Anda di halaman 1dari 4

KALA NIFAS

Pimpinan Persalinan kala IV


Bimbingan dr. Loekmono Hadi, SpOG(K)

Adalah kala nifas, yaitu periode dari hemostatik
Yang terjadi adalah :
- Kontraksi uterus menyebabkan terjepitnya pembuluh darah yang ada di plasental bed
(Tempat melekatnya plasenta), sehingga memberi waktu untuk terjadinya trombus pada
ujung-ujung pembuluh darah. Disamping itu dibantu oleh otot2 uterus untuk menjepit
pembuluh darah, inilah yang disebut periode hemostatik
- Jalan lahir harus dipantau akibat anak yang lahir yang mungkin membuat laserasi atau
trauma pada jaringan lunak, jadi pada yang normal kontraksi uterus berjalan dengan
kontraksi yang kuat sehinnga uterus seperti batu. Fundus uteri setinggi pusat dan
perdarahan yang tertampung selama 2 jam tidak lebih dari 100cc
- Untuk memastikan kontraksi itu baik minimal dalam waktu 30menit pertama harus
dipastikan terdapat kontraksi membatu, dengan adanya kontraksi 30 menit maka sudah
timbul trombus pada ujung-ujung pembuluh darah. Trombus inilah yang menghentikan
perdarahan, yang berpengaruh adalah kontraksi uterus dan reaksi citokin, tromboksan,
menyebabkan kontraksi pada pembuluh darah sehingga memerlukan faktor koagulopati,
reaksi citokin dan kotraksi uterus (penghentian Hemostatik)
- Jadi jangan meninggalkan kala IV minimal 30 menit pertama setelah lahir, pastikan
semuanya baik dalam 2 jam.
Gangguan yang terjadi pada kala IV :
1. Kontraksi yang tidak baik ( Hipotoni atau atonia uteri )
Ciri hipotoni kontraksi (+) tapi 10-15 menit menjadi lunak kembali setelah dirangsang
keras kembali setelah itu lunak kembali.
Cara memimpin dalam keadaan ini harus dimasase selama 30 menit agar trombusnya sudah
cukup untuk hemostatik. Apabila dirangsang tidak mau kontraksi maka pikirkan atonia uteri.
Hipotoni, pakai uterustonika. Yang dipakai yang spastik misal methyl ergometrin atau
mesoprostol atau apabila tidak ada respon maka perlu diberikan oksitosin drip 10 unit dalam
500cc dengan tetesan 15 tpm tujuannya menjaga kontraksi uterus terus menerus
2. Apabila kontraksi baik dan fundus uteri dibawah pusat namun masih terdapat darah segar
dari jalan lahir (masih ada perdarahan) maka segera diperiksa apakah ada laserasi jalan lahir
dengan menggunakan spekulum.
Amati bekas epis, bekas laserasi jalan lahir yang sudah terjahit, atau masih adanya laserasi
jalan lahir yang blum terjahit, dan lihat adanya hemato serta bibir portio utuh atau robek
dan buatlah diagnosa. Misal, perdarahan postpartum e/c laserasi jalan lahir, yang terjadi
pada servik maka servik harus bisa dipresentasikan dengan memegang bibir servik
menggunakan ovarium klem sambil mengamati apakah ada bagian yang berdarah. Sobek
dan berdarah ini dilakukan penjahitan (secara AFU (luka terlihat dan terbebas dari organ
sekitar)) jahit bagian proksimal dari sumber perdarahan kemudian dijahit kemudian
dilanjutkan dengan penjahitan kontinyu dan klem ovarium harus bisa mempresentasikan.
Yang paling sulit adalah pada bagian fornix posterior lateral kanan dan kiri. Hati hati
dibelakang fornis ada pleksus venosus, gunakan jarum bulat yang besar dengan lengkungan
yang dalam. Bagian hematom harus dapat dipresentasikan, kemudian lakukan insisi. Cari
daerah couple bleeding, lakukan penjahitan lebar dengan jarum yang lengkungannya dalam.
Apabila laserasi atau hematom jangan lupa post partum pakai tampon vagina, 12/24 jam
dilepas. Apabila hematom didaerah vulva maka penonjolannya gampang terlihat.
3. Perdaraha atoni, tertampung darah sudah 400cc dalam 2 jam, sebaiknya kita waspada
jangan menunggu 100cc segera setalah post partum. Kontraksi tidak seperti batu (kurang
baik) fundus masih sepusat. Berikan infus sekaligus uterotonika oksitosin 10 unit dan masase
untuk merangsang uterus atau memberikan tekanan mengeluarkan sitosel supaya uetrus
bisa berkontraksi, cek kontraksinya muncul atau tidak. Bila tidak berikan methergin iv atau
im, ada reaksi apa tidak bila ada terus rangsang selama 30 menit, apabila tidak kontraksi kita
harus mempersiapkan operasi (siap cari darah, kamar operasi dan pasang tampon ke dalam
uterus. Setelah siap kamar operasi, dilihat tampon tadi masih terlihat putih atau berdarah.
Apabila ada kontraksi dan tampon masih putih, diteruskan terapi tadi (masase+uterotonika)
apabila berdarah segera dibawa ke kamar operasi. Apabila waktu operasi tampon diamil
setelah memotong adenksa dan fornik. Biasanya dikerjakan supra servikal (lebih aman
karena tidak melibatkan uretra) atau supra vaginal. Tampon diambil setelah 24 jam. Untuk
darah yang diperlukan adalah darah segar (WB) juga diperlukan anti spasmin. Sifat dari
tamponade adalah membuat ruang untuk menimbulkan trombus. Kompresi bimanual
dilakukan sementara untuk menghentikan darah dari arteri uterina, bisa juga pakai klem
ovarium untuk bagian kanan kiri dari uterus.





















MASA NIFAS
Periode kala IV sampai 6 minggu post partum
Adalah proses kembalinya organ-organ ibu kembali sampai sebelum hamil, proses ini proses normal
dan alamiah. Yang secara detail yang berubah adalah sistem vaskularisasi, hormonal dan oragan
menjadi kembali. 3 hari post partum biasanya diamati di rumah sakit atau klinik, apakah terjadi
involusi yang baik atau tidak baik terutama tinggi fundus uteri, lokia, temeperatus badan,
perdarahannya. Dibedakan persalinan normal atau tidak, apabila tidak bedakan vaginal atau bukan
vaginal. Persalinan dengan tindakan terutama pada kala II lama, kita harus waspada adanya fistula
obstetrik dengan memasang DC selama 4 hari. Misal seperti embriotomi, forceps berat, maka
kantung kemih harus kosong dan rectum harus kosong. Selain itu perawatan sepeerti biasa. Pada
persalinan dengan sectio diamati adanya perdarahan vaginal, kemudian kencingnya diperiksa.
Komplikasi dari seksio, perdarahan dan lasserasi dari VU yg bisa menyebabka gangguan diuresis.
Ketika merawat harus tau, normal/tdk normal, vaginal/abdominal.
- Normal, hari ke 3 TFU 1-2 jari bawah pusat, tidak ada febris, lokia rubra, seminggu setelah
dirumah kemudian kontrol. TFU pertengahan pusat-simpisis
- Setelah 6 minggu, perdarahan tidak ada atau ada perdarahan karena nifas terakhir (1-2hari),
setelah nifas maka motivasi untuk penggunaan KB
Gangguan pada nifas :
1. Febris ferporalis, disebabkan oleh Mastitis/stuwing mamae diterapi dengan antibiotika dan
oksitosin 5 unit untuk kontraksi mioepitel, bisa terjadi abses mamae apabila dktus
lactoriferusnya buntu.
2. Dapat juga terhadi endometritis perforalis, tandanya febris dan subinvolusi, Lokianya
berbau, nyeri suprasimpisis, dapat diberikan terapi antibiotika untuk gram negatif dan
anaerob serta uterotonika biasanya dipakai methyl ergometrin. perawatan minimal 5 hari,
komplikasi endometritis perforalis dapat terjadi pelvio peritonitis. Bisa terjadi apabila
endomteritis tidak diobati secara adekuat. Biasanya dipakai ciprofolksasin bisa iv ataupun
oral. Ileolitis, bisa terjadi phlebitis di daerah paha memberikan gejala plegmasia albagulen,
daerah sakit apabila jalan dan dingin. Kadang2 diberi heparin (trombofob) sambil diberikan
antibiotik yang adekuat
Perdarahan post partum
Perdarahan akibat adanya retensi sisa plasenta (berdarah, subinvolusi) terapi dengan kuretase atau
endometritis (panas). Endomtritis + Retensi diberikan antibiotik +Kuretase

Anjuran :
- Jangan bekerja terlalu berat
- Jangan meminum jamu-jamu, ada yang mengandung estrogen sehingga mengganggu proses
involusi
- Senam postpartum, melatih kembali otot panggul
- Hormon progesteron (striae gravidarum) dan melanin (melanofor) nantinya hilang sendiri.

Anda mungkin juga menyukai