Anda di halaman 1dari 73

PAPER KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN dan PASAR PURWOSARI

PENYUSUN : Maria Ulfiatun Rohmah / i0210031

Jurusan Arsitektur FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012

Daftar Isi Halaman Judul........................................................................................ 1 Daftar isi................................................................................................. 2 Bab I Pendahuluan Definisi dan Pengertian Judul....................................................... 5 Latar Belakang............................................................................ 5 Permasalahan dan Persoalan...................................................... 6 Permasalahan........................................................................ 6 Persoalan............................................................................... 6 Tujuan......................................................................................... 6 Metode pembahasan................................................................... 7 Sistematika Pembahasan............................................................ 8 Bab II Data Informasi Rumah Susun Pengertian Rumah Susun.............................................................. 11 Jenis Rumah Susun........................................................................ 12 Tujuan dan Fungsi Rumah Susun.................................................. 14 Persyaratan Rumah Susun............................................................ 15 Preseden....................................................................................... 16 Pasar Pengertian Pasar........................................................................... 23 Jenis-jenis Pasar............................................................................ 25 Ketentuan Pasar............................................................................ 26
2

Fungsi............................................................................................ 27 Preseden....................................................................................... 27 Ruang Transisi Pengertian Ruang Transisi............................................................. 30 Fungsi............................................................................................ 31 Aplikasi ......................................................................................... 31 Bab III Data Kota Potensi Surakarta Kondisi Fisik dan Administratif...................................................... 32 Luas Wilayah................................................................................. 32 Potensi Fisik.................................................................................. 33 Potensi Non Fisik........................................................................... 33 Perencanaan Umum Tata Ruang Surakarta.................................. 34 Bab IV Rumah Susun dan Pasar Tradisional yang Direncanakan Perencanaan Rumah Susun Esensi Rumah Susun..................................................................... 40 Aspek Korelatif.............................................................................. 40 Perencanaan Pasar Tradisional Esensi Pasar Tradisional................................................................ 40 Aspek Korelatif.............................................................................. 40 Perencanaan Ruang Transisi Aplikasi Ruang Transisi dalam bangunan...................................... 41 Kronologi Relevansi Ruang Transisi................................................41

Ruang Kuliner Sebagai Ruang Transisi.......................................... 41 Gambaran Mekanisme.............................................................. 41 Bab IV Analisa Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun dan Pasar Purwosari Abalisa Tapak Lokasi Perancangan...................................................................... 43 Site Perancangan.......................................................................... 35 Analisa Besaran Ruang Pengguna / User ........................................................................... 45 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Pengelompokkan Kegiatan ...................................................................................................... 38 Konsep Besaran Ruang................................................................. 40 Analisa Bentuk Bangunan Pengguna / User ........................................................................... 45 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Pengelompokkan Kegiatan ...................................................................................................... 46 Konsep Besaran Ruang................................................................. 48 Analisa Struktur Upper .......................................................................................... 51 Suer struktur................................................................................. 38 Sub Struktur.................................................................................. 40 Analisa Utilitas Bangunan Air Bersih ...................................................................................... 54 Air Kotor........................................................................................ 55 Penangkal Petir............................................................................. 57 Transportasi vertikal..................................................................... 57
4

Pemadam Kebakaran.................................................................... 60 Listrik............................................................................................ 61

BAB I Pendahuluan A.Definisi dan Pemahaman Judul Menurut UU RI No. 16/1985 rumah susun adalah bangunan bertingkat dalam suatu lingkungan, terstruktur, baik secara fungsional, horisotal ataupun vertikal, dengan satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah bagi tempat hunian, serta dilengkapi bagian milik bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orangdengan imbalan uang. (wikipedia) Jadi rumah susun dan pasar purwosari dapat diartikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau bukan hunian, secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan yang juga memiliki ruang tersendiri guna memfasilitasi kegiatan jual beli penduduk setempat yang bertempat di pasar purwosari. B.Latar Belakang Pada dasarnya rumah tinggal adalah tempat bagi manusia untuk berlindung dari pengaruh cuaca dan iklim sekaligus sebagai wadah membina keluarga dan melakukan segala rutinitas keseharian hidupnya baik dalam kaitan sebagai makhluk pribadi, maupun sosial dalam jangka waktu tertentu (wikipedia ensiklopedia bebas). Rumah tinggal merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia yang harus terpenuhi guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Semakin padatnya jumlah penduduk diperkotaan menyebabkan tingkat kebutuhan terhadap rumah tinggal semakin besar, akan tetapi jumlah lahan tidak bertambah yang menimbulkan permasalahan baru bagi suatu wilayah perkotaan. Pada akhirnya banyak penduduk dengan penghasilan menengah kebawah terpaksa memanfaatkan lahan-lahan kosong yang kurang layak huni (kolong jembatan, bantaran sungai) atau bahkan bukan lahan milik pribadi sebagai tempat untuk tinggal. Kepadatan penduduk di Suatu perkotaan juga mempengaruhi keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia d sana. Pertumbuhan penduduk di Surakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Surakarta adalah 503.421 jiwa yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2 dan pada tahun 2012 jumlah penduduk
6

Surakarta adalah 530.000 jiwa. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk jiwa/km2). Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indinesia. (Wikipedia - kota Surakarta). Jumlah penduduk Surakarta yang semakin meningkat juga berpengaruh terhadap taraf hidup penduduknya. Jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak terlalu banyak sedangkan jumlah penduduk di Surakarta semakin meningkat menyebabkan tingkat kemiskinan di Surakarta meningkat setiap tahun. Tercatat pada tahun 2009 jumlah warga miskin sebanyak 107.000 jiwa, pada tahun 2010 meningkat menjadi 125.000 jiwa dan pada tahun 2012 ini jumlah warga miskin mencapai 133.000 jiwa atau 25 % dari total penduduk Surakarta yang mencapai 530.000 jiwa. (TKPKD / Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah). Untuk susun mengurangi dimana kemungkinan bertambahnya banyak tanpa permasalahan yang Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992

kepadatan rumah tinggal di Surakarta maka diperlukan suatu rumah dapat menengah menampung kebawah penduduk berpenghasilan terpengaruh terhadap

jumlah lahan yang semakin sempit. Rumah susun yang akan dibangun di pasar purwosari. Rumah susun ini juga dapat meningkatkan tingkat transaksi yang terjadi di pasar tersebut, mengingat semakin sepinya transksi yang terdapat dipasarpasar tradisional karena tempat transaksi yang kurang layak dan kurang menarik maupun semakin banyaknya psar-pasar modern di Surakarta. Data dari Euromonitor pada tahun 2004 menyebutkan
7

bahwa hypermarket merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25%), koperasi (14,2%), minimarket (12,5%), independent grocers (8,5%) dan supermarket (3,5%). Sedangkan pasar tradisional terus tersisihkan. Selain itu pasar purwosari juga dapat dijadikan sebagai tempat usaha bagi penghuni rumah susun yang berminat menjadi pedagang. Dengan demikian pembangunan rumah susun tersebut tidak hanya sebatas sebagai tempat tinggal semata tetapi juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penghuninya yang terwadahi dalam satu gedung untuk mempermudah mobilitas para penggunanya dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para pedagang di pasar purwosari maupun bagi para penghuni rumah susun yang terfasilitasi dengan adanya pasar tersebut. C.PERMASALAHAN dan PERSOALAN Permasalahan Permasalahan yang muncul dalam merancang sebuah rumah susun dan revitalisasi pasar purwosari adalah bagaimana merancang suatu wadah yang dapat menampung semua aktivitas dan kebutuhan bagi semua pengguna rumah susun maupun pasar purwosari dimana baik bagi penghuni rumah susun maupun pengguna pasar purwosari dapat saling menguntungkan (penghuni rumah susun yang dapat menjadikan Pasar Purwosari sebagai tempat bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup dan para pedagang yang diuntungkan dengan meningkatnya tingkat transaksi di pasar purwosari). Permasalahan lain yang muncul yaitu bagaimana merancang dan menata rumah susun dan pasar purwosari dimana rumah susun dituntut harus menimbulkan rasa nyaman dan ketenangan bagi penghuninya sedangkan keadaan pasar purwosari cenderung ramai. Persoalan

Persoalan yang muncul dalam merancang sebuah rumah susun diantaranya adalah : a. Bagaimana menata site yang terdapat di pasar purwosari agar sesuai dengan kondisi dan keadaan rumah susun yang akan dibangun di atasnya b. Bagaimana menentukan pengelompokan kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, pola hubungan ruang dan organisasi purwosari c. Bagaimana mendesain bentuk dan tampilan bangunan rumah susun dan pasar purwosari dimana agar saling berkesinambungan d. Bagaimana mendesain dan menentukan struktur dan kontruksi yang paling tepat untuk bangunan rumah susun dan pasar purwosari dimana bangunan tersebut memiliki 12 lantai e. Bagaimana mendesain menentukan sistem utilitas yang paling tepat dan dibutuhkan untuk bangunan rumah susun dan pasar purwosari yang mencapai 12 lantai. ruang, serta persyaratan yang dibutuhkan untuk menampung kegiatan yang terdapat di rumah susun dan pasar

D.

TUJUAN dan SASARAN

Tujuan Menyusun/merumuskan konsep dasar perancangan dan

perencanaan rumah susun yang mempu mencerminkan setiap aktivitas yang ada di dalamnya yaitu sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat usaha yang berupa pasar tanpa mengganggu aktivitas antara rumah rumah susun dan pasar purwosari, menimbulkan hunian yang kondusif bagi penghuni rumah susun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bagi pengguna pasar purwosari dalam transaksi jual belinya.
9

Sasaran : Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan rumah susun yang meliputi a. Mikro 1. Konsep kegiatan a) Penentuan jenis kegiatan b) Proses kegiatan c) Penentuan zoning aktivitas 2. Konsep peruangan a) Konsep besaran ruang b) Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis) c) Konsep persyaratan ruang d) Konsep sirkulasi 3. Konsep Pemilihan bentuk dan wajah bangunan 4. Konsep struktur dan kontruksi bangunan 5. Konsep Utilitas bangunan b. Makro Konsep pemilihan dan pengolahan site 1. Penataan lokasi site 2. Analisa site E. Lingkup Pembahasan Pembahasan diorientasikan untuk menjawab permasalahan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur yang sesuai dengan tujuan dan sasaran rumah susun dan pasar purwosari. Sedangkan disiplin ilmu lainya

10

sebagai pendukung yang akan dibahas dalam logika, asumsi, dan sesuai dengan proporsi keterlibatanya. F. Metode Pembahasan 1. Tahap Perumusan Masalah Mengidentifikasikan masalah-masalah yang terdapat di rumah susun dan pasar purwosari sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan konsep dan pembentukan desain rumah susun dan pasar purwosari. 2. Mengumpulkan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi tentang rumah susun dan pasar purwosari sebagai bahan pertimbangandalam mendesain bangunan tersebut. Jenis data yang diperlukan diantaranya data fisik, potensi site, kondisi geografis, topografi, tata guna lahan, data non fisik dan sebagainya. Cara pengumpulan data tersebut menggunakan dua cara, yaitu : Studi Literatur Dengan mengambil beberapa referensi dan data-data penting untuk bahan pelengkap dalam pengamatan dan sebagai landasan teori yang memuat tentang pengertian rumah susun, jenis-jenis rumah susun, fungsi rumah susun, pengertian pasar secara umum, jenis-jenis pasar, keadaan pasar purwosari dan sebagainya. Survey Lapangan Dengan melakukan pengamatan langsung terhadap rumah susun yang ada di Surakarta (misalnya rusunawa begalon Kelurahan Panularan Laweyan, rusunawa kerkop Jebres, rusunawa Jurug, rusunawa semanggi) maupun rumah susun di luar surakarta yang layak dijadikan sebagai kajian empiris.
11

3. Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan a. Metode Analisis

Melalui analisa dan mengumpulkan data-data mengenai rumah susun dan pasar purwosari kemudian akan dilakukan pengolahan data-data tersebut berdasarkan pemrograman fungsional, performansi dan arsitektural.
Pemrograman

fungsional, diantaranya

bertujuan pelaku kegiatan,

untuk jenis

mengidentifikasi penggunaan bangunan rumah susun dan pasar purwosari, kegiatan, pola kegiatan, sifat kegiatan, perasyaratan ruang dan sebagainya. Pemograman pasar purwosari performasi, untuk menerjemahkan mendapatkan secara

sistematik kebutuhan calon pengguna rumah susun dan persyaratan persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan besaran ruang dan program ruang untuk mendapatkan rumah susun dan pasar purwosari yang paling optimal. Analisa arsitektural, merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi dan kedua analisis sebelumnya ini akan (fungsional performasi). Dalam proses

menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan site, utilitas dan struktur bangunan berdasarkan tututan kebutuhan pengguna sebagai penghuni rumah susun dan pengguna pasar purwosari. b. Metode Sintesa

Merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan.

12

4. Konsep Perencanaan dan Perancangan Dari tahap analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilkan beberapa konsep, yaitu konsep lokasi dan site, konsep tata massa, konsep peruangan, konsep tampilan bangunan, konsep utilitas dan struktur bangunan. G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan Mengemukakan tujuan dan penjelasan metode awal tentang objek serta bahasan, sistematika

melingkupi; definisi, latar belakang, permasalahan dan persoalan, sasaran, pembahasan, pembahasan yang mengantarkan pada konteks isi penulisan. BAB II Data Literatur Berisi penjelasan dari bangunan rumah susun secara umum, klasifikasi, tujuan dll. Serta penjelasan mengenai Pasar secara umum, jenis-jenis pasar, pasar purwosari dll. BAB III Data Kota Berisi penjelasan tentang Surakarta, potensi surakarta, dan lokasi yang direncanakan. BAB IV Rumah Susun dan Pasar Purwosari Berisi tentang rumah susun dan pasar purwosari yang akan direncanakan. BAB V Analisa Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun dan Pasar Purwosari Berisi analisa dan pendekatan berupa besaran, jenis dan dan pengelompokkan kegiatan, proses kegiatan, kebutuhan

program ruang, organisasi ruang, pemilihan lokasi site dll. BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun dan Pasar Purwosari
13

Merupakan hasil/produk dari pembahasan di BAB sebelumnya, yaitu konsep yang sudah sesuai dan matang. BAB VII Penutup Berisi kesimpulan, dan daftar pustaka (sumber-sumber pembahasan terkait).

14

BAB II Data Informasi A. Rumah Susun 1. Pengertian Rumah susun Berdasarkan peraturan menteri pekerja umum no : 60/PRT/1992 tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda dan tanah bersama. Berdasarkan http://id.wikipedia.org/wiki/rusun Rumah susun

merupakan kategori pemerintah Indonesia untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dll. Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Berdasarkan peraturan menteri pekerja umum no : 60/PRT/1992 tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun, Satuan Rumah Susun adalah satuan rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum. Berdasarkan kepmen perumahan rakyat no :

08/KPTS/BKP4N/1996 Satuan Rumah Susun Sederhana adalah satuan rumah susun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 45 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per M2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah kelas C yang berlaku.

15

Berdasarkan peraturan menteri pekerja umum no : 60/PRT/1992 tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun Rusun campuran adalah rusun yang sebagian berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian lainnya berfungsi sebagai tempat usaha atau kegiatan sosial. Rusun Sederhana Hunian Tipe Kecil adalah rusuna yang

mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana, guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling pokok, mempunyai luas Satuan Rusuna sekurang-kurangnya 18m - 36m, terdiri dari satu atau lebih ruang tidur dan ruang penunjang, sekurang-kurangnya kamar mandi, kakus dan dapur yang dapat berada di dalam atau di luar satuan rusuna, diperuntukan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah Kesimpulan : Berdasarkan pengertian rusun yang ada maka rusun yang direncanakan dalam proyek kali ini adalah adalah rusun yang mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana, guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling pokok dengan luasan rusun berkisar antara 18 m - 45 m. 2. Jenis Rumah susun Berdasarkan http://id.wikipedia.org/wiki/ hak kepemilikannya rusun dibedakan menjadi 2 jenis a. Rusunami / Rumah susun sederhana milik : pengguna

membeli rusun dari pengembang. b. Rusunawa / Rumah susun sederhana sewa : pengguna

menyewa dari pengembang. Selain itu rusun biasanya juga dibedakan menjadi : a. Rusun bersubsidi : pemerintah memberikan subsidi bagi

pembeli rusunami bila memenuhi syarat.


16

b. Rusun tidak bersubsidi : Rusun tidak mendapat subsidi dari pemerintah, biasanya dikembangkan oleh swasta. Syarat subsidi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 7/PERMEN/M/2007, kelompok penerima subsidi adalah : Keluarga / rumah tangga yang baru pertama kali

memiliki dan baru pertama kali menerima subsidi perumahan (dibuktikan oleh surat pengantar dari kelurahan). Gaji pokok pemohon atau pendapatan pokok perbulan

maksimun 4,5 juta. Memiliki NPWP.

Adapun pembahasan akan lebih difokuskan pada rusun yang diperuntukan bagi masyarakat menengah kebawah. 3. Tujuan dan Fungsi Rumah Susun Rumah susun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota. Hal itu adalah pemborosan. Pemborosan terjadi pada waktu, biaya, lingkungan (karena pencemaran) dan sosial (karena tersitanya waktu bersosialisasi). Karena itulah pemerintah mencanangkan membangun 1000 tower rusun di 10 kota besar di Indonesia sampai 2010. Berdasarkan hal itu maka tujuan dari rusun dapat dijabarkan sebagai berikut : Menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat yang kurang mampu. Mengurangi daerah-daerah kumuh yang ada di Jakarta.

17

Mengurangi kesenjangan sosial yang ada dimasyarakat. Mengurangi permasalahan keterbatasan lahan untuk tempat tinggal. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mengurangi kesenjangan sosial yang ada. Mengurangi kemacetan dan polusi udara.

Adapun fungsi dari rusun : Sebagai sarana tempat tinggal bagi masyarakat, khususnya yang kurang mampu. Sebagai sarana menjalin pertemanan dengan tetangga sekitar. Sebagai sarana untuk mewadahi kegiatan-kegiatan dari pengguna rusun dan lingkungan sekitar. 4. Persyaratan Rumah Susun Unsur-unsur persyaratan kelengkapan rusun berdasarkan UU no 16 tahun 1985, tentang rumah susun adalah sebagai berikut : Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan; Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan; Jaringan gas yang memenuhi persyaratan; Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan; Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan; Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan ; Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainya;
18

Alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan; Pintu dan tanggga darurat kebakaran; Tempat jemuran; Alat pemadam kebakaran; Penangkal petir; Alat / sistem alarm; Pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu;
Generator listrik yang disediakan untuk rumah susun

yang menggunakan lift. 5. Preseden a. Rumah Susun Begalon Rumah susun Begalon terletak di kelurahan Tipes Surakarta. Rumah Susun Sewa ini dibangun untuk menampung warga masyarakat yang tinggal di kuburan Begalon yang sudah tidak terpakai. Rumah susun ini terdiri dari 5 lantai dimana lantai satu dipergunakan untuk ruang bersama dan lapangan parkir sedangkan 4 lantai berikutnya dipergunakan untuk rumah susun dengan tipe 25. Rencananya rumah susun ini akan dihuni oleh 96 KK. Rumah susun ini diresmikan pada tanggal 5 Desember 2007. Rumah susun Begalon ini menggunakan sistem struktur beton block, dengan dinding menggunakan precast. Sistem utilitas yang terdapat dalam rumah susun bgalon sudah cukup lengkap, diantaranya terdapat air bersih, air kotor, listrik, sampah, sistem keamanan kebakaran, saluran air hujan, dan penangkal petir. Akan tetapi penyediaan tempat terbuka

19

untuk penghuni masih kurang, karena sebagian besar sudah terbangun.

Saluran drainase

ruang pompa

Shaff sampah

upper tank

Beberapa fenomena yang dapat ditemui di dalam rumah susun begalon : a. b. c. d. Warga senang berkumpul di lantai dasar Pakaian di jemur di balkon Warga berjualan di unit huniannya masing-masing Kurangnya kesadaran warga untuk merawat fasilitas

umum Fenomena-fenomena di atas dapat diuraikan sebagai berikut a. Warga senang berkumpul di lantai dasar

20

Pada saat pembuatan rumah susun ini, ruang berkumpul untuk warga di rencanakan di ruang transisi antar lantai. Tetapi pada pelaksanaannya warga lebih suka berkumpul di lantai dasar. Hal ini disebabkan karena lantai dasar sering dilalui oleh semua penghuni rumah susun. Ssedangkan ruang transisi hanya dilalui oleh beberapa orang saja. Selain itu di ruang transisi tidak terdapat fasilitas

pendukung yang memadai, seperti tempat untuk duduk dan sarana rekreatif.

Ruang transisi sepi karena kurangnya fasilitas b. Pakaian di jemur di balkon Balkon unit hunian terletak saling berhadapan dan

terdapat pada sisi bagian dalam rumah susun. Balkon ini lebih sering dipergunakan untuk menjemur pakaian, hal ini disebabkan karena tidak tersedianya tempat untuk menjemur di setiap unit hunian.

21

Pakaian dijemur di balkon c. Warga berjualan di unit huniannya masing-masing Pada rumah susun ini ketua RT memberi kebijakan bahwa penghuni yang berminat dan ingin berdagang / berjualan dapat dilakukan di hunian masing-masing. Kebijakan tersebut dilandasi oleh kekhawatiran ketua RT jika terdapat warga yang berjualan di ruang transisi setiap lantai sehingga membuat rumah susun tersebut terlihat kumuh.

Warga berdagang di depan unitnya d. Kurangnya kesadaran warga untuk merawat fasilitas umum Kurangnya kesadaran warga untuk merawat fasilitas

umum disebabkan karena warga sering berfikir bahwa ketika melihat sampah yang berserakan dan merasa bukan mereka yang membuang sampah secara sembarangan
22

maka

mereka

tidak

berkewajiban

untuk

membuang

sampah tersebut. Padahal sebenarnya kebersihan harus dijaga secara bersama-sama. b. Rumah susun sewa Dupak Rumah susun sewa Dupak terletak di Surabaya Utara, berjarak 2 km dari jalan raya Demak. Rumah susun ini dibangun dengan harapan agar dapat menggantikan perumahan kumuh yang terdapat di sekitar rumah susun tersebut. Tipe hunian yang terdapat di rumah susun sewa Dupak antara lain tipe 18 dengan ukuran 3m x 6m yang terdiri atas 5 blok, tipe 27, 25 unit hunian terdiri dari 3 lantai. Rumah susun Dupak menggunakan struktur beton bertulang dengan jarak kolom 3 m dan 6 m. Menggunakan dinding batako dengan sebagian pasangan bata diplester. Plafon rumah susun menggunakan plat dak beton yang diekspos dengan tinggi 2,6 m. Sedangkan lantai menggunakan dak beton yang diplester. Kamar mandi dan dapur terdapat di luar hunian, yang dipergunakan secara bersama-sama. Sedangkan ruang bersama memanfaatkan jarak koridor yang cukup besar dengan lebar 3 m dan 4 m. Kamar mandi dan dapur yang dipergunakan secara bersama-sama serta ruang transisi yang memanfaatkan koridor memberikan efisiensi penggunaan luas lantai yang cukup tinggi dan sisitem perpipaan yang tersentralisir dan memudahkan pemeliharaan.

23

Pada bagian lantai dasar dan koridor sering dipergunakan sebagai tempat jualan atau warung memberikan kesan padat dan tidak rapih.

Denah dan massa bangunan rusunawa Dupak

24

Desain rusunawa Dupak menggunakan desain Arsitektur Tropis yang baik untuk menahan panas dan tampias panas matagari. Dengan balkon yang cukup besar yang dapat dapat dipergunakan untuk bertanam bunga dsb. c. Rumah Susun Sewa Sombo Rumah Susun Sewa Sombo terletak di wilayah Surabaya Utara, kecamatan Simokerto yang dibangun untuk menggantikan perumahan kumuh dilingkungannya. Tipe hunian yang terdapat di rumah Susun Sewa Sombo adalah tipe 18 ukuran 3 m x 6 myang terdiri dari 10 blokdengan jumlah berkisar40-60 unityang terdiri dari 4 lantai. Bentuk bangunan dan jumlah unit tidak sama pada tiap blok, tetpi mempunyati pola yang sama. Struktur yang digunakan pada rumah Susun Sewa Sombo adalah struktur dengan beton bertulang. Dinding terbuat dari batako tanpa diplester, plafon menggunakan plat dak lantai yang diekspos, sedangkan lantai menggunakan keramik abuabu dengan ukuran 20 cm x 20 cm. Pada lantai dasar, terdapat dua blok yang dipergunakan untuk pasar. Koridor yang terdapat pada rumah Susun Sewa Sombo
25

sangat lebar, dengan lebar 3m 9m. Karena pemanfaatan koridor tersebut sebagai ruang bersama dan penggunaan kamar mandi dan dapur secara bersama-sama menyebabkan ruang lantai efektif menjadi kecil (66%). Sebelum dibangun menjadi rumah Susun Sewa Sombo, lingkungan Sombo mempunyai tingkat kepadatan yang sangat tinggi dan sangat kumuh.Bangunan lama yang bersifat permanen kurang dari 29 %, dan banyak warga yang menghuni untuk satu keluargadengan rumah luasnya kurang dari 10 m2 sebanyak 20 % dan luas antara 10 m2-20 m2 sebanyak 37 % dengan seluas itu dihuni oleh 4-6 orang (Silas, 1996). Penggunaan dapur dan kamar mandi yang dipergunakan secara bersama-sama memberikan nilai tambah pada luasan unit huni yang ada, tetapi memunculkan masalah sosial dimana penghuninya enggan menggunakannyaterutama dapur umum. Setiap lantai terdapat satu buah unit yang dipergunakan sebagai tempat ibadah bersama. Mata pencaharian warganya terutama bekerja di sektor informal, sebagai buruh tidak tetap atau sebagai pedagang kaki lima dengan penghasilan berkisar antara Rp 200.000,00 per bulan. Pada komplek site rumah Susun Sewa Sombo terdapat sekolah taman kanak-kanak, masjid, madrasah, lapagan bermain anak, dan tempat olah raga. Pada lantai dasar terdapat dua blok yang dipergunakan sebagai pasar yang dapat menunjang kebutuhan warganya sehari-hari.

26

Menggunakan desain tropis

Desain salah satu blok di rusunawa Sombo B. Pasar 1. Pengertian Pasar Berdasarkan sempit http://id.wikipedia.org/wiki/pasar, Pasar dalam arti tempat dimana permintaan dan penawaran

adalah

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Pasar dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa. Pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja dan bursa efek merupakan contoh-contoh pasar. a. Pasar Tradisional
27

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahanbahan makanan berupa ikan, buah, sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual Indonesia, dan umumnya kue-kue dan barang-barang terletak dekat kawasan lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. b. Pasar Modern Pasar Modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket. Kesimpulan : Pasar yang direncanakan dalam proyek kali ini lebih

mengarahkepada pasar tradisional dalam artian menggunakan


28

sistem transaksi secara langsung antara penjual dan pembeli, namun dengan fasilitas yang lebih lengkap dan tatanan ruang yang telah terorganisir dengan baik.

2. Jenis-jenis Pasar Berikut adalah jenis-jenis pasar : Berdasarkan jenisnya pasar dapat dibedakan menjadi : a. Pasar konsumsi : menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah pasar mergan di Malang, pasar kramat jati, dll. b. Pasar faktor produksi : menjual barang-barang untuk keperluan produksi. Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik, dll. Berdasarkan jenis barang yang dijual pasar dibedakan menjadi pasar ikan, pasar buah, dll. Pasar menurut hari dinamakan sesuai hari pasar itu dibuka, misalnya Pasar Rebo dibuka khusus hari Rabu, Pasar Minggu dibuka khusus hari Minggu, Pasar Senen dibuka khusus hari Senin, dll. Pasar daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah. Pasar lokal membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota. Pasar nasional membeli dan menjual produk dalam satu daerah negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga

29

dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penawaran dari dalam negeri. Pasar internasional membeli dan menjual produk dari

beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya diseluruh dunia. Berdasarkan wujudnya pasar dibedakan menjadi : 1). Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah dibedakan. 2). Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus. 3. Ketentuan Pasar Berdasarkan Newnes Butterworths, Planning building for habitation, commerce and industry. Tahun 1999, bab 5 hal 17 31 pembagian luasan pasar adalah 45 % untuk barangbarang yang tidak tahan lama, dijual langsung dari pendingin/ kulkas atau dalam rak pendingin dan 55 % untuk barang tahan lama (barang-barang kering) dengan minimal koridor sebesar 2,2 m. Kelengkapan ruang pasar adalah sebagai berikut : a. Area untuk produk kering
30

b. Area pengolahan dan area dingin untuk : Daging segar Daging matang Daging matang Ikan Susu dan perbekalan Buah dan sayuran

c. Gudang d. Ruang perawatan produk e. Ruang pembuangan, terbagi menjadi : Basah dan semi basah (untuk sayuran, ikan dan daging). Kering; tidak hancur (seperti peti kayu, kontener, logam, kaca dan plastik). 4. Fungsi Pasar Fungsi dari pasar dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Tempat pemenuhan kebutuhan sehari-hari. b. Tempat berlangsungnya transaksi antara penjual dan pembeli. c. Tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran.

5. Preseden
a. Pasar BSD (Bumi Serpong Damai)

Pasar BSD didirikan 1 Juli 2006 oleh pihak perumahan BSD di atas tanah seluas 3 hektar yang dibuat dengan konsep seperti mall yang bersih dan rapih. Dipasar yang dikelilingi ruko-ruko ini terdapat 320 kios dengan ukuran 3x5 meter dan 300 lapak ukuran 2x2 meter. Mereka adalah pedagang pakaian, gordin, suvenir, VCD, hingga makanan matang. Di lapak lain terdapat pedagang daging ayam, sayur, buah. Pasar dibuka mulai jam 05.00-14.00.
31

Kenyamanan untuk pembeli memang sudah menjadi komitmen pasar. Hal ini dibuktikan dengan tidak diijinkannya pedagang asongan, pengamen dan pemintaminta untuk datang ke pasar tersebu. Selain ittu para pedagang dilarang untuk meletakkan barang dagangannya di jalan atau dilorong. Pedagang juga tidak boleh membiarkan sampah berceceran. Sampah harus dibuang di tempat yang disediakan sebelum sampah di ambil oleh petugas kebersihan.

Konsep pasar modern terdiri dari dari 3 jenis tempat usaha yang terintegrasi, yakni ruko, kios dan lapak. Letak lapak berada di tengah-tengah bangunan dan hanya untuk disewakan. Lapak dibagi menjadi dua jenis, lapak kering dan lapak basah. Lapak kering digunakan sebagai tempat berjualan sayur, bumbu dapur dan kebutuhan lain. Lapak basah khusus menjual berbagai jenis ikan dan daging. Di sekeliling lapak terdapat kios dengan berbagai ukuran. Untuk kios dikhususkan menjual kebutuhan penunjang lainnya seperti sembako, peralatan rumah tangga, kosmetik dan obat. Lapak dan kios ini dibungkus ruko dua lantai di bagian luarnya, dengan gaya arsitektur modern yang menarik. Keunggulan dari pasar modern ini adalah memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur,ventilasi dan sanitasi yang baik,
32

kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM center, toilet, tempat cuci dan pemotongan.
d. Pasar Gede

Pasar Gede terletak di seberang Balaikota Surakarta pada jalan yang Jendral Sudirman Balong dan dan Jalan Pasar Gede di perkampungan warga keturunan Tionghoa atau Pecinan bernama terletak di Kelurahan Sudiroprajan. Para pedagang yang berjualan di Pasar Gede banyak yang keturunan Tionghoa pula. Budayawan Jawa ternama oleh Raden dari Surakarta Go Raja Tik Swan yang Surakarta, karena seorang Ingkang kakeknya keturunan Tionghoa, ketika diangkat menjadi bangsawan mendiang Kasunanan Hardjonagoro Sinuhun Pakubuwana XII mendapat gelar K.R.T. (Kangjeng Tumenggung) adalah kepala Pasar Gedh Hardjonagoro.

Pada

zaman

kolonial

Belanda,

Pasar

Gede

mulanya

merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor seorang gubernur yang sekarang berubah Thomas fungsi Karsten.
33

menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Belanda bernama Ir.

Arsitektur Pasar Gedhe merupakan perpaduan antara gaya Belanda dan gaya tradisional. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada

tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedh Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedh atau pasar besar karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedh dalam bahasa Jawa. Selain pernah terkena serangan Belanda pada tahun 1947, Pasar Gede tidak luput pula terkena serangan amuk massa yang tidak bertanggung jawab. Meski luput serangan pada Peristiwa Mei 1998, pada bulan Oktober 1999 dengan tidak dipilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia meski mendapat suara terbanyak, Pasar Gede dibakar oleh amuk massa.

Namun kemudian

usaha pada

renovasi penghujung

dengan

mempertahankan pasar yang

arsitektur asli bisa berjalan dengan cepat dan dua tahun tahun 2001, diperbaiki bisa digunakan kembali. Bahkan pasar yang
34

baru tergolong canggih karena ikut pula memperhatikan keperluan para penyandang cacat dengan dibangunnya prasarana khusus bagi pengguna kursi roda.

Pasar Gede termasuk cagar budaya kota solo berdasarkan SK Walikota No. 646 tahun 1997 tentang perlindungan cagar budaya di kota Solo. Dengan potensi lahan seluas 8560 meter persegi yang terdiri dari 127 ruko, 133 kios, 633 los pasar dan sekitar 250 lapak pedagang, potensi pasar tersebut cukup dikenal oleh luar solo. Bahkan turis domestik dan asing pun dalam kesepamtan berkunjung ke Solo biasa mampir berbelanja ke pasar gede. C. Rusang Transisi 1. Pengertian Ruang Transisi Ruang Transisi atau ruang antara adalah ruang yang menghubungkan dua dua orang atau lebih dan beraku sebagai penghubung fisik 2. Fungsi Ruang Transisi
a.

Ruang transisi dalam suatu bangunan dapat berfungsi berikut :

sebagai

Mengatur lalu lintas dalam bangunan Dalam suatu bangunan terdapat ruang-ruang fungsional untuk kegiatan selain itu dalam suatu bangunan juga diperlukan alur lalu lintas untuk bergerak dan keluar masuk dari satu ruang ke
35

ruang. Keberadaan ruang antara akan memperjelas lalulintas di antara ruang-ruang disekitarnya.
b.

Melindungi privasi

Dalam kasus ini ruang transisi dapat dijadikan sebagai ruang antara rumah susun dan pasar tradisional sehingga ruang transisi ini dapat difungsikan untuk melindungi privasi dari penghuni rumah susun. c. Fungsi peredam

Dalam kasus ini ruang transisi dapat dijadikan sebagai ruang antara rumah susun dan pasar tradisional sehingga ruang transisi ini dapat difungsikan untuk meredam kebisingan yang berasal dari pasar tradisional. d. Ruang peralihan

Ruang transisi dapat dijadikan sebagai ruang peralihan antara rumah susun dan pasar tradisional. 3. Aplikasi Ruang transisi dalam suatu bangunan Ruang transisi menghubungkan dua ruangan yang berbeda sehingga perbedaan kedua ruangan pada tersebut tidak menyebabkan ketidaknyamanan pengguna ruangan.

Ruang transisi didesain tidak hanya karena aspek fungsional seperti untuk kesehatan, keamanan dan kenyamanan, tetapi juga untuk menghadirkan unsur estetik. Ruang transisi dalam suatu bangunan dapat berupa lorong, selasar, hall, foyer, ruang kuliner, ruang bersama dsb.

BAB III
36

Data Kota A. Potensi Surakarta 1. Kondisi Fisik dan administratif

kabupaten boyolali dan karang anyar

kabupaten sukoharjo dan karang anyar kabupaten 2. Luas Wilayah

Gambar Peta Surakarta Sumber: www.surakarta.go.id

kabupaten sukoharjo dan karang anyar

Kota daerah tingkat II Surakarta mempunyai luas wilayah lebih kurang 44.040 km2 (4040 Ha) yang terbagi dalam lima (5) kabupaten kecamatan 51 kelurahan. Diamati dari letak Kota Surakarta yang sukoharjo berada di jalur utama transportasi bus antarkota maupun kereta api (dari timur Surabaya dan barat Yogyakarta), potensi perdagangan,

37

serta potensi pariwisata, seni dan budaya, menjadikan Kota Surakarta berpotensi berkembang menjadi kota besar, seiring perkembangan kota dibutuhkan prasarana yang memadai bagi warganya khususnya tempat tinggal yang strategis. 3. Potensi Fisik a. Letak Geografis Kota Surakarta berada di dataran rendah, diantara kaki gunung Merapi dan gunung Lawu. Dengan 2 buah sungai, kali pepe dan kali jenes yang membelah kota, sedangkan sungai bengawan solo mengalir di sebelah timurnya. Dengan luas wilayah 44.040 km2 dan terbagi dalam 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Dilihat dari letak geografis, kota surakarta terletak pada posisi 1100.45.151100.45.35BT dan 70.56LS. sedangkan ketinggian daerah lebih kurang 92m dpl. b. Kondisi Klimatologis Kondisi klimatologis berkaitan erat dengan letak geografis suatu daerah. Faktor klimatologis ini juga berpengaruh langsung terhadap perwujudan fisik suatu bangunan. Kondisi klimatologis meliputi : Matahari Karena terletak di daerah tropis suhu udara rata-rata relatif tinggi, pada siang hari berkisar antara 210-230C. Sedangkan kelembaban udara rata-rata yaitu 74,83% dan tekanan udara rata-ratanya yaitu 1008,74mbs; Curah hujan Terletak dominan, didaerah dan tropis, terdapat 2 musim yang

kemarau

penghujan.

Musim

penghujan
38

berlangsung berlangsung

antara antara

oktober-april, april-oktober.

dan Curah

musim hujan

kemarau rata-rata

pertahun mencapai 2800mm; Angin Angin berubah-ubah secara periodik setiap musim. c. Kondisi Geologis Kondisi geologis menyangkut keadaan tanah pada

umumnya, meliputi kontur dan komposisi tanahnya. Kontur tanah kota surakarta cukup bervarisi, dengan kemiringan antara 5%-45% (30-250). Komposisi tanahnya sebagian besar terdiri dari tanah liat dengan pasir (regosol kelabu) dan di beberapa tempat terdapat tanah pedas serta endapan lumpur karena dahulu mungkin daerah rawa. d. Pemerintah Daerah Surakarta merupakan suatu bentuk kota pemerintahan kotamadya yang secara administratif membawahi 5 kecamatan, yaitu: Jebres 12.582 km2, Laweyan 8.638km2, Pasar Kliwon, Banjarsari 14.811km2, dan Serengan 3.194 km2, serta 51 kelurahan. 4. Potensi Non fisik a. Potensi Demografi Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000-2006 juga

berdasarkan hasil survei penduduk Antar Sensus ( SUPAS ) tahun 2006 serta hasil pendaftaran pemilih dan pendataan Penduduk Berkelanjutan ( P4B ) pada tahun 2006, maka terlihat bahwa pertumbuhan penduduk kota surakarta cnederung mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena semakin padatnya kota surakarta yang semakin diminati sebagai lahan untuk tinggal maupun usaha.
39

Hasil P4B kota Surakarta pada tahun 2009 menunjukan bahwa penduduk kota Surakarta tercatat sebesar 563.525 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 95,27 artinya bahwa pada setiap 100 penduduk Sementara perempuan dengan terdapat 95 penduduk sebelumnya laki-laki. tercatat penduduk tahun

mengalami pertumbuhan sebesar 0,48 %. Berdasarkan hasil P4B tersebut, maka tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 13.867 jiwa per km2. Angka ini menunjukan bahwa Kota Surakarta semakin berkembang menjadi kota besar sehingga lahan untuk tempat tinggal semakin menyempit. Tabel Pertumbuhan Penduduk di Surakarta Jumlah Penduduk 469.532 503.827 516.594 490.214 563.525 Pertumbuhan Jiwa dari Kurun Waktu Sebelumnya 34.295 12.767 -26.380 7.020 Pertumbuha n Penduduk 0.73 0.51 -1.02 0.48

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Kota Surakarta dalam angka 2009, 2009

Berdasarkan piramida penduduk yang disusn dari hasil Survei Sosial ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009 terlihat bahwa penduduk terbesar terjadi pada kelompok usia produktif kerja, 20-24 tahun yang kemudian disusul kelompok usia 25-29 tahun dan kelompok usia 15-19 tahun. Menurunnya jumlah penduduk pada kelompok usia 25-29 disebabkan terjadi migrasi keluar yang cukup signifikan. Kemungkinan yang terjadi adalah mereka yang membutuhkan pekerjaan
40

mulai mencari kerja diluar kota, karena kesempatan kerja di Kota Surakarta cukup terbatas. Dan pada kelompok usia 25-29 tahun rasio jenis kelamin tercatat sebesar 104 artinya bahwa penduduk laki laki justru lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk perempuan. b. Perekonomian Untuk melihat bagaimana keadaan struktur perekonomian di daerah kota surakarta dapat dilihat melalui sumbangan masingmasing kelompok kegiatan usaha tersebut terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto. Sektor perekonomian kota surakarta yang poaling dominan dan relatif stabil atau mengalami peningkatan tiap tahunnya adala sektor industri dan perdagangan. Kenaikan tersebut berakibat pula pada kenaikan sektor perbankan. Maka dapat disimpulkan bahwa kota surakarta merupakan daerah sentral kegiatan industri dan perdagangan, sehingga tingkat perkembangan ekonominya akan sangat ditentukan oleh kedua sektor tersebut. c. Potensi Budaya Surakarta merupakan bekas pusat kerajaan ibukota

Kasunanan surakarta hadiningrat sebagai salah satu kerajaan jawa yang mempunyai pengaruh kuat terutama di pulau jawa. Sebagai pusat budaya jawa, Surakarta tetap merupakan pusat orientasi kehidupan masyarakat jawa sehingga sering menjadi patokan terutama pada hal-hal yang erat kaitannya dengan budaya dan falsafah hidup jawa. Dengan adanya 2 keraton, yaitu keraton mangkunegaran dan kraton kasunanan surakarta hadiningrat, maka surakarta memiliki budaya jawa dalam 2 adat kasunanan dan mangkunegaran. Sistem tatanan nilai budaya jawa di Surakarta dapat jelas pada:

41

Sistim religi dan upacara adat; Taat krama, sopan santun dalam pergaulan; Mata pencaharian tradisional seperti batik, kerajinan ukir; Kesenian tradisional seperti keroncong, wayang dan lain sebagainya.

d. Potensi Pariwisata Pengembangan kota Surakarta sebagai kota wisata

terutama mengandalkan pada potensi budaya yang dimilikinya dengan demikian, maka jenis wisata yang menjadi keunggulan adalah jenis wisata budaya seperti: Keraton Kasunanan Surakarta; Keraton Mangkunegaran; Museum Radya Pustaka; Taman Sriwedari; Taman Satwa Jurug; Pasar Batik Klewer; Parsar Antik Triwindu; Museum lukis Dullah; ISI Surakarta; Taman Budaya Surakarta; Pusat jajanan Sarwo Asri/Pujasari; Sungai Bengawan Solo; Kampung Laweyan dan Kauman.
42

5. Perencanaan Umum Tata Ruang Surakarta a. Pengembangan Wilayah Berdasar SK Walikota Dati II Srakarta No.050/ 228/ 1/ 1989 tanggal 25 Mei 1989, bahwa wilayah kotamadya Surakarta dibagi dalam 4 wilayah pengembangan yaitu meliputi : a. Wilayah pengembangan utara; b. Wilayah pengembangan barat; c. Wilayah pengembangan timur; d. Wilayah pengembangan selatan. Yang kemudian dirinci dalam 10 sub wilayah pengembangan (SWP), sebagai unit perencanaan dalam penyusunan RUTRK

Surakarta 1993-2013.

Di dalam perumusan RUTRK kota Dati II Surakarta tahun 1993-2013, akan diatur tata urutan fungsi-fungsi kegiatan dalam wilayah administrasi kota Surakarta. Jenjang kegiatan tersebut disusun sesuai dengan penetapan dan fungsi kota, yang telah
43
Gambar Peta Satuan Wilayah Pembangunan Daerah Surakarta Sumber: RUTRK Surakarta

dirinci dalam skala pelayanan internasional, nasional, regional, kota, bagian wilayah kota dan lingkungan. Konsep rencana struktur pelayanan kegiatan kota ini disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut: 1. Potensi lokasi untuk menampung kegiatan-kegiatan

berdasar jenis kegiatan dan skalanya; 2. 3. Keterkaitan antar jenjang kegiatan; Sifat fleksibilitas kegiatan perkotaan. Fungsi-fungsi kegiatan tersebut dikelompokan sesuai dengan kegiatan dalam Rencana Pemanfaatan Ruang Kota. Berdasarkan faktor-faktor seperti jaringan dan fungsi jalan, ketersediaan lahan, jarak dari pusat kota, dan kegiatan-kegiatan yang ada, maka kawasan-kawasan berpotensi untuk kegiatan yang berskala lingkungan bagian kota, kota, internasional. (sumber: Rencana Umum Tata Surakarta tahun 1993-2013 bab III). a. Perkembangan secara vertikal (RUTRK SKA) Yaitu bangunan yang semula 1 lantai atau lebih dijadikan bangunan yang lebih banyak jumlah lantainya seperti: berubahnya fungsi bangunan, seperti Beteng Plasa, berbagai bangunan bank di jalan Slamet Riyadi, jalan Urip Sumoharjo, termasuk rumah menjadi perkantoran, bangunan komersial dan hotel. Maka kawasan potensial untuk bangunan bertingkat regional, dan Ruang Kota

banyak di kotamadya Surakarta sebagai berikut: 1. Kawasan sangat potensial Kawasan sepanjang jalan Slamet Riyadi, Urip sumoharjo, Jendral Sudirman, Yos Sudarso, Gatot Subroto dan Dr. Rajiman

44

2. Kawasan potensial Kawasan sepanjang jalan Ahmad Yani, Kapten Mulyadi, Gajah Mada, Sutan Syahrir, S. Parman, Brigjen Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kolonel Sutarto. 3. Kawasan cukup potensial Kawasan sepanjang jalan RM. Said, Ahmad Dahlan, Juanda, Teuku Umar, Ronggo Warsito, Kartini, Monginsidi, Dr. Rajiman laweyan, Adi Sucipto, Dr. Muwardi, dan Brigjen Katamso. 4. Kawasan kurang poetnsial Kawasan sepanjang Kyai Mojo, Cokroamionoto, Surya,

Yosodipuro, Bhayangkara, Perintis kemerdekaan, Dr. Wahidin, Hasanuddin, Mt. Haryono, Ir. Sutami dan Kolonel Sugiyono. 5. Penataan Ketinggian Bangunan Materi atau kriteria perancangan yang diatur dalam penataan ketinggian bangunan adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum pada jalan-jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta yaitu : 1) Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan tidak bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan dengan Angka Luas lantai = 2x Angka Lantai Dasar. 2) Ketinggian bangunan rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan minimum 12m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 4x Angka Lantai Dasar. 3) Ketinggian bangunan sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36m dan minimum 24m dari

45

lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 8x Angka Lantai Dasar. 4) Ketinggian bangunan tinggi, yaitu blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai dengan tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan dengan Angka Luas lantai = 9x Angka Lantai Dasar, maksimum 20 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai = 20x Angka Lantai Dasar

46

BAB IV Rumah Susun dan Pasar Tradisional yang Direncanakan A. Perencanaan Rumah Susun 1. Esensi Rumah Susun Rumah susun yang direncanakan dalam proyek kali ini adalah adalah rusun yang mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana, guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling pokok dengan luasan rusun berkisar antara 18 m - 45 m. Jenis rumah susun merupakan rumah susun sewa dengan penghuni merupakan orang-orang dari golongan menengah kebawah. 2. Aspek Korelatif Rumah susun terdiri dari sembilan lantai dengan tipe rumah dua tujuh dan tiga enam yang terletak di atas pasar tradisional. Menyediakan fasilitas untuk mewadahi setiap aktivitas di rumah susun seperti ruang-ruang publik sebagai wadah bagi penghuni rumah susun yang mempunyai kencenderungan lebih suka bersosialisasi terjaga. B. Perencanaan Pasar Tradisional 1. Esensi Pasar Pasar yang direncanakan dalam proyek kali ini lebih mengarah kepada pasar tradisional dalam artian menggunakan sistem transaksi secara langsung antara penjual dan pembeli, namun dengan fasilitas yang lebih lengkap dan tatanan ruang yang telah terorganisir dengan baik. 2. Aspek Korelatif Pasar tradisional terdapat di daerah Purwosari, yang merupakan pengembangan Pasar Purwosari. Terdiri dari tiga lantai. Kelengkapan ruang pasar adalah sebagai berikut: a. Area untuk produk kering
47

antar

penghuni.

Memposisikan

rumah

susun

terhadap pasar tradisional agar keprivasian rumah susun tetap

b. c. d.

Area pengolahan dan area dingin untuk : Daging segar Daging matang Daging matang Ikan Buah dan sayuran Gudang Ruang pembuangan, terbagi menjadi : Basah dan semi basah (untuk sayuran, ikan dan Kering; tidak hancur (seperti peti kayu, kontener, daging). logam, kaca dan plastik).

3. Ruang Transisi a. Aplikasi Ruang transisi dalam suatu bangunan Ruang transisi menghubungkan dua ruangan yang

berbeda sehingga perbedaan kedua ruangan tersebut tidak menyebabkan ketidaknyamanan pada pengguna ruangan. Ruang transisi didesain tidak hanya karena aspek fungsional seperti untuk kesehatan, keamanan dan kenyamanan, tetapi juga untuk menghadirkan unsur estetik.Ruang transisi dalam suatu bangunan dapat berupa lorong, selasar, hall, foyer, ruang kuliner, ruang bersama dsb. b. Kronologi Relevansi Ruang transisi dalam bangunan Relevansi terdapat pada saling membutuhkannya antara para pedagang pasar tradisional dan penghuni rumah susun. Dimana penghuni rumah susun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan bagi pasar, dapat meningkatkan nilai transaksi yang terdapat di sana. Penghuni rumah susun juga dapat bekerja atau bermatapencaharian sebagai pedagang di pasar tersebut sehingga dapat meminimalisir mobilitas.
48

Keadaan pasar tradisional yang ramai oleh hiruk pikuk aktivitas jual beli yang terdapat di pasar tersebut menyebabkan terganggunya privasi yang ada dalam rumah susun. Keadaan pasar yang crowding juga menyebabkan lalulintas bagi pengguna bangunan tersebut dimana penggunanya bukan hanya pengguna pasar tetapi pengguna rumah susun kurang jelas. Oleh karena itu didalam suatu bangunan dimana didalamnya terdapat dua fungsi yang berbeda dibutuhkan ruang transisi. c. Ruang Kuliner sebagai ruang transisi dalam rumah susun dan pasar tradisional Dalam kasus ini yang dimaksud ruang kuliner adalah pertokoan kecil atau warung-warung yang menjual makanan saji dalam pasar tradisional. Aspek korelatif kios kuliner sebagai energi ruang dari transisi pada dengan Rumah ruang Susun kuliner dan Pasar Tradisional bahwa setiap manusia membutuhkan pasokan makanan, diharapkan penghuni rumah susun maupun para pedagang di pasar tersebut dapat mencukupi kebutuhan energi disana. Ruang kuliner tersebut berfungsi untuk memperjelas sirkulasi antara pasar dan rumah susun, melindungi privasi dari rumah susun, mengurangi kebisingan yang ditimbulkan pasar dan sebagai ruang peralihan antara pasar dan rumah susun. 4. Gambaran Mekanisme Ruang kuliner terdapat dilantai satu dimana

menghubungkan pasar tradisional dan lobby rumah susun dari jumlah lantai keseluruhan dua belas lantai. Dengan rincian pasar tradisional tiga lantai dan sembilan lantai sebagai rumah susun. Kios kuliner didesain antara pasar dan rumah susun dimana keduanya dapat mengakses ruang kuliner secara mudah. Ruang
49

kuliner tersebut terdiri dari beberap kios atau warung yang menyajikan berbagai makanan siap saji. Ruang Kuliner tersebut didesain agar kedua fungsi kegiatan tersebut dapat berjalan secara optimal. Sehingga aktivitas yang terbangun di dalam bangunan tersebut tidak saling mengganggu aktivitas yang lain.

50

BAB V Analisa Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun dan Pasar Purwosari
A. Analisa Pemilihan Lokasi Perancangan

Banguan rumah susun ini direncanakan berada di salah satu pasar yang sudah ada, yang memiliki lahan cukup luas namun tetap berada di area perbisnisan Kota Surakarta dan sekitarnya. Terdapat beberapa alternatif Lokasi untuk site perancangan yakni : a. Pasar Legi Pasar Legi berada di selatan Mangkunegaran, tepatnya di jalan S Parman. Memiliki luas lahan yang sangat luas. Fasilitas disekitar pasar cukup memadai. b. Pasar Ngemplak Pasar di Banjarsari ini berada di jalan Achmad Yani dan jalan Panjaitan. Lebih tepat lagi berada di pinggir tanggul Kalianyar. Suasana pasar masih sangat tradisonal. Memiliki luas lahan yang cukup kecil. c. Pasar Purwosari Pasar Purwosari terletak di dekat jalan selamet riyadi. Pasar ini cukup luas. Fasilitas disekitar pasar cukup memadai. 1. Site Perancangan Site perancangan akan ditentukan sesuai lokasi dari site tersebut dipilih menurut kriteria pemilihan lokasi. adapun kriteria yang dimaksud adalah : a. Site berada pada lokasi pusat bisnis ataupun daerah pengembangan bisnis menurut RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota).

51

b. Luasan site memenuhi/mencukupi untuk menampung kegiatan yang mewadahi dengan pengembangannya. c. Kontur tanah yang rata-rata datar/rata. d. Kemudahan perekonomian. e. Berada pada lokasi yang strategis, tidak tersembunyi. f. Aksesibilitas yang tinggi g. Utilitas dan jaringan infrastruktur yang lengkap h. Peraturan perencanaan bangunan yang diberlakukan di kota Surakarta. i. Tapak alternatif pada sudut atau tepi jalan mempunyai nilai lebih di tengah tapak bangunan yang lain. j. Dilewatinya lokasi tapak oleh angkutan umum / angkutan perkotaan. Dengan dasar dan pertimbangan tersebut, maka dipilihlah pasar purwosari berhubungan dengan kegiatan

Sumber : google earth Lokasi yang terpilih sebagai lokasi bangunan rumah susun dan pasar terletak di Pasar Purwosari, jalan selamet riyadi. Site ini dipilih karena beberapa keunggulan:
Berdasarkan fungsinya, Jl. Slamet Riyadi termasuk jalan

arteri sekunder. Berdasarkan RUTRK Surakarta 1993-2013,

52

jalur ini didominasi oleh bangunan dengan fungsi komersial seperti perdagangan dan bisnis.
Luas

lahan cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang

bangunan rumah susun dan pasar Site mudah diakses, baik dari dalam maupun luar kota, karena dilalui oleh kendaraan umum. Di depan site juga terdapat halte yang menunjang kelancaran mobilisasi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum. Karena terletak di tengah kota, maka site terpilih memiliki jaringan utilitas yang lengkap seperti saluran drainase, saluran PDAM, jaringan listrik, telepon, dan juga pemadam kebakaran. B. Analisa Besaran Ruang
1. Pengguna / User:

a. Penghuni Merupakan orang-orang yang menghuni unit-unit rumah susun. b. Pengelola. Merupakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk

mengelola dan memastikan penghuni rumah susun dan pasar purwosari ini merasa nyaman dan aman melakukan aktifitas mereka. i. Pengelola rumah susun ii. Pengelola pasar purwosari a. Fasilitator b. Koordinator 1 dan 2 c. Bidang retrobusi d. Bidang kebersihan
53

e. Bidang keamanan f. Bidang penataan pedagang g. Bidang koperasi h. Bidang MCK i. Bidang perparkiran j. Bidang tehnisi c. Pedagang Merupakan orang-orang yang bekerja di pasar purwosari baik yang sekaligus menempati rumah susun maupun tidak. d. Pembeli Merupakan orang-orang yang melakukan transaksi (membeli kebutuhan sehari-hari) di pasar purwosari baik baik penghuni rumah susun tersebut maupun penduduk di sekitarnya. Dari pengelompokan pelaku kegiatan tersebut dapat diperoleh pengelompokkan kegiatan yang diwadahi di rumah susun maupun di pasar purwosari Kegiatan utama (rumah susun) Kegiatan yang dilakukan penghuni yang berlangsung di dalam bangunan Kegiatan pendukung (pasar) rumah susun Kegiatan yang dilakukan pedagang dan pembeli yang berlangsung di dalam Kegiatan pengelola bangunan pasar Kegiatan yang menunjang kegiatan

54

utama bagi penghuni rumah susun dan pedagang, pembeli pasar

2. Analisis Kebutuhan ruang berdasarkan pengelompokkan kegiatan USER Ayah Tidur Makan/minum Ibadah Kerja Terima tamu Nonton TV Metabolisme Ibu Tidur Makan/minum Ibadah Terima tamu Nonton TV Metabolisme Anak Tidur Makan/minum Ibadah Kegiatan utama (rumah susun) KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG R.Tidur utama R.Makan Musholla R.Kerja R.Tamu R.Keluarga KM/WcUtama R.Tidur utama R.Makan Musholla R.Tamu R.Keluarga KM/WcUtama R.Tidur utama R.Makan Musholla

55

belajar Nonton TV Metabolisme USER PEDAGANG Kegiatan Pendukung (pasar) KEGIATAN Berdagang Metabolisme Makan/minum Ibadah PEMBELI Membeli barang Metabolisme Makan/minum Ibadah

kamar R.Keluarga KM/WcUtama

KEBUTUHAN RUANG Pasar Km/wc Pasar Mushola Pasar Km/wc Pasar Mushola

USER Pengelola

Kegiatan Pengelola KEGIATAN Mengawasi rusun dan pasar Metabolisme Ibadah KEBUTUHAN RUANG Ruang pengelola Km/wc Mushola

administrasi

Mengurus administrasi dan pemasaran rumah susun dan kios pasar Metabolisme

Ruang pengelola

Km/wc Mushola
56

Ibadah Teknisi Mengurus dan mengawasi utilitas bangunan Metabolisme Ibadah Km/wc Mushola Ruang utilitas

3. Konsep Besaran Ruang a. Rumah susun No Ruang 1. Tipe 27 (ruang tamu, ruang tidur utama, ruang anak 1 tmpt tdur tingkat, km/wc, balkon), kapasitas 3-4 orang 1. Tipe 36 (ruang tamu, ruang tidur utama, ruang anak 1 tmpt tdur tingkat, ruang keluarga, r.makan km/wc, balkon), kapasitas 4-6 orang Jumla besar Total 2376

h unit an Lt 527 m2 8 Jumla h unit 22 tiap lantai Lt 936 m2 11 Jumla h unit 16 tiap lantai

1728

b. Pasar No 1. Ruang Kios Jumlah unit 140 ( 30 lt 1, 60 lt 2 & 50 lt


57

Besar an 9 m2

Total 1260

2. 3. 4. 5. 6.

Lapak Km/wc Mushola Loading dok gudang total

3) 106 2 1 1 1

4 m2 3 m2 9 m2 20 500

424 6 9 20 500 2217

c. Ruang pengelola No 1. 2. Ruang Kantor pengelola pasar Kantor pengelola rumah susun total Besaran 20 m2 20 m2 40

d. Ruang utilitas No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ruang Besara n 10 m2 20 m2 30 m2 12 m2 9 m2 10 m2 89

Ruang panel Ruang pompa Ruang genset Ruang sampah Gudang Air bersih, air kotor total e. Ruang penunjang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ruang Ruang komunal Ruang bersama Ruang kesehatan mushola Ruang parkir taman total

Besara n 20 m2 20 m2 170 m2 20 2000 1000 3950

f. Kebutuhan luas lahan

Luas lantai Dasar


58

Luas Pasar Lantai 1 Sirkulasi 20 % Ruang utilitas Ruang parkir

690 139 89 470

lobby dan ruang informasi 270 rumah susun Total luas lantai 1 1649 m2

Luas lahan terpilih (daerah pasar purwosari) adalah 60 m x 80 m. Bangunan rumah susun ini merupakan rumah susun sewa dengan jumlah lanti 11 lantai, Baseman sebagai tempat parkir lantai satu sampai tiga sebagai pasarlantai empat sebagai ruang penunjang dan informasi, lantai lima hingga lantai delapan merupakan rumah susun tipe 27, lantai sembilan hingga lantai sebelas merupakan rumah susun tipe 36, dan lantai dua belas merupakan ruang terbuka, taman dan ruang penunjang lainnya. C. Analisa Bentuk bangunan D. Analisa Struktur Bangunan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan system struktur bangunan adalah : a) Penyesuaian dengan fungsi kegiatan yang didukungnya, baik kegiatan untuk istirahat, rekreasi maupun kegiatan servis dan pengelolaan. b) Ketahanan terhadap daya dukung tanah atau tempat berpijaknya bangunan, terutama pada area lereng yang tajam, juga harus mampu menahan kemungkinan gempa

59

bumi, dengan masih mempertimbangkan nilai estetika bangunan. 1). Upper Struktur Merupakan struktur paling atas dari suatu bangunan. Beberapa alternatif struktur yang dapat digunakan:

1. Analisa Struktur Atap a. Struktur rangka baja Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas. Relatif tahan lama Cukup ekonomis Relatif ringan Cukup atraktif dalam mendukung fasade dan interior Perawatan mudah b. Struktur beton bertulang Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas Relatif tahan lama Kurang ekonomis Beban cukup berat Kurang atraktif dalam mendukung fasade bangunan Perawatan mudah c. Struktur rangka kayu Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas. 3). Super Struktur
60

Merupakan struktur di atas sub struktur yang berfungsi sebagai badan bangunan. Beberapa pendekatan super struktur yang dapat digunakan: 1. Struktur rangka Struktur rangka memadukan konstruksi antara kolom sebagai unsur vertikal yang berfungsi menyalurkan gaya beban menuju ke tanah dan balok sebagai unsur horizontal yang mengikat dan membagi gaya ke kolom. Karakteristik dari sistem ini adalah: a. b. c. d. e. ringan f. Cukup mudah dalam pelaksanaan. g. h. Fleksibilitas penggunaan ruang cukup tinggi. Beban dipikul kolom dan balok. bangunan yang dicapai kurang Mudah di terapkan ke semua jenis bangunan. Dapat dikombinasikan dengan sistem lain. Mudah dalam pelaksanaan. Dapat dikomposisikan menjadi berbagai

macam bentuk Bentuk dan sistemnya cukup sederhana dan

i. Memungkinkan buka-bukaan yang cukup banyak. j. Ketinggian maksimal.


2.

Shear wall system a.


b.

Karakteristik dari sistem ini adalah: Ketinggian bangunan relatif terbatas Dapat dikembangkan menjadi core wall Mudah dalam pelaksanaan dan relatif

system c. d. ekonomis. Bentuk dan sistemnya cukup sederhana.


61

e.
g.

Lebih rumit dalam pelaksanaannya. Sebagai inti bangunan sehingga sebagai Ketinggian bangunan lebih maksimal. mempunyai pengaruh tersendiri pada

f. Fleksibilitas penggunaan ruang rendah. penyekat sekaligus pendukung beban. h. Dinding

penampilan bangunan, terutama pada tekstur yang ditimbulkannya. Ada beberapa macam alternatif yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dasar pertimbangan desain dinding: a. Fungsi dinding sesuai dengan struktur yaitu sebagai penyalur beban dan b. Konstruksi kuat c. Kemudahan dalam pengerjaan d. Ekonomis Dari hasil analisis di atas maka jenis kerangka dinding yang lebih baik adalah dinding dengan sistem rangka. 4). Sub Struktur Sub struktur merupakan bagian bangunan yang terdapat didalam tanah dan berfungsi menyalurkan beban pada bangunan menuju tanah. Dasar pertimbangan jika akan menggunakan sub struktur: a) Beban bangunan ( jumlah lantai ) b) Jenis tanah c) Daya dukung tanah d) permukaan air tanah Jenis pondasi sub struktur a) Pondasi foot plate
62

pembatas antara ruang

Jenis ini sangat cocok digunakan untuk bangunan bertingkat rendah, namun jenis pondasi ini memiliki kelemahan yaitu pengerjaannya yang memakan waktu yang agak lama dibandingkan dengan jenis pondasi yang lain b) Pondasi sumuran Jenis ini sangat cocok digunakan untuk bangunan bertingkat Pengerjaan dilapangan, memiliki sedang, jenis namun dan muka ini jenis air tanah rendah. ini juga yang pondasi namun yaitu lansung pondasi dikerjakan

kelemahan

pengerjaannya

memakan waktu yang agak lama. c) Pondasi tiang pancang Jenis ini sangat cocok digunakan untuk tanah yang bertegangan rendah dan cocok juga untuk bangunan bertingkat tinggi. Pemasangannya dilakukan dengan mesin pemukul. d) Pondasi borepiled Jenis ini cocok pemboran. e) Pondasi rakit Jenis ini digunakan untuk struktur bangunan yang memiliki basement. Jenis ini cocok untuk tanah yang berawa/lembek, selain itu juga bisa dikombinasikan dengan pondasi rakit. E. Analisa Utilitas Bangunan 1. Air Bersih untuk bangunan bertingkat tinggi, dan

muka air tanah tinggi. pemasangan dilakukan dengan

63

Setiap bangunan harus dilengkapi dengan prasarana air bersih yang memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan disediakan dari saluran air minum kota (PDAM), atau sumur. Setiap bangunan harus menyediakan air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan dalam SNI yang berlaku. Syarat-syarat fisik air minum : a. Jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa b. Mempunyai suhu kira-kira 10-20 derajat celcius c. Bahan pipa yang digunakan harus mengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan. Secara umum sumber air : a. Air yang berasal dari mata air b. Air danau c. Air PAM d. Air dari dalam tanah (sumur galian atau sumur pompa) Pengambilan sumber cadangan dari sumber sumur artesis, air untuk bersih bangunan 64ystem64ystem6464dapat melalui jaringan PDAM dengan berlantai banyak disediakan bak reservoir yang terdiri dari ground reservoir dan top reservoir.

Sistem distribusi air bersih untuk bangunan berlantai banyak seperti contoh : PAM METERAN POMPA RESERVOIR BAWAH

SUMUR ARTESIS

POMPA DISTRIBUSI
64

RESERVOIR ATAS

UNIT-UNIT BANGUNAN 2. Air Kotor Air buangan/air kotor adalah air bekas yang dibuang. Air kotor dapat dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya yaitu : a. b. c. d. Air bekas buangan : air yang digunakan untuk Air limbah : air untuk membersihkan

mencuci, mandi dan lain-lain. limbah/kotoran. Air hujan : air yang jatuh keatas permukaan tanah atau bangunan. Air limbah khusus : air bekas cucian dari kotoran dan alat-alat tertentu seperti air bekas dari rumah sakit, laboratorium, restoran dan pabrik. Sistem Pembuangan Air Kotor a. Pembuangan Air Bekas Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian baik itu pakaian, peralatan masakan dan peralatan lainnya. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran roil kota.

b. Air Limbah

65

Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran. Air bekas/air limbah ini tidak diperbolehkan dibuang sembarang/dibuang ke seluruh lingkungan, tetapi harus ditampung ke dalam bak penampungan. Sistem pembuangannya tidak yaitu saluran air limbah/didasar tegak bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin dan diperbolehkan membuat belokan-belokan lurus, dialirkan dengan kemiringan 0,5 1 % kedalam bak penampungan yang disebut Septick Tank. Untuk bangunan rumah tinggal, satu atau dua titik buangan cukup diperlukan septick tank dengan volume 1 1,5 m dengan dibuat perembesan. Untuk bangunan yang banyak penghuninya, penampungan air limbah harus menggunakan septick tank berukuran besar yang sering disebut sebagai pengolah limbah (sewage treatment). Sewage Treatment Plant (STP) adalah tempat pengolahan limbah yang jumlah kotorannya cukup banyak. c. Air Limbah Khusus Air limbah khusus adalah air bekas buangan dari kebutuhan-kebutuhan pabrik/industri kimia, khusus bengkel, seperti rumah restoran, sakit, dan

laboratorium. Air limbah khusus ini harus ditampung di tempat tertentu dengan treatment tersendiri, lalu dapt dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa. d. Air Hujan Air hujan adalah air dari awan yang jatuh di permukaan tanah. Air tersebut dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau kompleks perumahan disalurkan melalui talang-talang vertical dengan diameter 3 (minimal) yang diteruskan ke saluran-saluran horizontal dengan kemiringan 0,5 1% dengan jarak terpendek ke saluran terbuka lingkungan.

66

Pipa pembuangan/pipa vertical di pasang pada shaft untuk air hujan yang dapat dibuang sejajar dengan pipapipa plambing lainnya. Pipa ini dipasang sesuai dengan luas atap yang menampung air hujan tersebut. Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus diketahui atap yang menampung air hujan tersebut dalam luasan M. Sebagai standard ukuran pipa pembuangan dibuat tabel sebagai berikut : Tabel 1. Ukuran Pipa vertical/Tegak untuk menampung Air Hujan dari Atap

Diameter (inci) 3 4 5 6 8

Luasan Atap (M2)

Volume (Liter/Menit)

s.d 180 385 698 1.135 2.445

255 547 990 1.610 3.470

3. Penangkal Petir Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Penangkal

petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya. 4. Transportasi Vertikal

67

Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pertama pada perencanaan bangunan bertingkat banyak ialah masalah transportasi umumnya dan sistem transportasi ini digunakan manusia untuk khususnya.Transportasi

memberikan kenyamanan dalam berlalu lalang di bangunan tersebut. Alat transportasi tersebut mempunyai sifat sebagai alat angkut dalam bentuk : a. Vertikal Berupa Elevator b. Horisontal Berupa Konveyor c. Miring Berupa Eskalator Keterangan a. Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan-bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai dengan 4 lantai. Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menentukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersial. Instalasi lift yang ideal adalah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komfortabel, angkutan 68ystem6868 yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai. Lift dapat di bagi menurut fungsinya yaitu :
Lift penumpang (Passenger Elevator) digunakan untuk

mengangkut manusia.

68

Lift

barang

(Fright

elevator)

digunakan

untuk

mengangkut barang.
Lift uang/makanan (Dumb waiters).

Lift pemadam kebakaran, biasanya lift ini berfungsi sebagai lift barang. Untuk menentukan perancangan lift penumpang, perlu diperhatikan : tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasits (car/kg), jumlah muatan, dan kecepatan. Sistem penggerak dalam elevator juga berbeda-beda yaitu :

Sistem gearless, yaitu mesin di atas digunakan

untuk lift kantor, pertokoan, hotel, apartemen, rumah sakit dan sebagainya.

Sistem hydolic yaitu mesin dibawah terbatas 3 4 Bentuk dan macam lift tergantung dari fungsi dan

lantai yang digunakan untuk lift uang dan makanan. kegunaan gedung. bentuknya yaitu : Lift Penumpang (yang tertutup) yaitu suatu lift sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. 10 high lantai. zone Bermacam-macam lift menurut

penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu bangunan Kecepatan lantai. Lift penumpang yang interiornya satu bidang atau lebih berupa kaca tembus supaya dapat menikmati pemandangan luar. Bentuk lift ini bermacam-macam, ada yang segi lima, segi empat, bulat dan sebagainya.
69

Kecepatan rendah untuk low zone biasanya melayani bertingkat sedang tidak lebih dari untuk atau tinggi

biasanya melayani bangunan bertingkat lebih dari 10

Lift untuk rumah sakit yaitu fungsinya untuk orang sakit, ukuran lift lift ini biasanya semua

mengangkut Lift

memanjang dan pintu dapat dibuat 2 arah/2pintu. untuk kebakaran/barang, peralatan/perlengkapan, rangka dan interornya harus tahan terhadap kebakaran. b. Konveyor Konveyor adalah suatu alat angkut untuk orang atau barang dalam arah mendatar/horizontal.Dipasang dalam keadaan datar atau miring pada derajat tertentu 10-20 derajat. Sistem kerjanya sama seperti eskalator, dengan demikian eskalator. Kegunaan dari alat transportasi ini adalah berfungsi untuk membawa barang-barang bawaan yang diletakkan di dalam kereta dorong (trolley) naik atau turun dari lantai satu ke lantai lain. Biasanya terdapat di supermarket, mal, stasiun kereta ekspress, dll. Dan bila dipasang secara mendatar pada satu lantai, berfungsi untuk meringankan beban dari orang yang berjalan dengan membawa barang dan menempuh jarak yang relatif jauh. Misalnya pada terminal di bandara internasional yang luas, musium, kebun binatang, atau aquarium (water world). c. Eskalator konveyor merupakan perkembangan dari

Eskalator adalah suatu alat angkut yang serupa dengan alat angkut konveyor hanya lebih dititik beratkan untuk pengangkutan orang dari lantai bawah kearah miring menuju lantai atasnya. Dengan demikian pemasangan dengan miring >10 dan dengan kemiringan tertentu sesuai dengan standard perbandingan antara datar dan
70

ketinggian 30 s.d. 35 derajat. Panjang sistem disesuaikan dengan kebutuhan, lebar untuk satu orang lebih kurang 60 cm dan untuk dua orang lebih kurang 100 120 cm. 5. Pemadam Kebakaran (Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk arsitek dan Praktisi Bangunan : 110) Pada dasarnya hal yang harus diperhatikan dalam penanggulangan bahaya kebakaran, yaitu : a. Deteksi, bisa menggunakan smoke detector atau fire detector b. Pemadaman, biasanya dengan tabung pemadam atau dengan sprinkler dan hidrant c. Evakuasi, biasanya dengan tangga darurat dan koridor dengan hydrant. Lokasi tangga kebakaran dalam inti gedung harus di atur demikian sehingga pencapaiannya mudah dan masih dalam jarak maksimum yang lazimnya ( kurang lebih 30 meter atau tergantung peraturan Dunas Pengawasan Pembangunan di suatu kota/negara) Lokasinya dalam inti bangunan bisa dalam posisi diagonal atau disebar bila ada lebih dari dua tangga. Pintu keluar harus mencapai lantai yang langsung dapat menuju ke tanah dasar. Ukuran tangga kebakaran minimum berukuran untuk dua orang lewat atau 2x60 meter. Untuk meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-sistem yang melingkupi pengaliran air, sebagai media skala pemadaman besar, guna mencegah bahaya tersebut kebakaran sistem pencegahan

diantaranya adalah:
71

1. Sistem hidran 2. Sistem sprinkle 6. Pembuangan Sampah Limbah sampah merupakan buangan dari bangunanbangunan, khususnya bangunan yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, seperti pabrik, hotel, restoran dan supermarket. Pembagian Pembuangan sampah, disposal (sampah) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Disposal Padat Adapun disposal padat pada golongan ini adalah kertaskertas, kaleng-kaleng, rokok, dan potongan logam. Disposal Cair Adapun sisa pembuangan sampah cair ini seperti sisa-sisa makanan. Sistem pembuangan sampah ini terdiri dari 2 macam yaitu : Dikumpulkan secara horisontal, kemudian secara vertikal dikumpulkan melalui lift barang, untuk kemudian dibuang keluar bangunan dengan truk pengangkut sampah atau juga disimpang lebih dahulu disebuah ruangan penyimpan tertentu, setelah cukup banyak baru diangkat/diangkut keluar bangunan (Carry out sistem) Disposal ditampung dengan suatu tempat/wadah

kemudian dibuang pada beberapa saluran (shaft) sehingga terkumpul menjadi satu pada wadah atau ruangan atau boks penampungan dengan dan akhirnya dibuang keluar bak bangunan menggunakan kereta-kereta

penampungan sampah. 7. Listrik dan Penerangan


72

Untuk kenyamanan dan keamanan bangunan, diperlukan supply daya listrik yang terjamin, dalam arti menerapkan perlengkapan listrik sesuai aktivitas dalam bangunan.

PLN m- TRAFO GENSET PANEL UTAMA PANEL CABANG PENERANGAN TRANSPORTASI VERTIKAL PENGKONDISIAN UDARA PLUMBING POMPA CADANGAN(PABX KOMPUTER)

Setelah listrik di dapat dari PLN berikutnya akan disalurkan ke genset yang selanjutnya dialirkan menuju ruang panel sehingga listrik dapat teralir ke stiap ruangnya

73

Anda mungkin juga menyukai