Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang P e n y e l e n g g a r a a n p e m e r i n t a h a n y a n g e f i s i e n d a n e f e k t i f m e n j a d i tuntutan era globalisasi yang sarat dengan persaingan dan keterbatasan disegala bidang.

Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya aparatur dalam pelaksanaan urusan pemerintahan. Hal ini sesuai denganUndang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa sebagai unsur aparatur negara, pegawai negeri sipil harus memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional. Dalam rangka mencapai profesionalisme tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara melalui Surat Edaran (SE) Nomo r : SE/28/M.PAN/10/2004 tanggal 14 Oktober 2004 Tentang Penataan PNS,mewajibkan setiap instansi baik pusat maupun daerah melaksanakan kegiatan berikut : 1.Melakukan penataan PNS dilingkungan unit kerja mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor:KEP/23.2/M.PAN/2004 tanggal 16 Pebruari 2004 Tentang Pedoman Penataan Pegawai. 2 . M e l a k s a n a a n a n a l i s i s j a b a t a n y a n g m e n g a c u p a d a K e p u t u s a n M e n . P A N Nomor: KEP/61/M.PAN/6/2004 Tanggal 21 Juni 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan. 3.Melaksanakan analisis beban kerja berdasarkan/ pada Keputusan Men.PAN Nomor:KEP/ 75/M.PAN/7/2004 Tanggal 23 Juli 2004 tentang pedoman perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi pegawai negeri sipil. Departemen Dalam Negeri juga kemudian menyusun suatu Peraturan N o m o r 4 T a h u n 2 0 0 5 t e n t a n g P e d o m a n A n a l i s i s J a b a t a n d i L i n g k u n g a n Departem en Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Peraturan ini kemudian ditindak l a n j u t i d e n g a n P e r m e n d a g r i N o . 1 2 t a h u n 2 0 0 8 t e n t a n g p e d o m a n analisis beban kerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang merupakan panduan tentang uraian langkah-langkah dalam melakukan analisis beban kerja pada setiap unit organisasi di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan analisis beban kerja pada hakekatnya diharapkan agar terpenuhinya tuntutan kebutuhan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi serta profesionalisme sumber daya manusia aparatur yang memadai pada setiap instansi di

serta mampu melaksanakan tugas-tugas umum dan pembangunan secara lancar dengan dilandasi semangat pengabdian masyarakat, bangsa dan negara.

pemerintahan kepada

Menurut Simamora (1995 : 57), Analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah Pegawai maupun kualifikasi pegawai yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan analisis beban kerja d a p a t m e n g h a s i l k a n s u a t u t o l a k u k u r b a g i p e g a w a i / u n i t o r g a n i s a s i d a l a m melaks anakan kegiatannya, yaitu berupa norma waktu penyelesaian pekerjaan,tingkat efisiensi kerja, dan standar beban kerja dan prestasi kerja, menyusun formasi pegawai, serta penyempurnaan sistem prosedur kerja dan manajemen lainnya. Hasil analisis beban kerja juga dapat dijadikan dasar u n t u k meningkatkan produktifitas kerja serta langkah-langkah lainnya dalam rangka meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pendayagunaan aparatur negara baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan maupun kepegawaian.

d.Volume pekerjaan untuk setiap aktivitas kegiatan pada masing-masing unit merupakan perkalian antara standar kemampuan rata-rata dalam norma waktu dengan volume beban kerja. e.Analisis kebutuhan pegawai didasarkan pada volume uraian tugas yang dijabarkan dalam uraian kegiatan dibagi dengan norma waktu efektif 1tahun. Berdasarkan asumsi dasar tersebut data yang diperoleh melalui hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik triangulasi secara kualitatif dengan menggambarkan secara detail tentang gambaran rumusan masalah Adapun penjelasan dari teknik analisis triangulasi adalah sebagaiberikut : 1.Mengorganisasikan dataPeneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam, dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan. 2.Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul dil u a r a p a y a n g i n g i n d i g a l i . Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip

wawancara dan melakukan coding,melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Datayang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokanatau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Padapenelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Penelitimenganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-haldiungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. S e h i n g g a p e n e l i t i d a p a t m e n a n g k a p pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek. 3.Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap dataSetelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti mengujidata tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembaliberdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehinggadapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis denganhasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu,namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubunganantara konsep-konsep yang ada. 4.Mencari alternatif penjelasan bagi data Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran. 5.Menulis hasil penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan Merupakan s u a t u h a l y a n g m e m b a n t u p e n u l i s u n t u k m e m e r i k s a k e m b a l i a p a k a h kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other . Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari s u b j e k d a n significant other , d i b a c a b e r u l a n g k a l i s e h i n g g g a p e n u l i s mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran Mengenai Penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai