspeksi berkala untuk menemukan kebocoran dan
melakukan perbaikan sangat dibutuhkan mencegah kegagalan bushing.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 43
4.2.3 Insulation Oil
Agar transformator mampu menjaga karakteristik dielektriknya dan
mampu mencegah pengoperasian dalam waktu yang singkat, sangat penting untuk
menggunakan minyak pada isolasinya untuk menentukan kualitas transformator
yang sesuai dengan staandar IEC 296 atau standar internasional lain yang
ekivalen. Selain itu, sangat penting juga memastikan bahwa minyak tersebut
memiliki kemampuan untuk memindahkan partikel padat, gas, dan kelembapan.
Tes atau pengujian minyak yang serupa dapat diaplikasikan pada saat
transformator telah beroperasi, tetapi kebanyakan pengujian ini dilakukan di
laboratorium dan hasilnya hanya dapat dijelaskan oleh orang tertentu, sebagai
konsekuensinya, pengujian dan pengecekan ini seharusnya memiliki laboratorium
khusus.
Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian isolasi minyak dikenal
dengan spinmeter. Berdasarkan standar prancis, yang dijelaskan juga pada standar
IEC C296-101 dengan tambahan alat terdiri dari tank yang terbuat dari araldite
dengan memasukkan 2 bola logam elektroda berdiameter 12.5mm dan celah gap
2.5mm. Pengukuran ini diberikan oleh rata-rata dari 5 tegangan tembus terakhir 6
percobaan dengan kondisi konstan. Hasil ini merupakan salah satu standart baku
di Prancis, dan salah satu referensi nilai yang digunakan pada instrumen ini.
Pengujian isolasi minyak membutuhkan sebuah bejana minyak pada alat
pengujian. Bejana ini merupakan tipikal sistem 3 elektroda dengan penyediaan
perlindungan kebocoran di permukaan minyak. Hal ini sangat penting karena
kapasitansi selnya kecil, dan bahkan sangat kecil yang dapat menyebabkan
kebocoran yang memungkinkan eror yang besar saat pengukuran.
Pengujian minyak di laboratorium biasanya dilakukan pada temperatur
ruangan 20 C dan kenaikan temperatur hingga 90-100 C. Pengujian pada kedua
temperatur ini memberikan lebih banyak pengetahuan untk menentukan
karakteristik dan kualitas minyak.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 44
Sebelum mencoba menghubungkan peralatan pengujian ke transformator,
pertama kali kita harus memastikan bahwa sistem benar-benar harus terisolasi dan
dinetralkan. Isolasi terbaik dilakukan pada terminal transformator (bushing),
bukan pada ujung atau sepanjang b us atau kabel koneksinya. Alasan dilakukan
hal tersebut karena setiap meter bus yang berada pada transformator akan menjadi
peralatan yang menarik arus interferensi kapasitif dari daya peralatan dari
terminal. Keakuratan pengukuran power factor secara proporsional berbanding
terbalik terhadap arus interferensinya, sangat penting untuk memiliki hubungan
yang mungkin sehingga hasilnya akan lebih akurat dan dapat diperbaharui.
Alasan lain melakukan pengujian ini pada terminal alat adalah untuk
menghindari pengukuran rugu-rugi yang terhubung ke bus isolator atau kabel
yang mungkin terjadi.
4.2.4 CLEANING
Sangat diperlukan untuk melakukan pembersihan semua isolator pada
transformator utama untuk segala pengukuran. Hal ini sangat penting dilakukan
terutama di daerah tepi pantai karena mungkin garam berada di atas isolator, atau
pada daerah industri besar dengan tingkat polusi yang tinggi. Pembersihan sangat
dianjurkan sekali ketika bushing transformator bukan bagian pengujian tap trafo
dan harus diukur menggunakan collars.
Sangat penting untuk menyimpan semua informasi yang berkaitan dengan
pengujian. Informasi tersebut perlu ditambahkan pada proses pengujian,
diantaranya :
1. Lokasi terminal dan posisi peralatan pada terminal
2. Pabrikan, tipe, dan serial number peralatan pengujian
3. Kondisi pengujian transformator berdasarkan temperaturnya, level
minyak, posisi tap, dan tampilan mekaniknya
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 45
4. Pemakaian terus-menerus pada kondisi ambient termasuk temperatur,
kelembapan, arah, dan kecepatan angin
Penyimapanan data semua informasi di atas dilakukan untuk menyediakan
peralatan pengujian. Beberapa peralatan pengujian seperti pembacaan kapasitansi,
dan faktor disipasi sebagai rugi daya. Penafsiran hasil disipasi daya atau pengujian
power factor dilakukan permintaan proses pengukuran. Penafsiran ini sangat
susah dilakukan pada pertama kali operasi trafo karena tidak satu orangpun
mengetahui sejarah peralatan trafo sebelum dievaluasi. Prediksi pengujian ini
mengacu pada standart ASTM, IEC, IEEE, dan NEMA
Tabel 4.2 : Faktor disipasi transformator Pada Temperatur 20C
Rating New
equipment
Used equipment
HV oil 0.0005
0.005
LV oil 0.001
0.01
<19 kV 0.01
0.03
20-80 kV 0.007
0.015
90-200 kV 0.005
0.01
2010-400 kV 0.004
0.007
>400 kV 0.003
0.006
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 46
TABLE 4.3 : TYPICAL DEFECTS AND DIAGNOSTIC POSSIBILITIES IN THE MAIN INSULATION
SPACE COMPONENTS DEFFECTS
PROBABILITY OF
DETECTION
HV (OUTER)
TANK
OIL Contamination High
Oil- Barrier
Oil contamination High
Moisture in barrier,
surface
contamination
discharge along
surface
Low, due to
relatively small
volume of solid
insulation
Coil support
insulation, shunting
insulation of leads,
LTC, bushings
Contamination, local
moisture
concentration
Low, due to
relatively small
capacitance, only
severe
contamination can
be detected
HV-LV
Oil-barrier
Moisture in barrier,
oil contamination
High
surface
contamination,
discharge along
surface
Medium
LV (inner)-CORE
Oil contamination High
Oil barrier Moisture in barrier Medium
Coil support
insulation, shunting
insulation of leads,
LTC, bushings
Surface
contaminataion local
moisture
Medium
Phase to phase
Oil barrier Oil contamination High
Moisture in barrier Low, due to
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 47
relatively small
volume of solid
insulation
Surface
contamination,
discharge along
surface
Medium
4.2.5 Transformer Turns Ratio Test
Gambar 4.1 : Alat Pengetesan TTR
TTR atau Transformer Turns Ratio Test digunakan untuk mengetahui rasio
belitan antara belitan primer dan belitan sekunder. TTR bisa digunakan untuk
menganalisa :
1. Belitan primer atau sekunder yang terhubung singkat
2. Open circuit
3. Kesalahan Koneksi belitan
4. Kerusakan tap changer
Tes rasio kumaran ini dilakukan pada gulungan koil, jika perbedaannya melebihi
0,5% dari coil lain maka dinyatakan coil terbakar dan harus diganti. Prinsip kerja
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
dari TTR adalah perbandingan tegangan pada kondisi tanpa beban akan sama
dengan perbandingan jumlah belitan primer dan sekunder.
Gambar 4.2 : Line Diagram Pengetesan TTR
4.2.6 Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan
suatu alat ukur Insulation Tester
tahanan isolasi belitan
(fasa) terhadap badan (
(bila ada). Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk
mengetahui besar (nilai) kebocoran a
isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang
menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman un
dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan
yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga
terhindar dari kegagalan isolasi
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
dari TTR adalah perbandingan tegangan pada kondisi tanpa beban akan sama
dengan perbandingan jumlah belitan primer dan sekunder.
4.2 : Line Diagram Pengetesan TTR
4.2.6 Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan
Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran)
tahanan isolasi belitan / kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan
(fasa) terhadap badan (Case) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk
mengetahui besar (nilai) kebocoran arus (leakage current ) yang terjadi pada
isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang
menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
salah satu cara meyakinkan bahwa trafo cukup aman untuk diberi tegangan adalah
dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan
yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga
terhindar dari kegagalan isolasi
Page 48
dari TTR adalah perbandingan tegangan pada kondisi tanpa beban akan sama
Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan
) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran)
/ kumparan trafo tenaga antara bagian yang diberi tegangan
) maupun antar belitan primer, sekunder dan tertier
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi belitan trafo adalah untuk
) yang terjadi pada
isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tertier. Kebocoran arus yang
menembus isolasi peralatan listrik memang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
tuk diberi tegangan adalah
dengan mengukur tahanan isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan
yang ditetapkan akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 49
R10
X 100 % - (Polarization Index).
R1
Keterangan :
= Nilai tahanan isolasi pengukuran menit pertama,
= Nilai tahanan isolasi pengukuran pada menit kesepuluh
Menurut standar VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan
isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung 1 kilo Volt = 1 M (Mega
Ohm)
Tabel 4.4 : Index nilai polarisasi
Gambar 4.3 : insulation tester
Kondisi Index Polarisasi
Berbahaya < 1.0
Jelek 1.0 1.1
Dipertanyakan 1.1 1.25
Baik 1.25 2.0
Sangat baik > 2.0
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 50
BAB V
PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA
5.1. Teori Umum
5.1.1. Pengertian Sistem Proteksi
Setiap bagian dari sistem tenaga listrik perlu diproteksi karena gangguan
baik dari dalam maupun luar sistem akan selalu ada dan mengancam keamanan
dari semua peralatan yang ada dalam sistem. Sistem proteksi yang baik dapat
menghindari terjadinya kehilangan daya. Misalnya proteksi beban lebih pada trafo
mencegah berlebihnya beban pada trafo dan kegagalan isolasinya yang
menyebabkan kerusakan pada trafo. Jika bagian yang terganggu diisolasi secara
cepat, maka kerusakan yang diakibatkannya dapat diminimalisir dan bagian yang
terganggu dapat diperbaiki secepatnya serta fungsi pelayanannya dapat
dilanjutkan tanpa penundaan yang lebih lama.
Secara sederhana fungsi sistem proteksi adalah mendeteksi perubahan
parameter sistem, mengevaluasi besar perubahan parameter dan membandingkan
dengan besaran dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya alat akan
memberi perintah kepada peralatan yang berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan bagian-bagian tertentu dari sistem untuk melakukan proses
switching.
Adapun akibatnya jika gangguan dibiarkan berlangsung secara lama, maka
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan seperti diantaranya :
1. Berkurangyna batas-batas kestabilan untuk sistem tenaga listrik
2. Rusaknya peralatan yang berada dekat denagn gangguan yang disebabkan
oleh arus yang besar, arus tak seimbang atau tegangan-tegangan rendah
yang ditimbulkan oleh gangguan.
3. Ledakan pada peralatan yang mengandung minyak isolasi pada saat
terjaadi hubung singkat, dapat mengakibatkan kebakaran pada peralatan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 51
5.1.2. Komponen-komponen sistem Proteksi
Sistem proteksi terdiri dari :
1. Transformer instrument (CT & PT)
2. Rele proteksi
3. Pemutus tenaga (CB, PMT)
Secara garis besar sistem proteksi terdiri dari ketiga komponen ini dengan
kualifikasi masing-masing yaitu :
Transformator instrument berfungsi untuk memonitor arus atau tegangan dan
menurunkan besar kedua besaran tersebut ke suatu nilai yang sesuai untuk
keperluan rele
Rele berfungsi untuk membandingkan besar arus atau tegangan yang
diterimanya dari trafo instrument dengan nilaai setelannya. Jika sinyal input
melebihi nilai setelan rele, maka rele akan trip dan memberikan sinyal ke
suatu pemutus tenaga.
Pemutus tenaga berfungsi untuk mengisolasi bagian yang terganggu dari
sistem yang sehat.
5.1.2a RELE
Rele proteksi merupakan susunan piranti, baik elektronik maupun
magnetik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan
pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Pada
prinsipnya rele yang dipasang pada sistem tenaga listrik mempunyai 3 macam
fungsi yaitu :
1. Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu
serta memisahkan secepatnya
2. Mengurangi kerusakan yag lebih parah dari peralatan yang terganggu
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 52
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang
tidak terganaggu di dalam sistem tersebut serta dapat beroperasi secara
normal.
Dalam sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat vital.
Pengaman berkualitas yang baik memerlukan rele proteksi yang baik juga. Untuk
itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman, yaitu :
Gambar 5.1 : Relay Philosophy
1. Kepekaan (sensitivity)
Artinya rele harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal
sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya
gangguan. Namun dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa rele juga harus stabil,
dalam artian :
rele dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksimum.
Pada saat transformator dihubungkan ke sistem atau start awal, rele tidak
boleh bekerja karena adanya arus inrush yang besarnya dapat mencapai 3-5
kali arus inrush
Rele harus dapat membedakan antara gangguan dan ayunan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 53
2. Keandalan (Reliability)
Rele harus dapat bekerja kapanpun gangguan terjadi dan tidak boleh gagal
bekerja. Walaupun tidak bekerja selama berbulan-bulan pada saat gangguan
namun pada saat terjadi gangguan rele harus selalu dapat mengatasi gangguan.
Keandalan rele proteksi ditentukan oleh rancangan, pengerjaan, beban yang
digunakan dan perawatannya.
3. Selektivitas (selectivity)
Rele harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang terganggu, sehingga
dengan tepat dapat memilih bagian mana dari sistem yang terganggu. Jadi rele
harus mampu mendeteksi gangguan yang ada pada zona proteksinya saja dan
memisahkan bagian yang terganggu.
4. Kecepatan kerja (speed)
Rele harus dapat bekerja dengan cepat. Namun rele juga tidak boleh terlalu cepat
(kurang dari 10 ms). Selain itu waktu kerja rele tidak boleh melampaui waktu
penyelesian kritis (critical clearing time).
5. Ekonomis
Rele tidak dapat diaplikasikan di dalam sistem tenaga listrik apabila harganya
sangat mahal. Jadi reliabilitas, sensitivitas, selektivitas dan kecepatan kerja tidak
seharusnya membuat rele tersebut mahal.
5.2. Gangguan-Gangguan Pada Transformator
5.2.1 Gangguan pada transformator pada tingkat alarm:
1. Gangguan pemanasan pada sambungan
Gangguan ini akan menyebabkan timbulnya gelembung gas pada titik hot
spot
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 54
2. Partial discharge
Gangguan partial discharge yang membesar akan menyebabkan penguraian
minyak transformator menjadi gas. Biasanya nantinya gas ini akan
dideteksi oleh bucholz.
3. Gangguan beban lebih
Gangguan ini akan menyebabkan pemanasan pada minyak trafo. Hal yang
sama pun akan terjadi yaitu penguraian minyak manjadi gas. Hal ini
pastinya akan mengurangi kekuatan dielektrik dari trafo.
5.2.2. Gangguan-gangguan yang bisa terjadi pada Transformator
1. Gangguan belitan ke badan/core/ground
Hal ini bisa disebabkan oleh turunnya kekuatan dielektrik minyak trafo, turunnya
kualitas isolasi minyak sekaligus isolasi kertas, dan juga bisa juga diawali oleh
memburuknya partial discharge yang menyebabkan pelepasan muatan listrik di
bagian runcing dari komponen aktif.
2. Gangguan antar lilitan
Hal ini bisa disebabkan oleh adanya gangguan hubung singkat pada jaringan.
Dengan arus yang besar dan gaya yang juga besar maka pada konduktor akan
timbul panas yang juga berlebih. Hal ini dapat merusak kertas isolasi pembungkus
konduktor belitan.
3. Gangguan pada Tap Changer
Dari pengalaman memberikan bahwa seringnya perubahan tap changer akan
menimbulkan arc yang juga akan menimbulakan karbon pada minyak yang
nantinya akan menurunkan kekuatan dielektrik minyak. Selain itu perubahan tap
cahnger yang nantinya akan menimbulakan ARC juga akan menyebabkan
bantalan kontak tap rusak. Hal ini juga akan menimbulkan panas karena arus
beban yanag nantinya akan menimbulkan gelembung.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 55
4. Gangguan pada Bushing
Gulungan kertas isolasi dan metal tipis (aluminium) akan membentuk
kapasitor. gulungan ini dibuat dengan berlapis-lapis sehingga secara listrik akan
terbentuk kapasitor yang terhubung secara seri. Kapasitor ini kemudian
dimasukkan ke dalam porselen.
Biasannya jenis bushing yang yang terendam minyak akan berpotensi
timbulnya pembentukan gelembung gas atau karbon dari minyak yang terurai di
medan listrik. Hal ini dapat menimbulkan spark over yang nantinya dapat
merusak bushing.
Timbulnya gelembung gas ini bisanya dapat terjadi karena :
Pengisian minyak bushing yang tidak melalui proses vacum
Sewaktu transportasi bushing ditidurkan akan menyebabkan minyak
mendatar sehingga udara luar akan masuk ke dalam bushing melalui seal
karet antara porselen dan metal dudukan bushing yang seharusnya dijaga
vacum
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
5.3. Area Proteksi
Adapun sistem proteksi pada sistem kelistrikan PT. CPI adalah seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.2 : Area Sistem Proteksi Pada Sistem Kelistrikan PT. CPI
Dari gambar diatas dapat kita lih
alat dalam sistem kelistrikan yang paling banyak rele proteksinya. Hal ini
sebanding dengan fungsinya yang sangat vital yaitu sebagai pembangkit tenaga
listrik. Karena jika generator tidak bekerja, maka pastinya sist
lainnya tidak akan berguna sama sekali. Oleh karena itu generator diproteksi
begitu rupa sehingga semua gangguan yang mungkin terjadi dapat langsung
diatasi.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Area Proteksi dalam Sistem Kelistrikan PT. CPI
Adapun sistem proteksi pada sistem kelistrikan PT. CPI adalah seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.2 : Area Sistem Proteksi Pada Sistem Kelistrikan PT. CPI
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa generator merupakan salah satu
alat dalam sistem kelistrikan yang paling banyak rele proteksinya. Hal ini
sebanding dengan fungsinya yang sangat vital yaitu sebagai pembangkit tenaga
listrik. Karena jika generator tidak bekerja, maka pastinya sistem atau peralatan
lainnya tidak akan berguna sama sekali. Oleh karena itu generator diproteksi
begitu rupa sehingga semua gangguan yang mungkin terjadi dapat langsung
Page 56
dalam Sistem Kelistrikan PT. CPI
Adapun sistem proteksi pada sistem kelistrikan PT. CPI adalah seperti
Gambar 5.2 : Area Sistem Proteksi Pada Sistem Kelistrikan PT. CPI
at bahwa generator merupakan salah satu
alat dalam sistem kelistrikan yang paling banyak rele proteksinya. Hal ini
sebanding dengan fungsinya yang sangat vital yaitu sebagai pembangkit tenaga
em atau peralatan
lainnya tidak akan berguna sama sekali. Oleh karena itu generator diproteksi
begitu rupa sehingga semua gangguan yang mungkin terjadi dapat langsung
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 57
Sementara pada transformator daya, yang kemudian akan saya bahas
hanya menggunakan 3 rele proteksi utama. Namun pada trafo sendiri masih ada
beberapa alat proteksi pada gangguan-gangguan tingkat alarm.
5.4 Rele Proteksi pada Transformator
Dari gambar dapat dilihat bahwa rele yang dipakai pada transformator daya adalah
:
Proteksi utama
1. Rele differential (87 T)
2. Rele over voltage (59 T/24)
Proteksi cadangan
1. Rele pressure (63 FP) dan Bucholz
2. Rele arus lebih ( 51 T, dan 51 TN)
Proteksi tambahan
1. Lock out relay 86 T
2. 86 HR
Rele-rele ini diinstalasi pada Transformator seperti pada gambar 5.3 :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 : Sistem Proteksi pada Transformator
Adapun pada PT. CPI,
yang dalam satu divices sudah mencakup hampir semua jenis rele proteksi.
Adapun rele yang digunakan adalah
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 : Sistem Proteksi pada Transformator
n pada PT. CPI, rele yang digunakan sudah berbasis mikroprosesor
yang dalam satu divices sudah mencakup hampir semua jenis rele proteksi.
Adapun rele yang digunakan adalah relay T60 Multilin buatan Genereal Electric
Page 58
sudah berbasis mikroprosesor
yang dalam satu divices sudah mencakup hampir semua jenis rele proteksi.
Genereal Electric.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4 : Wujud & Single line Diagram T60
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4 : Wujud & Single line Diagram T60
Page 59
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 60
Tabel 5.1 : Rele Proteksi Pada T60
Jadi dapat dilihat dari gambar diatas bahwa dalam satu alat rele T60 dari General
Electric sudah mencakup hampir semua rele yang diperlukan dalam sistem
proteksi transformator.
Pada masing-masing substation, rele dikontrol pada ruang kontrol yang
terdapat di setiap ruang kontrl pada masing-masing substation seperti ditunjukkan
gambar di bawah ini :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.5 : Ruang kontrol pada substation TDO Bekasap Duri
5.5 Proteksi Utama
5.5.1. Rele Diferensial (87T)
Rele jenis ini bekerja dengan m
keluar dari peralatan, jika ada selisih m
sangat cocok untuk proteksi terhadap gangguan suatu peralatan
transformator maupun generator
lainnya karena waktu ke
kelebihan dari rele jenis ini adalah rele ini
gangguan yang terjadi di luar daerah perlindungannya. Namun pada settingan rele
ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Arus inrush magnetisasi
Hal ini merupakan fenomena normal yang terjadi pada transformator. Arus
inrush magnetisasi ini adalah arus yang mengalir di dalam trafo saat trafo
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
ng kontrol pada substation TDO Bekasap Duri
Proteksi Utama
ele Diferensial (87T)
Rele jenis ini bekerja dengan membandingkan arus yang masuk dan yang
keluar dari peralatan, jika ada selisih melebih setting relay akan kerja
cocok untuk proteksi terhadap gangguan suatu peralatan seperti
transformator maupun generator karena tidak perlu koordinasi dengan relay
waktu kerja bisa dibuat secepat mungkin. Hal yang menjadi
kelebihan dari rele jenis ini adalah rele ini dapat tetap stabil untuk gangguan
gangguan yang terjadi di luar daerah perlindungannya. Namun pada settingan rele
ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
Arus inrush magnetisasi
Hal ini merupakan fenomena normal yang terjadi pada transformator. Arus
inrush magnetisasi ini adalah arus yang mengalir di dalam trafo saat trafo
Page 61
embandingkan arus yang masuk dan yang
elebih setting relay akan kerja. Rele ini
seperti
karena tidak perlu koordinasi dengan relay
. Hal yang menjadi
dapat tetap stabil untuk gangguan-
gangguan yang terjadi di luar daerah perlindungannya. Namun pada settingan rele
Hal ini merupakan fenomena normal yang terjadi pada transformator. Arus
inrush magnetisasi ini adalah arus yang mengalir di dalam trafo saat trafo
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 62
dihidupkan dan arus ini tidak mengalir keluar trafo sehingga seringkali
terdeteksi sebagai arus gangguan.
2. Perbedaan tipe CT yang memiliki beda tipe, rasio dan karakteristik kerja.
Karena arus pada sisi primer dan sekunder berbeda maka harus ditentukan
perbandingan rasio pada msing-masing CT sehingga nantinya didapatkan
Ip = Is pada kondisi normal.
3. Pergeseran fase pada trafo hubungan delta () - wye ()
4. Tap transfomator untuk kontrol tegangan, jadi harus dipertimbangkan pada
saat LTC/VR pada level maksimum.
5.5.1a Prinsip kerja Rele Diferensial
Pada dasarnya prinsip sederhana cara kerja dari rele diferensial adalah
membandingkan arus antara sisi primer dan sisi sekunder dari trafo. Jika
perbandingannya nol maka sistem dalam keadaan normal. Prinsip ini berdasarkan
hukum kirchoff yaitu membandingkan jumlah arus yang masuk ke primer (Ip)
sama dengan jumlah arus yang keluar dari sekunder (Is).
Idifferential = I d =
I p
+
I s

Id = arus Diferensial (Amp)


Ip = Arus sisi primer (Amp)
Is = Arus sisi sekunder (Amp)
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini dalam keadaan normal,
dengan Ip dan Is yang sama besar namun pada rah yang berlawanan maka
resultannya sama dengan nol :
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
r
Gambar 5.6 : Rele Diferensial saat keadaan normal
Namun jika ada terjadi g
gambar di bawah ini
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
: Rele Diferensial saat keadaan normal
Namun jika ada terjadi gangguan, maka keadaan pada sistem akan seperti pada
Page 63
angguan, maka keadaan pada sistem akan seperti pada
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7 : rele Diferensial saat terjadi Gangguan Internal
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa gangguan terjadi pada sisi
sekunder, sehingga semua arus akan menuju daerah gangguan karena terjadi
hubung singkat. Dari gambar dapat terlihat bahwa Ip dan Is dalam kondisi searah,
sehingga total arus yang akan me
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
: rele Diferensial saat terjadi Gangguan Internal
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa gangguan terjadi pada sisi
sekunder, sehingga semua arus akan menuju daerah gangguan karena terjadi
hubung singkat. Dari gambar dapat terlihat bahwa Ip dan Is dalam kondisi searah,
sehingga total arus yang akan melewati rele adalah penjumlahan dari Ip dan Is.
Page 64
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa gangguan terjadi pada sisi
sekunder, sehingga semua arus akan menuju daerah gangguan karena terjadi
hubung singkat. Dari gambar dapat terlihat bahwa Ip dan Is dalam kondisi searah,
lewati rele adalah penjumlahan dari Ip dan Is.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Karena besar arus yang mengalir pada rele lebih besar dari 0 maka rele akan
bekerja.
Sementara jika ada gangguan diluar dari area proteksi dari rele diferensial
maka rele tidak akan bekerja karena arus yang di
dengan 0, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.8 : rele diferensial saat terjadi gangguan eksternala
Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa rele diferensial
hanya akan memproteksi jika te
gangguan diluar maka rele tidak akan bekerja.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Karena besar arus yang mengalir pada rele lebih besar dari 0 maka rele akan
Sementara jika ada gangguan diluar dari area proteksi dari rele diferensial
maka rele tidak akan bekerja karena arus yang dirasakannya juga akan sama
dengan 0, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.8 : rele diferensial saat terjadi gangguan eksternala
Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa rele diferensial
hanya akan memproteksi jika terjadi gangguan internal, sementara jika terjadi
gangguan diluar maka rele tidak akan bekerja.
Page 65
Karena besar arus yang mengalir pada rele lebih besar dari 0 maka rele akan
Sementara jika ada gangguan diluar dari area proteksi dari rele diferensial
rasakannya juga akan sama
Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa rele diferensial
rjadi gangguan internal, sementara jika terjadi
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 66
5.5.1b Karakteristik dan Setting Rele Diferensial.
Gambar 5.9 : Kurva Karakteristik Rele Diferensial
I pick-up : merupakan minimum arus yang dibutuhkan supaya rele kerja.
Ditentukan dengan memperhatikan error CT dan juga diferensial arus antara
pada saat LTC / VR di tap maksimum.
Arus diferensial didapat dari menjumlahkan komponen arus sekunder di
winding 1 dan winding 2 secara vektor. Jika arus berlawanan dalam artian
yang satu menuju relay dan yang lain meninggalkan relay, maka akan saling
mengurangi dan sebaliknya. Pada kurva di atas disimbolakan dengan Id
Arus restrain didapat dari harga yang paling besar antara arus di winding 1
atau winding 2 yang telah disetarakan ke harga pu
Slope didapat dengan membagi antara Komponen arus diferensial dengan
arus restrain, dan slope ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari
kesalahan atau eror pada arus yang terukur pada CT akibat kesalahan/ atau
gangguan luar. Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua CT akan bekerja
persis seperti spesifikasi yang tertera.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 67
%slope =
I d
I
x 100%
Daerah di atas kurva adalah daerah kerja rele diferensial, sedangkan pada
daerah di bawah kurva rele tidak akan bekerja
Kurva karakteristik diatas bekerja dengan beberapa parameter yang harus
dipertimbangkan yaitu:
Arus Pick-up merupakan pengukur sensivitas dimana rele mulai bekerja.
Dalam hal ini secara tipikal nilainya biasanya berkisar antara 0.1-0.3, yaitu
masing-masing memperhitungkan eror CT pada sisi primer, eror CT pada
sisi sekunder dan juga pada saat LTC pada level maksimum
Break point1 : diset dibawah arus yang menyebabkan CT saturasi oleh
komponen DC / residual magnetasi.
Slope 1 : untuk pengaturan sensituvitas pada daerah break point 1. Dimana
biasanya berkisar 25-30%
Break point 2 : diset dibawah arus yang menyebabkan CT saturasi oleh
komponen AC saja
Slope 2 : berguna supaya rele tidak kerja oleh gangguan eksternal yang
berarus sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi. Di set
dengan slope lebih dari 50 % atau 95-100% untuk transformator yang dekat
dengan generator.
High set differential : di setting di atas arus inruh yang dialammi trafo pada
saat starting awal
Pada PT CPI sendiri settingan rele diferensial yang digunakan adalah :
a. Pick Up : 0.3 d. Break Point 2 : 8 pu
b. Break Point 1 : 2 pu e. Slope 2 : 50%
c. Slope 1 : 30% f. High Set : 8 pu
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 68
5.5.1c Skema Line Diagram Rele Diferensial
Gambar 5.10 : Skema Line Diagram Rele Diferensial Pada Transformator
Perhatikan gambar diatas Untuk transformator hubungan Delta- Wye
CT di sisi primer Tranformer dihubungkan secara wye dan di sisi sekunder
transformer dihubungkan secara delta untuk menghilangkan komponen urutan nol
yang ada di sisi sekunder tranformator dan menyamakan arus yang keluar dari CT
sehingga arus yang luar dari CT tetap sama fasa yakni Ia-Ic, Ib-Ia dan Ic-Ib.
Demikian sebaliknya untuk transformator dengan hubungan Wye-Delta. Namun
hal ini hanya untuk rele elektromekanik
Sementara pada rele yang sudah berbasis mikroprosesor, koneksi CT baik
di primer maupun sekunder adalah Wye karena rele sudah autocompensated.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
5.5.1d Grounding Rele Diferensial
Gambar 5.11 : Grounding Rele diferensial
Gambar 5.12 : Grounding Rele diferensial berbasis mikroprosesor
Untuk relay elektromekanik, groundingkan circuit sensing CT hanya pada
relay panel saja, tidak perlu kita groundingkan CT yang di breaker. Dalam
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
5.5.1d Grounding Rele Diferensial
Gambar 5.11 : Grounding Rele diferensial elektromekanik
: Grounding Rele diferensial berbasis mikroprosesor
Untuk relay elektromekanik, groundingkan circuit sensing CT hanya pada
relay panel saja, tidak perlu kita groundingkan CT yang di breaker. Dalam
Page 69
: Grounding Rele diferensial berbasis mikroprosesor
Untuk relay elektromekanik, groundingkan circuit sensing CT hanya pada
relay panel saja, tidak perlu kita groundingkan CT yang di breaker. Dalam
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 70
kondisi gangguan, jika terdapat ground lebih dari satu di circuit CT maka
kenaikan potensial ground di masing-masing CT tidak akan sama sehingga
menimbulkan arus yang mengalir di CT tidak merefleksikan arus di sisi
primer yang selanjutnya akan timbul beda tegangan di operating coil relay
yang berakibat relay akan salah kerja untuk gangguan eksternal
Untuk relay microprocessor maka hubungkan CT secara wye dan
groundingkan di masing-masing CT
5.5.2. Rele Tegangan Lebih (59T)
Salah satu hal yang dihindari dari pengoperasian transformator adalah
kelebihan tegangan (over volatage). Kelebihan tegangan dapat dipastikan dapat
merusak transformator karena aka menimbulkanpanas yang berlebihan yang akan
menyebabkan terbakarnya trafo terutama pada bagian winding atau belitan trafo.
Oleh karena itu diperlukan rele regangan lebih untuk memproteksi hal tersebut.
5.5.2a Prinsip Kerja
Rele tegangan mendeteksi besarnya tegangan melalui trafo tegangan atau yang
lebih dikenal sebagai PT. PT berfungsi untuk menurunkan level tegangan yang
akan masuk ke rele dan sekaligus juga akan mengisolasi rele dari tegangan
rangkaian rele yang diukur.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.13 : line Diagram Rele Tegangan Pada Transformator
Rele ini akan bekerja hanya jika ada kelebihan tegangan saja, tanpa
memeprhatikan besar
sebagai pembanding antara tegangan normal dan teangan lebih. Jika tegangan
masukan dari PT lebih besar dari tagangan acuannya maka rele akan bekerja.
Setting tegangan sebagai tegangan acuan biasanya
nominal. Namun jika dipakai definite time maka tunda waktunya sekitar 15
detik. Hal ini diperlukan mengingat jika nanti terdapat adanya kelebihan tegangan
pada sistem yang berlangsung sesaat (transient) dimana rele seharusnya
perlu trip.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.13 : line Diagram Rele Tegangan Pada Transformator
Rele ini akan bekerja hanya jika ada kelebihan tegangan saja, tanpa
memeprhatikan besar frekuensi. Di dalam rele tegangan lebih, terdapat acuan
sebagai pembanding antara tegangan normal dan teangan lebih. Jika tegangan
masukan dari PT lebih besar dari tagangan acuannya maka rele akan bekerja.
Setting tegangan sebagai tegangan acuan biasanya sebesar 10% dari tegangan
nominal. Namun jika dipakai definite time maka tunda waktunya sekitar 15
detik. Hal ini diperlukan mengingat jika nanti terdapat adanya kelebihan tegangan
pada sistem yang berlangsung sesaat (transient) dimana rele seharusnya
Page 71
Gambar 5.13 : line Diagram Rele Tegangan Pada Transformator
Rele ini akan bekerja hanya jika ada kelebihan tegangan saja, tanpa
frekuensi. Di dalam rele tegangan lebih, terdapat acuan
sebagai pembanding antara tegangan normal dan teangan lebih. Jika tegangan
masukan dari PT lebih besar dari tagangan acuannya maka rele akan bekerja.
sebesar 10% dari tegangan
nominal. Namun jika dipakai definite time maka tunda waktunya sekitar 15-20
detik. Hal ini diperlukan mengingat jika nanti terdapat adanya kelebihan tegangan
pada sistem yang berlangsung sesaat (transient) dimana rele seharusnya tidak
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 72
5.5.3 Rele overexcitasi (24)
Berbeda dengan rele tegangan lebih yang tidak memperhitungkan besar
frekuensi, rele overexcitasi ini melihat besar tegangan dan frekuensi dari sistem
untuk kemudian diperbandingkan. Jika setting melebihi setting tegangan dan
frekuensinya maka rele akan bekerja. Proteksi ini berguna guna melindungi trafo
dari overexciatasi yang dapat memperlemah isolasi winding. Satu hal yang perlu
dicatat adalah jika kenaikan tegangan diikuti oleh kenaikan frekuensi maka rele
tidak akan bekerja karena trafo tidak mengalami overexcitasi.
Terjadinya eksitasi lebih perlu diperhatikan pada transformator-transformator
yang secara langsung terhubung pada generator. Arus eksitasi yang berlebihan
dapat menyebabkan panas yang berlebihan pada inti dan bahagian transformator
yang tidak terisolasi.
Transformator yang terhubung langsung dengan generator memiliki range
frekuensi yang besar saat turbin mengalami akselerasi dan deakselerasi. Pada
kondisi ini perlu dicatat bahwa perbandingan antara tegangan terminal generator
dengan frekuensi aktualnya tidak boleh melebihi 1.1 kali perbandingan
tegangan rata-rata transformator dengan frekuensi rata-rata transformator. Secara
matematis dapat ditulis
Tegangan terminal generator 1.1 Tegangan rata-rata Transformator
Frekuensi aktual frekuensi rata-rata tranformator
Di PT. CPI, rele ini juga digunakan sebagai pelindung trafo dari tegangan
lebih. Jadi terdapat 2 opsi untuk proteksi tegangan lebih yaitu 59T atau 24.
Sebenarnya rele overexcitasi lebih tepat untuk melindungi transformator. Hal ini
disebabkan rele overeksitasi bekerja tidak hanya memperhitungkan tegangan saja
namun juga memperhitungkan juga besar frekuensi. Untuk keakuratan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
pengukuran dari rele ini, maka k
atau PT yang digunakan karena error yang terjadi apda PT akan sangat
berpengaruh terhadap keakuratan kerja dari rele.
5.6 Proteksi Cadangan
5.6.1 Relay Pressure (63FP)
Suatu flash over
terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan lebih didalam
tangki, karena gas yang dibentuk oleh decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan
melengkapi sebuah pelepasan tekanan pada tra
membahayakan tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini
tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki trafo akan
meledak dan terjadi panas lebih pada cairan, konsekuensinya pada dasarnya har
memberikan suatu peralatan pengaman. Peralatan pengaman harus cepat bekerja
mengevakuasi tekanan tersebut. Gambar kontruksi rele tekanan lebih dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.14 : rele tekanan (relay pressure)
5.6.2 Rele Bucholz
Penggunaan rele deteksi gas
yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
pengukuran dari rele ini, maka kita perlu memantau selalu kondisi dari CCPD
atau PT yang digunakan karena error yang terjadi apda PT akan sangat
berpengaruh terhadap keakuratan kerja dari rele.
Proteksi Cadangan
Relay Pressure (63FP)
atau hubung singkat yang timbul pada suatu transformator
terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan lebih didalam
tangki, karena gas yang dibentuk oleh decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan
melengkapi sebuah pelepasan tekanan pada trafo maka tekanan lebih yang
membahayakan tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini
tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki trafo akan
meledak dan terjadi panas lebih pada cairan, konsekuensinya pada dasarnya har
memberikan suatu peralatan pengaman. Peralatan pengaman harus cepat bekerja
mengevakuasi tekanan tersebut. Gambar kontruksi rele tekanan lebih dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.14 : rele tekanan (relay pressure)
Penggunaan rele deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak
yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan
Page 73
ita perlu memantau selalu kondisi dari CCPD
atau PT yang digunakan karena error yang terjadi apda PT akan sangat
atau hubung singkat yang timbul pada suatu transformator
terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan lebih didalam
tangki, karena gas yang dibentuk oleh decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan
fo maka tekanan lebih yang
membahayakan tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini
tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki trafo akan
meledak dan terjadi panas lebih pada cairan, konsekuensinya pada dasarnya harus
memberikan suatu peralatan pengaman. Peralatan pengaman harus cepat bekerja
mengevakuasi tekanan tersebut. Gambar kontruksi rele tekanan lebih dapat dilihat
(Bucholtz) pada Transformator terendam minyak
yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Transformator seperti :
menghasilkan gas. Gas
mengerjakan kontak
peralatan yang tanggap terhadap ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang
timbul pada waktu transformator terjadi gangguan serius. Peralatan
menggerakkan kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan rangkaian trip
Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut.
Ada beberapa jenis rele bucholtz yang terpasang pada transformator, Rele
sejenis tapi digunakan untuk mengamankan ruan
dengan prinsip kerja yang sama sering disebut dengan Rele Jansen. Terdap
beberapa jenis antara lain
jenis tekanan ada yang menggunakan membran/selaput timah yang lentur
sehingga bila terjadi perubahan tekanan kerena gangguan akan berkerja, disini
tidak ada alarm akan tetapi langsung trip dan dengan
menggunakan pengaman tekanan atau saklar tekanan. Gambar kontruksi Rele
Bucholz seperti gambar ini:
Gambar 5.15 : rele Bucholz
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating
menghasilkan gas. Gas-gas tersebut dikumpulkan pada ruangan rele dan akan
mengerjakan kontak-kontak alarm. Rele deteksi gas juga terdiri dari suatu
peralatan yang tanggap terhadap ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang
timbul pada waktu transformator terjadi gangguan serius. Peralatan
menggerakkan kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan rangkaian trip
Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut.
Ada beberapa jenis rele bucholtz yang terpasang pada transformator, Rele
sejenis tapi digunakan untuk mengamankan ruang On Load Tap Changer
dengan prinsip kerja yang sama sering disebut dengan Rele Jansen. Terdap
beberapa jenis antara lain sama seperti rele bucholtz tetapi tidak ada kontrol gas,
jenis tekanan ada yang menggunakan membran/selaput timah yang lentur
sehingga bila terjadi perubahan tekanan kerena gangguan akan berkerja, disini
tidak ada alarm akan tetapi langsung trip dan dengan prinsip yang sama hanya
menggunakan pengaman tekanan atau saklar tekanan. Gambar kontruksi Rele
Bucholz seperti gambar ini:
Gambar 5.15 : rele Bucholz
Page 74
yang umumnya
kumpulkan pada ruangan rele dan akan
kontak alarm. Rele deteksi gas juga terdiri dari suatu
peralatan yang tanggap terhadap ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang
timbul pada waktu transformator terjadi gangguan serius. Peralatan ini akan
menggerakkan kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan rangkaian trip
Ada beberapa jenis rele bucholtz yang terpasang pada transformator, Rele
On Load Tap Changer (OLTC)
dengan prinsip kerja yang sama sering disebut dengan Rele Jansen. Terdapat
ma seperti rele bucholtz tetapi tidak ada kontrol gas,
jenis tekanan ada yang menggunakan membran/selaput timah yang lentur
sehingga bila terjadi perubahan tekanan kerena gangguan akan berkerja, disini
prinsip yang sama hanya
menggunakan pengaman tekanan atau saklar tekanan. Gambar kontruksi Rele
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 75
Adapun instalasinya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :
Gambar 5.16 : instalasi Bucholz pada Transformator
5.6.3 Rele Arus Lebih
Rele arus lebih merupakan suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi arus settingannya dan dalam jangka waktu yang
ditentikan sebelumnya. Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator
terhadap gangguan hubung singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah
pengaman transformator Juga diharapkan rele ini mempunyai sifat komplementer
dengan rele beban lebih. rele ini berfungsi pula sebagai pengaman cadangan bagi
bagian instalasi lainnya.bentuk rele ini dapat dilhat pada gambar pengawatannya
pada gambar di bawah ini.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar
Rele arus lebih ini sebenarnya merupakan back
ketika rele diferensial gagal bekerja maka rele arus lebih akan bekerja. Arus lebih
bekerja tanpa melalui 86 T terlebih dahulu, jadi jika ia bekerja maka akan
langsung mentripkan transformator.
5.6.4 Rele Gangguan Tanah
Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator gangguan hubung
tanah, didalam dan diluar daerah pengaman transformator.
tanah memerlukan operating signal dan polarising signal. Operating signal
diperoleh dari arus residual melalui rangkaian trafo arus penghantar (Iop = 3Io)
sedangkan polarising signal diperoleh dari tegangan residual. Tegangan residual
dapat diperoleh dari rangkaian sekunder open delta trafo tegangan seperti pada
gambar dibawah ini
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.17 : rele arus lebih elektromekanik
Rele arus lebih ini sebenarnya merupakan back-up dari rele diferensial jadi
ketika rele diferensial gagal bekerja maka rele arus lebih akan bekerja. Arus lebih
bekerja tanpa melalui 86 T terlebih dahulu, jadi jika ia bekerja maka akan
langsung mentripkan transformator.
Rele Gangguan Tanah
Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator gangguan hubung
tanah, didalam dan diluar daerah pengaman transformator. Rele arah hubung
tanah memerlukan operating signal dan polarising signal. Operating signal
diperoleh dari arus residual melalui rangkaian trafo arus penghantar (Iop = 3Io)
sedangkan polarising signal diperoleh dari tegangan residual. Tegangan residual
at diperoleh dari rangkaian sekunder open delta trafo tegangan seperti pada
Page 76
up dari rele diferensial jadi
ketika rele diferensial gagal bekerja maka rele arus lebih akan bekerja. Arus lebih
bekerja tanpa melalui 86 T terlebih dahulu, jadi jika ia bekerja maka akan
Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator gangguan hubung
Rele arah hubung
tanah memerlukan operating signal dan polarising signal. Operating signal
diperoleh dari arus residual melalui rangkaian trafo arus penghantar (Iop = 3Io)
sedangkan polarising signal diperoleh dari tegangan residual. Tegangan residual
at diperoleh dari rangkaian sekunder open delta trafo tegangan seperti pada
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
5.7 Proteksi Tambahan
5.7.1 Lock-out Relay (86T & 86 HR)
sebenarnya rele jenis ini lebih berfungsi sebagai switch.
bekerja maka circuit Breaker tidak akan reclose. Rele ini sebenarnya hanya untuk
mengantisipasi kalau-
86T dioperasikan oleh 87T, 59T/24T, Bucholz/relay pressure dan letaknya
berada pada panel r
Gambar 5.19: lock-out relay pada control room
86 HR dioperasikan oleh Bucholz atau 63 FP yang kemudian juga akan
mengoperasikan 86T. Sementara letak 86HR berada pada panel
transfomator.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.18 : rele gangguan tanah
Proteksi Tambahan Transformator
out Relay (86T & 86 HR)
sebenarnya rele jenis ini lebih berfungsi sebagai switch. Jika switch ini
bekerja maka circuit Breaker tidak akan reclose. Rele ini sebenarnya hanya untuk
-kalau ada kelainan pada sistem atau peralatan.
86T dioperasikan oleh 87T, 59T/24T, Bucholz/relay pressure dan letaknya
berada pada panel relay.
out relay pada control room
86 HR dioperasikan oleh Bucholz atau 63 FP yang kemudian juga akan
mengoperasikan 86T. Sementara letak 86HR berada pada panel
Page 77
: rele gangguan tanah
Jika switch ini
bekerja maka circuit Breaker tidak akan reclose. Rele ini sebenarnya hanya untuk
kalau ada kelainan pada sistem atau peralatan.
86T dioperasikan oleh 87T, 59T/24T, Bucholz/relay pressure dan letaknya
86 HR dioperasikan oleh Bucholz atau 63 FP yang kemudian juga akan
mengoperasikan 86T. Sementara letak 86HR berada pada panel
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 78
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah perusahan produsen minyak
bumi terbesar di Indonesia. Untuk minyak dan kondensat, hasil produksi
PT. CPI mencapai 400.000 barel per hari yang setara dengan hamper 50%
produksi minyak bumi di Indonesia. Hasil produksi ini diperoleh dari
ribuan sumur minyak yang tersebar di 88 lapangan minyak milik PT. CPI
di Provinsi Riau, Indonesia.
PT. CPI menggunakan sistem kelistrikan pada frekuensi 60 Hz, dengan
tegangan pada Transmisi yaitu 230/115/ 44 kV dan Sistem Distribusi
13.8/4.16 kV
Transformator merupakan alat kelistrikan yang bersifat statis berfungsi
mengubah suatu besaran listrik dan bekrja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik
Maintenance Transformator di PT. CPI menggunakan standart dari
National Fire Protection Association jenis NFPA-70B khusus untuk
electrical instrument
Proteksi utama dari tranformator adalah rele diferensial dan rele over
voltage, dimana pada PT. CPI digunakan rele berbasis mikroprosesor T60
keluaran General Electric yang didalamnya sudah mencapkup hampir
semua rele proteksi pada transformator
Perlu dilakukan maintenance berkala dan pengadaan proteksi yang handal
pada Transformator untuk menjaga kontinuitas layanan
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 79
6.2 SARAN
1. Karena PT. CPI merupakan salah satu industri yang sangat tergantung
kepada kontinuitas layanan energi listrik, maka diharapkan kiranya
kehandalan dan efisiensi dari transformator dapat terus dijaga melalui
maintenance yang sesuai standart dan juga sistem proteksi yang baik demi
terciptanya suplai energi yang berkulitas.
2. Perlu dilakukan juga maintenance dari rele, alat indikator, dan juga berbagai
perlengkapan proteksi transformator sehingga tetap bekerja dengan
performa yang baik.
3. Perlu dilakukan up-date sistem proteksi terkini dan melakukan pengkajian-
pengkajian settingan rele yang telah ada untuk mendapatkan karakteristik
kerja yang lebih baik.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 80
6.3 Daftar Pustaka
US Depatement of the interior Bureau of Reclamation, 2005, Transformer :
Basics, Maintenance and Diagnostics. Denver, colorado. Tersedia :
http://www.usbr.gov/pmts/client_service/recent/studytransformers.pdf
{diakses tanggal 03 Februari 2011}
T60 Transformer management Relay UR Series Instruction Manual. Tersedia :
http://www.electricalmanuals.net/files/RELAYS/GE/T60/GEK-
106448B.pdf
{diakses Tanggal 05 Februari 2011}
Neil labrake, Jr, PE, 2009, Preventive Maintenance/Electrical Service
Equipment, National Grid, Turning Stone Ressort. Tersedia :
http://www.shovelready.com/documents/neillabrake.ppt
{diakses tanggal 05 Februari 2011}
Kadir, Abdul,. 1982. Energi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Pane, Zulkarnaen, Ir. Diktat Kuliah : Sistem proteksi. Universitas Sumatera
Utara. Medan
Farida, Nurmey, 2010. Laporan Krja Praktek di PT. Chveron Pacific Indonesia :
Standart Preventive Maintenance Power Transformator & Voltage
Regulator . Minas. Riau.
Laporan Kerja Praktek
di PT. Chevron Pacific Indonesia
Ramli Hardiman Situmeang (070402084)
Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara Page 81
LAMPIRAN
Permasalahan-permasalahan teknis kelistrikan yang ditemukan di Lapangan
1. Adanya masalah mengenai korosi pada tiang listrik, mengingat tiang di
PT. CPI berbahan baja. Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat korosi
seperti kondisi pada permukaan tiang yang bersentuhan langsung dengan
tanah, suhu, kelembapan udara, dsb. Oleh sebab itu dilakukan pengecekan
tingkat korosi dan thickness (ketebalan) tiang sehingga dapat dilakukan
tindakan perbaikan atau penggantian tiang dengan tingkat korosi tinggi.
2. Putusnya salah satu kabel Distribusi pada salah satu fasa di sekitar
Gathering station sehingga perlu dilakukan perbaikan langsung. Karena
dapat menggagu keseimbangan tegangan pada 2 fasa yang lain.

Anda mungkin juga menyukai