Anda di halaman 1dari 14

A.

Persiapan Pembelajaran Yang Dilakukan Oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Menyajikan Materi Budaya Politik Partisipan Menurut Dr. E Mulyasa, M.Pd (2007:255) Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternl yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungn agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Untuk itulah supaya pembelajaran lebih bermakna seorang guru sebelum memulai suatu materi pembelajaran hauslah menyiapkan perangkat pembelajaran yang lengkap untuk membantunya dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dalam hal ini adalah pelajar. Adapun perangkat pembelajaran utama yang harus disiapkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

Dr. E. Mulyasa, M.Pd (2007:212) menyebutkan bahwa Rencana pelaksnaan pembelajaran ( RPP ) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalm silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar, ndikator hasil belajar dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi memeri makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai. Adapun format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis KTSP sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Contoh Format :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester Pertemuan Ke : .................................................................. : .................................................................. : .................................................................. : ..................................................................

Alokasi Waktu Kompetensi Dasar

: .................................................................. :

1.................................................................................................................. 2.................................................................................................................. Indikator :

1.1.............................................................................................................. 1.2.............................................................................................................. 1.3.............................................................................................................. 1.4.............................................................................................................. Tujuan Pembelajaran : 1.................................................................................................................. 2.................................................................................................................. Materi Standar :

1.................................................................................................................. 2.................................................................................................................. Metode Pembelajaran :

1.................................................................................................................. 2.................................................................................................................. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal :

a........................................................................................................... b.......................................................................................................... 2. Kegiatan Inti

a........................................................................................................... b..........................................................................................................

3.

Kegiatan Akhir

a........................................................................................................... b.......................................................................................................... Sumber Belajar :

1.................................................................................................................. 2.................................................................................................................. Penilaian 1. 2. 3. 4. 5. Tes tertulis Kinerja ( Performansi Produk Penugasan/Proyek Portofolio : : ................................................................. : ................................................................. : ................................................................. : ................................................................. : .................................................................

2.

Menyiapkan perangkat penilaian

Dalam penilaian pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , semua indikator di tagih atau di uji dan hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik. Untuk melaksanakan penilaian pada KTSP diperlukan teknik penilaian dan ujian yang tepat. Penentuan teknik penilaian yang digunakan berdasarkan kompetensi dasar yang ingin ditagih atau dinilai serta di telaah oleh teman sejawat dalam mata ajar yang sama. Pengembangan penilaian pada KTSP bersifat hirarkis yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, pencapaian indikator, materi pokok dan instrumen penialian. Banyak teknik dan metode yang dapat dilakukan untuk mngumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik atau metode pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan dan perkembangan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Menurut Mimin Haryati (2007:45) ada tujuh pendekatan teknik atau yang dapat dipergunakan dalam penilaian yaitu : Teknik penilaian unjuk kerja

Merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas/gerak ( psikomotor ). Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggubakan teknik pengamatan ( observasi ) terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketrcapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Teknik penilaian project work Project work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investiasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan penyajian data. Penilaian tertulis Yaitu suatu jenis tes dimana guru dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan seara tertulis dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula. Pelaksanaan tes tertulis menurut Mimin Haryati (2007:53) dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. b. Bentuk penilaian uraian Bentuk penilaian objektiv ( pilihan ganda )

Penilai produk Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dn kwalitas suatu produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk teknologi, makanan, karya seni dan lain sebagainya. Penilain portofolio Penilaian portofolio sangat cocok untuk mengetahui perkembangan aspek psikomotor peserta didik dengan cara menilai kumpulan krya/tugas yang mereka kerjakan. Menurut Popham ( 1985 ) karya-karya tugas ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat diketahui perkembangan kemampuan peserta didik. Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan khususnya aspek psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian jenis ini pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individual dalam satu periode tertentu per mata pelajaran. Penilain sikap Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Menurut Popham ( 1995 ) mengatakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seorng peserta didik yang tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta

didik yang memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal. Penilain diri Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan tekik/metode peilaiandimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendir yang berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian ini dapat mengukur dengan sekaligus untuk aspek kognitif, psikomotor dan afektif. a. Menilai aspek kognitif, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan berfikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Evaluasi diri peserta didik didasarkan pada acuan/riteria yangtelah disiapkan. b. Menilai aspek psikomotor, peserta didik iminta untuk menilai kecakapan/ketrampiln yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria/acuan yang sudah ditetapkan oleh guru. c. Menilai aspek afektif, peserta didik diminta untuk membuat tulisan yang memuat tentang curahan /perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Untuk selanjutnya peserta didik diminta untuk melakukan evaluasi diri sesuai dengan kriteria/acuan yang sudah ditetapkan oleh guru.

B.

Penyajian Materi Pendidikan Budaya Politik Partisipan Oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Strategi merupakan pola umum/rentetan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya belum kepada hal- hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai tujuan memang harus menggunakan strategi. Demikian pula halnya dengan proses pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu tidak mungkin tujuan akan tercapai. Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi dalam proses pembelajaran dinamakan metode pembelajaran. Jadi dengan demikian metode pada dasarnya berangkat dari suatu strategi tertentu. Jadi persiapan yang digunakan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menyampaikan materi ajar diperlukan strategi belajar mengajar dengan langkah-langkah : a. Menyiapkan bahan pembelajaran

Persiapan mengajar dibuat guru sebelum melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya guru membuat persiapan mengajar untuk satu kali pertemuan. Persiapan mengajar adalah program belajar mengajar dalam satuan unit terkecil.

Sebagaimana KBK, KTSP menghendaki adanya perubahan dalam proses kegiatan belajar mengajar beserta proses penilaiannya. Perubahanini menekankan pada pengmbangan kompetensi setiap individu siswa. Mengingat pelaksanaan otonomi daerah, khususnya otonomi pendidikan, dimana ada pembagian wewenang antara pusat, daerah dan sekolah. Depdiknas berwenang untuk menetpkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan pencapaian indikator. Pada KTSP Standar Isi menjadi wewenang guru. Sedangkan penyediaan perangkat pembelajaran dan perangkat penilaian menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah dan sekolah penyelanggara pendidikan. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran maka seorang guru berkewajiban membuat dan meyediakn materipembelajaran ( instructional materials ). Materi atau bahann ajar merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secragaris besar materi atau bahan ajar ini berisikan tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subjek didik. Menurut Mimin Haryati (2007:10) : materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapian hasil belajar.

Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan jenis, ruang lingkup, urutan dan perlakuannya. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media, metode dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu materi ajar agar diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak kurang dan tidak lebih. Urutan materi ajar hrus diperhatikan proses pembelajaran menjadi runtut ( hirarkis ). Berikut langkah-langkah dalam memilih materi pembalajaran menurut Mimin Haryati (2007:11) : Identifikasi standar kompeten dn kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini diperlukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, psikomotorik atau afektif. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar Materi aspek kognitif secara terperinci dapatdibedakan menjadi empat jenis antara lain : pertama, materi jenis fakta yaitu materi berupa nama-nama objek, nam tempat, nam orang, peristiwa atau sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebaginya. Kedua, materi konsep yaitu berupa pengertian, definisi, hakekat, inti dan isi. Ketiga, materi jenis prinsip yng berupa rumus, dalil, postulat, adagium, paradigma, dan teorema. Keempat, materi jenis prosedural yaitu berupa langkahlangkah mengerjakan sesuatu secara urut.

b.

Mengunakan Metode Pembelajaran

Seorang guru yang baik tentunya tidak akan melupakan kemampuan teknis keguruan yang merupakan kunci keberhasilan profesinya sebagai seorang guru, yaitu; kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran dalam praktek yang sesungguhnya. Menurut Moh Ali (1997:21) Mengatakan:Metode merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Seorang guru harus menggunakan dan memilih metode yang tepat dan ideal dalam proses pembelajararan. Menurut Sofyan Aman (1985:4 5) Bahwa metode mengajar yang dapat dipergunakan dalam pengajaran PKn adalah sebagai berikut : 1. Metode Tanya Jawab 2. Metode Diskusi 3. Metode Karyawisata 4. Metode Inkuiri 5. Metode Pemecahan Masalah 6. Metode Ceramah Bervariasi 7. Metode Simulasi 8. Metode Permainan (Game) 9. Metode Bermain Peran (Role Playing) Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan bahan dalam bentuk pertanyaan dari siswa yang harus dijawab oleh guru atau siswa dengan baik secara lisan maupun tertulis. Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas, bertukar pendapat mengenai suatu tofik atau masalah tertentu, guna memperoleh suatu kesepakatan atau kesimpulan. Metode karya wisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari diluar kelas. Metode inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berfikir dan penalaran secara teratur, runtun dan bisa diterima akal. Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian yang menitik beratkan pemecahan suatu masalah (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa diserta dengan macam-macam metode pengajaran lain seperti tanya jawab, pemberian tugas, diskusi dan lain sebagainya.

Metode simulasi adalah suatu cara penyajian untuk memperoleh pemahaman akan hakekat suatu prinsip atau keterampilan tertentu melaui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (tidak dengan sungguhnya). Metode permainan (game) adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan permainan untuk memperoleh atau menemukan pengertian atau konsep tertentu. Metode bermain peran (role playing) adalah salah satu bentuk permainan pendidikan (educational game) yang dipakai untuk menjelaskan perasaan sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain.pemeranan itu dilakukan tanpa membawa naskah. Dari kesimbilan metode tersebut, jika dipergunakan dalam mengajar pendidikan kewarganegaraan oleh guru disekolah, maka dapat tercipta program belajar siswa aktif dan situasi belajar mengajar yang kaya akan variasi-variasinya. c. Menerapkan Prinsip-prinsip Pembelajaran Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip- prinsip belajar dapat mengungkapkan batas- batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang prinsipprinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan- tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meninngkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan prinsip- prinsip belajar guru dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Adapun cara guru dalam menerapkan prinsipprinsip belajar adalah: 1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tampa adanya perhatian tak meungkin terjadi belajar (Gage Berliner, 1984:335). Perhartian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajarannya sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau dalam kehidupan sehari- hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. 2. Keaktifan

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif, anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, memiliki kemauan yang timbul pada dirinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. Maka inisiatif harus datang dari siswa itu sendiri, guru hanya sekedar membimbing dan mengarahkan (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937: 31).

Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukumlaw of exercisenya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan- latihan. Mc Keachi, berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu, sosial (Mc Keachi, 1976 : 230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105). 3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, dimana belajar adalah mengalami sendiri dan belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Hal ini di maksud agar siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati yaitu terlibat langsung dalam kegiatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya terlibat langsung dalam belajar yang dikemukakan oleh John Dewey dengan learning by doingnya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung yaitu belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif baik individual maupun kelompok dengan cara pemecahan masalah (problem solving) disini guru harus bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. 4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teoriPsikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya- daya yang ada pada manusia yang terdiri atas: daya pengamatan, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya- daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya- daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan- pengulangan akan menjadi sempurna. 5. Tantangan

Teori Medan (Field Theory) yang di kemukakan oleh Kurt Lewin bahwa sistem dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu dapat diatasi artinya tujuan belajar telah diatasi. Artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep- konsep, prinsip- prinsip dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.

6.

Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F Skinner. Kalau pada teori Conditioning yang diberikan adalah kondisi stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Menurut Thorndike Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect- nya. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh bagi siswa dalam proses belajarnya. 7. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat- sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

C. Pemahaman Siswa Terhadap Pendidikan Budaya Politik Partisipan Dalam Pengimplementasiannya Di Sekolah 1. Budaya politik Partisipan

Budaya politik biasanya berpusat pada imajinasi (pikiran dan perasaan) perseorangan, yang merupakan dasar semua tingkah laku politik masyarakat. Sementara sistem nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat merupakan komponen penting bagi pembentukannya yang merupakan refleksi terhadap orientasi, sikap dan perilaku politik masyarakat dalam merespons setiap objek dan proses politik yang sedang berjalan. Para ilmuwan politik yang sangat berperanan dalam mengembangkan teori kebudayaan politik, seperti Gabriel Almond, Sidney Verba dan Lucian W.Pye, hampir setengah abad yang lampau telah merintis sebuah riset tentang keterkaitan antara budaya dan politik. Mereka menyatakan bahwa setiap proses politik senantiasa terjadi dalam lingkup budaya. Artinya, dalam jangka waktu tertentu akan selalu terjadi proses dialektika antara kehidupan politik di satu pihak dengan sistem nilai budaya masyarakat di pihak lain. Budaya politik sendiri merupakan cerminan sikap khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem politik itu. Oleh karena itu, ia tidak lain dari orientasi psikologis terhadap objek sosial, dalam hal ini sistem politik yang kemudian mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk orientasi yang bersifat kognitif (pemahaman dan keyakinan), afektif (ikatan emosional/perasaan) dan evaluatif (penilaian).

Budaya politik juga merupakan rangkaian kepercayaan, kebiasaan dan perilaku yang berkaitan dengan kehidupan politik. Ia pada hakikatnya merupakan lingkungan psikologis tempat kegiatan-kegiatan politik berlangsung yang memberikan rasionalisasi untuk menolak atau menerima sejumlah milai dan norma lainnya. Dalam derajat yang tertinggi, budaya politik umumnya akan dapat membentuk aspirasi, obsesi, preferensi dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh perubahan politik. Dengan sikap dan orientasi seperti itu, disertai dengan adanya determinan nilai-nilai keunggulan lokal (local genius) maka akan dapat dijumpai berbagai tipe budaya politik lokal yang berbeda-beda di berbagai daerah. Menurut Gabriel Almond dan Sidney Verba (Sri Jutmini Winarno,2007:4) budaya politik mengacu pada sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dn bagian-bagian lainnya dan sikap terhadap peranan warga negara dalam sistem itu. Apabila diikuti terminologi Almond dan Verba, maka dalam kehidupan masyarakat dapat dijumpai setidaknya tiga tipe budaya politik, yaitu masyarakat dengan budaya parokial, kawula, dan partisipan. Dalam penelitian ini khusus mengangkat tentang budaya politik partisipan saja. Ini didasarkan kepada kesesuaian dengan sistem politik kita yang demokrasi. Masyarakat yang sangat dominan memiliki kompetensi politik yang tinggi, di mana warga masyarakat mampu memberikan evaluasi terhadap proses politik yang sedang berjalan, akan membentuk sebuah budaya politik yang partisipan. Masyarakat sudah mulai melibatkan diri secara intensif dalam berbagai kegiatan politik. Mereka bisa merupakan anggota aktif ormas atau parpol, atau anggota masyarakat biasa yang dapat menilai dengan penuh kesadaran baik sistem politik sebagai totalitas, masukan atau keluaran kebijakan pemerintah, maupun posisi dirinya sendiri dalam berpolitik. Dalam studi yang dilakukan oleh Almond dan Verba ditemukan bahwa negara-negara yang mempunyai budaya politik yang sudah matang akan menopang demokrasi yang stabil. Sebaliknya, negara-negara yang memiliki derajat budaya politik yang belum matang tidak mendukung terwujudnya demokrasi yang stabil. Kematangan budaya politik tersebut ditunjukkan dengan peluang yang diberikan oleh negara kepada masyarakat untuk mandiri, sehingga memiliki tingkat kompetensi yang tinggi. Demokratisasi dan budaya politik demokratis hanya bisa diciptakan setelah melalui proses sosialisasi politik. Proses ini mewariskan berbagai nilai politik dari satu generasi ke generasi berikutnya, lewat berbagai agen, seperti keluarga, teman sepergaulan, sekolah/perguruan tinggi, dan media massa yang menghasilkan individu mandiri. Dalam budaya politik partisipan, orientasi politik warga terhadapkesluruhan objek politik, baik umum, input dan output, maupun pribadinya mendekati satu atau dapat dikatakan tinggi. Berdasar hal ini maka ciri-ciri budaya politik partisipan adalah sebagai berikut (Sri Jutmini Winarno,2007:10) : a. anggota masyarakat sangat partisipatif terhadap semua objek politik, baik menerima maupun menolak suatu objek politik

b.

kesadaran bahwa ia adalah warga Negara yang aktof dn berperan sebagai aktivis

c. warga menyadari akan hak dan tanggung jawabnya ( kewajibannya) dan mampu mempergunakan hak itu serta menanggung kewajibannya d. tidak menerima begitu saja keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin, tetapi dapat menilai dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik keseluruhan, input, output ataupun posisi dirinya sendiri e. kehidupan politik dianggap sebagai sran trnsaksi seperti halnya penjual dan pembeli. Warga dapat menerima berdasar kesadaran, tetapi juga mampu menolak berdasarkan penilaiannya sendiri

2.

Implementasi budaya politik partisipan oleh siswa di lingkungan sekolah

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa budaya politik partisipan adalah salah satu jenis budaya politik bangsa. Budaya politik partisipan dicirikn dengan adanya orientasi yang tinggi terhdap semua objek politik, baik objek umum, input, output serta pribadinya sendiri selaku warga negara. Pelaksanaan budaya politik partisipan juga dapat diterapkan oleh seorang pelajar dilingkungan sekolahnya. Dalam hal ini implementasi budaya politik partisipan oleh siswa Madrasah Aliyah Ibnu Khaldun Sedanau dalam kegiatan politik di sekolah antara lain : a. Pemilihan ketua kelas dan pengurus OSIS

Partisipasi melibatkan seluruh warga kelas dan seluruh siswa di sekolah untuk terlibat di dalamnya. Mulai dari pencalonan sampai kepada kesepakatan bersama di lakuakan secara demokratis. Seluruh siswa menggunakan hak pilihnya sebagai wujud partisipasi. b. Setiap siswa memiliki pengetahuan dan kepekaan terhadap masalah atau isu politik di sekolah maupun di masyarakat, membiasakan membaca dan melihat berita, dan berbicara tentang masalah politik di sekitarnya c. Siswa mampu bersikap dan menilai objek politik, siswa bisa membiasakan untuk berpendapat, berkomentar jika ada isu politik yang muncul baik di sekolah maupun di masyarakat d. Siswa berlatih memberi usulan, masukan, dan kritikan terhadap suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah maupun pemerintah e. Siswa membiasakan diri untuk taat dan patuh pada peraturan yang memang telah disepakati

D. Peranan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengevaluasi Hasil Belajar Siswa Terhadap Materi Budaya Politik Partisipan

Evaluasi mengajar pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian penting dari proses pelaksanaan belajar mengajar dari kegiatan evaluasi akan didapatkan jawaban tentang berhasil tidaknya usaha mengajar seorang guru. Sehubungan dengan hal tersebut diatas ada beberapa pendapat tentang evaluasi, menurut para ahli Suharsimi Arikunto (1987:3)Mengatakan:Evaluasi adalah megukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran baik buruk ..... Menurut Ismet Syarif (1984:34) guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Evaluasi terhadap hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru secara berencana, bertahap, dan berkesinambungan untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar dan pengusaan bahan pembelajaran oleh siswa pada waktu tertentu serta pencapaain tujuan mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi hasil belajar sebelum proses pembelajaran selesai adalah: a. 1. Membuat Soal Tes Akhir Semester

Soal akhir semester dibuat pada saat akhir semester atau pada saat berakhirnya proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur atau menilai seberapa besar kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dalam proses belajar mengajar berlangsung. Dan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan guru dalam mengajar. Adapun bentuk- bentuk soal tes yang diberikan adalah: a. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).

Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata- kata. Ciri- ciri pertanyaannya didahului dengan kata- kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya. Soal- soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kirakira 90 s.d. 120 menit. Soal- soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan pengertian- pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat- ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. b. Tes Obyektif.

Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif.hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan- kelemahan dari tes berbentuk esai. Dalam penggunaan tes obyektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes esai. Kadang- kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30- 40 buah soal.

2. Menilai Hasil belajar Menurut Hanry Lindgrin (1990:365) mengemukakan, Evaluation is the result of teachers concern with the gool of education.yang berarti bahwa evaluasi atau penilaian adalah kegiatan pemberian pertimbangan atau harga berdasarkan criteria tertentu. Fungsi penilain dalam proses belajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu: a) b) Tahap jangka pendek (penilaian formatif) Tahap jangka panjang (penilaian sumatif)

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan oleh guru pada akhir proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan oleh guru setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh priode tetentu, misalnya penilaian pada akhir semester.

Anda mungkin juga menyukai