Anda di halaman 1dari 15

Suppositoria Anusol

Disusun oleh : KELOMPOK 2

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i DAFTAR ISI ......................................................................................................ii KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .........................................................................1 1.2 Tujuan .......................................................................................1 BAB II : PEMBAHASAN 2.1.Defenisi.....................................................................................2 2.2.Penggolongan.............................................................................2 2.3.Keuntungan an Kerugian............................................................3 2.4.Formulasi....................................................................................4 2.5. Produksi.....................................................................................7 2.6.Kemasan.....................................................................................8 BAB III : PENUTUP 3.1.Kesimpulan.................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Proris Suppo (Ibuprofen). Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antiaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu pemberian.Namun yang kita bahas adalah pemberian obat melalui rektal (dengan supositoria). Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk

suppositoria.Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui anus dan dapat larut pada suhu tubuh. Bahan dasar untuk pembuatan suppositoria adalah lemak cokelat, P.E.G., serta gelatin. Macam basis supositoria yaitu basis yang berupa lemak, basis yang larut dalam air, dan basis yang dapat membentuk emulsi. Penggunaan suppositoria biasanya digunakan pada penderita wasir (ambeien) maupun pada penderita dalam kondisi tidak sadar (non kooperatif) yang membutuhkan pertolongan segera.

1.2. Tujuan: 1. Tujuan Umum: Agar mahasiswa dapat mengetahui pemberian obat secara suppositoria 2.Tujuan Khusus Dapat menyebutkan cara pemberian obat secara Suppositoria

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Defenisi Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (Depkes R.I., 1995).

2.2.Penggolongan Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi: 1. Suppositori rectal : Suppositorial untuk dewasa berbentuk lonjong

pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g (Depkes R.I.,1995 ). 2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium . ( Anonim,1995; Ansel, 2005). 3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan

beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005). 4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).

2.3.Keuntungan an Kerugian Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum cacao), polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau Gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Suppositoria supaya disipan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri. Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral atau melalui saluran pencernaan adalah : 1. 2. 3. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan Obat dapat masuk langsung dalam saluradarah dan berakibat obat

dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral 4. Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain: 1. Tidak menyenangkan penggunaan 2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

2.4.Formulasi Tiap suppositorium mengandung : R/ Bismuthi Subgallas...................75mg Bals. Peruv................................125mg Acid Boricum...........................360mg Zincoxydum.............................360mg Ultramarinum...........................3,4mg Ol. Cacao ..................................2,6g Cera Flav..................................100mg

1) Bismuthi Subgallas Pemerian Kelarutan : Serbuk kuning tidak berbau : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak p dan dalam eter p; mudah larut dalam asam mineral panas yang disertai penguraian dan dalam larutan alkali hidroksida membentuk kelarutan kuning jernih dan berubah dengan cepat jadi mineral gelap 2) Balsamum Peruvanium (1) Nama Resmi : Balsamum Peruvanium Nama Sinonim : Balsam Peru Pemerian : cairan kental, lengket tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanillin. Kelarutan : larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P, dalam eter minyak tanah P, dan dalam asam asetat glasial P. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Khasiat : antiseptikum ekstern

3) Acidum boricum Nama Resmi Nama Sinonim Rumus Molekul Berat Molekul Pemerian : Acidum Boricum : Asam Borat : H3BO3 : 61,83 : hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilat tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P Penyimpanan Khasiat 4) Zinci Oxydum Nama Resmi Nama Sinonim Rumus Molekul Berat Molekul Pemerian : Zinci Oxydum : Seng Oksida : ZnO : 81,38 : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa : dalam wadah tertutup baik : antiseptikum ekstern

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Khasiat : antiseptikum lokal

5) Oleum Cacao Nama Resmi : Oleum Cacao Nama Sinonim : lemak coklat Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, agak rapuh Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P Khasiat : zat tambahan

6) Cera Flava Nama Resmi : Cera Flava Nama Sinonim: malam kuning Pemerian : zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak rapuh jika dingin, menjadi elastik jika hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-butir Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Khasiat : zat tambahan

2.5. Produksi

Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila perlu, dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. 2. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi nikel atau logam lain, ada juga dubuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas (Anief, 2004).

Prosedur : 1. Siapkan alat dan bahan 2. Timbang masing-masing zat 3. Gerus Bismuthi Subgallas dan tambahkan Balsamum peruvianum gerus homogen 4. Tambahkan acidum boricum gerus homogen 5. Tambahkan zinc oxydum, gerus homogen 6. Panaskan 2/3 oleum cacao dengan cera flava di atas waterbath hinggah mencair. 7. Oleum cacao dan cera flava yang telah di panaskan campurkan dengan bahan-bahan yang telah digerus sebelumnya, gerus homogen. 8. Tambahkan sisa oleum cacao. 9. Masukkan kedalam pencetak.

2.6.Kemasan Pengemasan suppositoria: 1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah, tidak mudah hancur, atau meleleh. 2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil dan masukkan kedalam strip plastik, lalu diberi etiket berwarna biru 3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

BABIII PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina, maupun uretra, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh, dan efek yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Suppositoria digunakan pada saat sebelum defekasi atau pada malam hari agar bahan obat dapat terabsorpsi sempurna oleh tubuh. Untuk sekali pakai, digunakan satu buah suppositoria. Tujuan pengobatan pada resep ini adalah untuk memudahkan defekasi, mengobati gatal dan iritasi akibat kuman bakteri serta mengobati inflamasi (peradangan) akibat kesulitan defekasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Departemen Kesehatan RI :jakarta Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta

LAMPIRAN

Cara penggunaan Supositoria : 1. Cuci tangan Anda sampai bersih dengan air sabun 2. Keluarkan supositoria dari kemasan dan basahi sedikit dengan air bersih 3. Bila supositoria terlalu lembek, maka dinginkan lebih dahulu dala leari es selama 30 menit, atau rendam dalam air dingin sebelum membuka kemasan. 4. Atur posisi tubuh anak berbaring menyamping dengan kaki bagian bawah diluruskan, sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah perut

5. Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau daerah anus.

6. Masukan supositoria, ditekan dan ditahan dengan jari telunjuk sampai betul betul masuk ke bagian otot sfinkter rektum (sekitar 0,5 1 inci dari lubang dubur). Jika tidak dimasukan sampai bagian otot sfinkter, supositoria akan terdorong keluar lagi dari lubang dubur

7. Tahan posisi tubuh anak agar tetap berbaring menyamping dengan kedua kaki menutup selama kurang lebih 5 menit untuk menghindari supositoria terdorong keluar.

Anda mungkin juga menyukai