Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari
nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan
berbagai

macam

persoalan

yang

membutuhkan

penyelesaian.

Dengan

perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan
manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia
tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih
lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti
minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka
yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang
telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut
kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi
iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk
agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba
yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman dan taqwa itu perlu
untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1.

Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?

2.

Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?

3.
Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan
sehari-hari ?

4.
Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan
modern ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah
agama islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan
dan pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya ke
kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab problema
kehidupan kita di masa yang modern ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu - amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok - pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.
Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai)
Allah dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasulrasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan
perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena

itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran
dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan).
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat anNisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar
menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan
kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita
jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah
sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat
orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
2.1.2 Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka
taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang - orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indikator ketaqwaan.
3

A.
B.

C.
D.
E.

Iman kepada Allah, para malaikat, kitab - kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang orang miskin, orang - orang yang terputus di perjalanan, orang - orang yang
meminta - minta dana, orang - orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.
Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

2.2 Wujud Iman dan Taqwa


Akidah Islam dalam Al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat
dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam.
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang
dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang
bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal yang harus kita peroleh dalam
mengarungi kehidupan dunia
2.3 Tanda-tanda Orang yang Beriman dan Bertaqwa
2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman
1.

Al-quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

2.

Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)

3.

Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu


Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52,
Ibrahim:11)

4.

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintahNya. (al-anfal: 3, Al-muminun: 2, 7)

5.

Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun:


2, 7)

6.

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.


(Al-mukminun: 3, 5)

7.

Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)

8.

Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)

9.

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

2.3.2 Ciri-ciri Orang yang Bertaqwa kepada Allah SWT


1.

Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya

2.

Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran


dan kejujuran

3.

Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan
kemampuannya

4.

Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin

5.

Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun


kaya

6.

Murah hati dan murah tangan

7.

Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat

8.

Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah

9.

Disiplin dalam tugasnya

10. Tinggi dedikasinya


11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada
terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang
lain
13.

Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu

14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau
makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku.
Kalau

teguran

anda

ternyata

salah,

saya

bermohon

agar Allah

mengampunimu
2.4 Keterkaitan Iman dan Taqwa
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.
Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa
nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian.
Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu
menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan
dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya
saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud
bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki
nilai apa-apa bila tidak sampai ke derajat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas
menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa,
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula
kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak
akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai
kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang
diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa
melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada
tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu
digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat)
supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan
adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman
itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil
jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang6

orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik


untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan
diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu
sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng
untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam
kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan
ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang
beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. alBaqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid
28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum
mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini
maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk
dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada
orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi
hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
2.5 Pengertian Rukun Iman
Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di
yakini dengan sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan
anggota badan. Orang yang beriman disebut Mumin.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu :
1. Iman kepada Allah
Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta
alam, Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita
wajib beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya).
Malaikat selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun
membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat dilihat

dengan panca indera manusia. Namun kita wajib iman dan percaya kepadanya.
Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang mengetahui jumlahnya,
kecuali Allah. Diantara nama - nama malikat yang disebut dalam Al-Qur'an.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman
umat manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab
yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
a.

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S

b.

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS

c.

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS

d.

Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah


Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri,
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama
Allah kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan
Rasul yang wajib kita ketahui ada 25 orang, yaitu :
Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul
Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah, namun
mereka tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah NUH,
IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.
5. Iman kepada Hari Akhir
Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak ada
satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu kapan
akan terjadinya kiamat.

Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat,
belaiau tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat
yang mendahului terjadinya kiamat. Di antara tanda-tandanya adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Banyak orang minum-minum keras


Banyak terjadi perzinahan
Banyak gedung-gedung tinggi
Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
Keluarnya Dajjal, dll.

6. Iman kepada Qadha dan Qadhar


Beriman kepada Qadha dan qadhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia.
Qadha & Qadar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yang buruk. Maka
seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun
buruknya.
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di mana
kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu Abbas
pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang
mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan
barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya
merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar,
terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada menurut
bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan menjadikan.
Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.
Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan
pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki arti yang
banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada
makna kesempurnaan." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir).
Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti
penentuan.

Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang


telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah
terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha). Sedangkan arti
terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar
dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi
makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan
rancangan tersebut."
Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang
telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah ketetapan Allah
yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula dikatakan bahwa qada
adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar adalah ukuran. Dengan
demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar atau takdir adalah ketentuan atau
ketetapan Allah menurut ukuran atau norma tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36,
yaitu :
Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman kepada
qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :

Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang
merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui segala sesuatu.
Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia
ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia
juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi
di masa yang akan datang.

Penulisan Takdir

10

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di
masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah dicatat
dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya.

Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani
masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun yang
Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu
pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun
manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan Allah tidak
mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.

Pencipta Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani
bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak
ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap
muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan atau
didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan yang
sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak
bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman itu rusak,
maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan tauhid itu
sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit, bumi,
dan seluruh isinya.
Takdir Umuri
Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
Takdir Samawi
Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.

Takdir Yaumi

11

Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari,
mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa,
menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang
terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam dalam
mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan seharihari. Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat mendatangkan
manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa, mewujudkan
kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta dapat
meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.
2.6 Implementasi Konsep Iman dan Takwa dalam Kehidupan Sehari-hari
Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang
dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada
Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya
"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan
terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"
Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya
haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal,
misalnya disamping
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah
sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Menjalankan keenam rukun iman


Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridho Allah
Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.
Ada sebuah hadist yang menyatakan, bahwa Rosulullah SAW bersabda :

12

" Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah), niscaya aku akan menjadi surganya "
f. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah
bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk
selalu menepati janji selagi masih mampu.
g. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga
waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya.
Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan
bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari
sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang
telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
h. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah


dilakukan oleh sebagian anak muda. Namun, sebagian darinya masih juga kurang
sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah
yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masingmasing

individu.

Ada

beberapa

faktor

penyebab

munculnya

masalah

berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut :


a) Tidak mengenal siapa Allah SWT
b) Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat
kauni maupun syar'i. Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam
itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan
syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.
c) Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat
Oleh karena itulah iman akan turun, melemah dan surut sebanding dengan
tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta
kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan
menjadi sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar,
jauh lebih parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab
dalam dosa kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu
lebih besar daripada akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan
lebih banyak berkurang dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada
akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah seterusnya. Oleh sebab

13

itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih
besar daripada dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang
yang masih muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits. Ada tiga
golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak akan
diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat. Dan di antara mereka itu adalah orang
tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.
d) Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang
ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting
dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan
penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan.
Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya
kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat
sama sekali. Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi
menjadi dua, yaitu :
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atau siksa yaitu apabila yang
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk
meninggalkannya.
Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan siksa karena
meninggalkannya, seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i
(berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang terindera),
atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah. Contoh untuk
orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah
perempuan yang tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang
meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan
shalat Dhuha.

BAB III
ISI

3.1 Permasalahan
Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat
tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia
bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan
ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh
problem dalam kehidupan modern di antara :
1.
2.
3.
4.

Perekonomian
Putus asa
Kegelisahan atau bimbang
Kekecewaan, dll.

14

Permasalah di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis


faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1.

2.
3.

Faktor Ekonomi. Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah


sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di manamana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari
pekerjaan. Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan.
Faktor Budaya. Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat
ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru
yang berdampak negatif seperti narkoba.
Faktor Psikologis. Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan
meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya
di jiwa mereka.

3.2 Pembahasan
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:
a.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana,
maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7
b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

15

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak


diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di
tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu
kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
c.

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak


orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan
prinsip,menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul
mahfud) (Hud, 11:6)
d.

Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan ,
hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan
firman Allah:
..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram
(Ar-Ra'd,13:28)
e.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (An
Nahl, 16:97)
f.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

16

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa
pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen
dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan
hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)
g.

Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.(Al-Baqarah, 2:5)
h.

Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi


biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan
kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat
dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan
ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia
bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.

17

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru
agama islam bisa lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan
adanya agama islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap
menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu
kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas,
maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap
agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap
keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak
diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini
tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha
untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah
melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem
harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni
manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami
ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita
dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari
segala sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah
modernisasi tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang
bermanfaat atau tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

18

DAFTAR PUSTAKA
http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/16/pengertian-akidah-serta-imankepada-qada-dan-qadar/
http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/21/pengertian-dan-rukun-iman/
http://gustiprabangasta.blogspot.com/2010/09/masalah-masalah-sosial-yangterjadi-di.html
http://skripsi-dulrohman.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-pai-tentangiman-dan.html

19

PERTANYAAN
1.

Apakah iman itu hanya diukur lewat sholat, dzikir, puasa dll ?

2.

Bagaimana iman kepada Qada

3.

Apa maksud iman mencegah penyakit

4.

Bagaiman islam memandang budaya indonesia yang tidak

sesuai dengan iman dan taqwa

JAWABAN
1.

iman tu tidak diukur hanya dengan hubungan kita dengan allah, tetapi

dengan sesama manusia dan hubungan kita dengan alam


2.

Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh

hati bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk


manusia. Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya.
Ketetapan Allah kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa halhal yag buruk. Maka seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada
ketetapan Allah baik maupun buruknya.

20

3.

Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas

moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,


tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi
tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat
dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan
ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
4.

Budaya bukan menciptakan islam tetapi islam yang menciptakan budya dan

memelihara budaya agar tidak menyimpang dari ajaran islam., maka dari itu
budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam lebih baik kita tinggalkan., atau
apabila kita bisa memperbaikinya lebih baik kita memperbaikinya
http://skripsi-dulrohman.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-pai-tentangiman-dan.html

21

Anda mungkin juga menyukai