Anda di halaman 1dari 65

KESIMPULAN ASPEK EKONOMI DAN KEWIRAUSAHAAN Keputusan seseorang untuk terjun menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh berbagai

jenis kondisi. Seperti yang terjadi di Indonesia, krisis ekonomi menyebabkan kerapuhan fundamental ekonomi mempengaruhi semua sektor industri. Sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja, kondisi krisis yang berlangsung lama membuat sejumlah karyawan yang di-PHK membuat lapangan pekerjaan yang baru untuk mempertahankan kehidupannya. Berawal kondisi ini banyak bermunculan para usahawan baru, walaupun masih dalam skala yang kecil (UKM). Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan kedepan maupun kebelakang, dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada, sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Tumbuhnya berbagai jenis UKM banyak menciptakan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu pihak pemerintah memberikan perhatian yang serius bagi perkembangan unit usaha kecil memberikan dukungan modal bagi pengusaha mikro untuk memperluas usahanya, penyediaan jasa manajemen bagi UKM untuk diberikan pelatihan-pelatihan sehingga menjamin agar bantuan pembiayaan yang diberikan dapat dikelola secara memadai dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan termasuk kemampuan untuk meningkatkan standar operasi (manajemen, produksi, pasar) UKM dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Peningkatan omzet bagi pengusaha mikro menyebabkan peningkatkan ketahanan mikro ekonomi melalui pemberdayaan UKM hal tersebut akan mendukung ketahanan ekonomi nasional (makro). Sebab, pemberdayaan dan pengembangan UKM dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan kapasitas usaha dan pemberdayaan jiwa kewirausahaan masyarakat miskin. Dilihat dari ruang lingkupnya maka wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan fungsi mikro. Fungsi mikro, peran wirausaha adalah sebagai innovator dan perencana serta mengkombinasikan sumbersumber yang ada kedalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakann nilai tambah dan usaha-usaha baru. Fungsi makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa sehingga menciptakan perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar.

Manajemen dan Kewirausahaan I. Pendahuluan

Tulisan ini hendak membahas tentang apa yang dimaksud dengan manajemen dan tentang kewirausahaan. Seperti yang kita ketahui perkembangan dunia semakin cepat dan banyak menimbulkan halhal yang baru. Manajemen sebagai salah satu ilmu sosial pasti akan turut mengalami perubahan seiring dengan perubahan ekonomi dunia. Begitu juga dengan kewirausahaan yang akhirnya menjadi sebuah ilmu yang diajarkan di banyak sekolah bisnis di belahan bumi ini. II. Tentang Manajemen Sejak akhir abad kesembilan belas, biasanya manajemen didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan. Walaupun kerangka kerja ini masih terus diteliti, pada umumnya masih bisa diterima. Jadi kita dapat mengatakan bahwa manajemen merupakan proses membuat perencanaan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran. Proses adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan. Kita merujuk pada manajemen sebagai suatu proses untuk menekankan bahwa semua manajer, tidak peduli bakat atau keterampilan tertentu mereka, terlibat dalam aktivitas yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang mereka inginkan. Secara singkat akan diuraikan keempat aktivitas manajemen yang utama tersebut dan bagaimana semuanya itu melibatkan hubungan dan waktu (Stoner, 1986). Merencanakan Merencanakan mengandung arti bahwa manajer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan serta tindakan mereka berdasarkan pada beberapa metode, rencana atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Disamping itu, rencana merupakan pedoman untuk: a. Organisasi memperoleh dan menggunakan sumber daya manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan. b. Anggota organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dengan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan. c. Memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan. Langkah pertama dalam merencanakan adalah memilih sasaran organisasi. Kemudian sasaran ditetapkan untuk setiap subunit organisasi, divisi, departemen, dan sebagainya. Setelah semuanya ditetapkan, program ditentukan untuk mencapai sasaran dengan cara yang sistematik. Tentu saja, dalam memilih tujuan dan program pengembangan, manajer puncak mempertimbangkan apakah semuanya layak dan dapat diterima oleh manajer organisasi berserta dengan semua karyawan. Hubungan dan waktu bersifat sentral dalam perencanaan. Perencanaan memberikan gambaran masa depan yang diinginkan dengan sumber daya yang ada sekarang, pengalaman dan sebagainya. Rencana yang dibuat oleh manajemen puncak demi tanggung jawab organisasi secara keseluruhan mungkin mencakup periode sampai lima aatau sepuluh tahun. 2. Mengorganisasikan Mengorganisasikan adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi. Sasaran yang berbeda memerlukan struktur yang berbeda pula. Sebuah organisasi yang bertujuan mengembangkan perangkat lunak misalnya, memerlukan struktur yang berbeda dari pabrik Blue Jeans. Menghasilkan produk standar seperti Blue Jeans memerlukan teknik perakitan yang efisien, sedangkan menghasilkan perangkat lunak perlu mengorganisasikan tim profesional seperti analis sistem dan Programmer. Walaupun para profesional ini harus berintraksi secara efektif, mereka tidak dapat di organisasikan seperti pekerja lini perakitan. Jadi, para manajer harus menyesuaikan struktur organisasi dengan sasaran dan sumber dayanya, sebuah proses yang disebut desain organisasi. Hubungan dan waktu adalah sentral untuk mengorganisasikan aktivitas. Pengorganisasian menghasilkan struktur dan hubungan dalam sebuah organisasi, dan lewat hubungan terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai. Aspek lain dari hubungan yang merupakan bagian dari pengorganisasian adalah mencari orang-orang baru untuk menggabungkan struktur hubungan. Upaya ini disebut mencari staf (staffing). 3. Memimpin Memimpin itu meliputi mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas yang penting. Hubungan dan waktu bersifat sentral untuk kegiatan memimpin. Sebenarnya, memimpin menyentuh hubungan manajer dengan setiap orang yang bekerja dengan mereka. Para

manajer memimpin untuk membujuk orang lain supaya mau bergabung dengan mereka dalam mengejar masa depan yang muncul dari langkah merencanakan dan mengorganisasikan. Dengan menciptakan yang tepat, manajer membantu para karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin. 4. Mengendalikan Akhirnya, manajer harus yakin tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi benar-benar menggerakkan organisasi ke arah sasaran yang telah dirumuskan. Ini adalah fungsi pengendalian manajemen, dan melibatkan berbagai elemen: a. Menetapkan standar prestasi kerja b. Mengukur prestasi saat ini c. Membandingkan prestasi ini dengan standar yang telah ditetapkan d. Mengambil tindakan korektif bila ada deviasi yang dideteksi Lewat fungsi pengendalian, manajer mempertahankan organisasi tetap pada jalurnya. Kini semakin banyak organisasi menetapkan cara baru untuk memasukkan mutu ke dalam fungsi pengendalian. Salah satu pendekatan populer adalah Total Quality Management (TQM). TQM memusatkan manajemen pada perbaikan terus menerus dalam semua operasi, fungsi, dan yang lebih penting dari semuanya itu adalah proses pekerjaan. Memenuhi kebutuhan pelanggan menjadi perhatian utama (Gaspersz, 1994). Hubungan dan waktu bersifat sentral untuk aktivitas mengendalikan. Seringkali manajer harus khawatir tentang mengendalikan adalah, dengan berlalunya waktu, hasil mengorganisasikan hubungan tidak selalu sesuai dengan yang direncanakan. Peran Manajerial Sekarang ini semakin banyak organisasi yang memandang bahwa banyak peran manajerial tidak harus sebatas manajer tradisional. Perubahan lingkungan yang menjadikan persaingan semakin sengit, perusahaan mencari berbagai cara untuk memperbaiki kualitas atau mutu. Seringkali ini berarti semua orang yang mempunyai peran sempit dan non manajerial diminta untuk memperluas cakupan aktivitasnya. Salah satu butir kunci tentang peran manajer adalah mereka harus amat luwes ketika harus berhadapan dengan hubungan manusia. Berbagai Tipe Manajer Kita menggunakan istilah manajer untuk mengartikan siapa pun yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keempat aktivitas utama dari manajemen dalam hubungan dengan waktu. Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah memandang bahwa manajer dapat berada di berbagai tingkat yang berbeda dan dengan perbedaan cakupan kegiatan organisasi. Setelah mengamati tingkat dan berbagai cakupan berbagai manajer, selanjutnya kita akan mencoba memahami perbedaaan keterampilan dan peran yang ditekankan dalam tipe manajer yang berbeda. Berbagai tingkat manajer : 1. Manajer Lini Pertama. Tingkat paling rendah dalam sebuah organisasi dimana orang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain disebut manajemen lini pertama atau tingkat pertama. Manajer lini pertama mengarahkan karyawan non manajemen, mereka tidak mengawasi manajer lain. Contoh dari manajer lini pertama adalah foreman atau supervisor produksi dalam pabrik , supervisor teknik dalam departemen penelitian. Dan supervisor klerek di kantor yang besar. 2. Manajer Menengah. Istilah manajer menengah dapat mencakup lebih dari satu tingkat dalam sebuah organisasi. Manajer menengah mengarahkan kegiatan manajer dari tingkat yang lebih rendah dan kadang-kadang karyawan operasional juga. Prinsip tanggung jawab manajer menengah adalah mengarahan aktivitas yang mengimplementasikan kebijakan organisasi dan menyeimbangkan permintaan dari manajer mereka dengan kapasitas karyawan. 3. Manajer Puncak. Terdiri dari kelompok yang relatif sedikit, manajer puncak bertanggung jawab untuk manajer keseluruhan dari sebuah organisasi. Orang-orang ini disebut eksekutif. Mereka menetapkan kebijakan operasional dan pedoman interaksi organisasi dengan lingkungan. Biasanya nama jabatan manajer puncak adalah chief executive officer, presiden dan wakil presiden. V. Tantangan Manajemen

Anda sedang mempelajari manajemen dalam suatu waktu dan tempat, dimana banyak orang memikirkan ulang apa sebenarnya manajemen itu. Pendorong dari re-evaluasi ini datang dari semakin cepatnya perubahan yang terjadi dalam organisasi maupun di dunia luas (Stoner, 1986) Perlunya memiliki visi Dunia semakin kecil. Teknologi telekomunikasi baru terus memperluas jangkauan dan mempercepat komunikasi kita. Lagi pula, wajah dunia berubah, baik oleh teknologi seperti rekayasa genetika, produksi otomatis di pabrik, laser dan chip komputer maupun oleh berubahnya batas politik serta aliansi. Suatu visi untuk hidup di dalam dan mengambil manfaat dari perubahan lingkungan ini penting bagi setiap manajer. Hampir sepanjang abad ini, misalnya, dianggap merupakan penyimpangan untuk membicarakan usaha patungan antara pabrik mobil Amerika dan Jepang. Perlunya etika Berbagai keputusan yang dibuat oleh manajer dalam organisasi mempunyai pengaruh yang luas di dalam maupun di luar organisasi. Jadi manajer harus memikirkan berbagai nilai dan etika. Kadang-kadang segala sesuatu menjadi serba salah dalam berbagai aktivitas organisasi. Penelitian mengenai siapa yang dan akan diuntungkan atau dirugikan oleh suatu tindakan disebut etika. Etika menyangkut konflik maupun peluang dalam hubungan manusia. Pertanyaan menyangkut etika termasuk paling sulit yang dihadapi oleh seseorang. Pertanyaan ini menyangkut benar dan salah dengan dampak dari keputusan seringkali besar. Etika merupakan lem yang menyatukan hubungan kita dan masyarakat yang lebih luas, menjadi satu. Penekanan kita pada hubungan manusia memberikan peluang untuk membawa etika dalam diskusi berulang kali. Perlunya memiliki kepekaan untuk menanggapi keanekaragaman budaya Gabungan dari pendidikan, perjalanan, telekomunikasi, kebijakan imigrasi yang berubah, akhir perang dingin dan beberapa dekade masa damai telah memecahkan hambatan antar budaya sampai sejauh yang belum pernah di lihat di masa lalu. Organisasi, merefleksikan kehidupan modern, telah merasuki perubahan ini. Hubungan baru yang menarik dan kemungkinan baru sekarang tersedia. Tentang Kewirausahaan Dalam studi mengenai kewirausahaan terdapat penggolongan dua kategori aktivitas kewirausahaan. Pertama, berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity). Kedua, kewirausahaan karena terpaksa, tidak ada alternatif lain untuk ke masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu (entrepreneur activity by necessity). Untuk negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Australia, Eropa, entrepreneur activity by opportunity prosentasenya lebih besar. Sedang di India dan negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya lebih besar prosentase entrepreneur activity by necessity. Inilah dua perbedaan kewirausahaan yang berkembang di dua situasi ekonomi atau konteks berkembangnya suatu masyarakat. Seharusnya yang harus dikembangkan oleh institusi pendidikan seperti sekolah ilmu ekonomi adalah jenis kewirausahaan yang pertama. Para siswa didorong untuk melihat ketertarikan usaha karena adanya sesuatu yang mempunyai nilai (opportunity). Entah nilai ekonomi, sosial, atau problem solving (Wilken, 1979). McClelland (1961: 207), mengemukakan Bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability (C), incentive (I), dan external environtment (E). Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability,C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environtment, E ). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Tentang semangat kewirausahaan di Jepang yang banyak melahirkan inovasi karena apa yang terjadi di Jepang, khususnya generasi mudanya sebenarnya banyak yang menyukai berwirausaha daripada menjadi salary-man. Model kewirausahaan yang diminati adalah jenis kewirausahaan yang berbasis pengetahuan

(knowledge), contohnya seperti yang terjadi di Science Park, Osaka. Anak-anak muda di sana banyak mempresentasikan teknologi tinggi. Misalnya mengembangkan jaringan komputer intranet tanpa menggunakan kabel sehingga menghasilkan kecepatan yang sangat tinggi. Desainnya dikerjakan oleh pemuda Jepang, sedangkan peralatannya dibeli di Taiwan dan Korea. Jadi mereka tidak memproduksi sendiri. Masalah produksinya, mereka lebih suka outsource. Inilah jenis aktivitas kewirausahaan di Jepang. Mirip Silicon Valley di Amerika, dimana banyak anak-anak muda terlibat di dalam berbagai penemuannya. Inovasi merupakan buah kewirausahaan. Sekarang ini sudah ada pergeseran dalam menghasilkan highly innovative products atau ideas, yang lebih merupakan hasil kerja tim, bukan perorangan karena kompleksnya teknologi yang dihadirkan itu. Dari sinilah muncul istilah entrepreneurial team. Untuk menghasilkan produk inovatif berteknologi tinggi, perlu menghadirkan kelompok-kelompok entrepreneurial-team. Sekian banyak keahlian harus disinergikan untuk menghasilkan terobosan inovasi yang bermanfaat. Pada tahap yang lebih kompleks lagi, pemimpin entrepreneurial-team ini akan lebih punya peran yang besar untuk menumbuhkan adanya lingkungan entrepreneur. Ini peran yang lebih penting daripada menghasilkan ide atau gagasan secara langsung. Indikator utama entrepreneur adalah adanya inovasi. Semua bidang memerlukan inovasi. Organisasi non komersial pun memerlukan adanya pemikiran-pemikiran inovatif, perlu terus pembaruan, maka muncul istilah socio-entrepreneur, disingkat socio-preneur, yang bergerak di bidang sosial seperti LSM atau NGO. Sedangkan kelompok yang tertarik mendalami pengembangan teknologi, disebut techno-preneur. Mereka basisnya adalah orang-orang berpendidikan S3 karena punya dasar kuat dalam riset. Ini merupakan hasil kerjasama antara dunia usaha dengan universitas atau riset institute. Kategori semacam ini disebut entrepreneur science based. Kewirausahaan di Indonesia Entrepreneurship di Indonesia, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama melakukan kewirausahaan sejati yang dibangun dengan dasar tata nilai yang tinggi. Kelompok kedua, melakukan kewirausahaan yang semu, karena berkembang berdasarkan pada koneksi, kemudahan, fasilitas dan sejenisnya. Contoh kewirausahaan sejati itu, seperti yang dilakukan oleh William Suryajaya. Beliau meskipun bangkrut, tapi masih bersemangat untuk melakukan usaha dengan kesadaran bahwa akan memberikan kontribusi penting bagi masyarakat, dan melakukannya secara bertanggungjawab. Banyak orang tetap ingin bekerjasama dengannya untuk pengembangan di bidang agrobisnis. William yang akrab dipanggil Om Willem, dilihat banyak pihak sebagai seorang yang mempunyai integritas. Para investor dari Eropa, Amerika, dan Asia, terutama Jepang, silih berganti menghubunginya ketika mereka mengetahui bahwa dirinya berminat mengembangkan usaha agrobisnis. Dia bersama-sama para petani, pengusaha nasional, dan investor asing, ingin membangun sektor agrobisnis agar Indonesia bisa segera mengakhiri krisis ekonomi ini pasca kerusuhan Mei 1998 yang lalu. Obsesi Om Willem untuk tumbuh dan berkembang bersama petani kecil itu telah terwujud lewat Astra Agro Niaga yang kemudian berganti nama menjadi Astra Agro Lestari. Kewirausahaan itu bukan sekedar modal, tapi lebih menyangkut adanya gagasan inovatif, semangat untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, yang didukung integritas tinggi. Ini sebenarnya yang diharapkan dari seorang entrepreneur. Entrepreneur itu bukan untuk sekedar menghasilkan uang, tetapi menghasilkan sesuatu yang diperlukan masyarakat. Ia harus memikirkan, apa dan bagaimana supaya masyarakat menjadi lebih baik dari yang sekarang ini. Inilah kontribusi yang diharapkan dari seorang entrepreneur yang sejati. Mereka harus memiliki value atau tata nilai yang baik dalam melakukan pembaharuan. Lingkungan yang berubah perlu menghadirkan hal-hal yang baru dengan konteks yang baru, jika tidak berubah maka kita akan tenggelam. Contohnya boneka Barbie yang merajai pasar di Indonesia dan internasional. Ada banyak tokoh idola yang sebenarnya bisa dimiliki oleh masyarakat kita, atau khususnya dalam hal ini anak-anak, yaitu tokoh Rama dan Sinta misalnya yang punya nilai cerita bagus (nilai-nilai kepahlawanan dan kesetiaan). Mengapa terjadi demikian? Karena tidak ada inovasi dan pengembangan. Sedangkan boneka Barbie tiap tahun ada edisi baru. Kontribusi suatu perusahaan dalam mengembangkan sesuatu yang baru punya dampak begitu besar terhadap kemampuan suatu masyarakat dan terhadap masyarakat lain. Menghadirkan tokoh idola untuk disenangi anak-anak di Indonesia telah didominasi oleh tokoh-tokoh asing seperti Superman, Batman, dan Spiderman.. Kita kalah bersaing dalam mengaktualisasi hal-hal yang

punya nilai dalam konteks yang baru. Kita kurang mampu melihat dimensi kewirausahaan yang melakukan pembaruan terus menerus. Inilah peran yang harus dilakukan oleh para entrepreneur kita. Upaya untuk melakukan pembaruan, inovasi terus menerus dimiliki oleh perusahaan-perusahan asing, sehingga produkproduk mereka membanjiri pasar Indonesia. Di bidang franchise (wara laba), dari sekitar 260 franchise yang ada di sini, hanya sedikit yang beroperasi dari Indonesia. Serbuan hal-hal baru ke Indonesia begitu besar karena daya franchise lokal belum mampu menghadirkan sesuatu yang baru. Inilah entrepereneurship yang dibutuhkan. "The spirit of Entrepreneurship itu bukan semangat untuk bisa cepat kaya. Entrepreneurship harus di dasari semangat untuk menghasilkan kontribusi yang memberikan solusi bagi masyarakat. Entrepreneurship di harapkan menjadi sesuatu yang dapat ditumbuhkan pada semua jenis kegiatan kemasyarakatan. Baik kegiatan di bidang ekonomi, pemerintahan, maupun sosial. Jika tidak Indonesia hanya akan menjadi obyek dari luar. Bangsa yang menjadi sasaran saja tanpa pernah menjadi pemain. Arti Kewirausahaan Fungsi yang spesifik untuk wirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal. Dan menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain. Beberapa orang wirausahawan menggunakan informasi yang biasanya tersedia untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Henry Ford, misalnya, tidak menemukan mobil dan juga teknik pembagian tugas, tetapi dia menerapkan pembagian tugas pada produksi mobil dengan cara baru, lini perakitan. Wirausahawan lain melihat peluang bisnis baru. Akio Morita, presiden Sony, raksasa barang elektronik dari Jepang, melihat bahwa produk dari perusahaannya dapat diadaptasikan untuk menciptakan produk baru, stereo pribadi walkman. Kewirausahaan berbeda dari manajemen. Kewirausahaan mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi proses produksi yang sudah berjalan. Kewirausahaan adalah fenomena yang terputus-putus, muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi dan kemudian hilang sampai muncul lagi untuk mengawali perubahan yang lain. Lebih penting dari semuanya, kewirausahaan berkaitan dengan perubahan. Kewirausahaan melihat perubahan sebagai suatu normal dan sehat. Kewirausahaan sekarang ini menjadi topik yang amat populer di antara mahasiswa manajemen dan ekonomi. Keadaannya tida selalu demikian. Sebelum tahun 1960, kebanyakan ahli ekonomi telah memahami pentingnya kewirausahaan, tetapi mereka cenderung mengabaikannya. Untuk memulai, perhatian pada waktu itu dicurahkan pada perusahaan yang besar yang sulit memahami fakta bahwa kebanyakan pekerja baru diciptakan oleh perusahaan baru yang lebih kecil. Lebih lanjut, fungsi wirausahawan adalah mengorganisasikan sumber daya produktif baru untuk memperluas pasokan. Manfaat kewirausahaan Kewirausahan mempunyai paling sedikit empat manfaat sosial. Kewirausahaan memperkuat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru, serta mengubah dan meremajakan persaingan pasar. 1. Pertumbuhan Ekonomi Salah satu alasan ahli ekonomi mulai memperhatikan perusahaan baru dan kecil adalah karena mereka tampaknya menyediakan pekerjaan baru dalam kehidupan perekonomian. Produktivitas Kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan tenaga kerja dan input lain yang lebih sedikit naik dengan kecepatan yang lebih rendah di Amerika Serikat pada tahun 1970-an daripada yang terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an. Salah satu alasan perhatian yang lebih besar dalam kewirausahaan adalah tumbuhnya pengakuan dari perannya dalam meningktkan produktivitas. Teknologi, Produk dan Jasa Baru Konsekuensi lain dari asosiasi antara kewirausahaan dan perubahan adalah peran yang dimainkan wirausahawan dalam memajukan teknologi, produk dan jasa inovatif. Perubahan Pasar Pasar internasional juga menyediakan peluang kewirausahaan bagi perusahaan.

Karena wirausahawan mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi yang banyak kepada masyarakat, para peneliti mencoba menganalisi kepribadian, keterampilan dan sikap mereka, disamping kondisi yang memperkuat pengembangan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologi dan sosiologi merupakan karakteristik dari wirausahawan. Faktor-faktor psikologi : 1. Kebutuhan untuk berprestasi. Wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi. 2. Letak kendali. Ini adalah ide bahwa individu mengendalikan hidup mereka sendiri, bukan keberuntungan atau nasib. Wirausahawan dan manajer suka berpikir mereka menarik tali mereka sendiri. 3. Toleransi terhadap resiko. Wirausahawan yang bersedia mengambil resiko yang sedang tampaknya memperoleh hasil yang lebih besar dalam aset daripada wirausahawan yang tidak mau mengambil resiko atau mengambil resiko besar. 4. Toleransi terhadap keragu-raguan. Sampai batas tertentu, setiap manajer memerlukan ini, karena banyak keputusan harus dibuat dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak jelas. 5. Tingkah laku tipe A. Ini mengacu pada dorongan untuk melakukan lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit dan bila perlu, walaupun ditentang oleh orang lain. Faktor-faktor Sosiologi. Seringkali anggota kelompok minoritas merasa majikan melakukan diskriminasi terhadap mereka. Untuk berhasil dalam budaya perusahaan, beberapa minoritas merasa mereka harus menjual nyawa mereka dengan menyerahkan identitas ras, etnik atau seksual mereka. Frustasi ini membuat banyak minoritas ingin sekali ada lingkungan yang cocok dengan kebutuhan mereka dan membiarkan mereka bebas bertindak untuk berkreasi dan berkembang. Keinginan ini, ditambah dengan godaan kewirausahaan, membuat wirausahaan minoritas sekarang banyak dijumpai di dunia bisnis. Mengapa wirausahawan gagal? Alasan yang paling umum adalah kekurangan konsep yang layak. Masalah umum yang lain adalah kurangnya pengetahuan pasar. Kadang-kadang sulit menarik orang dengan informasi terbaik, karena mereka sudah mempunyai pekerjaan yang baik, terikat pada perusahaan yang sekarang, atau terlalu puas untuk merasakan kebutuhan melakukan pekerjaan yang benar-benar nomor wahid atau penting. Bahkan kekurangan keterampilan teknis dapat menjadi masalah. X.Hakikat Kewirausahaan Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan, akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Drucker, 1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing) bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnoe Soedjono, 1993; Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997). Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setip orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya. Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu: 1. kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994). 2. kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959). 3. kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmer, 1996). 4. kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997). 5. kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih. 6. kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

Dunia Maya dan Kewirausahaan


Era globalisasi bukanlah hal yang baru kita ketahui karena sekarang kita telah merasakannya di segala bidang kehidupan. Salah satunya di bidang perdagangan. Sebagaimana kita ketahui dengan adanya globalisasi membuat semua orang ingin melakukan transakasi dengan cepat dan mudah, terlebih lagi untuk transaksi yang dilakukan dengan orang diluar negeri. Hal ini merupakan tantangan bagi perusahaan sehingga perusahaan harus sebisa mungkin menggunakan teknologi yang dimilikinya untuk memuaskan keinginan konsumennya. Dengan adanya E-commerce yang berkembang dewasa ini, perusahaan dapat memenuhi keinginan konsumen tersebut. Transaksi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah tanpa harus bertemu muka dengan muka, sehingga jarak tidak lagi menjadi penghalang. Hal ini sangat membantu namun ada beberapa masalah khususnya bagi Negara berkembang contohnya Indonesia yang belum memiliki hukum yang mengatur tentang hal ini. Menurut kami ecommerce sangat penting, sehingga harus ada hukum yang mengatur agar transaksi tersebut dapat dijalankan di Indonesia. Menurut Roy Suryo (dalam Bambang, 2000) Hubungan bisnis e-commerce tidak bisa begitu saja dilepas tanpa adanya rambu-rambu hukum. Perlu pengaturan hukum, misalnya soal kemungkinan hacker yang dapat membobol kartu kredit seseorang tanpa diketahui si pemilik sahnya. Hal ini dikarenakan tidak tertutup kemungkinan hacker bertindak sebagai pelaku tindak kriminal yang tidak terjangkau hukum karena belum adanya perangkat hukum yang mengaturnya. Di sini kami akan membahas mengenai pentingnya penerapan hukum e-commerce dan bagaimana risiko yang akan ditanggung bila tidak ada hukum yang mengatur tentang ecommerce. Alasan kami membahas hal ini yaitu karena Indonesia dinilai lemah dalam mengatur aspek landasan hukum di bidang virtual enterprises atau yang kerap dikenal sebagai bisnis di sektor e-commerce atau e-business (Bambang, 2000). Untuk itu, sudah waktunya pemerintah menyiapkan sebuah perangkat hukum undang-undang yang mengatur cyberlaw ini sebagai langkah menyiapkan era pasar bebas di masa depan Pengertian

Menurut Purbo, 2001 E-commerce merupakan cakupan yang luas mengenai teknologi, proses dan praktek yang dapat melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas sebagai sarana mekanisme transaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui email, Electronic Data Interchange (EDI), atau bisa juga melalui World Wide Web. E-commerce juga meliputi transaksi di dalam dan di antara sektor bisnis yang khusus (private) dan umum (public), serta sistem yang melibatkan komunitas dalam negeri maupun internasional. Menurut Mardiyanto M.S Electronic Commerce (E-commerce) adalah suatu contoh produk dari kemajuan Teknologi Informasi, dimana transaksi bisnis tidak lagi dilakukan secara konvensional, yang mengharuskan pembeli berinteraksi langsung dengan penjual (secara fisik) atau adanya keharusan menggunakan uang tunai (cash). Tetapi penjual diwakili oleh suatu sistem yang melayani pembeli secara online dengan media jaringan komputer. Dalam melakukan transaksi, pembeli berhadapan dan berkomunikasi dengan sistem yang mewakili penjual Dengan e-commerce, transaksi barang atau jasa menjadi lebih praktis karena transaksi ini tidak lagi memerlukan kertas dan pena, serta tidak perlu lagi kontak face-to-face. Aspek pendukung E-commerce.

Guna menjalankan bisnis elektronis, dibutuhkan aspek-aspek pendukung yang tidak persis sama dengan bisnis konvensional, oleh karena pembeli tidak secara langsung berinteraksi dengan penjual. Beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan adalah (menurut Mardiyanto M.S): A. Aspek Hukum (Legal): Hukum yang mengatur proses bisnis pada Ecommerce untuk melindungi hak pembeli dan perusahaan penjual, misalnya untuk menyatakan bahwa suatu transaksi dinyatakan sah atau tidak. B. Aspek Etika Bisnis Elektronis: Kode etik yang harus ditaati oleh perusahaan dalam kaitan

dengan hubungan antar perusahaan elektronis ataupun antara perusahaan dengan pelanggan (misalnya tentang kerahasiaan identitas pelanggan). C. Aspek Teknologi: yang berkaitan dengan teknologi pendukung E-commerce, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software) yang handal (reliable) dan aman (secure) seperti : Situs WEB, jaringan komunikasi data (jaringan komputer), protokol komunikasi data dan antarmuka pemakai (user interface). D. Aspek Ekonomi Global: untuk digunakan sebagai landasan yang berlaku universal di semua negara bagi para pelaku E-commerce. Sejarah Awal perdagangan digital atau E-commerce ditandai dengan berdirinya sejumlah perusahaan elektronis (E-company). Perusahaan elektronis ini tidak membutuhkan etalase untuk memajang dagangannya, tetapi cukup menayangkan gambar dan spesifikasi produk/barang dagangannya secara online melalui layar komputer yang terhubung ke Internet. Dengan cara tersebut pembeli dapat memilih barang yang akan dibelinya dan menyimpannya pada keranjang belanja maya, kemudian membayar secara elektronis dengan memberikan otorisasi pembayaran kartu kredit. Untuk menjamin keamanan transaksi, sejumlah prosedur otentikasi (authentication) dapat dilakukan oleh pembeli. Hal ini juga berguna untuk menghindari pemalsuan jati diri pembeli oleh orang yang tidak berhak. Selanjutnya barang yang dibeli akan dikirim ke alamat pembeli dengan bantuan jasa ekspedisi (freight forwarder) atau melalui pos. Salah satu perusahaan elektronis yang merintis E-commerce adalah Amazon.com yang didirikan pada tahun 1994, oleh Jeff Bezos, seorang sarjana Ilmu Komputer. Dalam kurun waktu lima tahun, Amazon.com telah tumbuh pesat dan memperluas bidang bisnisnya dengan mengakuisisi beberapa Ecompany saingannya, antara lain: Drugstore.com, HomeGrocer.com, dan Gear.com. Jumlah pelanggan Amazon.com diperkirakan telah mencapai 12 juta E-shopper, dengan jumlah barang yang dijual sekitar 19 juta item barang. Perusahaan elektronis lainnya yang bergerak di bidang perdagangan sejenis adalah AOL (America Online), yang belum lama ini melakukan merger dengan perusahaan Time Warner. Perkembangan E-commerce secara global.

Dengan meningkatnya persaingan di dunia bisnis maka telah banyak pula perusahaan yang mulai melirik transaksi melalui internet (e-commerce). Hal ini memacu perkembangan E-commerce secara spektakuler. Newsweek ( Pikiran Rakyat.com, 2003) menyebutkan business to business (B2B) E-commerce meningkat dari 200 miliar dolar AS pada tahun 2000 menjadi 1.200 miliar dolar AS pada tahun 2003, yang artinya meningkat 6 kali lipat dalam waktu 3 tahun. Selain itu perkembangan transaksi bisnis melalui e-commerce pada tahun 2003 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bahkan bisnis jasa ini diperkirakan akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Perkembangan E-commerce Indonesia.

Menurut Saragih Barita. 2000 di Indonesia, statistik menunjukkan bahwa transaksi e-commerce semakin meningkat bahkan dapat dikatakan sudah menjadi kebutuhan. Sampai tahun 2000 ini, pengguna jasa internet service provider (ISP) diperkirakan tumbuh sampai 400 persen dengan jumlah 1,5 juta orang. Namun menurut Teddy Sukardi ( dalam Bisnis.com, 2003 ) perkembangan e-commerce di Indonesia masih terbatas pada skala kecil. Padahal, secara teknis sebenarnya sudah siap mengadopsi teknologi tersebut. Menurut Bambang, 2000 terbatasnya perkembangan itu disebabkan pelaku bisnis masih sulit melakukan transaksi dan pembayaran secara elektronik dengan aman. Bisnis e-commerce di Indonesia dinilai memiliki risiko bisnis cukup tinggi, karena belum adanya UU bidang teknologi informasi (cyber law). Akibatnya, penggunaan e-commerce saat ini baru pada level dua yakni komunikasi melalui e-mail dan menyajikan informasi produk di web. Padahal seperti yang kita ketahui e-commerce banyak memberikan keuntungan. Menurut Purbo, 2001 keuntungan - keuntungan yang dapat diambil dengan adanya e-commerce antara lain : Revenue stream (aliran pendapatan) baru mungkin lebih menjanjikan, yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar)

Menurunkan biaya operasional (operating cost) Melebarkan jangkauan (global reach) Meningkatkan customer loyalty Meningkatkan supplier management Memperpendek waktu produksi Meningkatkan value chain (mata rantai pandapatan). Meskipun e-commerce merupakan sistem yang menguntungkan karena dapat mengurangi biaya transaksi bisnis dan dapat memperbaiki kualitas pelayanan kepada pelanggan, namun pemanfaatan e-commerce juga dapat menimbulkan risiko antara lain: - Kehilangan segi financial secara langsung karena kecurangan. Misalnya seorang penipu yang berasal dari dalam atau dari luar mentrasfer sejumlah uang dari rekening yang satu ke rekening yang lainnya, atau dia menghancurkan/mengganti semua data financial yang ada. - Pencurian informasi rahasia yang berharga. Padanya banyak organisasi atau lembaga-lembaga yang menyimpan data rahasia yang sangat penting bagi kelangsunag hidup mereka. Misalnya kepemilikan teknologi atau informasi pemasaran maupun informasi yang berhubungan dengan kepentingan konsumen atau client mereka. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Bergantung pada pelayanan elektronik dapat mengakibatkan gangguan selama periode waktu yang tidak dapat diperkirakan. Kesalahan ini bersifat kesalahan yang nonteknis, seperti aliran listrik tiba-tiba padam, atau jenis-jenis gangguan tak terduga lainnya. Gangguan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Pihak luar mendapatkan akses yang sebenarnya bukan menjadi haknya dan dia gunakan hal itu untuk kepentingan pribadi. Misalanya seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan, setelah itu dengan seenaknya sendiri dia memindahkan sejumlah rekening orang ke dalam rekeningnya sendiri. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Kepercayan konsumen terhadap sebuah perusahaan/lembaga/institusi tertentu dapat hilang karena berbagai macam factor, seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut, dan bisa juga karena kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh perusahaan itu yang mengakibatkan kepercayan konsumen hilang. Kerugian-kerugian yang tidak terduga. Gangguan terhadap transaksi bisnis, yang disebabkan oleh gangguan dari luar yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahna factor manusia (human error), atau kesalahan sistem elektronik, mengakibatkan kerugaian transakasi bisnis yang tidak bisa dihindari terutama dari segi financial. Sebagai contoh, konfirmasi sebuah transakasi tidak diterima dengan baik sebagaimana mestinya. Kehilangan kesempatan bisnis, hilangnya kredibilitas dan reputasi, dan kerugian biaya yang besar merupakan risiko yang sewaktu-waktu bisa terjadi, namun kita harus siap untuk mengatasi dan mangantisipasinya. Hukum Indonesia & e-commerce Praktik bisnis e-commerce mengandung risiko bisnis dan ketidakpastian yang sangat tinggi dan untuk memperkecil ketidakpastian itu, perlu adanya aturan yang mengatur transaksi bisnis canggih ini. Tetapi di Indonesia belum ada hukum yang mengatur kegiatan bisnis ini. Mulya Lubis (dalam Bambang 2000) mempertanyakan bagaimana status hukum saham yang diperdagangkan melalui fasilitas Internet, yang meniadakan bentuk surat saham secara fisik. Juga mengenai dokumen berharga seperti bond (obligasi) yang scriptless (tanpa warkat) yang perlu dilihat secara saksama aspek hukumnya, jika dimainkan secara ecommerce. Undang-undang nasional yang ada seperti UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU Nomor 36/199 tentang Telekomunikasi, tidak mengatur soal ini. Sehingga ancaman kejahatan transaksi bisnis di dunia maya di Indonesia masih sangat besar dan terbuka lebar. Selain itu Perundang-undangan yang ada seperti hukum kontrak (KUHPerdata) dan hukum dagang (KUHD) tidak lagi memadai untuk mengatur aktivitas-aktivitas internet, termasuk e-commerce. Untuk itu diperlukan adanya legislasi demi adanya kepastian hukum.

Masalah-masalah hukum yang dapat muncul di bidang hukum kontrak dan dagang sehubungan dengan transaksi elektronik ini, seperti kapan saat sebuah kontrak ditutup (tijdstip van sluiting van het contract), keabsahan dokumen dan catatan elektronik tanpa tanda tangan, serta apakah obyek transaksi selain barang bergerak dan/atau jasa bisa juga mengenai barang tidak bergerak dan hak atas kekayaan intelektual seperti paten, merek dan hak cipta. Masalah hukum lain adalah bagaimana peralihan hak (levering atau transfer of title) dilaksanakan, tuntutan hukum sehubungan dengan adanya wanprestasi/cedera janji (misalnya pembayaran dalam ecommerce dilakukan dengan kartu kredit curian atau barang yang diperjanjikan tidak sebagaimana yang dimaksudkan). Pertanggungjawaban dari network service provider selaku perantara (aansprakelijkheid van tussenpersonen) serta hukum dan forum pengadilan mana yang berwenang dalam penyelesaian kasus-kasus yang timbul, juga perlu diatur. Beberapa negara seperti di Amerika Serikat, sudah ada Uniform Computer Information Transactions Act dan Uniform Electronic Transactions Act. Demikian juga Negeri Belanda telah mengatur e-commerce dengan apa yang disebut de Code of Conduct voor Elecktronisch Zakendoen. Singapura telah memiliki Electronic Transaction Act dan the National Computer Board Act. Di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), badan dunia ini juga telah mengeluarkan UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. Masyarakat Eropa (melalui Parlemen dan Dewan Uni Eropa) telah pula menerbitkan Richtlijn (garis arahan) bagi negara-negara anggota dalam mengatasi persoalan mengenai kapan sebuah kontrak dalam ecommerce secara hukum mengikat. (Saragih, 2000). Belum adanya hukum yang mengatur Ecommerce di Indonesia menyebabkan ruang untuk melakukan kejahatan bagi orang orang yang tidak bertanggungjawab semakin besar. Kejahatan melalui internet ini seperti pornografi, perjudian, pengintaian, prostitusi, dll semakin meningkat dan semuanya ini dapat merusak moral bangsa. Selain itu perusahaan domestik dan asing akan berfikir dua kali untuk memperdagangkan produknya lewat internet karena adanya ketidakpastian hukum. Para penjahat bisa saja menipu perusahaan sehingga mereka ataupun pihak lain mendapatkan kerugian. Selain itu hal ini akan memundurkan E-commerce di Indonesia padahal hal ini sangat menguntungkan bagi semua pihak. Menurut Abdul (dlm Bambang, 2000) Selama belum ada aturan hukum yang mengatur bisnis di lapangan, maka sebaiknya para pelaku mengikuti hukum kebiasaan yang ada selama ini. Diharapkan walaupun belum ada aturan hukumnya, para pelaku tetaplah memakai konvensi atau kebiasaan berbisnis yang menjunjung tinggi itikad baik, asas kepatutan, dan berkeadilan. Dalam pengaturan hukum e-commerce di Indonesia jangan disandarkan pada nilai-nilai hukum yang tradisional. Diharapkan jangan sampai ada kesan pemaksaan penggunaan landasan hukum tradisional untuk praktik bisnis e-commerce ini. Menurut Heru S (dlm Bambang, 2000) perkembangan yang pesat di sektor e-commerce di negara tetangga seharusnya memacu pemikiran untuk mengembangkan hukum pidana dan hukum dagang nasional yang dikaitkan dengan perkembangan fenomena bisnis di alam maya ini. Mengingat E-commerce sangat membantu para pelaku bisnis didalam melakukan transaksi bisnisnya, dan juga dapat menjadi lahan pemasukan bagi pemerintah serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, maka sangat diharapkan pemerintah dapat dengan serius memikirkan hal ini untuk kemudian membuat peraturan yang mengatur tentang E-commerce demi keamanan bertransaksi. Agar perusahaanperusahaan Indonesia dapat mengikuti perkembangan globalisasi dan dapat tetap bertahan dalam persaingan global.

ETIKA DALAM PERIKLANAN I. Pengertian Iklan dan Model Penyampaian iklan Iklan merupakan salah satu salah cara penyampaian pesan kepada konsumen untuk mengenalakan suatu produk yang berada di pasar. Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegitan bisnis ( Keraf, 1998 ) Berikut beberapa proses yang menyebabkan mengapa iklan mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk: Model Komunikasi Pemasaran Didalam proses model komuniksai pemasaran ini menjelaskan bagaimana proses komunikasi berjalan hingga sampai dalam perilaku konsumen. Proses komunikasi bermula dari strategi pemasaran yang ingin menyampaikan suatu pesan agar suatu produk dapat dikenal oleh konsumen atau masyarakat luas. Kemudian dari ide yang telah ada marketing atau bagian pemasaran memilih agency iklan yang sesuai sehingga suatu iklan siap disajikan, dilihat, didengar diberbagai media seperti radio, televisi, majalah, dls. Dari pennjajian iklan dari berbagai media tersebut konsumen dapat merespon suatu produk. Contoh dari respon konsumen adalah membeli produk yang ditawarkan melalui iklan tersebut. Berikut gambar model komunikasi pemasaran: Umpan Balik Sumber Pemasaran encoding egancy iklan Tentang Pemasaran tranmisi decoding tindakan

radio respon & perilaku TV interprestasi konsumen majalah oleh Surat kabar penerima Brosur Gambar 1 : Model Komunikasi Pemasaran Sumber: Spencer, (1998 : 95) Proses Pengambilan Keputusan Hal lain yang perlu diperhatikan dalam etika dalam periklanan adalah proses penganbilan keputusan. Proses pengambilan keputusan dibutuhkan saat kita ingin memiliki produk yang telah ditawarkan dalam iklan maupun pada saat kita ingin memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Tahap pertama tersebut berawal dari kebutuhan dan keinginan, kemudian mencari informasi dari berbagai media atau beberapa brosur-brosur, dls. Setelah mencari informasi kita mengevaluasi dan memilih salah satu untuk dijadikan keputusan pembelian. Tahap terakhir yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi suatu produk yang telah beli, contohnya seperti penilaian positif atau negatif terhadap suatu produk tersebut atau pelayanan yang disrasakan pada saat membeli produk tersebut. ( Kotler, 1998 : 101 ) Berikut gambar proses pengambilan keputusan:

Kebutuhan dan keinginan Pencarian informasi

Evaluasi berbagai alat merk Pilihan atas merk untuk beli Evaluasi pasca pembelian Gambar 2 Proses Pengambilan Keputusan Sumber: Kotler, (1998 : 102) AIDA (Tahap-tahap seseorang membeli produk) Dalam pembelian produk seseorang melalui berbagai tahap. Tahap-tahap tersebut bisa dikenal dengan AIDA. Tahap awal seseorang mengetahui suatu produk baru yang asing bagi dirinya, sehingga dalam tahap selanjutnya seseorang tertarik dan menginginkan produk tersebut untuk dimiliki, maka sesorang membeli produk tersebut .( Spencer, 1998 : 112 ) Berikut gambar AIDA : Attention Interest Desire Action mengetahui produk baru tertarik menginginkan produk tersebut membeli produk Gambar 3 AIDA Sumber : Spencer (1998 : 107) Model Proses Komunikasi Sender encoding massage Media Noise Fead back response decoding recieve

Gambar 4 Model Proses komunikasi Sumber : Spencer (1998 : 109) Dari berbagai proses dan bagan yang telah kami gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan seseorang dalam pembeliaan produk berbeda-beda. Hal ini disebabkan dari cara bagaimana konsumen menerima atau meresspon sebuah pesan melalui iklan yang telah disampaikan tersebut. Melalui iklan tersebut wajar apabila konsumen menimbulkan tindakan positif, netaral atau bahkan negatif. Yang dimaksud dari tindakan tersebut adalah:

Positif Netral Negatif

yakin terhadap iklan yang disampaikan kemudian membeli produk. bingung terhadap suatu iklan tersebut (terserah) tidak merespon ikln tersebut (melarang untuk membeli)

II. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam Pembelian Produk Disamping iklan, konsumen juga dipengaruhi oleh adanya faktor intenal dan eksternal. Bagaimana faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi proses pembeliaan produk, dijelaskan dengan gambar seperti berikut,

(Kotler,1997 : 109) Aspek internal aktivitas Aspek eksternal (cognitive, afektive, psikomotorik) Aspek internal, antara lain: o budaya o kelompok o group o keluarga o aspek lain Aspek eksternal, antara lain: motivasi proses belajar persepsi konsep diri pengalaman Lebih dari itu, iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen. Dengan ini iklan berfungsi mendekatkan konsumen kepada produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen. Untuk itu konsumen atau masyarakat perlu mengetahui apa yang menjadi produk dari suatu perusahaan. Dengan katalain, pada hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat dijual kepada konsumen. III. Persoalan Iklan dari Segi Etika Bisnis Untuk melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis, kami ingin menyoroti empat hal penting, yaitu: Fungsi iklan. Beberapa persoalan etis sehubungan dengan iklan. Arti etis dari menipu dalam iklan. Kebebasan konsumen. Keempat hal penting tersebut akan kami bahas satu persatu berikut penjelasannya. 1) Fungsi iklan Pada umumnya, kita menemukan dua pandangan berbeda mengenai fungsi iklan. Keduanya menampilkan dua model klan yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu iklan sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pendapat umum. Iklan sebagai pemberi informasi Iklan sebagai sumber informasi, maksudnya adalah dari berbagai informasi yang diperoleh dari sebuah iklan konsumen mampu mengambil keputusan dalam membeli suatu yang ditawarkan dari informasi yang telah didapat tersebut. Iklan sebagai pembentuk pendapat umum iklan dilihat sebagai suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umu masyarakat tentang sebuah produk, dengan demikian iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain fungsi iklan adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk itu. Beberapa persolan etis Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, beberapa persoalan etis tersebut adalah sebagai berikut: o Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. o Iklan menciptakan kebutuhan manusia modern menjadi konsumtif secara ekonomis hal ini baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat memacu produktivitas kerja manusia hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus bertambah dan meluas. Namun, dipihak lain muncul

masyarakat konsumtif dimana banyak dari pada yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan benar-benar kebutuhan. o Iklan membentuk manusia modern. manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau belum memiliki barang yang sebagaimana ditawarkan dalam iklan. o Iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. iklan yang menampilkan yang serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial dimana banyak anggota masyarakat masih berjuang untuk sekedar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin. Secara nyata beberapa persoalan etis ini benar-benar ada. Namun hal ini dapat dijadikan hal untuk pertimbangan dalam hal pembuatan iklan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan iklan adalah: Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud untuk memperdaya konsumen. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan manusia. Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan, khususnya secara kasar dan terang terangan. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas, seperti: tindak kekerasan, penipuan, pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia, dsb. 3) o Makna etis menipu dalam iklan. Berikut beberapa makna etika dalam periklanan : ( Keraf, 1998 : 107 ) Etika dalam targeting praktek targeting dan usaha komunikasi kepada segmen yang rentan terhadap komunikasi pemasaran seperti anak-anak. Contoh: Iklan rokok ditujukan untuk anak-anak Etika periklanan dianggap tidak jujur dan menipu Minuman cap kaki tiga tidak sesuai dengan komposisinya Etika iklan bersifat manipulasi karena berlebihan jadi tidak sesuai Etika bersifat ofensif dan berselera buruk Pada saat makan sambil nonton TV ada iklan diapet. Etika iklan menciptakan stereotip Lansia sudah tidak dapat memahami iklan. Ex : iklan Ajinomoto Ex : memberi penjelasan kepada konsumen secara rinci. Ex : Kemasan yang jelas dan sesuai Ex : Beli susu bertuliskan mendapat hadiah, ternyata tidak mendapat hadiah

o o o o

Etika dalam hubungan masyarakat Etika dalam Personal Selling Etika dalam kemasan Etika dalam promosi penjualan

4)

Kebebasan Konsumen Setelah kita melihat fungsi iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu dalam iklan, ada baiknya kita kita singgung sedikit masalah peran iklan dalam ekonomi, khususnya pasar. Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan hubungan antara produsen dan konsumen. Secara lebih konkrit, iklan menentukan juga hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar. Dari keempat persoalan etis dalam etika bisnis yang telah dibahas diatas, secara keseluruhan dapat disimpulkan beberapa kelemahan dan keunggulan dalam periklanan. Keunggulan dan kelemahan periklanan adalah sebagai berikut: Kekuatan atau keunggulan periklanan : Kreatif, alur cerita bagus dan dapat dipahami Produk apapun, produknya pasti dan menarik

Pesan kompleks, singkat dan jelas Pilih media, televise

Kelemahan dalam periklanan: o Anggaran yang cenderung mahal o Tergantung dari kreativitas manusia o Tergantung dalam situasi tertentu. IV. Media Iklan Pesan iklan akan sampai ke konsumen dengan iklan dengan keunggulan dan kelemahannya: ( Spencer, 1998 ) Media iklan Keunggulan Televisi (TV) Informasi bisa dilihat dan didengar. Menarik ditonton Perhatian tinggi Surat Kabar menggunakan beberapa media, berikut beberapa media Kelemahan Biaya tinggi Pemaparan cepat Audiens kurang seleksi daya

Radio

Jangkauan luas Mampu menangkap pasar Umur informasi pendek local Jangkauan luas Sedikit audiens Gambar tidak menarik Selektivitas geografi dan Audiens hanya mendengar demografi Biaya rendah Perhatian rendah

V. Contoh Iklan dan Analisis Etisnya Berikut kami berikan contoh iklan dan analisis etisnya: Indonesia termasuk salah satu negara yang perkembangan periklanannya patut diperhitungkan di Asia, bahkan dunia. Pada tahun 2006 nanti telah diprediksi bahwa anggaran periklanan Indonesia bakal berada pada urutan ke 13 d dunia. Bahkan anggaran belanja Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 3,26 miliar dollar AS.( Sutedjo, 2005) Angka belanja iklan sebesar ini tentu mengagumkan dan membanggakan. Hal ini tidak mengherankan mengingat pertumbuhan anggaran periklanan Indonesia yang luar biasa. Itu artinya, kontribusi Indonesia untuk Asia Pasifik patut diperhitungkan. Di Asia saja, Indonesia mendapat urutan ke-4 setelah Jepang, Cina dan Korea Selatan. Tren media saat ini menurut Henry Saputra, Managing Director Zenith Optimedia adalah pendekatan holistik. Dahulu, kita hanya beriklan melalui media yang lazim seperti media massa, televisi, radio. Sementara saat ini semua media medium seperti telepon, pager, PDA, kalender, direct mail, e-mail, website, phoneordering, ATM, dll sudah terkoneksi dan dapat digunakan sebagai iklan. Hal inilah yang menyebabkan media massa menurun tingkat pertumbuhannya dibanding dengan media lainnya meskipun porsinya tetap besar, tapi dari tahun ke tahun semakin kecil. Media-media ini akan memiliki jangkauan yang tinggi termasuk digital TV yang mulai dirintis 2005 ini. Sebaliknya media konvensional seperti analog TV dan media setak akan bergeser ke jangkauan yang lebih rendah. Bila dulu pendekatan komunikasi merupakan solusi pemasaran, kini pendekatan komunikasi merupakan sebuah solusi bisnis. Oleh karena itu, bukanlah suatu yang aneh bila terlihat klien dan agensi duduk bersama sebagai partner komunikasi untuk membicarakan solusi bisnis, bukan lagi membicarakan solusi periklanan atau solusi pemasaran. Hal inilah yang 3 5 tahun terakhir timbul akuisisi dan merger untuk memenuhi kebutuhan klien akan multidisiplin komunikasi. Untuk menyelesaikan solusi bisnis, tidak bisa hanya menyelesaikan iklan namun juga harus bisa menyelesaikan komunikasi e-mail, direct-mail, dan segala macam kebutuhan komunikasi lain. Adanya kebutuhan ini membuat agensi-agensi global yang besar mulai melakukan akuisisi agar mampu melayani

keinginan klien. Oleh karena itu di tingkat global, one stop shopping ada pada kelompok usaha ( grup ). Saat ini, bisnis periklanan di dominasi oleh 4 kelompok akuisisi, yaitu Omnicom, WPP, Publicis Groupe, IPG. Tren bisnis yang akan datang, untuk perusahaan komunikasi atau periklanan, pendapatan di below-theline diprediksi akan lebih besar daripada above-the-line. Hal ini terjadi karena klien mulai mengalihkan dana kampanye ke below-the-line dengan alasan bisa langsung melihat hasilnya. Di Indonesia, ratio anggaran antara BTL dengan ATL masing-masing 50 %. Namun berbagai perusahaan besar saat ini mulai mengurangi porsi ATL dan mengalihkannya ke BTL. Hal ini dikarenakan 5 tahun mendatang Indonesia porsi ATL akan menciut menjadi 30% - 40%, sedangkan porsi untuk BTL meningkat menjadi 60% - 70%. Tren bisnis lain yang akan terjadi adalah media specialist akan berperan sebagai communications advisor. Artinya, media specialist memberikan masukan kepada klien mengenai apa saja yang diperlukan oleh klien berikut analisis dan alasan-alasannya. Jadi, media specialist sudah mengambil alih peran advertising agency pada umumnya. Media specialist sudah bisa menjawab keraguan akan efektifitas dan bahkan mereka memiliki media tools dan software yang canggih untuk mengukur keberhasilan media. VI. Dampak Periklanan Dengan tren perkembangan seperti 5 tahun terakhir ini, yaitu rata-rata 30 % per tahun, maka Indonesia akan memposisikan dalam 5 besar di kawasan Asia Pasifik. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia menempati urutan 13 di dunia. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja harus ditunjang oleh kestabilan politik yang terpelihara dan perkembangan perekonomian Indonesia yang positif. Khusus untuk Indonesia yang perkembangan infrastrukturnya rendah, televisi akan tetap mendominasi media periklanan paling tidak hingga tahun 2010. Oleh karena itu, media lain seperti internet, mobile-phone, email, direct-mail, nilai anggarannya masih tetap rendah. Dampak lain yang mungkin timbul terhadap bisnis periklanan adalah akan banyaknya konsolidasi media kepada media specialist. Selain itu, telah diprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang kegiatan below-the-line khususnya field-marketing, sales promotion, dan trade promotion, akan meningkat pesat. Oleh karena itu, ada baiknya jika agensi bersiap-siap melakukan aliansi strategik sebagai solusinya.

KREATIFITAS DAN INOVASI There is no doubt that creativity is the most important human resource of all. Without creativity, there would be no progress, and we would be forever repeating the same patterns (Edward De Bono) Wirausahawan menurut acuan teknologi adalah seseorang terpilih/khusus yang mempunyai kemampuan untuk menjual atau memasarkan ide kepada orang lain. A. Ambang Teknologi

H a r g a

Pengetahuan yang dimiliki

Kesenjangan

Pengetahuan konsumen

Kesenjangan Teknologi

B. Memahami Kreatifitas : Kreatifitas merupakan istilah yang secara bergantian sering disebut berpikir kreatif. Kreatifitas merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pendidikan atau pelatihan (Suharnan, 2000:5). Merujuk beberapa literature, definisi yang diajukan oleh para pakar dikategorikan menjadi dua macam, yaitu berorientasi pada proses atau kemampuan, dan berorientasi pada hasil karya. 1. Kemampuan menemukan hubungan baru 2. Kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang baru 3. Kemampuan membentuk kombinasi baru Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui (Suciati?): 1. Pengembangan daya visi, membayangkan apa yang terjadi di masa depan Kreativitas Individu (Steiner) 1. Mampu menghasilkan sejumlah gagasan dengan cepat 2. Menghasilkan gagasan yang tidak biasa dengan cepat. 3. Dimotivasi oleh ketertarikan pada masalah 4. Menghabiskan lebih banyak waktu dalam analisis, penjelajahan dan penyelidikan. 5. Pandangan hdup relativisme 6. Mengikuti dorongan hati.bermain dan penyelidikan bebas. 7. Kaya fantasi dan aneh, unggul dalam orientasi terhadap realitas dan pengendalian. Sumber Kreativitas : 1. Wawasan 2. Pengetahuan Imajinasi 3. Logika 4. Intuisi kejadian-kejadian kebetulan

5. Evaluasi lingkungan 6. Rangsangan eksternal Elemen Kreativitas : 1. Sensitivitas : kemampuan mengetahui adanya persoalan, menyisihkan detail dan fakta yang menyesatkan. 2. Sinergi : Kemampuan menemukan totalitas system dengan memadukan elemen-elemennya 3. Serendivitas : Kemampuan menangkap esensi dari suatu kejadian yang terjadi secara kebetulan Sikap Mental/Psikologis Kreativitas : 1. Daya ingat cukup banyak informasi yang dimiliki 2. Kefasihan mudah menghasilkan gagasan 3. Fleksibilitas mampu menghasilkan gagasan yang berlainan 4. Originalitas gagasan/cara berpikir yang unik 5. Disiplin dan keteguhan kerja keras dan tidak mudah goyah 6. Adaptabilitas terbuka terhadap pengalaman baru 7. Penjelajahan intelektual suka mendalami suatu ide 8. Non Konformitas hasrat untuk lain dari pada yang lain 9. Toleransi terhadap ketidakpastian stimulant kreativitas adalah tidak ada yang pasti 10. Skeptisme meragukan gagasan-gagasan yang telah diterima 11. Percaya diri keyakinan akan nilai dari pekerjaannya 12. Intelejensia kecerdasan di atas rata-rata 13. Humor dapat melihat sesuatu dari sisi yang tidak biasa/konvensional, reaksi spontan, makna berbeda dari asalnya. Cara Berpikir Kreatif: 1. Selalu bertanya, Apa ada cara yang lebih baik? 2. Selalu menentang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin. 3. Berefleksi/merenungkan/memikirkan, berpikir dalam. 4. Berani main mental, mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda. 5. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar. 6. Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan mencapai sukses. 7. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif. 8. Mampu berpikir secara sistemik, melihat permasalahan secara lebih luas, kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah. 9. Jangan terjebak pada Jatuh Cinta pada pandangan pertama. C. Pemicu Inovasi :

Penemuan

Penelitian Ilmiah

Inovasi

Pasar

Dalam buku Innovate or Evaporate, James Higgins (dalam Haman,2000:31) menyatakan bahwa terdapat empat jenis inovasi, antara lain : 1. Inovasi Produk, perusahaan memfokuskan pada pengembangan produk baru. 2. Inovasi Proses, perusahaan usaha perusahaan memperoleh cara baru dalam memproses bahan menjadi produk jadi. 3. Inovasi Manajemen, menghasilkan cara baru atau berbeda dalam mengelola sumberdaya manusianya. 4. Inovasi Pemasaran, cara baru atau berbeda dalam memasarkan, menjual atau mempromosikan produk atau jasa. Menurut Drs. Slamet dari Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) Politeknik Surakarta, dalam seminar dan lokakarya bertema Memberdayakan Pendidikan Nonformal Menuju Masyarakat Jateng Mandiri di kampus UNS Surakarta tahun 1996, kewirausahaan diawali dari inovasi (www.Suaramerdeka.com). Inovasi dipicu oleh factor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor pribadi yang memicu adalah locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Faktor lingkungan yang memicu adalah peluang, pesaing, model peran, program incubator, kebijakan pemerintah, persaingan hidup, lingkungan belajar dll. Faktor social yang memicu adalah latar belakang keluarga/orang tua, jaringan dan kelompok/organisasi. Karakteristik Adaptor dan Inovator Kirton Adaptor Inovator Ciri-cirinya : ketepatan, dipercaya, Kelihatannya tidak disiplin, berpikir efisiensi, metodikal, kebijaksanaan, melawan arus, melakukan tugas dari disiplin dan konformitas. sudut yang tidak disangka-sangka. Lebih suka memecahkan masalah, Suka menemukan masalah dan bukan menemukan masalah. menemukan jalan keluarnya. Mengupayakan solusi terhadap Meragukan asumsi-asumsi di balik masalah-masalah melalui cara-cara masalah dan memanipulasi masalah. yang biasa dan sudah dikenal Mengatasi masalah melalui perbaikan Bagi kelompok-kelompok mapan dia dan peningkatan efisiensi, dengan sebagai pembaharu; dia tidak mematuhi kontinuitas dan stabilitas yang pandangan-pandangan yang telah maksimum. disepakati; dianggap sebagai perusak dan penyebab keonaran. Dapat dipercaya, mampu Terkesan tidak dapat dipercaya, tidak menyesuaikan diri, aman dan dapat praktis, sering mengejutkan lawannya. diandalkan. Mampu mencapai tujuan dengan Dalam mencapai tujuan tidak terlalu sarana yang ada. menggunakan sarana yang ada. Bisa menahan kebosanan, mampu Mampu mengerjakan tugas-tugas rutin melakukan tugas dengan akurasi hanya untuk jangka waktu yang singkat. yang tinggi dalam jangka waktu yang Cepat mendelegasikan tugas-tugas rutin. panjang. Adalah otoritas dalam struktur yang Akan menjadi pemimpin dalam situasisudah ditentukan. situasi yang tidak terstruktur. Jarang melanggar peraturan, dengan Sering melanggar peraturan, kurang hati-hati, kalau yakin bahwa ia menghormati kebiasaan lama. mendapat dukungan yang kuat.

No. 1 2 3 4

5 6 7

8 9

10

11 12 13 14

Biasanya terlalu ragu-ragu terhadap diri sendiri. Bereaksi terhadap kritikan dengan terang-terangan menyesuaikan diri. Cepat mengalah terhadap tekanan social dan otoritas. Penting bagi berfungsinya institusi sepanjang waktu, tetapi kadangkala perlu dicabut dari system. Ketika bekerja sama dengan para innovator: memelihara stabilitas, aturan dan kelangsungan kerja sama. Peka terhadap orang lain, memelihara kohesi dan kerjasama kelompok. Menyiapkan suatu dasar yang aman bagi kegiatan-kegiatan penuh risiko yang dilakukan para inovator

Kelihatan tidak ragu-ragu terhadap diri sendiri ketika mengemukakan gagasangagasan, dalam menghadapi penolakan tidak membutuhkan consensus agar tetap merasa pasti. Sangat penting dalam krisis-krisis yang tak terduga jika ia dapat dikendalikan. Ketika bekerja sama dengan adaptor, menjaga orientasi Tidak peka terhadap orang lain, sering mengancam kohesi dan kerjasama kelompok. Memungkinkan dinamika untuk melakukan perubahan-perubahan secara periodic (tanpa perubahan radikal institusi akan mati)

D. Hubungan Kreatifitas dan Inovasi Inovasi dihubungkan dengan penciptaan nilai atau kepuasaan kebutuhan konsumen. Inovasi melibatkan penciptaan sebuah produk, jasa atau proses yang baru bagi organisasi. Kreatifitas adalah mesin dari inovasi (Khalil, 2000:35).

Proses Kreatif

Inovasi

Perubahan

No. 1 2 3 4

Eksternal Lingkungan ekonomi Faktor supply-demand Karakter industri Policy pemerintah

Internal Orang yang kreatif

Sumber penolakan perubahan : 1. Ketidakpastian sebab dan akibat perubahan 2. Keengganan hilangnya keenakan saat ini 3. Kesadaran adanya kelemahan yang akan dihadapi.

Kreatifitas dan Inovasi

Kreatifitas

Kewirausahaan Inovasi

E. Mengapa Organisasi Fokus Pada Kreatifitas dan Inovasi? Menurut Haman (2000:31), kreatifitas adalah proses mengembangkan ide baru atau ide menarik, sedangkan inovasi adalah penerapan ide kreatif ke dalam solusi yang bernilai atau menguntungkan. Inovasi memperoleh nilai-nilai dalam kreatifitas, dan inovasi sesungguhnya adalah bagaimana sebuah organisasi mendapatkan keuntungan dari ide-idenya. Dunia bisnis sangat menekankan inovasi, jika perusahaan tidak memperhatikan aspek inovasi dan bertumbuh maka akan mengalami kemunduran. Alasan perusahaan menitikberatkan pada kreatifitas dan inovasi antara lain: 1. Pertumbuhan 2. Mengembangkan produk dan jasa baru 3. Memperoleh keuntungan 4. Orientasi pada kualitas 5. Perhatian pada manajemen perubahan 6. Rekayasa ulang (reengineering) 7. Downsizing 8. Perhatian pada produktivitas 9. Antisipasi terhadap globalisasi 10. Menghadapi kompetisi yang semakin ketat 11. Mengikuti perkembangan teknologi dan system informasi 12. Perhatian terhadap perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) dan modal intelektual (intellectual capital) 13. Issu tentang keberagaman (diversitas) 14. Peraturan pemerintah 15. Kebutuhan konsumen.

F. Pengembangan Ide Baru

Perhatian terhadap kebutuhan konsumen

Mengembang kan produk yang sudah ada

Kombinasi fungsi produk

IDE PRODUK BARU


Mempertanyakan asumsi-asumsi yang lazim

Sadar apa yang terjadi di lingkungan kita

Diberi nama dulu, kemudian dikembangkan

Perhatian terhadap trend

Gambar Bagaimana mengembangkan ide produk baru (Lambing, 2000 : 61) 1. Perhatian terhadap kebutuhan konsumen : Perusahaan dapat menggali usaha berdasarkan kebutuhan atau kemungkinan sesuatu dibutuhkan oleh masyarakat dan belum terlayani oleh perusahaan manapun. Contohnya : Bapak Tirto Utomo memulai usaha air mineral dalam kemasan, karena melihat kualitas air bersih di Indonesia sangat jelek dan lebih praktis.Setelah itu Aqua meraih keuntungan yang sangat besar. 2. Mengembangkan produk yang sudah ada : yaitu melalui identifikasi produk yang sudah ada dan patut dikembangkan. Sebagai missal banyak produk dalam ruangan kelas yang dapat dikembangkan seperti papan tulis kayu, kapur tulis dan overhead projector digantikan dengan LCD atau viewer. 3. Mengkombinasikan fungsi produk : penemuan telpon kabel telah digantikan dengan telpon seluler, penemuan telex telah digantikan oleh internet. Penggabungan keduanya adalah melalui handphone (telpon genggam) yang mempunyai fungsi sebagai alat telekomunikasi (telpon) dan informasi (sms). Bahkan HP sekarang mempunyai multifungsi tambahan seperti games, kamera yang mobile. 4. Sadar apa yang terjadi di lingkungan kita, misalnya produksi AC mobil karena udara (terutama di jalanan) relartif tercemar oleh asap baik industri maupun kendaraan. 5. Perhatian terhadap trend, misalnya usaha di bidang fashion (pakaian atau tata rias). Para pengusaha di bidang fashion harus peka dengan perkembangan gaya hidup masyarakat (baik anak-anak, remaja, pemuda dan orang tua). Terkadang pengusaha harus menciptakan produk yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat. 6. Diberi nama dulu, baru kemudian dikembangkan. Prosedur normal pembuatan produk baru adalah membuat dan mengembangkan kemudian baru diberi nama, tetapi hal ini bisa dibalik yaitu memberi nama dahulu baru dibuat atau dikembangkan. Misalnya 7. Mempertanyakan asumsi-asumsi yang lazim dengan cara mendaftar semua asumsi yang ada kemudian membuat hal-hal yang berkebalikan/berlawanan, atau menghilangkannya. Menurut Ford mobil yang bermutu adalah tahan lama dan berwarna hitam, bangsa Jepang justru membuat mobil yang mempunyai umur ekonomis dan teknis lebih pendek dengan variasi warna dan bentuk (pertimbangan perubahan selera konsumen yang cepat) yang membuat industri mobil Jepang menjadi terdepan di seluruh dunia. H. Kewirausahaan dan Eksperimen Ide Sukyatno :

1. Menjual realestate di Jakarta dengan cara lomba gambar anak-anak dari sekolah favorit (tentunya orang tuanya kaya) dengan membentangkan kain sepanjang tanah yang belum laku dijual. Leaflet lomba 200.000 exp. 2. Menjual kapling mal di Surabaya yang belum laku dengan mengadakan pemecahan record pembuatan kue tertinggi di dunia. Hasilnya mal dibanjiri oleh pengunjung dan dari pengunjung yang hadir dapat diketahui bahwa rata-rata dari golongan menengah ke bawah, sehingga mal tsb dijual untuk segmen menengah ke bawah. I. Inovasi Dalam Pemahaman Budaya Orang Jawa mempunyai 3 N yaitu Niteni, Niroke, Nambahi. Ide Sukyatno untuk menjadikan wirausahawan gado-gado istri penarik becak. Caranya tidak dengan pelatihan, tetapi lomba membuat gado-gado. Hasilnya semua peserta dinyatakan menang dan mendapat logo juara membuat gado-gado. Para peserta kemudian diberi modal dan logo pemenang lomba, sehingga semua peserta percaya diri untuk membuka usaha gado-gado.

MENENTUKAN JENIS USAHA BERDASARKAN PEMBAWAAN A. Teori Genetis : Sebagaimana dalam teori kepemimpinan yaitu teori genetis, social dan ekologi (M. Karyadi dalam Sunindhia dan Ninik, 1988:52), konsep kewirausahaan dapat dikembangkan dari ketiga teori tersebut. Teori genetis mengatakan bahwa seorang wirausahawan tidak dapat diciptakan, melainkan dilahirkan dengan bakat kewirausahaannya (entrepreneurs are born and not made). Teori ini mengatakan bahwa wirausahawan dapat sukses karena adanya keturunan atau darah wirausaha. Dalam situasi dan kondisi apapun, dalam keadaan bagaimanapun serta ditempatkan dimanapun, sekali waktu akan muncul juga sebagai wirausahawan. Penelitian yang dilakukan oleh McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (diambil secara acak) berasal dari keluarga pengusaha (Muhandri, 2002). Hal sama juga terjadi dalam penelitian Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung, menunjukkan bahwa 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami atau saudara pengusaha). Perkembangan yang terjadi di masyarakat Indonesia menyebutkan bahwa wirausahawan yang sukses pasti (probabilitas suksesnya tinggi) adalah dari golongan keturunan Cina, sedangkan dari kalangan pribumi probabilitas suksesnya relatif rendah (orientasi menjadi priyayi). Hal ini terjadi karena Bangsa Cina merupakan bangsa yang secara turun-temurun mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi. Bangsa ini sangat kreatif dan inovatif, sehingga mampu melihat peluang-peluang usaha yang mendatangkan banyak uang. Setiap aktivitas disikapi secara positif untuk menjadi peluang usaha yang dapat menghidupi. Selain itu bangsa Cina bukan hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mempunyai kemampuan yang hebat dalam perencanaan dan pengendalian keuangan. B. Teori Sosial : Teori ini boleh dikatakan merupakan kebalikan dari teori genetis. Kalau teori genetis mengatakan bahwa wirausahawan memang dilahirkan untuk menjadi wirausahawan, bukan karena hal lain, teori sosial mengatakan sebaliknya. Wirausahawan tidak dilahirkan atau ditakdirkan (entrepreneurs are made and not born), tetapi dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor luar. Menurut teori ini, seorang wirausahawan dapat berhasil apabila diberi pendidikan, mempunyai pengalaman hidup serta diberi kesempatan yang cukup. Dengan kata lain, wirausahawan merupakan bentukan dari waktu, tempat, situasi dan kondisi. Seseorang akan tampil menjadi wirausahawan, kemungkinan terjadi suatu tantangan yang hebat atau kejadian luar biasa. Dalam penelitian Muminah (2001) atas delapan orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usaha karena keterpaksaan. C. Teori Ekologi: Teori ini merupakan kombinasi sifat-sifat positif antara teori genetis dan sosial. Kesuksesan wirausahawan akan lebih cepat terjadi kalau didukung oleh keturunan wirausahawan dan mendapatkan pendidikan wirausaha yang baik. Seorang wirausahawan yang terdidik akan unggul dalam suatu lingkungan apabila mampu mengatasi masalah-masalah bisnisnya dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang berkembang di lingkungannya. Dalam teori ini diharapkan seorang wirausahawan mampu menemukenali (identifikasi) tiga faktor yaitu : 1. Sifat-sifat (karakter) dirinya. 2. Karakteristik dari jenis usahanya. 3. Kejadian-kejadian atau masalah yang sering timbul pada jenis usahanya. Sekarang ini kalangan penduduk keturunan Cina relative sudah berpendidikan tinggi dan didukung oleh keturunan wirausahawan, sehingga untuk mencapai kesuksesan berwirausaha relatif cepat. D. Teori Kepribadian dan Kewirausahaan Penentuan jenis usaha memerlukan penggalian atau pemahaman tertentu. Kadang-kadang sering terlontar katakata saya tidak pintar bicara, sehingga saya tidak mampu berdagang. Sepintas lalu kata-kata tersebut masuk akal, tetapi berwirausaha tidak sekedar berdagang atau membuka usaha secara partikelir. Pendapat yang dikemukakan oleh Syis (Wijandi, 2000:24) memberi pengertian wirausaha sebagai suatu kepribadian unggul

yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuan sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Syis juga mengatakan bahwa, pengertian kemampuan sendiri hendaknya ditafsirkan secara kritis dan dinamis, sehingga bukan berarti harus bekerja seorang diri tanpa berhubungan atau bekerja dengan orang lain. Pengertian tersebut lebih luas yaitu, kewirausahaan merupakan pejuang kemajuan dan mengutamakan berkarya di segala bidang baik di sector swasta maupun pemerintahan yang bersumber pada kemampuan sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa. Kewirausahaan (entrepreneurship) pengembangan dari istilah kewiraswastaan yang secara umum berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang (Khalil, 2000:98). Menurut Suryana (2001:4), kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berwirausaha berarti kemampuan menggunakan kreatifitas (berpikir sesuatu yang baru) dan berperilaku inovatif (melakukan sesuatu yang baru) yang dijadikan sebagai dasar, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan hidup (Suryana, 2001:5). Hal ini sesuai dengan pendapat Holt (Riyanti, 2003:44), bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan kewirausahaan dan inovasi adalah proses dari kewirausahaan. Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausahawan bukan karena tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang baik. Banyak wirausahawan berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang mapan sebelum memutuskan menjadi wirausahawan. Keputusan menjadi wirausahawan karena tidak takut kerja keras dan menjadikan kerja keras sebagai tantangan dan sebagai alat aktualisasi diri (Riyanti, 2003:59). Ketika seseorang memulai usaha, ia memiliki keyakinan bahwa usahanya akan berhasil dan terbukti memang banyak yang berhasil. Rata-rata para wirausahawan memilih usahanya berdasarkan trend dan modal (aspek ekonomis). Namun, keberhasilan usaha dalam jangka panjang ditentukan oleh banyak faktor baik berasal dari dalam maupun luar dirinya. Dalam prakteknya, terdapat berbagai macam jenis usaha yang mungkin dapat dilakukan, sehingga peluang bisnis ini tidak akan habis-habisnya digali. Namun, bagi banyak orang penentuan jenis usaha bukan sesuatu yang mudah. Berdasarkan pengalaman dan berbagai tulisan tentang kewirausahaan menyatakan bahwa banyak pula orang gagal dalam berwirausaha. Kegagalan ini bukan sekedar karena pendidikan atau kecerdasannya yang rendah, atau bukan pula disebabkan oleh motivasi/semangatnya yang rendah, namun sesuai dengan definisidefinisi di atas terdapat ketidakcocokan antara jenis usaha dengan kepribadian para wirausahawan. Hal ini menimbulkan banyak keluhan bahwa seseorang akan berhasil dalam usahanya jika ia berbakat atau sedang hoki (mempunyai keberuntungan). Dalam berbagai penelitian tentang kewirausahaan, keberhasilan (kinerja) wirausahawan dikaitkan dengan kepribadian (Riyanti, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah kepribadian seperti apakah yang cocok dengan jenis usaha? Tulisan ini mencoba mengupas tentang jenis usaha yang cocok dengan kepribadian. Kepribadian Sumber Kewirausahaan Kewirausahaan menyangkut aspek kreatifitas dan inovasi. Stenberg dan Lubart (dalam Riyanti, 2003:59) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang membahas kreatifitas adalah pendekatan kepribadian social. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada variabel sifat kepribadian, motivasional, lingkungan sosiokultural sebagai sumber kreatifitas. Menurut Molen (dalam Riyanti, 2003:59), sifat kepribadian yang mendukung kreatifitas sudah ada pada awal kehidupan seseorang, yakni kecenderungan individu dalam menerima konsekuensi kehidupan social. Setiap manusia memiliki dorongan bipolar yaitu sebagai makhluk individu dan social. Sebagai makhluk individu cenderung memenuhi dorongan yang lebih dasariah demi terpenuhinya kebutuhan pribadi, sedangkan sebagai makhluk social cenderung untuk melakukan kontak social dan berinteraksi. Molen juga mengatakan bahwa pilihan seseorang cenderung ke individual atau social adalah tergantung gen. Orang yang didominasi dorongan melakukan kontak social dan interaksi, cenderung memiliki sifat menyesuaikan diri (adaptif). Orang yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan pribadi cenderung suka menghadapi konflik. Dalam eksperimennya Molen menemukan bahwa individu yang suka menghadapi konflik ternyata berkorelasi dengan perilaku menyelidiki, berorientasi pada benda, dan eksploratif (inovatif). Sedangkan, individu yang suka menyesuaikan diri berkorelasi dengan perilaku social, patuh, suka mencari teman, dan memelihara perdamaian.

Berdasarkan pendapat di atas, Hakim (1998) menentukan kepribadian sebagai sumber kewirausahaan menjadi dua faktor yaitu orientasi berhubungan dengan orang lain dan kecenderungan mengendalikan orang lain. Masing-masing faktor mempunyai dua kutub (bipolar) yaitu : a. Orientasi berhubungan dengan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim, yaitu: Introvert : orang yang pemikiran dan perhatiannya ditujukan ke dalam atau hidup di dalam dirinya sendiri. Orang tersebut cenderung membatasi diri, sukar bergaul, orientasi untuk dirinya sendiri (fikiran, perasaan dan tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subyektif) (Suryabrata, 1990: 190). Ekstrovert : orang yang dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya (lingkungan). Orientasinya terutama tertuju ke luar dirinya , hatinya terbuka, mudah bergaul, orientasi social. b. Kecenderungan mengendalikan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim yaitu: Dominatif : Sifat yang memaksa mengambil kontrol atas situasi dan/atau orang lain, biasanya dengan mengatakan kepada orang lain apa yang harus mereka lakukan (Littauer, 1996:367). Kecenderungan sifat ini.mendominasi/menguasai orang lain. Dedikatif : Sifat yang cenderung mengabdikan diri/berkorban bagi orang lain/mengalah. Setelah ditetapkan dua kepribadian dengan dua kutub, Hakim (1998:105) kemudian mengkombinasikan dua kepribadian menjadi empat kuadran. Kombinasi dari masing-masing kepribadian tersebut membentuk empat kepribadian yang terdiri dari Dominan, Populer, Tenang dan Konvensional, yang digambarkan di bawah ini : Kuadran I Introvert Dominatif : DOMINAN (D) pembawaan kuat mendominasi/mengarahkan orang lain untuk kepentingan dirinya. Kurang menyukai tanggung jawab dan tantangan yang bervariasi serta menyukai sistem yang telah mapan. Menyukai kebebasan (terutama mengembangkan ide) dan kurang suka diatur. Kuadran II Ekstrovert Dominatif : POPULER (P) cenderung mempunyai pengaruh, popularitas dan persahabatan. Cenderung menginginkan prestise, banyak bicara dan mendambakan hubungan yang hangat dalam persahabatan. Motivasi memperoleh pengakuan. Kuadran III Ekstrovert Dedikatif : TENANG (T) condong mengalah untuk kepentingan orang lain, berperilaku tenang dan ramah. Dianggap sebagai orang yang mudah diajak konsultasi atau diskusi. Motifnya persahabatan dan rasa saling menghargai. Kuadran IV Introvert Dedikatif : KONVENSIONAL (K) biasanya bekerja teliti, hasil yang benar, sempurna dan berdasarkan acuan baku. Kurang peduli dengan lingkungan social dan cenderung membatasi diri bergaul dengan orang lain. Introvert KONVENSIONAL Dedikatif TENANG Ekstrovert
Gambar 1 Bagan Kepribadian Dasar Manusia

DOMINAN Dominatif POPULER

Menentukan Jenis Usaha Setelah kita ketahui kombinasi kepribadian di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan kepribadian yang berhubungan dengan aspek ekonomis. Seseorang yang mempunyai pembawaan introvert cenderung mempunyai kemampuan dalam memproduksi dan pembawaan ekstrovert cenderung mempunyai kemampuan distribusi.

Sedangkan pembawaan dominatif cenderung mengarahkan/menguasai orang lain, sedangkan pembawaan dedikatif cenderung memberi pelayanan kepada orang lain. Kombinasi antara kemampuan memproduksi, distribusi, pengarahan dan pelayanan, akan dapat digunakan untuk menentukan jenis usaha seperti di bawah ini : Kuadran I Produksi Pengarahan : Kelompok Usaha Kreatif Kuadran ini tempat kelompok usaha kreatif yang mendambakan kebebasan, tidak memerlukan banyak bicara, serta berorientasi pada produksi. Contoh bidang usaha Kelompok Kreatif antara lain : Makanan/minuman, Kerajinan, Logam, Pertanian/agrobisnis, Peternakan dan tambak, Rajutan, bordir, renda, Sablon, Penerbitan, Mainan anak-anak, Kartu ucapan, Karya intelektual. Kuadran II Distribusi Pengarahan : Kelompok Usaha Konsultatif Kuadran ini terdiri dari kelompok usaha yang membutuhkan pergaulan, intensif bertemu dengan publik, memerlukan kepandaian bicara dan berusaha mempengaruhi orang lain. Contoh bidang usaha Kelompok Konsultatif antara lain : Jasa konsultasi / konsultan, Pelatihan, Kursus, Pusat kebugaran dan pelatih olah raga, bidang perdagangan. Kuadran III Distribusi Pelayanan : Kelompok Usaha Jasa Kuadran ini merupakan kelompok usaha yang memberikan pelayanan bagi orang lain. Contoh bidang usaha Kelompok Pelayanan, antara lain : Biro jasa, Biro teknik, Jasa pengetikan, Fotocopy dan penjilidan, Sablon pesanan, Perbengkelan, Kontraktor dan jasa perbaikan bangunan, Rumah kos, Salon kecantikan, Makelar. Kuadran IV Produksi Pelayanan : Kelompok Usaha Analitis Kuadran ini cocok untuk pekerjaan yang bersifat memecahkan masalah (problem solving). Contoh bidang usaha Kelompok Analitis : Jasa terjemahan, Reparasi elektronik dan teknologi informasi, Karya intelektual, Penelitian, Perancang busana, Binatu/laundry, Jasa penjahitan. Produksi ANALITIS K Pelayanan JASA Distribusi
Gambar 2 Bagan Kepribadian dan Kelompok Usaha

D P

KREATIF Pengarahan KONSULTATIF

Ciri-ciri Wirausahawan Handal Menurut Budi Santoso : Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara bekerja sebagai berikut : 1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya. 2. Mau dan mampu mencari, menangkap dan memanfaatkan peluang yang menguntungkan. 3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang/jasa yang lebih tepat dan efisien. 4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar-menawar dan bermusyawarah dengan berbagai pihak terutama pembeli. 5. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat dan disiplin. 6. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.

7. Keinginan kuat untuk berdiri sendiri, tidak suka uluran tangan dari pihak lain. 8. Kemauan untuk mengambil risiko 9. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 10. Mampu memotivasi sendiri 11. Semangat untuk bersaing 12. Orientasi pada kerja keras 13. Percaya pada diri sendiri (yakin) 14. Dorongan untuk berprestasi 15. Tingkat energi yang tinggi 16. Tegas 17. Tidak bergantung pada alam, dan berusaha tidak menyerah pada alam. 18. Kepemimpinan. 19. Keorisinilan 20. Berorientasi ke masa depan, dengan penuh gagasan. 21. Mengembangkan budaya malu secara positif. 22. Bekerjasama dengan orang lain 23. Penampilan yang baik 24. Pandai membuat keputusan 25. Mau menambah ilmu pengetahuan 26. Ambisi untuk maju 27. Pandai berkomunikasi

TANTANGAN DAN PELUANG BERWIRAUSAHA I. Tantangan dunia kerja: 1. Globalisasi. 2. Pertumbuhan ekonomi dibawah pertumbuhan usia kerja. 3. Tidak ada pekerjaan yang aman 100%, sementara masyarakat menempatkan status bekerja lebih bermartabat daripada berusaha. 4. Motivasi pendidikan beorientasi pada status formal, dibanding pengembangan kompetensi (kemampuan) II. Peluang Berusaha: 1. Penduduk 200 juta lebih, merupakan pasar yang sangat besar. 2. Kondisi Perbankan yang overlikuid 3. Porsi penghasilan pengusaha lebih besar dibanding pekerja. 4. Banyaknya produk impor menunjukkan kurangnya pasokan produk dari dalam negeri. III. Pengertian Kewirausahaan: Suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai , kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapi. Kewirausahaan dahulu sering disebut wiraswasta. Wiraswasta berasal dari kata : Wira artinya pejuang, teladan, utama, gagah, berani, luhur. Swa artinya sendiri , Sta artinya berdiri. Jadi wiraswasta mempunyai arti pejuang yang gagah berani, luhur, utama yang berusaha berdiri dari kemampuan sendiri. Arti wirausaha juga tidak berbeda dengan wiraswasta yaitu pejuang yang gagah, berani, dan luhur dalam melakukan kegiatan usaha secara mandiri.

Secara luas arti wirausahawan : orang yang berusaha menggunakan uang dan waktu dengan menanggung risiko. IV. Maksud Berwirausaha : Kegiatan usaha perorangan yang diorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada umumnya orang terdorong membuka usaha sendiri karena dorongan : 1. Terbuka kesempatan memperoleh keuntungan. 2. Memenuhi minat dan keinginan pribadi. 3. Terbuka kesempatan menjadi BOSS. 4. Adanya kebebasan mengelola/mengatur usaha. V. Ciri-ciri Wirausahawan: 28. Keinginan kuat untuk berdiri sendiri, tidak suka uluran tangan dari pihak lain. 29. Kemauan untuk mengambil risiko 30. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 31. Mampu memotivasi sendiri (Otosugesti) 32. Semangat untuk bersaing 33. Orientasi pada kerja keras 34. Percaya pada diri sendiri (yakin) 35. Dorongan untuk berprestasi 36. Tingkat energi yang tinggi 37. Tegas 38. Tidak bergantung pada alam, dan berusaha tidak menyerah pada alam. 39. Kepemimpinan. 40. Keorisinilan 41. Berorientasi ke masa depan, dengan penuh gagasan. 42. Mengembangkan budaya malu secara positif. 43. Bekerjasama dengan orang lain 44. Penampilan yang baik 45. Pandai membuat keputusan 46. Mau menambah ilmu pengetahuan 47. Ambisi untuk maju 48. Pandai berkomunikasi VI. Motivasi Berwirausaha: 1. Motivasi untuk berprestasi (nach) 2. Motivasi berafiliasi (naff) 3. Motivasi berkuasa (npow) VII. Cara Berpikir Kreatif: 10. Selalu bertanya, Apa ada cara yang lebih baik? 11. Selalu menentang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin. 12. Berefleksi/merenungkan/memikirkan, berpikir dalam. 13. Berani main mental, mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda. 14. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar. 15. Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan mencapai sukses. 16. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif. 17. Mampu berpikir secara sistemik, melihat permasalahan secara lebih luas, kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah. 18. Jangan terjebak pada Jatuh Cinta pada pandangan pertama.

FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA I. Tipe Wirausaha: 1. Kewirausahaan rutin (wirt) Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misal seorang pegawai atau manajer. 2. Kewirausahaan Arbitrase Wirausaha ini berusaha mencari peluang melalui kegiatan penemuan dan pemanfaatan 3. Wirausaha Inovatif Wirausaha yang dinamis menghasilkan ide-ide dan kreasi yang baru II. Profil Wirausaha: 1. Part time entrepreneur 2. Home-Based new ventures 3. Family-Owned business 4. Copreneurs III. Fungsi 1. Makro Wirausaha Kewirausahaan adalah penggerak, pengendali dan pemakai perkembangan ekonomi suatu bangsa 2. Mikro Wirausaha Kewirausahaan adalah sebagai innovator dan sebagai perencana 3. Sebagai innovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan: a. Produk baru (the new product) b. Teknologi baru (the new technology) c. Ide-ide baru (the new image)

d. Organisasi usaha baru (the new organization) 4. Sebagai perencana, wirausaha berperan dalam merancang: a. perencanaan perusahaan (corporate plan) b. strategi perusahaan (corporate strategy) c. ide-ide dalam perusahaan (corporate image) d. organisasi perusahaan (corporate organization) PENGELOLAAN EKONOMI RUMAH TANGGA Sebelum melaksanakan aktivitas usaha, sebaiknya perlu melihat kondisi kehidupan sehari-hari melalui seberapa besar pendapatan/penghasilan dapat kita terima dan biaya yang dikeluarkan tiap bulan. Penghasilan dan pengeluaran merupakan potret atau ukuran seberapa besar kesejahteraan yang kita nikmati. Tingkat kesejahteraan juga untuk mengukur seberapa layak hidup kita. I. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan rumah tangga baik secara kuantitatif (hidup berkecukupan) dan kualitatif (peningkatan kualitas hidup). II. Manfaat : 1. Sebagai informasi untuk mengetahui penerimaan (sumber dana) dan pengeluaran (alokasi dana) yang dimiliki, serta melakukan tindakan / pengambilan keputusan dalam rangka mencukupi konsumsi rumah tangga. 2. Mengendalikan kebutuhan dan keinginan anggota rumah tangga (berupa pengeluaran). 3. Mengoptimalkan sumber dana yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. III. Konsumsi keluarga dipengaruhi oleh : 1. Intern : Sikap hidup, kepribadian dan gaya hidup. 2. Eksternal : Tuntutan hidup untuk kelumrahan (Status Sosial : pendidikan, listrik, telpon, gas dll). IV. Pengeluaran harus didasari atas : 1. Pembedaan antara kebutuhan dan keinginan rumah tangga meliputi faktor : a. Primer : makan, penerangan, air, transportasi, pendidikan anak dll. b. Sekunder : pakaian, telepon, hiburan/rekreasi dll. c. Tersier : mobil, VCD player, dispenser dll. 2. Skala prioritas (mana yang harus didahulukan).

Contoh : Anggaran Keluarga Bardi Nganoe Bulan April 2001 Penerimaan Rutin : Gaji / Usaha Tetap Berkala : Usaha Sampingan (rata-rata) Pengeluaran Rutin : 1. Makan/lauk pauk Rp 150.000 2. Listrik 15.000 3. Air 7.500 4. Biaya sekolah anak 50.000 5. Transport 60.000 6. Gas 26.500 7. Rokok 120.000 Jumlah Rp 429.000 Berkala : 1. Rekreasi /mancing 2. Kesehatan 3. Pakaian 4. Biaya tak terduga Rp 25.000 25.000 25.000 25.000

Rp 500.000 Rp 54.000

Jumlah Tabungan : Jumlah : Rp 554.000 Jumlah :

Rp 100.000 Rp 25.000 Rp 554.000

Mengapa tidak mau mencatat ? Malas, kurang tertib, takut, merasa tidak punya waktu, menganggap catatan keuangan keluarga tidak perlu, bikin pusing, merasa masih bisa diingat dll.

MANAJEMEN WAKTU Waktu bersifat siklus, dimana kejadian bermula, berubah dan berhenti. Ketidakmampuan untuk memulai suatu kejadian dinamakan keengganan. Ketidakmampuan untuk mengubah kejadian dinamakan ketidakluwesan. Ketidakmampuan untuk menghentikan suatu kejadian pada waktunya disebut memaksa. (Charles W. Schillung) Waktu adalah suatu ukuran yang diciptakan manusia untuk memahami proses atau kegiatan yang dilakukan di bumi (berlaku untuk semua orang). Waktu adalah sumberdaya yang bermanfaat, tidak berkurang atau kembali (tidak dapat dibalik), oleh karena itu jangan membuang-buang waktu dengan percuma. WAKTU ADALAH UANG . JANGAN PERLAKUKAN WAKTU SEBAGAI SAMPAH ATAU DIHAMBUR-HAMBURKAN. Waktu dapat dimaksimalkan. I. Pengelolaan Waktu Waktu mempunyai arti lebih daripada 60 menit dalam 1 jam dan membuat setiap menit sangat penting untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan cara yang ekonomis dan tepat waktu (James B. Strenski). Pengelolaan waktu akan efektif apabila dilakukan melalui pengendalian diri dan disiplin. II. Kategori Waktu WAKTU KREATIF : waktu yang digunakan untuk merencanakan masa depan. WAKTU PERSIAPAN : waktu yang dipergunakan mempersiapkan kegiatan, misalnya mengumpulkan data atau fakta. WAKTU PRODUKTIF : waktu yang sebenarnya dipakai untuk mengerjakan pekerjaan. WAKTU EKSPLOITASI : waktu yang tersita untuk korespondensi dan membuat laporan.

III. Memanfaatkan Waktu Sediakan waktu untuk membuat rencana Tetapkan prioritas kerja Tentukan batas waktu kerja Gunakan waktu utama secara efisien. Jangan mengganggu pekerjaan orang lain. Belajar membuat keputusan Tangani pekerjaan hanya sekali saja Gunakan telpon atau aiphone. Mengurangi waktu ngobrol yang tidak perlu Tentukan batas waktu rapat Usahakan meja kerja anda bersih. Hentikan untuk menunda pekerjaan Jangan merencanakan bekerja lembur. Belajar berkata tidak Kelompokkan tugas yang sama Pecahkan tugas yang besar menjadi bagian yang kecil. IV. Pemborosan Waktu Mengobrol tentang hal pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Pertemuan kelompok yang tidak perlu dan berlarut-larut. Terlalu banyak interupsi Semrawut Sedikit pendelegasian Tidak dapat memutuskan Terlambat atau mangkir. Untuk menghindari kebiasaan memanfaatan waktu yang buruk, maka lakukan perencanaan. Dalam perencanaan terdapat empat hal yang harus dijawab : 1. Apa sasaran atau tujuan saya hari ini ? 2. Kegiatan apa yang diperlukan untuk mencapainya ? 3. Apa yang menjadi prioritas saya ? 4. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ? Berdasarkan keadaan di atas, maka diperlukan : 1. Rumusan rencana tindakan 2. Mengembangkan anggaran waktu (jadwal) Dalam satu hari ada 24 jam, kita dapat membaginya menjadi : 1. Delapan jam I untuk bekerja disebut Time is money. 2. Delapan jam II untuk istirahat/tidur disebut Time for sleep. 3. Delapan jam III untuk merencanakan, belajar, membaca, diskusi, sosialisasi, keluarga, hobi/olah raga dll. disebut Time for grow. Dari ketiga di atas planning paling penting. Dalam membangun kerajaan bisnis diperhatikan : 1. Tiada hari tanpa planning. 2. Tiada hari tanpa melaksanakan planning. 3. Tiada hari tanpa prestasi.

PROSES KEWIRAUSAHAAN I. Beberapa faktor yang berperan dalam membuka usaha baru: 1. Personal 2. Sociological 3. Environmental II. Model proses kewirausahaan 1. Innovation 2. Triggering Event (pemicu) 3. Implementation 4. Growth 1. Proses inovasi Faktor personal: Keinginan berprestasi Sifat penasaran Keinginan menanggung resiko Faktor pendidikan penglaman Faktor environment Peluang pengalaman 1. Proses Pemicu Faktor personal Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang Adanya PHK Faktor usia

2.

3.

Keberanian menanggung resiko Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis Faktor environment Adanya persaingan dalam dunia kehidupan Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan Mengikuti latihan-latihan Kebijaksanaan pemerintah Faktor sociological Adanya hubungan dengan orang lain Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya Proses pelaksanaan Faktor personal Seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pemabantu utama Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan Proses pertumbuhan Faktor organisasi Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif Adanya struktur dan budaya organisasi yang mantap Adanya produk yang dibanggakan/keistimewaan yang dimiliki Faktor Environment Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinyu Adanya bantuan dari pihak investor bank

III. Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha 1. Tidak kompeten dalam manajerial 2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, mengkoordinasikan, mengelola SDM. 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan 4. Gagal dalam perencanaan 5. Lokasi yang kurang memadai 6. Kurangnya pengawasan peralatan 7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha 8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan IV. Faktor penyebab keberhasilan wirausaha 1. Kemampuan dan kemauan 2. Tekad yang kuat dan kerja keras 3. Kesempatan dan peluang V. Keuntungan kewirausahaan 1. Otonomi 2. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi 3. Kontrol finansial VI. Kerugian berwirausaha 1. Pengorbanan personal 2. Beban tanggung jawab 3. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal

MENENTUKAN JENIS USAHA BERDASARKAN PEMBAWAAN I. Pembawaan dibatasi pada : c. Introvert : tertutup, sukar bergaul, orientasi untuk dirinya sendiri d. Ekstrovert : terbuka, mudah bergaul, orientasi sosial e. Dominatif : mendominasi/menguasai orang f. Dedikatif : mengabdikan diri/berkorban bagi orang lain/mengalah

Introvert KONVENSIONAL DOMINAN

Dedikatif

Dominatif

TENANG

POPULER Ekstrovert

II. Kombinasi pembawaan : 1. Introvert Dominatif : DOMINAN (D) pembawaan kuat mendominasi/mengarahkan orang lain untuk kepentingan dirinya. Kurang menyukai tanggung jawab dan tantangan yang bervariasi serta menyukai sistem yang telah mapan. Menyukai kebebasan (terutama mengembangkan ide) dan kurang suka diatur. 2. Introvert Dedikatif : KONVENSIONAL (K) biasanya bekerja teliti, hasil yang benar, sempurna dan berdasarkan acuan baku. Kurang peduli dengan lingkungan social dan cenderung membatasi diri bergaul dengan orang lain. 3. Ekstrovert Dominatif : POPULER (P) cenderung mempunyai pengaruh, popularitas dan persahabatan. Cenderung menginginkan prestise, banyak bicara dan mendambakan hubungan yang hangat dalam persahabatan. Motivasi memperoleh pengakuan. 4. Ekstrovert Dedikatif : TENANG (T) condong mengalah untuk kepentingan orang lain, berperilaku tenang dan ramah. Dianggap sebagai orang yang mudah diajak konsultasi atau diskusi. Motifnya persahabatan dan rasa saling menghargai.

Produksi

Pelayanan

ANALITIS

K T

D P

KREATIF

Pengarahan

JASA

KONSULTATIF Distribusi

III. Bidang Usaha Kelompok Kreatif : 1. Makanan/minuman 2. Kerajinan 3. Logam 4. Pertanian/agrobisnis 5. Peternakan dan tambak 6. Rajutan, bordir, renda 7. Sablon 8. Penerbitan 9. Mainan anak-anak 10. Kartu ucapan 11. Karya intelektual IV. Bidang Usaha Kelompok Konsultatif 1. Jasa konsultasi / konsultan 2. Kursus 3. Pusat kebugaran dan pelatih olah raga 4. Bidang perdagangan V. Bidang Usaha Kelompok Pelayanan 1. Biro jasa 2. Biro teknik 3. Jasa pengetikan 4. Fotocopy dan penjilidan 5. Sablon pesanan 6. Perbengkelan 7. Kontraktor dan jasa perbaikan bangunan 8. Rumah kos 9. Salon kecantikan 10. Makelar VI. Bidang Usaha Kelompok Analitis 1. Jasa terjemahan 2. Reparasi elektronik dan teknologi informasi 3. Karya intelektual 4. Perancang busana 5. Binatu/laundry 6. Jasa penjahitan IDE MENEMUKAN PELUANG USAHA

Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki kemampuan tertentu dalam dalam menciptakan sesuatu yang baru. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Wirausaha didefinisikan sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur pemodalan operasinya, serta memasarkannya. Dengan demikian seorang wirausaha juga dituntut untuk mampu merencanakan, melaksanakan dan sekaligus terlibat dalam proses pengawasannya. Mengenali produk baru adalah salah satu kunci sukses seorang wirausaha. Dalam pengenalan produk baru dan penciptaan nilai diperlukan adanya inovasi. Inovasi perubahan atau penciptaan nilai dapat dihasilkan dari penganalisaan terhadap lingkungan maupun pemberdayaan sumber daya yang dimiliki. Inovasi yang terus menerus akan menjadi kekuatan seorang wirausaha. Di tangan seorang wirausaha tantangan yang berada di lingkungan bisnis akan dapat diubah menjadi sebuah kesempatan atau peluang usaha yang potensial melalui ideidenya. Apabila seorang wirausaha bersifat pesimis maka lingkungan yang dihadapi akan tetap menjadi sesuatu yang tidak bergerak dan tidak berubah dari waktu ke waktu. Sebaliknya seorang wirausaha yang berjiwa optimis akan mampu melihat lingkungan sebagai sesuatu yang amat dinamis sehingga menimbulkan ide dan menjadi peluang usaha, bahkan peluang yang cukup potensial. Namun dalam menggarap ide menjadi sebuah peluang perlu diperhatikan adanya resiko yang mungkin muncul. Yaitu: 1. Resiko pasar 2. Resiko keuangan 3. Resiko teknik. I. Sumber Peluang Usaha Potensial Kadangkala peluang tidak kelihatan dan harus diciptakan sendiri oleh para wiarausahawan. Penciptaan peluang usaha itu dapat dilakukan dengan atau tanpa memancing terlebih dahulu dengan produk barang atau jasa yang telah ada. Dengan kata lain penciptaan peluang usaha memerlukan pengidentifikasian atau penjaringan ide-ide. 1. Menciptakan produk atau jasa baru 2. Mengamati adanya peluang 3. Menganalisis produk dan proses dengan seksama 4. Memperhitungkan resiko yang mungkin muncul II. Jiwa dan Watak Kewirausahaan Jiwa dan watak kewirausahaan merupakan syarat utama bagi keberhasilan seorang wirausaha. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut ditentukan oleh ketrampilan, kemampuan dan kompetensi atau pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang wirausaha. Wirausaha adalah juga seorang yang inovatif dan kreatif dalam mewujud nyatakan impiannya menjadi sesuatu yang riil atau nyata, sehingga perlu dukungan kemampuan untuk: 1. Menghasilkan produk baru atau jasa baru 2. Menciptakan nilai tambah yang baru 3. Merintis usaha baru/membuka usaha baru 4. Melakukan proses atau metode baru 5. Mengembangkan organisasi baru III. Peran Wirausaha Terkait dengan upaya mewujudnyatakan ide atau impian, dan juga tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus pengawas, sebagaimana sudah dijelaskan di bagian depan, maka seorang wirausaha juga berperan sebagai: 1. Merancang perusahaan 2. Mengatur strategi perusahaan 3. Menlahirkan ide-ide untuk perusahaan 4. Memegang visi untuk memimpin perusahaan. 5. Menerapkan dan mewujudkan ide baru 6. Membuat tiruan atas produk yang sudah ada 7. Memodifikasi [produk yang ada 8. Mengembangkan produk yang sudah ada. Peran tersebut harus didukung dengan kemampuan dan ketrampilan, antara lain: 1. Pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan

2. 3. 4. 5. 6.

Imajinasi ide Pengetahuan yang terkait dengan teknik: desain, pembukuan, proses produksi dsb. Kemampuan menemukan ide baru Kemampuan memprediksi keadaan yang akan datang Kemampuan berkomunikasi dengan baik

Sebelum melangkah lebih jauh, pikirkan dahulu bisnis anda dengan pertanyaan di bawah ini: 15 Pertanyaan dasar bisnis 1. Mengapa Anda ingin mempunyai bisnis Anda sendiri? 2. Seperti apa bisnis Anda? (Tulis dalam satu kalimat) 3. Apa produk atau jasa Anda? 4. Apa tiga (3) kualitas yang unik pada produk Anda? 5. Apakah Anda mempunyai data, brosur, diagram, sketsa, foto, atau informasi lain mengenai produk Anda? 6. Apa yang mendorong Anda untuk mengembangkan produk Anda? 7. Apakah produk Anda dibutuhkan untuk memproduksi produk lain? 8. Tuliskan tiga (3) keberatan seseorang untuk membeli produk Anda? 9. Kapan produk Anda akan tersedia? 10. Siapa yang menjadi target pasar Anda? 11. Siapa pesaing Anda? 12. Bagaimana produk Anda berbeda dari pesaing Anda? 13. Bagaimana Anda akan mempromosikan produk Anda? 14. Bagaimana Anda akan membiayai perkembangan usaha Anda? 15. Siapa yang menjadi karyawan kunci Anda? MEMULAI USAHA BARU Setelah seorang wirausaha menemukan peluang atau mendapatkan ide mengenai penciptaan barang atau jasa baru; langkah selanjutnya adalah bagaimana merealisir ide tersebut dalam suatu kegiatan bisnis sehingga tercipta barang atau jasa yang didekan, serta dapat menyediakan produk tersebut di pasar bagi kebutuhan konsumen. Dengan kata lain pada tahap ini seorang wirausaha memasuki babak baru yaitu memasuki dunia usaha. Untuk memulai suatu usaha tidak harus dengan memuliki usaha sendiri secara penuh. Beberapa cara berikut bisa menjadi alternatif pilihan memasuki usaha baru: 1. Merintis usaha baru (sama sekali baru). Pendirian atau pembentukan suatu usaha baru tentu saja memerlukan buakn hanya ide dan peluang tetapi ada modal, organisasi atau wadah bagi kegiatan, dan manajemen yang akan menangani semua kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Ada tiga plihan bentuk usaha yang dirintis sendir, antara lain: a. Perusahaan milik sendiri b. Persekutuan c. Perusahaan berbadan hukum 2. Membeli perusahaan orang lain. Usaha dapat dimulai dengan membeli perusahaan yang telah ada atau berdiri, tentu saja dalam pembelian seperti ini akan meliputi aset yang dimiliki termasuk goodwill, dan organisasi yang sudah ada, bahkan ada kemungkinan pembelian perusahaan akan termasuk manajemennya, saluran pemasaran dan pasar yang sudah dimilikinya. 3. Kerjasama manajemen. Bentuk kerjasama manajemen sekarang ini sudah banyak dan bahkan semakin banyak dilaksanakan. Pada prisipnya usaha ini menggunakan konsep kerja sama dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha di tempat lain. Ini juga merupakan alternaif pengurus. Dalam mendirikan suatu usaha baru, selain memerlukan modal, seorang wisausaha juga memerlukan hal berikut : 1. Bidang dan Jenis usaha yang akan dimasuki 2. Bentuk usaha bentuk kepemilikan 3. Tempat usaha 4. Organisasi yang akan digunakan 5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh

6. Lingkungan usaha yang nungkin kondusif Selain aspek tersebut diperlukan juga syarat lain, yaitu: 1. Pengetahuan teknis dan manajerial 2. Kesiapan 3. Pengalaman 4. Kemampuan berbisnis 5. Tekad dan ketekunan 6. Kemauan untuk nbekerja keras 7. Kepribadian 8. Kemampuan menilai dan memprediksi 9. Semanagat berkompetisiKesadaran untuk memanfaatkansemua hal di atas. BIAYA KEHILANGAN KONSUMEN Pernahkah anda membayangkan bagaimana berharganya konsumen bagi kelangsungan usaha anda? Bisa dikatakan, konsumen adalah aset termahal dan terpenting dalam mata rantai bisnis. Apakah yang akan terjadi bila satu konsumen dirugikan atau dikecewakan oleh sebuah usaha? Sangat mungkin, jawabannya adalah: tidak menjadi masalah, karena hanya akan kehilangan satu orang tidak akan menjadikan usaha saya hancur. Apakah benar? Mari kita membayangkan ada seorang konsumen. Sebut saja Ibu Budi. Dia belanja ke sebuah pasar swalayan, sebut saja ABC. Setiap bulan Ibu Budi membelanjakan uangnya sebanyak Rp.200.000 di ABC. Betapa terkejutnya ketika Ibu Budi belanja ke sana dan mendapati barang-barang kebutuhan sehari-harinya banyak tang tidak tersedia. Ketika hendak beli roti tawar, ada yang kadaluwarsa. Ketika dilaporkan kepada petugas, yang didapat bukannya ucapan terima kasih atas perhatian Ibu Budi atas keluhan konsumennya, melainkan perintah untuk mengambil barang yang lain tanpa kepedulian petugas untuk mengambil barang yang kadaluwarsa tersebut. Kejadian ironis kembali diterima Ibu Budi ketika harus membayar dengan kartu kredit, berbagai kartu identitas harus dikeluarkan untuk penjaminan keaslian kartu kredit tersebut. Lebih buruk lagi, para pegawai dan manajemen tidak menghiraukan bila Ibu Budi tetap belanja ke sana atau berpindah ke pasar swalayan lainnya. Beberapa minggu kemudian Ibu Budi berpindah ke pasar swalayan yang lain dengan harapan akan mendapatkannya dengan mutu pelayanan dan barang yang lebih memuaskan. Akhirnya dia menemukannya dan menjadi pelanggan loyal di sana. Apakah yang bisa dipetik dari cerita di atas? Para pegawai ABC tadi tetap bersiteguh bahwa pelayanan tetap harus diunggulkan. Namun sebagai seorang bisnisman, janglah terlalu memikirkan kepentingan satu orang saja demi kepentingannya atau karena dia menghabiskan Rp.200.000 setiap bulan di sana. Di sini, para pegawai ABC perlu dididik menganai realita kehidupan ekonomi. Seorang businessman yang sukses akan mementingkan kehidupan usahanya untuk jangka panjang. Tidak hanya untuk mencari keuntungan jangka pendek. ABC tidak mengalami kerugian hanya sebesar Rp.200.000 per bulan. Kehilangan ABC adalah Rp.1.200.000 per tahun karena Ibu Budi belanja setiap bulan sebanyak itu. Atau kehilangan sebesar Rp.12.000.000 selama 10 tahun ke depan. Bayangkan Ibu Budi menceritakan keluhan dia kepada temantemannya. Sebuah studi di Amerika membuktikan, kekecewaan seorang konsumen akan menceritakan pengalaman pahitnya kepada rata-rata 11 orang. Lalu dari masing-masing 11 orang tersebut akan menceritakan kepada 5 orang lagi. Jadi secara matematis, kekecewaan tersebut akan didengar oleh 67 orang. Ibu Budi 1 orang Teman Ibu Budi 11 orang 5 dari 11 teman 55 orang + JUMLAH 67 orang Memang, dalam kenyataannya, tidak semua dari 67 orang akan langsung berpengaruh terhadap kekecewaan Ibu Budi. Tetapi, katakanlah darinya akan berpengaruh dan ikut berpindah ke pasar swalayan lain. Yakni, sebesar 17 orang. Kita berasumsi juga, 17 orang tersebut juga membelanjakan Rp.200.000 setiap bulannya. Ini berarti toko swalayan akan kehilangan Rp.3.400.000 setiap bulan. Atau bila dalam terminologi jangka panjang, ABC akan kehilangan Rp.340.000.000 dalam 10 tahun ke depan.

Dengan mengacu pada penelitian di Amerika Serikat yang membuktikan bahwa, diperlukan enam kali lebih besar untuk mencari konsumen baru (biasanya untuk media iklan dan promosi) dibandingkan mempertahankan konsumen yang sudah loyal (seperti memberikan refund, promosi penawaran barang baru, leaflet dsb). Dalam sebuah laporan juga dikatakan bahwa, dibutuhkan $19 untuk mempertahankan seorang konsumen dan $118 untuk mencari seorang konsumen baru setiap tahun. Bila kita langsung mengaplkasikannya, secara matematis pada sebuah toko swalayan di Amerika dam 1 tahun : - mempertahankan 1 konsumen : $19 - menatik 17 konsumen baru : $ 2006 $118 x 17 orang Kalkulasi di atas masih belum termasuk berbagai kalkulasi bila ABC harus membayar pajak, gaji pegawai, serta biaya operasional lain. Jadi, kehilangan satu pelanggan bisa berakibat fatal. Penerimaan yang hilang seharusnya bisa dipakai untuk peneliharaan hubungan dengan konsumen, perbaikan fasilitas, peningkatan gaji, bonus, hadiah dan sebagainya. Akhirnya, bisa disimpulkan bahwa, memelihara konsumen jauh lebih berharga dibangkan kerugian yang akan diderita karena mengabaiknya dan justru bisa berakibat fatal. Memang, belum ada penelitian yang spesifik mengenai fenomena ini, tetapi saya yakin, bila suatu badan usaha atau entitas bisnis tidak dapat memelihara, baik fasilitas, kelengkapan, stock, apalgi memelihara konsumen, niscaya usaha ini akan cepat pincang dan bisa gulung tikar.

ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA (SKU) Studi Kelayakan Usaha adalah suatu studi yang bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan nantinya akan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait. Dengan demikian penanaman dana (yang biasanya cukup besar) pada suatu usaha tidak sia-sia atau dengan kata lain, studi kelayakan usaha perlu dilakukan untuk menghindari keterlanjuran penanaman dana pada usaha yang tidak menguntungkan. Hal ini perlu dilakukan mengingat dana yang sudah terlanjur tertanam pada umumnya akan sulit kembali dengan cepat dan dengan jumlah yang sama besarnya. I. Pihak- Pihak Yang Terkait dengan SKU 1. Wirausaha (Pemilik Usaha): berkepentingan terhadap keuntungan usaha. Dana yang telah ditanamkan diharapkan minimal dapat menghasilkan keuntungan sama dengan bila dana tersebut didepositokan di Bank. Bahkan seharusnya lebih tinggi dari bunga deposito karena wirausaha telah menanggung risiko dan pengurbanan yang lebih besar 2. Kreditor (Pemberi Dana/Investor): berkepentingan terhadap pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. 3. Pemerintah: berkepentingan terhadap pemasukkan pajak dari usaha tersebut, pengurangan pengangguran (ada penyerapan tenaga kerja dari usaha baru tersebut), pengaruh terhadap penduduk sekitar: baik pengaruh yang positif (pemunculan usaha baru yang lain) maupun pengaruh negatif (pencemaran) serta kemungkinan kerja sama. II. Penyusunan Studi Kelayakan Untuk Usaha Baru Penyusunan studi kelayakan dapat digunakan baik untuk perencanaan pendirian usaha baru (tadinya belum ada), perluasan usaha atau untuk mengevaluasi usaha yang telah ada (tanpa rencana perluasan usaha) Proses penyusunan studi kelayakan: GAGASAN USAHA TUJUAN ANALISIS/EVALUASI: Pasar Produksi/Operasi Manajemen dan SDM Keuangan KEPUTUSAN DITOLAK III. Penemuan Ide atau Gagasan DITERIMA

Ide atau gagasan suatu usaha dapat diperoleh dengan mempelajari: 1. Ketersediaan Bahan Baku 2. Ketersediaan Tenega Kerja (Ketrampilan) 3. Permintaan/Kebutuhan Masyarakat 4. Trend usaha (harus memiliki keunikan) 5. Mempelajari hubungan antar industri 6. Melakukan pengamatan di tempat lain 7. Kebutuhan Masyarakat yang Belum Terpenuhi 8. Studi Import 9. Trend Masyarakat dan Perubahan Sosial Budaya serta Ekonomi masyarakat

IV. Memformulasikan Tujuan: 1. Tujuan Jangka Pendek 2. Tujuan Jangka Panjang: - Bertahan hidup (Rata-rata) - Unggul dari pesaing, menguasai pasar - Di bawah pesaing V. Tahapan Analisis: 1. Analisis Aspek Pasar a. Pasar saat ini: Siapa yang menjadi pasar sasaran (definisikan dengan jelas dan rinci) Kemungkinan pertumbuhan pasar sampai 5 tahun yang akan datang. Pesaing yang ada Strategi Pesaing Penentuan harga jual, dihubungkan dengan tujuan perusahaan: Bertahan hidup (rata-rata) Unggul dari pesaing Dibawah pesaing Menyusun rencana penjualan sampai dengan 5 tahun yang akan dating (jumlah penjualan, pasar atau tujuan tempat penjualan, harga jual dan proyeksi penerimaan dari penjualan) b. Pasar yang akan Datang: Proyeksi Pertumbuhan Proyeksi Harga Strategi persaingan: Unggul dalam biaya Diverensiasi Fokus biaya (dalam segmennya) Fokus diverensiasi (dalam segmennya) 2. Analisis Aspek Teknis (Operasi): a. Lokasi Usaha: Dekat Pasar Dekat Bahan Baku Dekat Tenaga Kerja Risiko Pengangkutan Aturan yang Ada Sarana dan prasarana

b. Kebutuhan sarana dan prasarana Bahan Baku dan Bahan Penolong: jenis, sumber dan harga Peralatan dan Mesin yang dibutuhnan: jenis, harga dan umur ekonomis Gedung dan tanah: luas, harga dan umur ekonomis Alat transportasi Instalansi Listrik, air, telepon Furniture Proses Produksi Lay out Produksi Layout Gedung 3. Analisis Aspek Manajemen Kepemilikan Orang Kunci : pendidikan, pengalaman dan kapabilitas Tim Managemen Struktur Organisasi Pegawai: spesifikasi, sumber, cara memperoleh, dan Perjanjian pembagian keuntungan dan tanggung jawab

kompensasi dan jumlahnya

5. Analisis Aspek Keuangan: Jumlah dana yang biperlukan: Jumlah Kebutuhan untuk modal kerja (membeli Bahan baku san bahan penolong, membayar tenaga kerja dan kebutuhan usaha lainnya) Kebutuhan membeli aktiva tetap (lihat aspek teknis dan produksi selain kebutuhan bahan baku dan bahan penolong) Sumber dana: Modal sendiri: tingkat bunga deposito Pinjaman: Tingkat bunga pinjaman Biaya Modal Prediksi pendapatan dan biaya-biaya: prediksi keuntungan (kerugian) VI. Penilaian Investasi: 1. Pay Back Period (PP), mengetahui kapan dana yang ditanamkan dalam usaha tersebut akan kembali Investasi / CF tiap tahun = PP CF: Cash Flow (aliran kas) = Keuntungan setelah pajak + Depresiasi Net Present Value (NPV): mengetahui jumlah keuntungan komulatif selama umur usaha (Selama PP) 3. Break Even Point (BEP): mengetahui batas jumlah penjualan minimum supaya usaha tidak mengalami kerugian
2.

FC BEP (unit) = PV Keterangan: BEP : Break Even Point FC : Fixed Cost (Biaya Tetap) P : Harga Jual per Unit V : Biaya Veriabel per Unit

FC BEP (Rp) = 1 VC/S Keterangan: BEP : Break Even Point FC : Total Biaya Tetap VC : Total Biaya Variabel S : Total Jumlah Penerimaan dari Penjualan (Rp) Keputusan Investasi: digunakan untuk menentukan apakan usaha yang direncanakan tersebut layak untuk didirikan atau tidak. Layak didirikan artinya bahwa usaha tersebut akan memberikan keuntungan bagi pemilik usaha, dapat mensejahterakan karyawan dan tidak merusak lingkungan. VII. Keputusan Usaha Layak: 1. NPV positif: Usaha dapat memberikan keuntungan komulatif diatas tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan NPV n NPV = - I + ( ((It / (1+r)t ) t=1 Keterangan: NPV : Net Present Value I : Jumlah seluruh dana yang digunakan untuk usaha (Jumlah modal tetap ditambah modal kerja) t : jumlah waktu yang digunakan dalam perhitungan r : tingkat suku bunga yang digunakan untuk mem present value kan 2. NPV = 0, berarti bahwa usaha dapat memberikan keuntungan komulatif sebesar perhitungan tingkat bunga yang digunakan dapat menghitung NPV FORMAT LAPORAN RUGI LABA: PENJUALAN:. HPP: - Biaya Bahan Baku: .. XX - Biaya Bahan Penolong: .. XX - Biaya Tenaga Kerja Langsung .. XX + Jumlah Harga Pokok Penjualan. Laba Usaha Biaya Depresiasi.. XX Biaya Administrasi dan Umum.. XX Biaya lain-lain .. XX + Jumlah Biaya Usaha Keuntungan sebelum bunga dan pajak ..XX Bunga: % bunga pinjaman X Jumlah pinjaman . Keuntungan sebelum pajak (EBT) Pajak: beban % pajak X EBT Keuntungan Setelah Pajak

XX

XX

XX

XX XX XX XX XX

Cash Flow (aliran Kas) = Keuntungan setelah pajak + Depresiasi

TANTANGAN DAN PELUANG BERWIRAUSAHA I. Tantangan dunia kerja: 5. Globalisasi. 6. Pertumbuhan ekonomi dibawah pertumbuhan usia kerja. 7. Tidak ada pekerjaan yang aman 100%, sementara masyarakat menempatkan status bekerja lebih bermartabat daripada berusaha. 8. Motivasi pendidikan beorientasi pada status formal, dibanding pengembangan kompetensi (kemampuan) II. Peluang Berusaha: 5. Penduduk 200 juta lebih, merupakan pasar yang sangat besar. 6. Kondisi Perbankan yang overlikuid 7. Porsi penghasilan pengusaha lebih besar dibanding pekerja. 8. Banyaknya produk impor menunjukkan kurangnya pasokan produk dari dalam negeri. III. Pengertian Kewirausahaan: Suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai , kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapi. Kewirausahaan dahulu sering disebut wiraswasta. Wiraswasta berasal dari kata : Wira artinya pejuang, teladan, utama, gagah, berani, luhur. Swa artinya sendiri , Sta artinya berdiri. Jadi wiraswasta mempunyai arti pejuang yang gagah berani, luhur, utama yang berusaha berdiri dari kemampuan sendiri. Arti wirausaha juga tidak berbeda dengan wiraswasta yaitu pejuang yang gagah, berani, dan luhur dalam melakukan kegiatan usaha secara mandiri. Secara luas arti wirausahawan : orang yang berusaha menggunakan uang dan waktu dengan menanggung risiko. IV. Maksud Berwirausaha : Kegiatan usaha perorangan yang diorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada umumnya orang terdorong membuka usaha sendiri karena dorongan : 5. Terbuka kesempatan memperoleh keuntungan. 6. Memenuhi minat dan keinginan pribadi. 7. Terbuka kesempatan menjadi BOSS. 8. Adanya kebebasan mengelola/mengatur usaha. V. Ciri-ciri Wirausahawan: 49. Keinginan kuat untuk berdiri sendiri, tidak suka uluran tangan dari pihak lain. 50. Kemauan untuk mengambil risiko 51. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 52. Mampu memotivasi sendiri (Otosugesti) 53. Semangat untuk bersaing 54. Orientasi pada kerja keras 55. Percaya pada diri sendiri (yakin) 56. Dorongan untuk berprestasi 57. Tingkat energi yang tinggi 58. Tegas 59. Tidak bergantung pada alam, dan berusaha tidak menyerah pada alam. 60. Kepemimpinan. 61. Keorisinilan 62. Berorientasi ke masa depan, dengan penuh gagasan. 63. Mengembangkan budaya malu secara positif. 64. Bekerjasama dengan orang lain 65. Penampilan yang baik 66. Pandai membuat keputusan

67. Mau menambah ilmu pengetahuan 68. Ambisi untuk maju 69. Pandai berkomunikasi VI. Motivasi Berwirausaha: 4. Motivasi untuk berprestasi (nach) 5. Motivasi berafiliasi (naff) 6. Motivasi berkuasa (npow) VII. Cara Berpikir Kreatif: 19. Selalu bertanya, Apa ada cara yang lebih baik? 20. Selalu menentang kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan rutin. 21. Berefleksi/merenungkan/memikirkan, berpikir dalam. 22. Berani main mental, mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda. 23. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar. 24. Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan mencapai sukses. 25. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif. 26. Mampu berpikir secara sistemik, melihat permasalahan secara lebih luas, kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah. 27. Jangan terjebak pada Jatuh Cinta pada pandangan pertama. FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA I. Tipe Wirausaha: 4. Kewirausahaan rutin (wirt) Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misal seorang pegawai atau manajer. 5. Kewirausahaan Arbitrase Wirausaha ini berusaha mencari peluang melalui kegiatan penemuan dan pemanfaatan 6. Wirausaha Inovatif Wirausaha yang dinamis menghasilkan ide-ide dan kreasi yang baru II. Profil Wirausaha: 5. Part time entrepreneur 6. Home-Based new ventures 7. Family-Owned business 8. Copreneurs III. Fungsi 1. Makro Wirausaha Kewirausahaan adalah penggerak, pengendali dan pemakai perkembangan ekonomi suatu bangsa 2. Mikro Wirausaha Kewirausahaan adalah sebagai innovator dan sebagai perencana 3. Sebagai innovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan: e. Produk baru (the new product) f. Teknologi baru (the new technology) g. Ide-ide baru (the new image) h. Organisasi usaha baru (the new organization) 4. Sebagai perencana, wirausaha berperan dalam merancang: e. perencanaan perusahaan (corporate plan) f. strategi perusahaan (corporate strategy) g. ide-ide dalam perusahaan (corporate image)

h. organisasi perusahaan (corporate organization)

MEMULAI USAHA BARU Production creates its own demand. (Jean Baptist Say) A. Lingkungan Bisnis 1. Stakeholders Primer

Tenaga Kerja Distributor

Pemegang Saham / Pemilik

Perusahaan Konsumen Kreditor

Pemasok

Pesaing

Sumber : Lawrence et.al, 2005: 8 dan Keraf, 1991 : 78 2. Stakeholders Sekunder

Masyarakat Komunitas Lokal Perusahaan


Kelompok Pendukung Perusahaan

Pemerintah

Aktivis Sosial Media / Pers

Sumber : Lawrence et.al, 2005: 9 dan Keraf, 1991 : 79 B. Peluang Bisnis Jean Baptiste Say (1767-1832) ekonom aliran klasik dari Perancis yang mengarang buku berjudul Traite deconomie politique edisi pertama terbit th 1803, edisi 2 th 1814. Say adalah pendukung pemikiran Adam Smith dan menyusun konsepsinya secara sistematis dan sangat jelas. Say mengembangkan gagasannya yang disebut theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan kemudian dalam ilmu ekonomi dikenal dengan Hukum Say (Says Law) yaitu penawaran akan menciptakan penawarannya sendiri (supply creates its own demand). C. PerencanaanUsaha Suatu perencanaan usaha adalah unit kegiatan yang direncanakan dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu barang dan /jasa yang diinginkan. Ciri-ciri pokok perencanaan usaha Setiap perencanaan usaha ditandai oleh hal-hal sebagai berikut 1. Bertujuan menghasilkan barang-barang dan /jasa jasa . 2. Memerlukan suatu investasi modal, tenaga kerja,manajemen ataupun hal-hal lain . 3. Setelah investasi tersebut dilaksanakan dan selama berlangsungnya usaha tersebut memberikan kegunaan kepada berbagai pihak diantaranya adalah perusahaan itu sendiri maupun masyarakat 4. Adanya biaya operasional di atas biaya investasi . Jenis-jenis perencanaan usaha 1. Perencanaan usaha dapat digolongkan menurut jenis barang dan jasa-jasa yang dihasilkan,misalnya perencanaan usaha dalam bidang produksi ataupun prasarana.Perencanaan usaha dapat juga digolongkan menurut jenis kepemilikanya: swasta nasional atau swasta asing ataupun campuran [termasuk diantaranya campuran dengan negara ].Kesemuanya ini memerlukan sejumlah modal fisik dan non fisik . 2. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perencanaan usaha nantinya dapat dikelompokan antara dua golongan sebagai berikut . a. Usaha yang memerlukan modal fisik yang menyangkut bangunan baru ,pendirian atau instalasi fasilitas-fasilitas untuk menghasilkan suatu aliran barang dan jasa selanjutnya.

b. Usaha yang memerlukan modal non fisik ,seperti program training, survey-survey ,atau penelitian[research] teknis yang dapat dilaksanakan dengan modal fisik yang telah ada. c. D. Memulai Bisnis dan Risiko Memulai suatu bisnis bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan, khususnya bagi orang yang belum pernah melakukannya. Langkah ini biasanya diawali dengan ketakutan akan kegagalan dan risiko yang harus dihadapi. Ketakutan akan kegagalan dan risiko yang berlebihan terkadang memunculkan berbagai perhitungan yang detail dan rumit. Bagi orang yang tergolong suka menghindari risiko atau sangat berhati-hati akan banyak muncul perhitungan dan pertimbangan yang jlimet. Persoalannya adalah, apabila kita akan berbisnis apakah berbagai perhitungan dan pertimbangan perlu dikesampingkan? Jika hasil perhitungan ternyata menunjukkan sesuatu yang tidak layak, apakah bisnis diteruskan? Untuk menjadi wirausahawan dibutuhkan orang yang suka mencoba atau tertantang untuk mencoba. Ada peribahasa yang mengatakan : Bermain air basah, bermain api terbakar. Makna luas dari peribahasa tersebut adalah segala aktivitas yang kita lakukan selalu membawa risiko. Risiko mencoba menjadi wirausahawan adalah kerugian dan kegagalan. Namun, kerugian dan kegagalan sesungguhnya adalah satu sisi dari kewirausahaan. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa kita tidak melihat sisi lain dari kewirausahaan yaitu keuntungan dan keberhasilan? Tantangan seorang wirausahawan adalah mencoba dan mencoba lagi, tidak berputus asa dalam mencapai tujuan.

Rate of Return

Risk Averter Risk Neutrality

Risk Seeker

Risk Gambar Kurva Hubungan Antara Risiko dan Rate of Return (Sumber : Sartono, 2001 : 140) E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Bisnis Menurut majalah BERwirausaha, tahap awal dari suatu usaha merupakan masa yang rawan (di bawah lima tahun). Seperti halnya siklus kehidupan manusia tahap ini disebut masa Balita. Tahap ini perlu perhatian ekstra keras, karena harus berjuang agar dapat bertahan hidup. Jika bisnis ini masih pada usia ini, maka perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini : 1. Rencana bisnis 2. Mengamankan modal 3. Penghematan biaya 4. Mempunyai laba tunai bukan laba dalam pembukuan 5. Kepuasan pelanggan 6. Fokus pada pelanggan produktif 7. Perhatian pada dampak kepuasan pelanggan 8. iklan dan promosi 9. Memanfaatkan koneksi

10. Mengikuti pameran bisnis 11. Kembangkan public relation 12. Membuat sistem/mekanisme kerja 13. Perhatian pada volume bisnis 14. Fleksibel F. Analisis Bisnis dan Kelayakan Personal Kinerja Locus of Control Toleransi yang mendua Keberanian mengambil risiko Nilai-nilai Pendidikan Pengalaman

Personal Keberanian mengambil risiko

Isi Sampul [NAMA PERUSAHAAN] [Hari, Tanggal, Bulan, Tahun] No. Salinan Perencanaan Usaha [ ]

Dokumen ini berisi informasi rahasia yang dimiliki secara eksklusif oleh [Nama Perusahaan] [Nama Direktur Utama] Direktur Utama [Alamat] [No. telp./fax/HP]

Isi Perencanaan Bisnis 1. 2. 3. 4. Executive Summary (ringkasan rekomendasi) Visi dan misi Kondisi Perusahaan Strategi Produk

5. 6. 7. 8. A

Analisis Pasar Perencanaan Pemasaran Perencanaan Keuangan Dokumen Pendukung. ANALISIS BISNIS BENGKEL MOTOR RESMI Per BULAN INVESTASI Sewa tempat (5 tahun) 50.000.000 Peralatan (3 bike-lift, kompresor, tool) 40.000.000 Jumlah 90.000.000 BIAYA OPERASIONAL Listrik Gaji karyawan (3 mekanik + 1 kepala) Lain-lain Jumlah PEMASUKAN 400 unit service ringan @ Rp 17.500 Penjualan suku cadang (20% x 20.000.000) Pemasangan suku cadang Jumlah 1.200.000 3.300.000 500.000 5.000.000 7.000.000 4.000.000 1.000.000 12.000.000 7.000.000

Keuntungan (C-B) Rp 12.000.000 5.000.000 Keterangan : 1. Investasi alat disubsidi oleh Agen Tunggal Pemegang Merk 2. Keuntungan belum memperhitungkan investasi 3. Bengkel yang strategis bisa menerima 400 lebih pelanggan. Peluang bisnis yang muncul dari maraknya motor : 1. Dealer motor 2. Bengkel motor 3. Penjualan sparepart 4. Distributor oli 5. Asesoris untuk variasi 6. Jual beli motor bekas 7. Perusahaan leasing 8. cuci dan steam 9. Agen ban

ANALISIS PRODUKSI 1 FRAME BONEKA WASHY A Biaya Produksi Bahan baku 3 kertas folio @ Rp 125.000 Proses produksi dan tenaga kerja 375.000 175.000

Jumlah B C Penjualan satu frame boneka Keuntungan (B-A)

550.000 700.000 150.000

Sumber : Pengusaha, edisi Agustus 2003 hal 35 Sumber-sumber Pembiayaan Sepuluh kesalahan memulai bisnis : 1. Terfokus dan berlama-lama pada satu ide 2. Tak memiliki rencana pemasaran 3. Tak mengenali pelanggan 4. Mengabaikan posisi kas keuangan 5. Mengabaikan karyawan 6. Kebingungan antara kemungkinan dan realitas 7. Tak memiliki rencana penjualan 8. Senang menjadi ranger seorang diri. 9. Tak ada pola besar. Menyewa jasa konsultan terkadang sangat berlebihan bagi perusahaan menengah ke bawah. Konsultan dapat menjadi anggota keluarga yang dapat dipercaya dan diandalkan. Rundingkanlah rencana dan hasil bisnis pada mereka. 10. Gampang menyerah

MOTIVASI BERWIRAUSAHA A. Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga

Sebelum melaksanakan aktivitas usaha, sebaiknya perlu melihat kondisi kehidupan sehari-hari melalui seberapa besar pendapatan/penghasilan dapat kita terima dan biaya yang dikeluarkan tiap bulan. Penghasilan dan pengeluaran merupakan potret atau ukuran seberapa besar kesejahteraan yang kita nikmati. Tingkat kesejahteraan juga untuk mengukur seberapa layak hidup kita. 1. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan rumah tangga baik secara kuantitatif (hidup berkecukupan) dan kualitatif (peningkatan kualitas hidup). 2. Manfaat : 4. Sebagai informasi untuk mengetahui penerimaan (sumber dana) dan pengeluaran (alokasi dana) yang dimiliki, serta melakukan tindakan / pengambilan keputusan dalam rangka mencukupi konsumsi rumah tangga. 5. Mengendalikan kebutuhan dan keinginan anggota rumah tangga (berupa pengeluaran). 6. Mengoptimalkan sumber dana yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. 3. Konsumsi keluarga dipengaruhi oleh : a. Intern : Sikap hidup, kepribadian dan gaya hidup. b. Eksternal : Tuntutan hidup untuk kelumrahan (Status Sosial : pendidikan, listrik, telpon, gas dll). 4. Pengeluaran harus didasari atas : a. Pembedaan antara kebutuhan dan keinginan rumah tangga meliputi faktor : d. Primer : makan, penerangan, air, transportasi, pendidikan anak dll. e. Sekunder : pakaian, telepon, hiburan/rekreasi dll. f. Tersier : mobil, VCD player, dispenser dll. b. Skala prioritas (mana yang harus didahulukan). Contoh : Anggaran Keluarga Bardi Nganoe Bulan April 2001 Penerimaan Rutin : Gaji / Usaha Tetap Berkala : Usaha Sampingan (rata-rata) Pengeluaran Rutin : 8. Makan/lauk pauk Rp 150.000 9. Listrik 15.000 10. Air 7.500 11. Biaya sekolah anak 50.000 12. Transport 60.000 13. Gas 26.500 14. Rokok 120.000 Jumlah Rp 429.000 Berkala : 5. Rekreasi /mancing 6. Kesehatan 7. Pakaian 8. Biaya tak terduga Jumlah Tabungan : Jumlah : Rp 554.000 Jumlah : Rp 25.000 25.000 25.000 25.000 Rp 100.000 Rp 25.000 Rp 554.000

Rp 500.000 Rp 54.000

Mengapa tidak mau mencatat ? Malas, kurang tertib, takut, merasa tidak punya waktu, menganggap catatan keuangan keluarga tidak perlu, bikin pusing, merasa masih bisa diingat dll. 14 Rahasia Membuka Usaha (majalah BERwirausaha)

1. Penuhi kebutuhan konsumen 2. Jual keunikan 3. Duplikasi usaha lain 4. Beri fasilitas tambahan 5. Jual ketrampilan 6. Jadi agen 7. Jual barang bekas 8. Buka kantor 9. Jalankan direct selling dan MLM 10. Beli waralaba 11. Beli usaha prospektif 12. Beli usaha sekarat 13. Buka lokasi 14. Usaha bersama Sembilan langkah memulai usaha sendiri (sumber kebunku@yahoogroups.com) 1. Dimulai dari mimpi 2. Kecintaan pada produk atau jasa 3. Belajarlah tentang bisnis dari dasar 4. Keberanian mengambil dan memperhitungkan risiko 5. Mencari nasehat, tetapi ikutilah keyakinan diri sendiri 6. Bekerja keras, 7 hari seminggu, 18 jam sehari. 7. Bertemanlah sebanyak mungkin 8. Siap menghadapi kegagalan 9. Lakukan sekarang juga 10. Strategi meraih kemenangan (Harian Umum Republika, rabu 28 Mei 2003) 1. Kekuatan untuk menang berasal dari pikiran kita sendiri 2. Yakinlah pada diri sendiri 3. Ketahuilah sesuatu yang membuat kita bahagia 4. Evaluasi talenta dengan jujur 5. Jangan biarkan latar belakang menentukan masa depan 6. Ikuti teknik visualisasi cepat : gambarkan diri anda tengah berlari dengan tim sepak bola. 7. Kekuatan untuk menang adalah di tangan kita 21 Kiat Sukses di Dunia Bisnis (Suryo, 2003): 1. Kenalilah diri anda dan lingkungan di sekitarnya. Manfaatkan kekuatan yang anda miliki, hilangkan kelemahan, gunakan peluang dan hindarkan ancaman yang ada. 2. Bekerjalah dengan keras dan cerdik. Gunakan kreativitas anda untuk memperoleh keunggulan bersaing. 3. Jangan mudah putus asa. Milikilah komitmen yang kuat untuk menjadi pemenang. 4. Bekerjalah dengan memperhatikan konsep bisnis, business sense, dan suara hati. 5. Buatlah perencanaan kerja tetapi jangan terlalu kaku dengan rencana tersebut. 6. Belajarlah dari pengalaman orang lain/perusahaan lain dan ikuti perkembangan konsep bisnis. 7. Berani mengakui kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau yang sudah diketahui. 8. Berani mengambil risiko tetapi berusaha mengelola risiko dengan baik. 9. Jangan cari musuh dan komunikasikan pendapat anda secara rasional. 10. Lakukan perbaikan secara terus-menerus baik untuk diri sendiri maupun untuk proses kerja di perusahaan. 11. Melihat perubahan sebagai teman bukan sebagai musuh. 12. Tanggap atas perubahan yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. 13. Perbesar jejaring bisnis yang ada. Gunakan jejaring yang ada dan perbesar terus. 14. Jangan terlalu sering pindah usaha/kerja. Tekunilah apa yang anda kerjakan. 15. Tingkatkan kemampuan bahasa asing.

16. Tingkatkan kemampuan kepemimpinan dan kemampuan inter-personal. 17. Tingkatkan kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan mengimplementasikan perubahan yang besar. 18. Tingkatkan kemampuan mengatasi konflik. 19. Tingkatkan terus kemampuan soft-skill anda : teknik menyusun laporan, teknik presentasi dan teknik negosiasi. 20. Tingkatkan terus motivasi kerja anda dan tunjukkan bahwa anda mampu berprestasi dengan baik. 21. Tingkatkan terus motivasi kerja dan kemampuan bawahan anda maupun kelompok kerja anda. Menuju sukses berwirausaha (Kompas, 23 maret 2005, hal 36) 1. jangan melihat peluang usaha sebagai peluang sesaat. Jika peluang itu dipelihara dengan manajemen yang baik, pasti akan langgeng, bahkan mungkin akan menjadi bisnis raksasa. 2. Ciptakan terobosan produk, layanan, jasa atau ide secara terus-menerus. 3. Yakinlah akan produk yang ditawarkan, selain mencintai bisnis yang sedang dijalankan untuk meyakinkan pelanggan. 4. Antusiasme dan keuletan adalah kunci keberhasilan sebuah usaha. 5. Berani mengambil risiko yang diperhitungkan. Sebuah risiko yang diperhitungkan berpeluang membuahkan kesuksesan. 6. Carilah nasehat dari pakar bisnis yang digeluti. Namun keputusan akhir selalu di tangan anda. 7. pada fase awal usaha. Kepiawaian menjual merupakan kunci sukses. Namun jangan lupa juga mengembangkan hubungan dengan pelanggan. 8. Tumbuhkan etos kerja keras. 9. Bertemanlah sebanyak-banyaknya karena teman dapat membantu mengembangkan usaha, memberi nasehat, dan mungkin menolong pada masa-masa sulit. TIPS UNTUK BERWIRAUSAHA 1. Usaha anda mempunyai tujuan yang jelas dan pasti. 2. mempunyai catatan atau pembukuan keuangan yang jelas. 3. Mengetahui titik impas, agar usaha diketahui laba atau rugi. 4. Usahakan biaya bahan baku (sumberdaya / input) semurah-murahnya. 5. Usahakan menghilangkan segala sesuatu yang tidak diperlukan atau menghilangkan pemborosan. 6. Efisiensi yang tinggi dan memberi upah (penghargaan) kepada karyawan juga tinggi. 7. Membuat produk yang khusus atau unik, jangan seperti yang sudah ada.

ETIKA, MORAL DAN NILAI A. Etika 1. Pengertian Etika 2. Norma 3. Etika Dalam Bisnis B. Moral dan Moralitas 1. Moralitas dan Etiket 2. Moralitas dan Hukum 3. Standar Moral 4. Pertimbangan Moral C. Nilai-nilai dan Sumbernya 1. Pengalaman

2. Budaya 3. Ilmu Pengetahuan 4. Agama D. Sumber-sumber Nilai ETIKA BISNIS Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas. Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang. Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita. Jika kita ingin mencapai target ditahun 2000, sudah saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan atas. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2000 an dapat diatasi. II. MORAL DAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS a. Moral Dalam Dunia Bisnis Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak. Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling "menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.

Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat diwujudkan ? Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan. Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal perlu ini dibicarakan? Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu rimba modern yang di kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud. Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Etika Dalam Dunia Bisnis Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa ? Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :

1. Pengendalian diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis". 2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. 3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi. 4. Menciptakan persaingan yang sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. 5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan" Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. 6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara. 7. Mampu menyatakan yang benar itu benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait. 8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar

pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis. 9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu. 10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. 11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2000 dapat diatasi. III. DUNIA BISNIS Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis. Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis seharihari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini

telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga. IV.ETIKA BISNIS DI PERUSAHAAN Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan. Etika bisnis memang harus dihidupkan di perusahaan. Dalam kaitan ini, perusahaan yang bergerak di bidang konsultan mempunyai peran besar dalam pembentukan norma. Bagaimana perusahaan konsultan menegakkan etika bisnis? Kemal A. Stamboel, Managing Partner Kemal Stamboel & Partners yang berasosiasi dengan konsultan besar dunia Price Waterhouse Coopers (PWC) menjelaskan lika-liku bisnis konsultan dan upaya untuk menegakkan etika dan transparansi di perusahaan. Simak berbagai pandangannya: "Perusahaan konsultan internasional seperti PWC mempunyai standar yang bersifat global. Mereka yang berkonsultasi akan mendapatkan standar yang sama di berbagai negara. Perusahaan yang telah memiliki standar akan dikenal reputasinya, baik sebagai brand, isi pelayanan, kualitas orang, dan output orang-orangnya. Pendekatan standar dengan kualifikasi, bukan "asal-asalan". Perusahaan konsultan sangat menjunjung tinggi kualitas pemikiran. Keunggulan perusahaan terletak pada knowledge management. Misalnya, bagaimana memberdayakan dan meningkatkan pengetahuan dengan program yang jelas. Upaya ini memerlukan usaha yang tidak kecil. Untuk membangun reputasi, perusahaan konsultan sangat menjunjung etika. Oleh karena itu jarang perusahaan konsultan yang beriklan secara berlebih. Agar reputasi tetap terjaga, perusahaan konsultan memiliki beberapa kriteria. Kami menolak klien yang berisiko tinggi, walaupun dia menyediakan banyak uang. Dalam memilih klien, PCW lebih banyak melakukan riset industrial selection. Pasalnya, setiap perusahaan mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan jasa konsultasi. Kebanyakan klien sudah mengenal reputasi kami. Mereka akan membayar fee sesuai dengan jasa yang ditawarkan, seperti menset-up sistem keuangan, teknologi informasi, serta peningkatan efisiensi perusahaan lainnya. Paket yang ditawarkan perusahaan konsultan secara spesifik akan membantu masalah kompleks yang dihadapi oleh sebuah perusahaan, termasuk menyembuhkan perusahaan yang collapse. Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut. Salah satu etika perusahaan konsultan adalah menjaga kerahasiaan klien. Bisa saja perusahaan konsultan menangani dua perusahaan dalam industri yang sama, tetapi kerahasiaan masing-masing perusahaan akan tetap

terjaga. Perusahaan yang satu tidak dapat memanfaatkan perusahaan yang lain. Setiap perusahaan mempunyai penyelesaian masalah, sehingga nantinya bisa berkompetisi satu dengan yang lainnya. Perusahaan konsultan mempunyai value dan memberikan rekomendasi yang akan dilaksanakan kliennya. Misalkan, ada etika, perusahaan tidak mempekerjakan pegawai anak-anak. Di luar negeri, ada pembatasan hubungan berdagang dengan perusahaan-perusahaan yang tidak menjunjung etika berdagang yang baik. Kami juga menyarankan, perusahaan jangan mengambil keuntungan yang berlebihan dengan cara menipu konsumen. Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi. Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang. Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan. Usaha jasa konsultan mungkin tidak terlepas dari penyimpangan. Padahal bisnis ini perlu dilandasi reputasi dan persepsi. Oleh karena itu bila ada persepsi negatif jangan diremehkan. Dalam menghadapi masalah, perusahaan jangan defensif, tetapi melakukan aksi pembenahan ke dalam. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain: 1. Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat. 2. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja. 3. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik. 4. Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi. V. PENUTUP Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industry dipasar internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum dan tidak pengikat itu. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.

Anda mungkin juga menyukai