Anda di halaman 1dari 2

KALPATARU

Kalpataru berasal dari bahasa Sanskerta. Istilah ini merupakan gabungan antara kata kalpa dan taru. Kalpa berarti keinginan atau pengharapan dan taru berarti pohon. Jadi, kalpataru dapat diartikan sebagai pohon pengharapan. Komponen kalpataru yang lengkap terdiri dari enam unsur, yaitu: pohon, hewan pengapit, vas/jambangan bunga, untaian manikmanik atau mutiara, chattra/payung dan burung. Kalpataru, atau yang disebut juga Kalpawrksa, merupakan sebutan pohon yang dikenal dalam mitos di India. Pohon ini juga disebut Kalpadruma atau devataru dan termasuk satu dari lima jenis pohon suci yang ada di kahyangan Dewa Indra. Kelima pohon suci itu disebut pancawrksa, yang terdiri atas pohon Mandara, Parijata, Samntana, Kalpawrksa, dan Haricandana. Lambang Kehidupan Komponen kalpataru yang berupa hewan pengapit, vas bunga, kalung mutiara, chattra dan burung di atas pohon, semuanya melambangkan berbagai aspek kehidupan. Hewan pengapit dan burung di atas pohon adalah lambang ketenteraman. Vas bunga lambang kekayaan, kemakmuran dan kesuburan. Sementara itu, pohonnya yang penuh bunga mekar dianggap dapat memberikan buah-buahan, makanan, pakaian, perhiasan dan kekayaan serta kebahagiaan. Sedangkan, chattra melambangkan kesucian. Baik agama Hindu ataupun Budha yang dianut di Indonesia keduanya mengenal pohon hayat. Dalam agama Buddha, pohon hayat ini dikenal dengan nama pohon Bodhi yang dikaitkan dengan Pencerahan yang diterima Pangeran Sidharta. Setelah agama Buddha masuk Indonesia, nama pohon itu dikaitkan dengan pohon Waringin yang keduanya termasuk jenis Ficus religius. Adapun dalam agama Hindu, pohon ini dikenal dengan nama kalpataru, kalpawrksa, dan memiliki arti yang sama dengan pohon Waringin. Menurut sumber-sumber naskah Jawa Kuno mengenai pohon kalpawrksa terdiri dalam dua bentuk. Pertama, pohon kalpawrksa yang merupakan pohon surga dan berhubungan dengan cerita mitos. Kedua,

pohon kalpawrksa sebagai pohon dunia yang wujudnya dapat diamati dengan panca indra dan berupa pohon emas. tidak terdapat penjelasan apakah pada kedua pohon itu terdapat perbedaan maupun persamaan dalam ciri-cirinya. Kepercayaan orang Jawa terhadap pohon hayat telah mengalami perkembangan lebih lanjut. Orang Jawa menggambarkan pohon hayat ini dalam bentuk hiasan Gunungan yang merupakan bentuk lain dari kalpataru. Hiasan semacam ini dapat dilihat di kompleks masjid dan makam Sunan Sendang dan juga pada pertunjukkan wayang. Kalpataru Ki Kalpataru-Ki ditemukan dalam tahapan proses meditasi yang panjang dan mendalam, pada tingkat kesadaran alam semesta. Kalpataru-Ki merupakan bagian sistem atau sistem itu sendiri daripada kehidupan yang ada di alam semesta ini, dan semuanya berkaitan dengan sistem kesadaran manusia terhadap sang Pencipta, Tuhan YME. Semua bentukan energi, sistem energi adalah merupakan sebagian terkecil dari keberadan Energi Ilahi atau sistem Ilahi itu sendiri, tetapi dari setiap percikan yang dikumpulkan adalah merupakan satu kesatuan yang tidak harus diceraiberaikan, karena pada awalnya mereka adalah satu. Kalpataru-Ki tercipta dengan mengakses 99 tingkatan Energi Spiritual Kosmos, yang diambil dari kumpulan besar energi spiritual kosmos yang berada di alam semesta, dengan Kalpataru-Ki menjadikan praktisi lebih tenang, sabar, lebih bijaksana dalam menghadapi kesemrawutan kehidupan sehingga dengan demikian dengan ketenangannya diharapkan dapat mencapai kedamaian hati. Kalpataru-Ki bersifat : Halus Dingin Sejuk Lembut, tetapi memiliki vibrasi yang sangat tinggi dan sangat kuat pada waktu dialirkan untuk penyembuhan, bagi praktisi yang telah memiliki Clair-Audience (vibrasi ini dapat di dengarkan seperti lengkingan tinggi-tajam didalam otak/pikiran). Meditasi Kalpataru Ki membawa kita pada 3 lapisan kesadaran: 1. Kesadaran Fisik 2. Kesadaran Jiwa 3. Kesadaran Roh (Kosmos)

Anda mungkin juga menyukai