Anda di halaman 1dari 2

a. Hasil Peak Flow Meter Tanggal Praktikum : 0 8 Maret 2014 Jam Praktikum : 13.00 15.

.00 wib a) Probandus Nama : Wulan Z. Azmi Umur : 20 tahun Jenis kelamin : Perempuan Tinggi badan : 161 cm Berat badan : 56 kg b) Keadaan Lingkungan Suhu kamar : 25oC Hasil percobaan dengan Peak Flow Meter Hasil 1 : 5,67 L/detik Hasil 2 : 5,83 L/detik Hasil 3 : 6,17 L/detik Kesimpulan : Hasil yang digunakan adalah hasil pada percobaan ketiga karena hasil yang paling maksimal. b. Pembahasan Peak Flow Meter Dari percobaan yang kami lakukan dengan menggunakan Peak Flow Meter, di dapatkan hasil tertinggi dari 3 kali percobaan adalah 6,17 L/detik. (Percobaan pertama : 5,67, percobaan kedua : 5,83, percobaan ketiga 6,17). Hasil dari percobaan dengan Peak Flow Meter dapat dikategorikan dalam tiga zona yaitu zona hijau (>80% dari nilai prediksi), zona kuning (80%-50% dari nilai prediksi), dan zona merah (<50% dari nilai prediksi).

Sehingga nilai prediksi PEFR pada probandus dengan tinggi 161 cm adalah 7,26 L/detik. Hasil yang didapat adalah 6,17 L/detik atau 84,94% dari nilai prediksi. Variasi nilai APE sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan dan merokok. Semakin dewasa seseorang, maka secara normal, volume parunya akan lebih besar daripada volume paru anak kecil. Jenis kelamin juga menentukan, seorang pria cenderung untuk lebih memiliki volume dan rongga dada yang lebih luas dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan untuk ras, maka ras kaukasia biasanya lebih memiliki rongga dada dan volum paru yang lebih besar jika dibandingkan dengan ras asia. Tinggi badan juga sangat mempengaruhi. Semakin tinggi seseorang, maka volume dan rongga dada yang dimilikinya juga lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki tinggi badan yang rendah. Jika probandus tidak memiliki kebiasaan merokok, maka kemampuan parunya akan lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan merokok karena merokok akan merusak fungsi fisiologis dari paru (GOLD, 2008). Selain itu, hasil juga dipengaruhi oleh posisi, perilaku, dan teknik probandus dalam melakukan pemeriksaan PEFR. Posisi yang salah, misalnya terlulu menunduk akan membuat hasil tidak maksimal. Perilaku probandus juga snagat mempengaruhi hasil (contohnya probandus dilarang tertawa saat melakukan percobaan karena akan mengakibatkan hasil rendah palsu). Teknik meniup yang salah juga akan menimbulkan hasil yang rendah palsu sehingga hasil tidak valid. (Mulyadi et al., 2011).

DAPUS

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2008. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA : GOLD. Mulyadi, Zulfitri, Nafisah S. 2011. Analisis Hasil Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) Pada Pasien Gangguan Pernapasan di Pesisir Kota Banda Aceh. J Respir Indo Vol. 31, No.2, April 2011.

Anda mungkin juga menyukai