Anda di halaman 1dari 10

Jenis Pakan Untuk Ikan Gurami

Published on June 13, 2012, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Gurami0

Gurami termasuk ikan air tawar yang bisa memakan apa saja, mulai dari plankton, serangga, hingga tumbuhan berdaun lunak. Yang penting adalah pakan gurami tersebut harus mengandung nutrisi utama yang dibutuhkan gurami yakni protein. Sisanya bisa berupa lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Adapun jumlah nutrisi yang dibutuhkan gurami tersebut bisa berbeda-beda tergantung ukuran dan usia gurami yang dipelihara. Pakan Larva Gurami Hingga Mencapai Ukuran Kuku Larva gurami yang baru menetas hingga berumur sekitar 10 hari tidak perlu diberi makan karena pakan sudah tersedia dari cadangan kuning telur di tubuhnya. Setelah 10 hari biasanya cadangan kuning telur tersebut akan mulai habis dan larva gurami bisa mulai diberi pakan berupa fitoplankton (rotifera, infusoria, chiorella) dan zooplankton (daphnia, cladochera, artemia). Alternatif lain adalah pakan dari adonan kuning telur, tepung kedelai dan tepung sagu yang direbus dengan tambahan sedikit air. Pakan alami berupa cacing sutera bisa diberikan pada larva gurami. Pemberian pakan ini dilakukan hingga gurami berumur sekitar 40 hari. Pada usia tersebut, larva gurami seharusnya telah mencapai ukuran kuku atau sekitar 1-2 cm. Pakan Gurami Ukuran Kuku Hingga Mencapai Ukuran Silet Benih gurami berukuran kuku diberi pakan berupa cacing sutera. Pakan buatan berupa pelet tepung dengan kandungan protein sekitar 38-40 % juga sudah bisa diberikan pada

benih gurami ukuran kuku. Pakan tersebut bisa diberikan hingga gurami mencapai jempol atau hingga gurami mencapai usia sekitar 60 hari sejak menetas. Selanjutnya hingga mencapai ukuran silet atau hingga benih gurami berusia sekitar 100 hari, pakan yang diberikan adalah pelet butiran ukuran 1 mm dengan kandungan protein sekitar 32-40%. Pakan Gurami Ukuran Silet Hingga Mencapai Ukuran Bungkus Rokok Benih gurami ukuran silet bisa diberi pakan berupa pelet ukuran 1-2 mm dengan kandungan protein sekitar 32-40%. Pakan tambahan berupa daun bertekstur lunak seperti daun talas muda, daun keladi muda, daun pepaya muda dan daun ketela muda atau tanaman air seperiAzolla juga sudah mulai bisa diberikan. Pada usia 190 hari atau sekitar 6 bulan sejak menetas, benih gurami akan mencapai ukuran bungkus rokok atau ukuran sekitar 3-4 jari. Pakan Gurami Ukuran Bungkus Rokok Hingga Mencapai Ukuran Konsumsi Gurami ukuran bungkus rokok hingga mencapai ukuran konsumsi atau minimal berbobot 500 gram/ekor dapat diberi pakan berupa pelet ukuran 2 mm dengan kadar protein 27%. Pakan alami seperti azolla, daun talas, daun singkong, daun pepaya dan sejenisnya juga bisa diberikan setiap hari. Pakan Induk Gurami Induk gurami memerlukan perhatian khusus untuk masalah pakan. Pemberian pakan dengan jenis dan jumlah yang tidak tepat dapat menyebabkan induk gurami menghasilkan telur yang sedikit dan daya tetasnya rendah. Para pembudidaya biasanya memberikan induk gurami porsi pakan alami yang lebih banyak ketimbang pakan buatan. Pengurangan porsi pakan buatan ini bertujuan agar induk gurami tidak terlalu banyak menumpuk lemak. Pakan utama induk gurami adalah daun-daunan. Daun talas misalnya, bisa diberikan pada induk gurami setiap harinya sebagai pakan utama. Setiap 1-2 minggu sekali selingi pakan induk gurami dengan kecambah atau rebusan jagung pipil rebus. Selain itu ada juga pembudidaya yang memberikan selingan pakan berupa daging sapi, usus ayam atau bekicot yang dicacah halus. Contoh aplikasinya adalah daging sapi diberikan setiap 2 minggu sekali sedangkan usus ayam setiap 1 bulan sekali. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi telur gurami dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.

Berita Perikanan Terkait

Hemat Pakan Ikan Dengan Probiotik


Published on June 28, 2012, by budidayaikan - Posted in Budidaya Gurami, Budidaya Lele 2

Instalasi pembuatan pelet ikan gurami bantuan pemerintah dibiarkan mangkrak oleh Jumadi seorang pembudidaya Gurami di Bantul Yogyakarta. Padahal tujuan awal pemberian alat pembuat pelet tersebut untuk membuat pakan murah bagi kelompok budidaya gurami Mina Usaha Kecamatan Sanden, Bantul, Yogyakarta. Selain kerusakan mesin, alasan Jumadi tidak menggunakan instalasi pembuatan pelet tersebut karena harga bahan baku pelet di wilayahnya sudah tidak terjangkau petani. Itulah sebabnya Jumadi kemudian beralih menggunakan probiotik untuk menghemat pakan buatan pabrik. Jumadi yang biasa memberikan pakan komersial untuk gurami mendapat hasil yang mengejutkan setelah mengaplikasikan probiotik. Dengan menggunakan probiotik Jumadi mengaku bisa menekan penggunaan pakan komersial hingga 1 kg untuk menghasilkan 1 kg gurami. Selain itu pemeliharaan gurami dari benih yang baru menetas hingga mencapai bobot 600-700 gram/ekor hanya membutuhkan waktu 8 bulan saja.

Keyakinan Jumadi pada probiotik diperoleh dari hasil ujicobanya sejak beberapa tahun lalu. Awalnya ia menebar ukuran 10.000 benih gurami ukuran kuku jari dengan harga kala itu Rp. 100/ekor. Setahun kemudian, Jumadi berhasil memanen gurami sebanyak 5,2 ton yang kala itu bernilai Rp. 84 juta. Saya setengah tidak percaya ujarnya. Dalam satu bulan, Jumadi hanya memberikan 12 sak pelet atau 144 sak/tahun. Berarti pakan untuk guraminya hanya sekitar 4.320 kg. Jika dihitung konversi pakannya (FCR) malah di bawah satu tutur Jumadi girang. Berdasarkan pengalamannya dengan menggunakan probiotik pertumbuhan gurami menjadi lebih cepat jika dibanding tanpa probiotik. Selain itu tingkat kematian gurami juga kecil serta daging gurami yang dipanennya menjadi lebih padat. Namun aplikasi probiotik pada pakan gurami ini memang menuntut ketelatenan. Pasalnya pembudidaya gurami setiap hari harus melakukan pencampuran probiotik dengan pakan ikan. Jumadi sendiri melakukan pencampuran probiotik dengan pakan ikan ini saat pagi hari yang kemudian digunakan untuk pemberian pakan pagi dan sore hari. Empat sak pakan (120 kg) membutuhkan 1 liter probiotik yang khusus digunakan untuk campuran pakan ikan. Meski membutuhkan biaya tambahan untuk pembelian probiotik namun Jumadi bisa mendapatkan keuntungan yang berlebih karena biaya pakan bisa ditekan. Selain pada budidaya gurami, probiotik juga ciamik digunakan pada pembenihan dan pembesaran lele. Dengan pemberian probiotik, pertumbuhan serta daya tahan lele menjadi jauh lebih baik dan tingkat kematiannya rendah. Saat musim pancaroba pertumbuhan lele memang tidak maksimal namun sistem ketahanan tubuhnya meningkat signifikan. tutur Muhammad Rizki Kurniawan, pembudidaya benih lele di Magelang Jawa Tengah. Sarjana ekonomi tersebut menebar 60.000 ekor benih lele di saat musim sulit dan masih bisa panen sekitar 40.000 ekor. Guna meningkatkan efisiensi usaha pendederan benih lele miliknya Kurniawan menggunakan 3 jenis probiotik sekaligus yakni probiotik untuk perawatan kualitas air, penumbuh plankton dan peningkat efektifitas penyerapan nutrisi pakan.

Navigasi tulisan

SebelumnyaSelanjutnya

PEMBESARAN LELE DENGAN KEPADATAN 400 EKOR/M3


Posted on Juli 6, 2011

Penguasaan Tehnik-tehnik Budidaya Lele menentukan Jumlah kepadatan tebar dan tingkat keberhasilan Biomasa Panen yang dihasilkan, maka disamping prasarana, Modal maka SDM sangat menentukan tingkat keberhasilan

KOLAM PEMBESARAN LELE DENGAN KEPADATAN 400 EKOR/M3 Meningkatnya jumlah kepadatan tebar Bibit lele, maka secara langsung akan meningkatkan jamlah Pakan yang diperlukan dan akan berakibat semakin tinginya tingkat kotoran dan sisa pakan yang dihasilkan. Kendala-kendala yang dialami oleh para rekan-rekan petani pemula, kebiasaan tebar yang rendah yaitudibawah 200 ekor/m3 air. Kendala dan masalah yang didapat cukup dengan rutin pergantian air dan tebar pakan sudah bisa didapatkan pertumbuhan yang optimal. Tetapi apabila musim penghujan tiba warna air yang sebelumnya hijau segar mendadak berubah menjadi hijau kusam atau coklat, akan juga diiringi timbulnya beberapa masalah di air, lele mulai menggantungnggantung diujung kolam, keluar bercak-bercak putih ditubuh nafsu makan mulai turun dan bahkan tak jarang akan diiringi dengan kematian lele secara berkala.

Masalah-masalah klasik ini akan selalu muncul apabila petani tidak mau menerapkan sistem Budidaya yang berwawasan dan berkiblat pada kesimbangan Lingkungan Air. Bagaimana bisa melakukan tebar Lele dengan kepadatan yang tinggi yaitu 200 ekor/m3 lebih dengan pertumbuhan dan kesehatan ikan yang terus Optimal ???. Kita akan mengupas secara bertahap semua aspek yang perlu dikuasai oleh petani sehingga mempunyai jurus-jurus yang jitu dalam menstrategi budidaya Lele. Jurus yang perlu dikuasai adalah : 1. Mengerti sifat dan karakter jenis ikan yang akan dibudidayakan, kebiasaan makan, kebiasaaan hidup, mudah stress atau tidak bila dibudidayakan dengan kepadatan tebar yang tinggi. 2. Mengeuasai tehnik Manajemen atau pengaturan Kualitas Air. 3. Bisa menghitung Jumlah Pakan yang diperlukan 4. Mempersiapkan sarana yang sesuai dengan kepadatan tebar bibit ikan, karena tingkat kepadatan ikan sangat menentukan prasarana yang diperlukan, tentunya akan mensegmentasi Sistem Budidaya yang akan dijalankan. ( Tradisional, SemiIntensif atau Intensif ). Dalam Sistem Budidaya Perikanan dibagi beberapa tahapan tehnis yang disesuaikan dengan Fase ukuran besar ikan dan tingkat kepadatannya. Tahapan Tehnis Budidaya itu perlu disegementasi dengan beberapa pertimbangan, antara lain : 1. Jenis pakan, ukuran pakan 2. Tingkat kepekaan terhadap kepadatan bibit ( penjarangan ). 3. Kecepatan pertumbuhan yang tidak sama ( teknik grading / pemilahan ), untuk didapatkan ukuran besar ikan yang sama. Karena untuk kebanyakan jenis ikan mempunyai naluri Kanibalisme dalam pola makan. 4. Panjangnya waktu yang diperlukan mulai dari ukuran bibit sampai dengan ukuran Konsumsi. Sehingga secara ekonomis disegmentasi tahapan-tahapan pembesarannya.

Adapun Tahapan Segemtasi yang dilakukan sesuai dengan teknologi masing-masing adalah : 1. PEMBIBITAN, Pada tahap ini Manajemen Induk dan bibit perlu dikuasai untuk mendapatkan bibit yang bagus, seragam dan pertumbuhan cepat serta rata. 2. PENDEDERAN, Tahap ini pada fase bibit dipersiapkan pada ukuran siap tebar ke kolam-kolam pembesaran. 3. PEMBESARAN, Tahap pembesaran ikan sampai didapat ukuran konsumsi. Petani ikan apa bila sudah menguasai tehnik-tehnik dasar dalam Budidaya maka dapat dilakukannya pembesaran Ikan Lele dengan kepadatan yang sangat tinggi yaitu 200 ekor/m3 keatas. Kalau dikuasai teknik dalam budidaya Lele dengan sistem Intensif, Lele mampu hidup pada stresing kepadatan tebar yang ekstrim tinggi tetapi pertumbuhannya masih dalam range waktu standard budidaya, yaitu sekitar 75 Kg/m3 daging ikan Lele, jadi kalau 1 Kg isi 10 ekor, maka lele mampu hidup dengan pertumbuhan yang normal pada kepadatan tebar 750 ekor/m3. Apakah syarat-syarat kehidupan yang bisa dicapai, untuk melakukan teknologi intensif itu ? - OKSIGEN, sebagai LIMITING FACTOR perlu disediakan pada jumlah yang optimal, walaupun lele mempunyai Labirynth yang bisa digunakan secara langsung mengambil Oksigen di udara. - Kualitas Air yang Optimal sehingga terbentuknya Air berwarna Hijau di awal Budidaya ( TEKNIK GREEN WATER SYSTEM, reff: secara berkala akan diulas khusus tehnik ini). - Manajemen Pakan dan Kualitas Pakan. - Kuantitas Air cukup. - Kualitas Bibit yang bagus ( seragam dan dari jenis induk yang terpilih/ tidak in dreeding ). MENGAPA DILAKUKAN OUT DOOR ( KOLAM-KOLAM DILUAR RUANGAN ), APAKAH TIDAK MEMUNGKINKAN DILAKUKAN INDOOR SYSTEM ??

Indoor system, sangat mungkin juga dilakukan,tetapi prasarananyapun harus disesuaikan memakai kincir air atau blower untuk suplai Oksigen dibadan air. Karena Kalau Indoor System sudah tidak memungkinkan dilakukan Budidaya dengan Tehnik GREEN WATER SYSTEM, yaitu suplai Oksigen sebagian besar bergantung pada fotosinseta Phytoplankton. Menyambung dengan Posting kami di TRUBUS ON LINE, yang mempunyai anemo yang tinggi terhadap permasalahan pembesaran Lele, maka tulisan-tulisan kami akan kami mulai dari tehnik Pembesaran dahulu, untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan persayaratan-persyaratan tehnis yang diperlukan untuk dapat melakukan penebaran Lele dengan Tehnik penebaran yang tinggi. Tingkat keberhasilan dalam BUdidaya lele tergantung, pada beberapa hal al : 1. PEMILIHAN LOKASI 2. KONSTRUKSI & DISAIN KOLAM 3. PERSIAPAN KOLAM 4. PENEBARAN BIBIT 5. MANAJEMEN PAKAN 6. MANAJEMEN KUALITAS AIR DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Pelet Herbal Gurami, Hemat Biaya Produksi & Bebas Bahan Kimia
Published on June 6, 2012, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Gurami1

Kurang lebih 3 bulan ikan gurami yang dibesarkan dengan pakan pelet herbal ini sudah bisa dipanen dengan bobot 8 9 ons per ekor. Tingkat kematian gurami pun sangat minim. Pelet herbal, terbesit dipikiran adalah pelet yang dihasilkan dari tumbuhan organik atau pelet yang mampu mengobati segala macam penyakit pada ikan atau ternak. Faktanya memang seperti itulah manfaat yang diberikan dari pakan ikan buatan Mochammad Nurul Badrus. Ia menuturkan karena kebutuhan pakannya ketika 1990 kian membengkak seiring dengan bertambahnya kolam pembesaran ikan gurami (gurame) miliknya maka ia pun memutar otak untuk mencari alternatif pakan lainnya demi kelangsungan usaha keluarga tersebut. Pria yang sejak muda menggeluti usaha budidaya gurami ini mengungkapkan,perhari harus memberi pakan sebanyak 2 % dari biomassa perkolam berukuran 25 m x 25 m. Totalnya kala itu ada 42 kolam yang terletak di Kelurahan Semampir Kecamatan BanjarnegaraJ awa Tengah.Tak heran jika biaya produksi jadi tinggi yaitu mencapai 60 70% untuk pakan saja. Selain itu, ada kendala seringnya terkena penyakit seperti penyakit mata bola, koreng (penyakit kulit), insang berdarah, bisulan, ikan banyak kutu, ikan pilek, flu ikan,ekor ke merah-merahan, serta ikan sering stres. Karena latar belakang itulah, Nurul yang telah

hampir 10 tahun merekayasa dan meramu sendiri akhirnya menemukan pakan racikan yang menurutnya sangat cocok untuk pemeliharaan gurami. Apalagi menurut Nurul ditempat tinggalnya tersedia bahan pakan ikan dari tumbuhan yang melimpah. Maka sayapun mulai merekayasa membuat pakan sendiri yang kami ramu dan kami fermentasi dengan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan, tambahnya. Tanaman Organik Dijelaskan Nurul, pelet herbal yang ia ramu terbuat dari bahan pakan yang sebagian besar berasal dari tanaman antara lain jagung, bungkil kelapa, bekatul/ dedak padi, ampas tahu,dan ikan rucah. Bahan lainnya adalah ragi, bawang putih, kunir kuning, jahe, tomat, wortel, jantung pisang, nanas, rebung bambu, nasi, air leri (air bekas cucian beras), serta gula kelapa yang difermentasi terlebih dahulu. Semua bahan tersebut nantinya akan dicampur dan dibentuk seperti pelet. Proses pembuatannya menurut Nurul masih manual dan mengandalkan sinar matahari sehingga pelet yang dihasilkan hanya dalam bentuk pakan tenggelam. Jika musim hujan tidak bisa produksi secara maksimal karena tidak bisa menjemur,keluh Nurul. Kini setiap harinya Nurul mampu memproduksi 1 ton pelet. Untuk kebutuhan sendiri mencapai 6 kuintal dan sisanya dipasarkan untuk pembudidaya di sekitar atau kelompok pembudidaya di Kabupaten Banjarnegara. Sebagai pendukung pakannya, Nurul pun menambahkan suplemen tambahan yaitu berupa pakan hijauan dari daun talas. Ini sebagai pendukung kualitas pakan ikan yang kita hasilkan, ungkapnya. Dari kesemua bahan yang tergolong bahan alami tersebut diharapkan bisa menghasilkan ikan organik yang tidak mengandung antibiotik kimia. Keunggulan Pakan Herbal Lebih lanjut Nurul menjelaskan setiap unsur bahan pakan yang digunakan dalam pakan memiliki banyak manfaat bagi ikan. Kandungan bawang putih dalam pakan digunakan untuk pencegahan penyakit kulit dan untuk menambah nafsu makan ikan dibuat dari nutrisi kunir kuning. Kemudian vitamin A dapat diperoleh dari wortel, sedangkan vitamin C diperoleh dari nutrisi tomat. (trobos)

Anda mungkin juga menyukai