Anda di halaman 1dari 6

Nama NIM

: Yulian Arthia Putri : 1000822

PEMBAHASAN Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang diinginkan (Buckle et al., 1987). Sedangkan pengemas merupakan suatu bahan yang memiliki kemampuan untuk melindungi bahan pangan. Selain untuk melindungi bahan pangan, pengemas juga merupakan sarana promosi dan informasi mengenai bahan pangan yang dikemasnya ( produk ). Banyak berbagai jens kemasan dengan berbagai bahan kemasan yang berbeda beredar dipasaran, mulai dari kemasan plastik, kertas, gelas/kaca, kalen, dan kayu. Salah satu jenis bahan pengemas yang paling banyak digunakan pada masa ini, yaitu plastik. Pemilihan bahan pengemas plastik didasarkan pada berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh plastik, seperti harga yang murah, praktis, transparan, dan lainlain. Namun, dalam proses pembuatannya melibatkan monomer-monomer pembentuk plastik yang apabila karena faktor tertentu dapat memengaruhi kualitas produk yang dikemasnya. Pada praktikum bahan pengemas plastik ini dilakukan pengamatan terhadap tujuh jenis plastik, yaitu identifikasi berbagai jenis kemasan plastik, pengukuran ketebalan berbagai kemasan plastik, pengukuran massa jenis berbagai kemasan plastik, identifikasi uji nyla, dan permeabilitas uap air kemasan plastik. Sampel plastik yang digunakan terdiri dari plastik kemasan sosis dan enam jenis plastik yang belum diketahui jenisnya. Berikut merupakan pembahasan hasil pengamatan terhadap kemasan plastik yang telah dilakukan: a. Identifikasi Berbagai Jenis Kemasan Plastik Berdasarkan hasil pengamatan, plastik jenis A memiliki karakteristik tebal, kaku, transparan, dan sulit ditarik. Apabila dibandingkan dengan pustaka, plastik

yang memiliki karakteristik seperti ini adalah plastik jenis PP (Polipropilen). Plastik berkode 05 atau PP merupakan bahan terbaik yang digunakan untuk pengemas makanan karena memiliki karakteristik mengkilat, transparan, inert terhadap bahan kimia, memiliki tingkat kelastisan yang rendah, dan memiliki kekuatan tarikan lebih besar dibandingkan PE (Rahma Zahra, 2012). Plastik jenis B memiliki karakteristik buram, agak tebal, dan sulit untuk ditarik. Menurut analisis pembandingan, plastik ini tergolong ke dalam plastik jenis HDPE. Plastik C memiliki karakteristik yang sama dengan plastik F yakni tipis, transparan, dan mudah ditarik. Sedangkan plastik D memiliki kekakuan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis sampel lainnya, dan dapt dikelompokkan ke dalam jenis plastik polyvinyl chloride (PVC). Plastik E memiliki sifat transparan, sedikit tebal, dan memiliki seal. Plastik E diperkirakan merupakan plastik jenis polyethylen (PE). Plastik G memiliki tekstur sedikit kaku, transparan, dan sedikit tebal. Sebagai kemasan pembanding, kami mengamatai karakteristik plastik kemasan sosis, plastik tersebut memiliki tekstur licin, kuat, dan sulit ditarik. Plastik ini termasuk ke dalam plastik jenis nilon. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dianalisisi dan dibandingkan, bahwa plastik D merupakan plastik yang paling baik untuk melindungi dan mnegmas makanan dari guncangan dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Sedangkan sampel plastik B merupakan bahan kemasan yang sangat cocok untuk melindungi makanan yang mudah rusak akibat sinar matahari karena plastik tersebut memiliki warna yang paling buram dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Plastik E dilengkapi dengan seal yang akan mempermudah penyimpanan makanan apabila tidak sekaligus digunakan dengan mencegah interaksi antara bahan makanan dan oksigen.

b.

Mengukur Ketebalan Plastik Pada praktikum pengukuran ketebalan plastik digunakan alat ukur jangka

sorong dan mikrometer sekrup.

Tujuan digunakannya jangka sorong dan

mikrometer sekrup adalah untuk mengetahui alat mana yang memberikan hasil lebih teliti. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yang berbeda.

Berdasarkan data diatas dengan menggunakan jangka sorong maupun micrometer sekrup didapatkan hasil bahwa plastik E lebih tebal dibandingkan dengan keempat sampel lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa kemasan plastik E mampu melindungi produk dari benturan dan guncangan paling baik dibandingkan sampel plastik lainnya. Semakin tebal suatu kemasan maka kemampuannya untuk tergores dan robek, semakin kecil. Selain itu, dari data diatas didapatkan bahwa pengukuran dengan menggunakan micrometer sekrup lebih teliti dan akurat dibandingkan dengan menggunakan jangka sorong. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengukuran sampel D dan E. Hasil pengukurang dengan jangka sorong didapatkan hasil bahwa semua sisi dari sampel tersebut memiliki ketebalan yang sama. Pada pengukuran di titik yang berbeda terdapat sedikit perbedaan hasil pengukuran. Hal ini disebabkan oleh bahan baku dan proses pembuatan plastik tersebut. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pengukuran menggunakan mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingan dengan menggunakan jangka sorong. Ketebalan merupakan salah satu karakteristik kemasan plastik yang berhubungan dengan permeabilitas plastik. Semakin tebal plastik maka semakin rendah permeabilitasnya, artinya semakin sulit untuk terjadi perpindahan gas dan uap air. Berdasarkan data diatas berarti plastik E jenis PE memiliki kemampuan tinggi dalam menahan air. c. Mengukur Berat Berbagai Jenis Kemasan Plastik Berdasarkan hasil pengukuran pada sampel yang berbeda, didapatkan bahwa plastik dengan berat tertinggi adalah plastik D (PVC) dengan berat 1,5 g/cm2. Plastik C dan F memiliki berat terendah yakni 0,1 g/cm2. Ketebalan yang berbeda ini dapat disebabkan oleh proses pembuatan serta bahan yang berbeda berdasarkan fungsi dan tujuan dibuatnya kemasan plastik tersebut. d. Massa Jenis atau Densitas Plastik Massa jenis atau densitas adalah berat pervolume yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dari berat yang diperoleh dibagi dengan volume

bahan tersebut. Massa jenis kemasan berbeda tergantung dari volume dan luas dari kertas dan karton tersebut. Densitas suatu kemasan memiliki hubungan berbanding terbalik dengan permeabilitasnya. Semakin tinggi densitasnya, maka semakin rendah pula permeabilitasnya. Menurut hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa densitas plastik D atau plastik jenis (PVC) memiliki densitas tertinggi yakni 7,5 g/cm3 dan plastik G memiliki densitas terendah yakni 0,3 g/cm3. Dapat dinyatakan bahwa permeabilitas PVC paling rendah. Semakin rendah suatu permeabilitas, maka kemampuan kemasan untuk menahan udara masuk kedalam kemasan semakin tinggi. Menurut Suyitno (1990) PVC mempunyai sifat keras, kaku, jernih dan mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah sehingga sesuai untuk mengemas makanan yang banyak mengandung air. e. Uji Nyala Kemasan Plastik Dalam praktikum, dilakukan identifikasi jenis plastik dengan uji nyala.Satu lembar plastik dibakar pada salah satu ujungnya. Pengamatan dilakukanterhadap kemudahan terbakar (kemudahan api menyala), kemudahan api padamsendiri, bau hasil pembakaran, warna nyala api dan asap, serta

kelakuan bahanselama pembakaran. Dari hasil pengamatan, semua jenis plastik memudah menyala ketika dilakukan burning test. Semua jenis plastik memiliki warna nyala api biru ketika dibakar keculai plastik E dan plastik pengemas sosis yang memiliki warna nyala api merah (orange). Warna nyala api merah atau orange disebabkan oleh adanya klor dan kandungan etilen. f. Permeabilitas Bahan Kemasan Plastik Salah satu tujuan pengemasan adalah agar dapat melindungi bahan makanan dengan menjaga agar oksigen dan kelembaban berada di luar kemasan, agar mutu makanan tetap terjaga. Salah satu yang memengaruhi ketahanan plastik dalam melindungi makanan dari oksigen dan kelembaban adalah sifat permeabilitasnya. Sifat permeabilitas plastik terhadap gas dan uap air mampu melindungi produk yang dikemas dengan menjaga supaya oksigen dan uap air tetap berada di luar kemasan.

Pada praktikum ini dilakukan pengujian terhadap permeabilitas uap air dengan menggunakan sampel plastik berkode D yang belum diketahui jenisnya. Metode yang digunakan untuk mengukur permeabilitas uap air ialah dengan menggunakan metode gravimetrik (pengukuran perubahan berat). Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bisa meyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air dan memiliki aw tetap rendah disimpan dalam suatu wadah yang kemudian ditutup dengan plastik film yang akan diukur permeabilitasnya. Pengamatan dilakukan selama 5 hari, dan setelah data terkumpul dilakukan perhitungan transmisi uap air. Dalam perhitungan transmisi uap air dibutuhkan data area (luas) dan ketebalan plastik. Namun, karena kelalaian praktikan yang tidak mengamati hal tersebut menyebabkan perhitungan transmisi uap air tidak dapat dilakukan. Selama waktu 5 hari pada wadah kontrol tidak terjadi perubahan berat dari hari pertama pengamatan sampai hari terahir pengamatan. Pada gelas piala yang diberi silika gel juga tidak mengalami perubahan berat karena dalam keadaan tertutup rapat sehingga tidak ada gas atau uap air yang masuk. Sedangkan plastik yang langsung diisi silika gel, mengalami pertambahan berat sebanyak 0,3 gram pada hari ke-5. Berarti plastik yang diuji ini memiliki permeabilitas kecil sehingga baik digunakan untuk mengemas produk yang peka dengan oksigen dan uap air. KESIMPULAN Setiap jenis plastik memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai jenis dan fungsinya. Ketebalan plastik merupakan salah satu karakteristik yang

berhubungan dengan permeabilitas plastik. Semakin tebal plastik maka semakin rendah permeabilitasnya, artinya semakin sulit untuk terjadi perpindahan gas dan uap air. Berdasarkan data diatas berarti plastik E jenis PE memiliki kemampuan tinggi dalam menahan air Burning test merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat digunakanuntuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran plastik pada nyala api. Seluruh jenis plasti yang diujikan memiliki sifat mudah menyala, termasuk plastik pengemas sosis.

Plastik yang dijadikan sampel uji tergolong kedalam jenis plastik yang memiliki sifat permeabilitas yang rendah sehingga dapat menahan oksigen dan uap air masuk ke dalam kemasan. DAFTAR PUSTAKA Ariestiani. (tanpa tahun). Praktikum Pengemasan Pangan, [Online]. Tersedia: http://ariestiani.files.wordpress.com/.../lap-permebilitas-anni1.doc [11 April 2013]. Mujiarto, Imam. (2005). Sifat Dan Karakteristik Material Plastik Dan Bahan Aditif. Jurnal Traksi. 3, (2), 65-73. Rachmawati. (2012). Permeabilitas Uap Air Dari Film/Plastik, [Online]. Tersedia: http://rahmazahratunnisa.blogspot.com/2012/06/laporan-

praktikum-permeabilitas-uap-air.html [11 April 2013].

Anda mungkin juga menyukai