Anda di halaman 1dari 50

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN


KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN

Oleh:
ISNANI NOFITASARI
1109035042

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN
KALIMANTAN TIMUR
LAPORAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


pada Program Studi Strata 1 Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Oleh:
ISNANI NOFITASARI
1109035042

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN
KALIMANTAN TIMUR

Oleh:
Isnani Nofitasari
1109035042
Samarinda, 9 Februari 2015
Disahkan oleh:
Pembimbing PKL,

Aji Ery Burhandenny, S.T., MAIT.


NIP. 19810317 200501 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Industri
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,

Dutho Suh Utomo, S.T., M.T.


NIP. 19780126 200801 1 006

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN
KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

ISNANI NOFITASARI
1109035042

Telah diperiksa dan disetujui oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim


Balikpapan
Balikpapan, Februari 2015

Mengesahkan dan Menyetujui,

Nuraida Puspitasari
Pembimbing PKL

Mengetahui,

Andrianto
Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah kepada Allah SWT, yang dengan
kasih sayang, rahmat, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang
dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dengan sebagaimana
mestinya. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan yaitu selama 1 bulan
pada tanggal 01 Agustus 2014 hingga 01 September 2014.

Selama kegiatan pelaksanaan PKL dan penyusunan, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak. Tidak lupa pada kesempatan yang baik ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak Andrianto selaku Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Baalikpapan,

2.

Bapak Marthen Rudy selaku, Asisten Manager divisi Penyaluran,

3.

Bapak Ari Zurianto selaku Supervisor Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk,

4.

Bapak Dodik Evan Rony selaku Supervisor Relay dan Proteksi,

5.

Ibu Nuraida Puspitasari selaku Engineer Pemeliharaan Transmisi yang banyak


membantu penulis dalam penulisan laporan PKL,

6.

Seluruh karyawan divisi penyaluran, diantaranya Mbak Dinar, Mas Reza, Mas
Faris, Pak Sukar, Pak Syaiful, Pak Bravo, dan lain-lain,

7.

Bapak. Dr. Ir. H. Dharma Widada, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman,

8.

Bapak Muhammad Dahlan Balfas, S.T., M.T., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Teknik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan PKL di PT
PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,

9.

Bapak Aji Ery Burhandenny, ST, MAIT selaku dosen pembimbing PKL atas arahan
dan masukannya,

10. Bapak. Dutho Suh Utomo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Industri di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
11. Kedua orang tua penulis yang menjadi penyemangat penulis,
12. Saudara penulis yang memberi dukungan moril,

13. Kawan seperjuangan Rifqah yang bersama melaksanakan kegiatan PKL di PT PLN
AP2B Balikpapan, serta Siti Umi Zuhriah dan Lyza Miranda sahabat terbaik yang
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
KKN ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan ini masih banyak terdapat
kesalahan karena keterbatasan pengetahuan hal ini yang menyebabkan laporan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap untuk kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Samarinda, Februari 2015

Penulis

Isnani Nofitasari
1109035042
Teknik Industri

PEMELIHARAAN PADA TRANSFORMATOR DAYA DAN ANALISIS


METODE PEMELIHARAAN PADA PT PLN AP2B SISTEM KALTIM
BALIKPAPAN

ABSTRAK
Pemeliharaan peralatan listrik merupakan suatu kegiatan menjaga atau memelihara dan
memperbaiki peralatan listrik untuk memperpanjang masa pakai peralatan sehingga
penyaluran tenaga listrik ke pelanggan menjadi optimal. Penulisan laporan ini bertujuan
untuk mengetahui prosedur pemeliharaan pada transformator daya dan metode yang
digunakan oleh perusahaan. Pada transformator daya terdapat lima jenis pemeliharaan
yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement),
shutdown function check, dan treatment. Metode yang digunakan oleh perusahaan saat
ini adalah metode Time Base Maintanance (TBM) dan Corrective Maintenance dengan
persentase masing-masing sebesar 80% dan 20%. Penerapan kedua metode tersebut
menimbulkan permasalahan yang membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik
kurang optimal, sehingga perusahaan menerapkan metode Condition Base Maintenance
(CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Perusahaan menargetkan untuk
menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60%
untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian diterapkannya
CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya
persentasenya yang dikurangi.
Kata Kunci:

Pemeliharaan, Transformator, Corrective Maintenance, Time Base


Maintenance (TBM), dan Condition Base Maintenance (CBM)

Isnani Nofitasari
1109035042
Teknik Industri

MAINTENANCE IN POWER TRANSFORMER MAINTENANCE AND ANALYSIS


METHOD IN PT PLN AP2B KALTIM SYSTEM BALIKPAPAN

ABSTRACT

Electrical equipment maintenance is an activity to keep or maintain and repair


electrical equipment to extend the life of the equipment so that the electrical power
supply to the customer to be optimal. Writing this report aims to determine the power
transformer maintenance procedures and methods used by the company. In power
transformers, there are five types of maintenance that is in service inspection, in service
measurement, shutdown testing (measurement), the shutdown function check, and
treatment. The method used by the company now is the method Time Base Maintenance
(TBM) and Corrective Maintenance with each percentage of 80% and 20%. Application
of these methods cause problems that make electrical equipment maintenance activities
less than optimal, so that companies implement methods Condition Base Maintenance
(CBM) which is more effective and efficient. The company aims to apply the methods of
maintenance with a percentage of 30% for the TBM, 60% to 10% for the CBM and
Corrective Maintenance. Thus the implementation of CBM does not mean negating the
TBM and corrective maintanance, but only a reduced percentage.
Keywords:

Maintenance, Power Transformer, Corrective Maintenance, Time Base


Maintenance (TBM), and Condition Base Maintenance (CBM)

DAFTAR ISI
halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN AKADEMIK ...............................................................
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ..........................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
ABSTRAK .................................................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
xi
xii

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................

1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang .........................................................................................


Tujuan Praktek Kerja Lapangan ..............................................................
Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan .................................................
Sistematika Penulisan ..............................................................................

1
2
2
2

BAB II

GAMBARAN UMUM PT PLN AREA BALIKPAPAN .....................

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .....................


Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ..................
Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ......................
Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ....
Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ..............

4
6
7
9
9

BAB III

LANDASAN TEORI .............................................................................. 11

3.1
3.1.1
3.1.2
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3

Transformator Daya .................................................................................


Jenis Trafo ................................................................................................
Bagian-bagian Transformator dan Fungsinya ..........................................
Pemeliharaan ............................................................................................
Definisi Pemeliharaan ..............................................................................
Jenis-jenis Pemeliharaan ..........................................................................
Pedoman Pemeliharaan ............................................................................

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA ......................................................... 17

4.1
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3

Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan


Pengujian-Pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo ..........
In Service Inspection ................................................................................
In Service Measurement ...........................................................................
Shutdown Testing atau Measurement .......................................................

11
11
12
13
13
14
15

17
18
18
19
22

4.2.4

Shutdown Function Check ....................................................................... 26

4.2.5
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4

Treatment .................................................................................................
Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan ..............................................
Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini .......................................
Perbaikan Metode Meggunakan Conditioan Base Maintenance (CBM) .
Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan .........
Langkah-langkah untuk Menerapkan Metode Perbaikan .........................

BAB V

PENUTUP ............................................................................................... 35

5.1
5.2

Kesimpulan .............................................................................................. 35
Saran ........................................................................................................ 36

halaman

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

26
27
30
30
32
33

DAFTAR GAMBAR
Gambar

2.1
2.2
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12

halaman

Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .......................


Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ...............
Prinsip Kerja Transformator ....................................................................
Alat Uji DGA ...........................................................................................
Alat Uji Kadar Air ....................................................................................
Alat Uji Tegangan Tembus .......................................................................
Alat Uji Kadar Asam ................................................................................
Alat Pengujian Tegangan Antar Muka ....................................................
Alat Uji Warna Minyak ............................................................................
Megaohm Meter ........................................................................................
Micro Ohmmeter .......................................................................................
Indikatir Sensor Suhu ................................................................................
Voltage Slide Regulator dan Kabel ...........................................................
Voltmeter dan Ampermeter .....................................................................
Konsep Pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke Depan .............

8
10
11
19
20
20
21
21
22
23
24
25
25
26
32

DAFTAR TABEL
Tabel

4.1

halaman

Kekurangan dan Kelebihan Masing-masing Metode Pemelliharaan ........... 12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Slide Sosialisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

Lampiran 2

Wawancara Pemeliharaan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan yang dilakukan di lapangan selama
periode tertentu untuk menjadikan para mahasiswa lebih memahami bidang studinya,
baik di perusahaan maupun di instansi tertentu. Praktek kerja lapangan ini dipandang
perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat memberi dan menambah pengalaman,
pengetahuan

dan

perkembangan

ilmu

keteknikan

kepada

mahasiswa

dalam

penerapannya di bidang aplikasi dan industri teknologi. Adapun perusahaan yang


dijadikan objek tempat pengaplikasin kegiatan PKL ini adalah perusahaan PT PLN
AP2B (Area Pengaturan dan Penyaluran Beban) Sistem Kaltim Balikpapan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
diberi kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi tugas semata-mata untuk
melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta diberikan
tugas dalam melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik.
Dalam kegiatan PKL ini akan dibahas tentang pemeliharaan atau maintenance
transformator daya yang ada di Gardu Induk AP2B Sistem Kaltim Balikpapan. Salah
satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya.
Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan
memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguan gangguan
pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar.

Pengaplikasian metode pemeliharaan yang kurang tepat maka akan membuat


perencanaan pemeliharan yang kurang optimal seperti yang dialami oleh PT PLN AP2B
Sistem Kaltim saat ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa untuk mengoptimalkan
metode yang digunakan dalam pemeliharaan peralatan listrik khususnya transformator
daya.

1.2

Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dalam dunia kerja nyata di PT PLN AP2B
Sistem Kaltim Balikpapan,
2. Untuk

mengetahui

prosedur-prosedur

pemeliharaan

yang

dilakukan

pada

transformator daya, dan


3. Untuk mengetahui metode pemeliharaan yang digunakan perusahaan.

1.3

Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

Ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
pada divisi penyaluran,
2. Penelitian hanya pada pemeliharaan transformator daya, dan
3. Analisa metode pemeliharaan hanya pada metode yang digunakan oleh PT PLN
AP2B Sistem Kaltim.

1.4

Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini, menggunakan sistematika penulisan laporan sebagai


berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, serta sistematika penulisan laporan
Praktek Kerja Lapangan

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab II menjelaskan tentang sejarah berdirinya PT PLN AP2B Sistem
Kaltim Balikpapan, visi misi perusahaan, dan deskripsi bagan organisasi
PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan.

BAB III

LANDASAN TEORI
Bab III memuat tentang pengertian transformator daya, pemeliharaan,
konsep pemeliharaan dan jenis metode yang digunakan dalam melakukan
pemeliharaan.

BAB IV

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Bab ini menjelaskan mengenai proses atau kegiatan yang dilakukan oleh
divisi penyaluran, khususnya dalam melakukan pemeliharaan terhadap
transformator, serta metode yang diterapkan dalam pemeliharaan.

BAB V

PENUTUP
Bagian ini mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
pengamatan langsung selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

BAB II
GAMBARAN UMUM PT PLN AP2B SISTEM KALTIM
BALIKPAPAN

2.1

Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan
Belanda antara gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan
swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak dibidang gas memperluas
usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah
Belanda membentuk SLands Waterkrach Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik
Negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan Bangkok Dago, PLTA dan
Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA
Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja
dibentuk Perusahaan-perusahaan Listrik Kotapraja.

Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam Perang Dunia II maka
Indonesia dikuasai Jepang, oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil
oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh
orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ketangan Sekutu dan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik
dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk mengambil alih
perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang,
kemudian pada bulan September 1945, Delegasi dari Buruh/Pegawai Listrik dan Gas
diketuai oleh Kobarsjih menghadap pimpinan KNI Pusat yang waktu diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi
Kobarsjih bersama-sama dengan pimpinan KNPI Pusat menghadap Presiden Soekarno,
untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik

Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan
Penetapan Pemerintah tahun 1945 No.1 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah
Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik


dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai
yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada
kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan
daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan. Para pemuda kemudian
mengajukan mosi yang dikenal dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi
Perusahaan Listrik dan Gas Swasta kepada pemerintah selanjutnya kristalisasi dari
semangat dan jiwa mosi tersebut tertuang dalam ketetapan Parlemen RI No. 163 tanggal
3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik bangsa asing di
Indonesia, jika waktu konsesinya habis.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian


Jaya dari cengkeraman penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 86
tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan
Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi listrik
dan gas milik belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh perusahaan
listrik Belanda berada ditangan Bangsa Indonesia.

Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan pasang


surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai Hari
Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27
Oktober 1945 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BPKNIP) Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari
Listrik dan Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Nomor
20 tahun 1960. Namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga listrik Nomor : 235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975 peringatan Hari
Listrik dan Gas yang digabung dengan Hari Kebaktian Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai-nilai

Hari Listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor:
1134.K/MPE/1992 tanggal 31 Agustus ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari
Listrik Nasional.

2.2

Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

PT PLN (Persero) Area Penyaluran Dan Pengatur Beban Sistem Kaltim adalah
perusahaan jasa penyedia tenaga listrik, yang selalu berusaha meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan Target Kinerja dan peraturan yang berlaku melalui penerapan
Sistem Manajemen Mutu dan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja serta untuk mencapai Kepuasan Pelanggan. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 023/TAHUN 1994, disebutkan bahwa maksud didirikannya
PT PLN (Persero) adalah untuk mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah
dan makna yang memadai dengan tujuan sebagai berikut:
1.

Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk


keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

2.

Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai
dengan tujuan untuk

3.

Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.

4.

Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan


tenaga listrik untuk melayani kebutuhan rakyat.

5.

Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik

6.

Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga


listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim bertekad
menjadi Perusahaan Listrik setara dengan kelas dunia yang berorientasi kepada :
Pelanggan, Unggul dan Mandiri. Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang
bertumbuh-kembang dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

Dalam melaksanakan proses bisnisnya, PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan


Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk
(Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan
mendapat pembinaan, pengarahan, bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero)
Wilayah Kalimantan Timur.
Management PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dipimpin oleh seorang
Manajer dan dibantu empat Asman sebagai berikut:
1. Asisten Manajer Operasi Sistem
2. Asisten Manajer Penyaluran
3. Asisten Manajer SCADA dan Telekomuniasi
4. Asisten Manajer Keuangan, SDM dan Administrasi
5. Manajer Tragi

Beserta seluruh karyawan dan karyawati PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim
Balikpapan, Asman Manajer juga dibantu oleh Supervisor yang menjalankan tugas dan
fungsinya masing-masing. Secara global, jumlah pegawai yang berstatus pegawai PLN
sebanyak 139 orang, OJT sebanyak 8 orang sedangkan yang berstatus pegawai
outsourcing sebanyak 220 orang dengan sikap yang professional dan level kompetensi
masing-masing.

2.3

Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

Adupun wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Balikpapan dapat dilihat pada Gambar
2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Wilayah kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim


Balikpapan

PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat
dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan
yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan mendapat pembinaan, pengarahan,
bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur. AP2B
Sistem Kalimantan Timur adalah salah satu unit yang berada di bawah manajemen PT
PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur yang bertugas melaksanakan fungsi
penyaluran dan pengaturan beban di sistem Kaltim. Sistem Kaltim terdiri dari Subsistem
Balikpapan dan Subsistem Samarinda. Subsistem Balikpapan terdiri Gardu Induk 150
kV Industri, Manggarsari dan Karang Joang dan terdiri dari pembangkit PLTD skala
kecil mulai dari 1 MW s.d 12 MW dan semua pembangkit masuk sistem melalui 20 kV
hal ini sangat berpengaruh pada kestabilan sistem. Subsistem Samarinda terdiri dari
Gardu Induk 150 kV Bukit Biru, Embalut, Tengkawang, Harapan Baru, Bukuan dan
Sambutan dengan disupply sebagian oleh pembangkit skala cukup besar dan langsung

masuk ke sistem 150 kV seperti PLTU CFK, PLTGU Tanjung Batu dan PLTG
Menamas dan selebihnya PLTD melalui sistem 20 kV.
Kedua subsistem tersebut dihubungkan oleh transmisi 150 kV Double Hawk Double
circuit dengan jarak transmisi yang menghubungkan keduanya 76 kMR. Panjang
transmisi antar gardu induk selain interkonektor tersebut relatif cukup pendek dibawah
23 km, sedangkan trafo tenaga sebagian berdaya besar (60 MVA) seperti tabel diatas.
Jaringan transmisi yang pendek sangat berpengaruh pada kontribusi reaktif dari
jaringan, sementara dengan trafo tenaga juga berpengaruh pada penyerapan daya reaktif
sistem.Konfigurasi Sistem Kalimantan Timur masih radial dengan total panjang
jaringan transmisi 350.6 kMR. Pusat Pembangkit berskala besar berada di GI Embalut
Kabupaten Kutai Kartanegara sementara dominan pusat beban berada di GI
Tengkawang Kotamadya Samarinda dan GI Industri Kotamadya Balikpapan.

2.3

Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

Visi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan yaitu
"Menjadi Perusahaan yang Sehat dan terpercaya yang Bertumbuh Kembang dengan
Bertumpu pada Potensi Insani Dalam Penyediaan Tenaga Listrik di Kalimantan Timur
". Sedangkan misi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
adalah sebagai berikut:
1.

Menjamin ketersediaan tenaga listrik dengan kualitas dan kuantitas sesuai


persyaratan yang dibutuhkan,

2.

Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan,

3.

Meningkatkan profesionalitas dan integritas sdm,

4.

Mengelola proses bisnis ketenagalistrikan sesuai kaidah Good Corporate


Governance (GCG),

5.

Memanfaatkan sumber daya alam di Kalimantan Timur, dan

6.

Menjalankan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.5

Struktur Organisasi PT PLN AP2B Balikpapan

Adapun struktur organisasi PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan adalah sebagai
berikut yaitu berbentuk fungsional yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

MANAJER AP2B
SISTEM KALTIM

PLT ASISTEN
MANAJER OPERASI
SISTEM

ASISTEN
MANAJER
PENYALURAN

ASISTEN MANAJER
SCADA DAN
TELEKOMUNIKASI

ASISTEN MANAJER
KEUANGAN, SDM
DAN ADMINISTRASI

PLT SUPERVISOR
PERENCANAAN
OPERASI

PLT SUPERVISOR
LINGKUNGAN
DAN K2

PLT SUPERVISOR
TELEKOMUNIKASI

SUPERVISOR K3
DAN UMUM

PLT SUPERVISOR
SCADA DAN
TELEKOMUNIKASI

SUPERVISOR
LOGISTIK

SUPERVISOR
TRANSAKSI
ENERGI

SUPERVISOR
PENGATURAN
OPERASI

SUPERVISOR
PEMELIHARAAN TRANSMISI
DAN GARDU INDUK

SUPERVISOR
RELAY DAN
PROTEKSI

SUPERVISOR
ANGGARAN DAN
KEUANGAN

PLT
SUPERVISOR PDKB

Gambar 2.2

Struktur Organisasi PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1

Transformator Daya

Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya


atau tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator
menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan
daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi
itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu
belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Arus yang
mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga
didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi
belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial
yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1

Prinsip kerja transformator

3.1.1 Jenis trafo


Berdasarkan fungsinya transformator tenaga dapat dibedakan beberapa jenis, jenis-jenis
trafo tersebut adalaha sebagai berikut:
1.

Trafo pembangkit,

2.

Trafo gardu induk/penyaluran, dan

3.

Trafo distribusi

Sedangkan transformator tenaga untuk fungsi penyaluran dapat dibedakan menjadi


beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1.

Trafo besar,

2.

Trafo sedang, dan

3.

Trafo kecil.

3.1.2

Bagian Bagian Transformator dan Fungsinya

Di dalam transformator terdapat bagian-bagian yang yaitu sebagai berikut:


1.

Electromagnetic Circuit (Inti besi)


Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi arus
bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi
kembali ke kumparan yang lain.

2.

Current Carying Circuit (Belitan Trafo)


Belitan trafo terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi,
dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan
terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.

3.

Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar.
Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.

4.

Pendingin
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.

5.

Oil preservation & expansion (Konservator)


Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan memuai
sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi,
maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator
digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator mengalami kenaikan
suhu.

6.

Dielectric (Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas)


Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan
pelindung belitan dari oksidasi.

7.

Tap Changer
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai
sebagai kualitas tegangan.

8.

NGR (Neutral Grounding Resistant)


Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang
mengalir dari sisi neutral ke tanah. Ada dua jenis NGR, yaitu liquid dan solid

3.2 Pemeliharaan (Maintenance)


Pemeliharaan akan dibahas lebih lanjut meliputi definisi, jenis pemeliharaan,
pemeliharaan pada transformator, dan sebagainya sebagai berikut.

3.2.1 Definisi Pemeliharaan


Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin
rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang
dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan
memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan
untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa
diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau
peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan atau kerusakan
mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya
operations Management pemeliharaan adalah : all activities involved in keeping a
systems equipment in working order. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang
di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.

Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya Production
Management pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan
secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).

Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

3.2.2 Jenis-jenis Pemeliharaan


Dalam hal pemeliharaan, ada tiga metode pemeliharaan yang dikenal, yaitu :
1.

Preventive Maintanance (Time Based Maintenance)


Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah

terjadinya

kerusakan

peralatan

secara

tiba-tiba

dan

untuk

mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya.


Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada dan pengalaman operasi di lapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance). Pemeliharaan ini dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu,
misalnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
2.

Predictive Maintanance (Condition Based Maintenance)


Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara
memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya
peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut
dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah
memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak
beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.
Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ). Metode pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi
peralatan, misalnya berdasarkan statistik hasil pemeriksaan atau pemeliharaan
sebelumnya.

3.

Corrective Maintenance
Pemeliharaan korektif merupakan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana
pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan

pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan


ini disebut juga Corective Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau
penggantian part atau bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana. Metode pemeliharaan ini dilaksanakan jika terjadi kerusakan
pada peralatan atau part dari peralatan instalasi tersebut.

3.2.3 Pedoman Pemeliharaan


Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat pedoman atau cara-cara
pemeliharaan yang harus diketahui oleh bagian pemeliharaan. Pedoman pemeliharaan
secara umum adalah sebagai berikut:
1.

In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat
transformator dalam kondisi bertegangan/operasi. Tujuan dilakukannya in service
inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin
terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan
in service inspection adalah sebagai berikut:

2.

a. Bushing,
b. Pendingin,
c. Pernafasan,
d. Sistem kontrol dan proteksi,
e. OLTC,
f. Struktur mekanik,
g. Meter suhu atau temperatur,
h. Sistem monitoring thermal,
i. Belitan,
j. NGR Neutral grounding Resistor, dan
k. Fire Protection.
In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan
pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in
service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui
kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman. Pengujian yang termasuk

in service measurement yaitu meliputi thermovisi atau thermal image, DGA


(Dissolved gas analysis), Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik),
pengujian furan, pengujian corrosive sulfur, pegujian partial discharge, dan vibrasi
dan noise.
3.

Shutdown Testing Atau Measurement


Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan
pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat
pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Pengujian yang
termasuk pada shutdown testing adalah seperti pengukuran tahanan isolasi,
pengukuran tangen delta, pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response
Analyzer), ratio test, pengukuran tahanan DC, HV test, pengujian OLTC, pengujian
rele bucholz, pengujian rele jansen, pengujian sudden pressure, kalibrasi indikator
suhu, motor kipas pendingin, pengukuran tahanan NGR, dan fire protection.

4.

Shutdown Function Check


Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari relerele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item-item yang harus
di check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah meliputi rele bucholz, rele
jansen, rele sudden pressure, rele thermal, dan oil level.

5.

Treatment
Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service
inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function
check. Pemeliharaan yang termasuk ke dalam treatment yaitu purification atau
filter, reklamasi, ganti minyak, cleaning, tightening, replacing part, dan greasing.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1

Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim


Balikpapan

Selama melakukan kegiatan praktek kerja lapangan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim,
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan baik itu di dalam maupun di luar ruangan.
Adapun uraian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan di lapangan
Kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Survey lapangan
Survey lapangan dilakukan di daerah Gardu Induk Karang Joang yang
didampingi oleh staf pemeliharaan beserta supervisor pemeliharaan dan
supervisor proteksi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada
peserta PKL daerah dan kegiatan yang biasa dilakukan di Gardu Induk (GI).
b. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan yang dilakukan yaitu ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan peralatan
GI seperti:
1) Pengujian partial discharge pada trafo ardu induk Gunung Malang, peserta
PKL diajarkan secara langsung prosedur uji partial discharge.
2) Pemeliharaan rutin Bay line transmisi di Gardu Induk Karang Joang beserta
staf pemeliharaan dan staf Tragi Balikpapan yang didampingi oleh Staf
K2/K3 Balikpapan.
3) Pemeliharaan trafo 30 MVA dengan melakukan pengujian DGA dan
tegangan tembus bersama staf pemeliharaan dan supervisor di Gardu Induk
Karang Joang.
c. Kegaiatan Training
Ikut serta dalam kegiaatan training alat tes Ratio Trafo 3 Fasa yang dilakukan di
kantor PT PLN Karang Joang bersama staf yang berkepentingan di bagian
pemeliharaan oleh PT Guna Elektro yang berasal dari Jakarta.

2. egiatan di dalam ruangan


Selain kegiatan yang dilakukan di luar ruangan, ada juga kegiatan yang dilakukan di
dalam ruangan seperti:
a. Membantu bagian CSR membuat surat udangan,
b. Membantu bagian CSR mengetik uraian anggaran pelatihan buah naga,
c. Membantu bagian CSR membuat narasi undangan,
d. Menginput data spesifikasi alat (management asset),
e. Mengetik laporan hasil tes tegangan tembus dan uji DGA, dan
f. Mengetik dan membuat bagan struktur organisasi perusahaan dan formasi
jabatan di PT PLN AP2B Karaang Joang.

4.2

Pengujian-pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo

Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat prosedur yang harus


diketahui oleh staf pemeliharaan. Berikut ini merupakan macam-macam pengujian
yang dilakukan dalam pemeliharaan trafo

4.2.1 In Service Inspection

In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator
dalam kondisi bertegangan atau operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection
adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam
trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service
inspection adalah sebagai berikut:
1.

Bushing

2.

Pendingin

3.

Pernafasan

4.

Sistem kontrol dan proteksi

5.

OLTC

6.

Struktur mekanik

7.

Meter suhu / temperature

8.

Sistem monitoring thermal

9.

Belitan

10. NGR Neutral grounding Resistor


11. Fire Protection

4.2.2 In Service Measurement

In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan


pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in service).
Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo
lebih dalam tanpa melakukan pemadaman.
1.

Thermovisi (Thermal image)


Suhu yang tidak normal pada trafo dapat diartikan sebagai adanya ketidaknormalan
pada bagian atau lokasi tersebut. Metoda pemantauan suhu trafo secara menyeluruh
untuk melihat ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo dilakukan dengan
menggunakan thermovisi atau thermal image camera.

2.

Dissolved Gas Analysis (DGA)


DGA adalah proses untuk menghitung kadar atau nilai dari gas-gas hidrokarbon
yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Ketidaknormalan tersebut seperti overheat,
arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2
(hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon
monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2
(Acetylene). Untuk melihat alat uji DGA dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai
berikut:

Gambar 4.1

Alat uji DGA

3.

Pengujian Kualitas Minyak Isolasi


Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam
minyak dilakukanlah pengujian oil quality test. Adapun jenis pengujiannya adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian kadar air
Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut
atau terkandung di minyak. Berikut ini adalah alat uji kadar air dalam minyak
yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 seperti di bawah ini:

Gambar 4.2

Alat uji kadar air

b. Pengujian tegangan tembus


Tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi
dalam menahan stress tegangan. Untuk melihat alat uji tegangan tembus dapat
dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3

Alat uji tegangan tembus

c. Pengujian kadar asam


Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah
minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti.
Untuk mengetahui alat uji kadar asam dapat diliat pada Gambar 4.4 seperti di
bawah ini:

Gambar 4.4

Alat uji kadar asam

d. Pengujian tegangan antar muka


Pengujian tegangan antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui
Alat pengujian tegangan antar muka yang dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai
berikut:

Gambar 4.5

Alat pengujian tegangan antar muka

e. Pengujian warna minyak


Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai
dengan minyak yang baru. Alat uji warna minyak dapat dilihat pada Gambar 4.6
sebagai berikut:

Gambar 4.6

4.

Alat uji warna minyak

Pengujian Furan
Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan kondisi tingkat DP (degree of
polimerization) dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi
tersebut.

5.

Pengujian Corrosive Sulfur


Salah satu yang dapat menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo adalah
corrosive sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi trafo. Corrosive sulfur
dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga dan
perak.

6.

Pengujian Partial Discharge


Kegagalan pada isolasi dapat diindikasikan dengan munculnya partial discharge
(peluahan parsial). Partial discharge dapat terjadi pada bahan isolasi cair maupun
isolasi gas.

7.

Vibrasi & Noise


Noise pada trafo dikarenakan adanya fenomena yang disebut magnetostriction
Adapun alat yang dipakai untuk mengukur tingkat noise yang muncul adalah sound
level meter atau noise detector.

4.2.3 Shutdown Testing atau Measurement


Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada
saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat

pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Terdapat beberapa


kegiatan measurement pada pemeliharaan yaitu sebagai berikut:
1.

Pengukuran Tahanan Isolasi


Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan
ground atau antara dua belitan. Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan
isolasi adalah megaohm meter. Megaohm meter dapat dilihat pada Gambar 4.7
seperti di bawah ini:

Gambar 4.7

2.

Megaohm meter

Pengukuran Tangen Delta


Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah
metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi
bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna.

3.

Pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer)


Dengan melakukan pengujian ini, dapat diketahui bagaimana suatu belitan
memberikan sinyal bertegangan rendah dalam berbagai variasi frekuensi.

4.

Ratio Test
Tujuan dari pengujian rasio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya
masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini
akan mendeteksi adanya hubungan singkat atau ketidaknormalan pada tap changer.
Peralatan yang secara umum digunakan untuk melakukan pengujian ratio ini adalah
sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V.

5.

Pengukuran tahanan DC (Rdc)


Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi-koneksi
yang ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat

atau resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Micro ohmmeter adalah alat
untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan. Micro ohmmeter dapat dilihat
pada Gambar 4.8 sebagai berikut:

Gambar 4.8

6.

Micro Ohmmeter

HV test
Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan
isolasi trafo sanggup menahan tegangan. Pelaksanaan pengujian HV test dapat
dilengkapi dengan pengujian Partial discharge (PD) untuk mengetahui kondisi
isolasi trafo pada saat mendapat stress tegangan.

7.

Pengujian OLTC
OLTC merupakan satu-satunya bagian trafo yang bergerak secara mekanik.
Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer
trafo. Setiap perubahan tap atau ratio, nilai tahanan belitan diukur.

8.

Pengujian Rele Bucholz


Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol
masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan
informasi dapat dihindari.

9.

Pengujian Rele Jansen


Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih
dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan
informasi dapat dihindari

10. Pengujian Rele Sudden Pressure


Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo
muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan

tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada
maintank.
11. Kalibrasi Indikator Suhu
Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo.
oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari
trafo tersebut.. Indikator sensor suhu dapat dilihat pada Gambar 4.9 sebagai berikut:

Gambar 4.9 Indikator sensor suhu

12. Motor Kipas Pendingin


Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi belitan motor dilakukan pengukuran
tahanan DC dari belitan tersebut dengan menggunakan Ohm meter.
13. Tahanan NGR (Neutral Grounding Resistor)
Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide
regulator, voltmeter dan amperemeter. Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda
tegangan pada kedua kutubnya dan dengan memanfaatkan pengukuran arus yang
mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya. Volteage slide regulator dan
kabel dapat dilihat pada Gambar 4.10, dan untuk melihat voltmeter dan
amperemeter dapat dilihat pada Gambar 4.11 sebagai berikut:

Gambar 4.10 Voltage slide regulator dan kabel

Gambar 4.11 Voltmeter dan Amperemeter

14. Fire Protection


Untuk meminimalisir atau mengeliminasi dampak gangguan yang berpotensi
membakar trafo, dilengkapilah trafo tersebut dengan fire protection.

4.2.4 Shutdown Function Check


Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele
rele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item item yang harus di
check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah sebagai berikut:
1.

Rele Bucholz

2.

Rele Jansen

3.

Rele Sudden Pressure

4.

Rele thermal

5.

Oil Level

4.2.5 Treatment
Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service
inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function
check. Berikut ini merupakan treatment-treatment yang biasa dilakukan pada
transformator daya:

1.

Purification (filter)
Proses purification (filter) ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak
diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi
buruk.

2.

Reklamasi
Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa
pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk.

3.

Ganti minyak
Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian kualitas
minyak dan diperhitungkan secara ekonomis.

4.

Cleaning
Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan atau komponen yang
kotor. Adapun alat kerja yang dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen
hijau, vacum cleaner, minyak isolasi trafo.

5.

Tightening
Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut-baut pengikat. Peralatan
kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci-kunci.
Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus dilakukan dengan menggunakan
kunci momen dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan.

6.

Replacing parts
Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen
transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi pabrikan.

7.

Greasing
Untuk mengembalikan fungsi-fungsi alat, dilakukan penggantian grease atau
greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang
direkomendasikan pabrikan.

4.3

Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan

PT PLN AP2B Sistem Kaltim memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem
ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda.
Pengelolaan ini mencakup perencanaan dan pemeliharaan peralatan instalasi tegangan

tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktivitas
pemeriksaan, pembersihan, pengujian, perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk
menjaga agar peralatan instalasi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Dalam
melakukan pemeliharaan terdapat tiga metode yang dikenal yaitu:
1.

Pemeliharaan preventive (time base maintenance),

2.

Pemeliharaan predictive (condition base maintenance), dan

3.

Pemeliharaan corrective.

Dari ketiga metode tersebut dilakukan analisa yang bertujuan untuk mendapatkan
metode pemeliharaan yang lebih tepat, baik dari segi biaya, perencanaan pemeliharaan,
maupun tenaga kerja.

Sebelum melakukan analisa, maka dilakukan wawancara kepada salah seorang dari
devisi penyaluran yang ahli di bagian pemeliharaaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim
Balikpapan untuk melengkapi data penelitian. Berikut merupakan pertanyaan
wawancara yang diajukan kepada narasumber:

WAWANCARA METODE PEMELIHARAAN

Tempat/via

: Blackberry Massanger dan Email

Waktu

: 12 Januari 2015

Narasumber

: Nuraida Puspitasari

Butir Pertanyaaan:
1.

Apa metode pemeliharaan yang sedang digunakan oleh PT PLN AP2B saat ini ?

2.

Berapa persentase masing-masing penggunan metode tersebut ?

3.

Apakah metode tersebut sudah efektif dan efisien untuk diterapkan ? Jika belum,
apa saja penyebabnya dari metode yang ada sekarang?

4.

Apa kekurangan dan kelebihan metode yang digunakan saat ini ?

5.

Apakah ada metode baru yang ingin diterapkan untuk membantu memperbaiki
metode yang ada sekarang ini ? Jika ada, apakah metode tersebut ?

6.

Apa kelebihan dan kekurangan metode baru tersebut ?

7.

Berapa perubahan persentase jika diterapkan metode yang sekarang ?

8.

Apa saja alasan atau faktor-faktor penyebab perubahan masing-masing persentase


dari metode pemeliharaan tersebut ?

9.

Apa saja langkah yang sudah diambil oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim dalam
menerapkan metode baru tersebut ?

Narasumber

Nuraida Puspitasari, ST.

4.3.1 Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini

Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan melalui kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT PLN AP2B Sistem Kaltim, diketahui bahwa PT PLN AP2B
Sistem Kaltim menggunakan metode pemeliharaan time base maintenance yang bersifat
periodik dan pemeliharaan corrective dengan persentase masing-masing metode sebesar
80% dan 20%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode time
base maintenance sangat besar, sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan
yang merugikan bagi divisi penyaluran khususnya bagian pemeliharaan yaitu sebagai
berikut:
1.

Frekuensi kegiatan pemeliharaan lebih sering dilakukan sehingga menghabiskan


banyak waktu pemeliharaan,

2.

Membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dalam melakukan pemeliharaan,

3.

Pemeliharaan peralatan transmisi dan gardu induk kurang optimal,

4.

Proses pencatatan hasil pemeliharaan tidak sistematis dan terintegrasi,

5.

Tenaga listrik yang disalurkan ke pelanggan menjadi tidak optimal, dan

6.

Perencanaan pemeliharaan kurang optimal.

Dari permasalahan tersebut, maka PT PLN AP2B Sistem Kaltim ingin menerapkan
metode lain yang lebih efektif dan efisien seperti metode condition base maintenance
(CBM). Saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim sedang melakukan sosialisasi
implementasi CBM dengan cara mengadakan training atau pelatihan tentang metode
CBM kepada bagian pemeliharaan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim.

4.3.2 Perbaikan Metode Menggunakan Condition Base Maintanance (CBM)

Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya menjadi latar belakang


rencana penggunaan metode CBM. Seperti diketahui bahwa penggunaan metode TBM
dan corrective maintanance harus dikurangi karena pada prinsipnya, metode TBM
adalah melakuan program pemeliharaan secara rutin berdasarkan waktu tanpa melihat
bagaimana kondisi peralatan yang akan dipelihara. Dengan demikian dana yang
digunakan untuk program pemeliharaan tidak tepat sasaran. Sedangkan metode

corrective dilaksanakan hanya setelah terjadi kerusakan atau pemeliharaan yang


sifatnya darurat.

Berbeda halnya dengan metode CBM, pemeliharaan dengan metode ini dilakukan
sesuai dengan kondisi peralatan dengan menggunakan parameter-parameter yang
terukur. Misalnya hasil pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat diketahui
fenomena apa yang sedang terjadi di dalam trafo dan bagaimana kondisinya. Metode ini
juga mengutamakan kegiatan inspeksi pada saat peralatan dalam keadaan beroperasi.
Inti utama bagaimana CBM dilakukan adalah dengan fokus pada kondisi peralatan.

Penentuan kondisi peralatan sangat bergantung pada metode atau teknik pengujian yang
digunakan, akurasi peralatan yang digunakan, keahlian teknik sumber daya manusia
dalam melakukan pemeriksaan atau pengujian maupun analisa dari hasil pengujian yang
telah dilakukan untuk menentukan tindakan pemeliharaan yang sesuai. Dengan
demikian pemeliharaan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran. Manfaat
penenerapan metode CBM ini yaitu alokasi biaya yang akan digunakan untuk program
pemeliharaan akan lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat dan
sumber daya manusia yang ada dapat lebih dioptimalkan.

PT PLN AP2B Sistem Kaltim saat ini menargetkan untuk menerapkan metode
pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10%
untuk corrective maintenance. Dengan kondisi seperti ini berarti aktivitas pemeliharaan
yang bersifat time Base dikurangi persentasenya ke arah condition based. Dengan
demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective
maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.12 sebagai berikut:

Gambar 4.12 Konsep pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke depan

Hasil persentase dari masing-masing metode yang terlihat pada grafik di atas
menunjukkan bahwa terjadi perubahan persentase pada metode TBM yang awalnya
80% menjadi 30%. Persentase terbesar digantikan pada metode perbaikan yaitu metode
CBM yang ditargetkan sebesar 60% dari metode yang digunakan. Menurut narasumber
dari hasil wawancara, alasan yang mendasari perubahan metode tersebut tidak terlepas
dari tujuan awal divisi penyaluran agar kegitatan pemeliharaan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien dan penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara optimal,
mengingat terdapat banyak kekurangan dari metode sebelumnya.

4.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan

Corrective maintenance dan time base maintenance telah digunakan selama beberapa
dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang
signifikan dalam kegiatan pemeliharaan. Oleh sebab itu, tim pemeliharaan PT PLN
Balikpapan melakukan perbaikan metode dengan menggunakan metode condition base
maintenance (CBM). Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode
pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1
No.

1
2
3
4
5

2
3

1
2

Kekurangan dan kelebihan masing-masing metode pemeliharaan

Kekurangan
Kelebihan
Metode Corrective Maintenance
Biaya rendah ketika tidak terjadi
Biaya meningkat karena downtime yang
kerusakan atau ketika alat masih dalam
tidak terencana
keadaan baru
Biaya tenaga kerja meningkat jika
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
terjadi overtime yang dibutuhkan
lebih sedikit
Terdapat pengeluaran biaya ketika
perbaikan dan penggantian alat
Penggunaan tenaga kerja yang tidak
efisien
Memerlukan inventarisasi komponen
peralatan perbaikan dalam jumlah besar
Metode Time Base Maintenance (TBM)
Bersifat anticipative maintenance,
sehingga bagian pemeliharaan dapat
Pemeliharaan mencakup pelaksanaan
membuat peramalan (forecasting) dan
pemeliharaan yang tidak diperlukan
penjadwalan pemeliharaan yang lebih
baik
Menggunakan banyak waktu dan dan
Mengurangi pekerjaan yang bersifat
sumber daya manusia
darurat atau emergency
Menghilangkan sisa umur komponen
Mencegah terjadinya kerusakan
mesin ketika komponen tersebut harus
peralatan secara tiba-tiba atau life cycle
diganti sebelum rusak total
komponen meningkat
Penggunaan biaya pemeliharaan tidak
tepat sasaran dikarenakan kegiatan
Biaya pemeliharaan lebih rendah
pemeliharan rutin dilakukan berdasarkan
dibandingkan corrective maintenance
waktu yang ditentukan tanpa melihat
kondisi peralatan
Metode Condition Base Maintenance (CBM)
Membutuhkan analisa yang tepat untuk
Umur atau availibilitas operasi
mengetahui kondisi peralatan yang perlu komponen meningkat dan proses
dipelihara
downtime menurun
Membutuhkan tenaga kerja dan
Objek yang akan dipelihara lebih tepat
peralatan khusus untuk analisa CBM
Alokasi biaya yang akan digunakan
Biaya investasi alat diagnosa dan biaya
untuk program pemeliharaan akan
investasi pelatihan tenaga kerja
lebih tepat sasaran (lebih hemat dari
bertambah
metode corrective dan TBM)
Sumber daya manusia yang ada dapat
lebih dioptimalkan

4.4.4 Langkah-langakh untuk Menerapkan Metode Perbaikan

Dalam merealisasikan perbaikan metode baru agar lebih efektif dan efisien, pihak PT
PLN melakukan beberapa langkah-langkah yang diperkirakan tepat untuk dilakukan.
Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
1.

Sosialisasi
Sosisalisasi yang dimaksudkan adalah sosialisasi ke seluruh pegawai pemeliharaan
tentang metode perbaikan yang digunakan oleh perusahaan. Sosialisasi ini penting
dilakukan agar bagian pemeliharaan mengetahui tentang pentingnya menjaga
kondisi peralatan.

2.

Pelatihan (Training)
Selain melakukan sosialisasi, PT PLN AP2B Balikpapan juga mengadakan
pelatihan kepada pegawai bagian pemeliharaan mengenai analisa kondisi peralatan.
Pelatihan ini diadakan guna menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dalam
olah analisis kondisi peralatan. Dalam pelatihan ini, pegawai dilatih untuk
menggunakan software CBM dimana data analisis kondisi peralatan akan lebih
akurat hasilnya.

3.

Penambahan Peralatan Pengujian


Analisis pemeliharaan dengan menggunakan metode time base dan corrective
maintenance sebagian besar dilakukan secara manual oleh bagian pemeliharaan.
Demi mencapai tujuan agar pemeliharaan peralatan lebih efektif dan efisien maka
diperlukan penambahan peralatan pengujian untuk pemeliharaan yang mendukung
penerapan metode perbaikan yaitu condition base maintenance (CBM).

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1.

PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan merupakan perusahaan jasa penyedia


tenaga listrik yang memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem
ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda.
Pengelolaan ini mencakup pengaturan dan pemeliharaan peralatan instalasi
tegangan

tinggi

maupun

tegangan

ekstra

tinggi.

Sebagai

perusahaan

ketenagalistrikan yang bertugas sebagai penyalur dan pengatur beban sistem Kaltim
ini selalu berupaya untuk melakukan perbaikan berkesinambungan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta mencapai kepuasan pelanggan.
Pada perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan, baik di dalam ruangan maupun di luar lapangan yang
bertujuan untuk mengenalkan dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang
sering dilakukan di Gardu Induk (GI), jenis-jenis peralatan pemeliharan listrik, dan
prosedur

pemeliharan peralatan listrik yang baik pada peralatan listrik seperti

pemeliharaan pada trafo.


2.

Prosedur-prosdur pemeliharaan yang dilakukan pada transformator daya ada lima


jenis yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing
(measurement), shutdown function check, dan treatment. Pemeliharaan in service
measurement meliputi thermovisi (thermal image), Dissolved Gas Analysis (DGA),
pengujian kualitas minyak isolasi, pengujian furan, pengujian corrosive sulfur,
partial discharge, dan vibrasi dan noise. Pemeliharaan shutdown testing meliputi
pengukuran tahanan isolasi, tangen delta, SFRA, ratio test, tahanan dc, HV test,
pengujian OLTC, rele bucholz, rele jansen, sudden pressure, kalibrasi indikator
suhu, motor kipas pendingin, tahanan NGR, dan fire protection. Pemeliharaan

shutdown function check meliputi inspeksi rele bucholz, rele jansen, sudden
pressure, rele thermal dan oil level. Sedangkan jenis pemeliharaan selanjutnya
adalah dengan melakukan treatment yang meliputi purification (filter), reklamasi,
ganti minyak, cleaning, tightening, replacing parts, dan greasing.
3.

Pada saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menggunakan metode Time
Base Maintanance (TBM) dan corrective maintenance dengan persentase yang
masih sangat tinggi pada TBM sebesar 80% dan 20% untuk metode corrective
maintenance. Penerapan kedua metode tersebut menimbulkan permasalahan yang
membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik kurang optimal, sehingga PT PLN
AP2B Sistem Kaltim Balikpapan mulai menerapkan metode Condition Base
Maintenance (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Metode ini memberikan
manfaat seperti alokasi biaya yang digunakan untuk program pemeliharaan akan
lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat, dan SDM yang ada
dapat dioptimalkan. PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menargetkan untuk
menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM,
60% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian
diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance,
namun hanya persentasenya yang dikurangi.

5.2

Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktek kerja lapangan ini yaitu pengalaman dan ilmu
yang sudah diperoleh mahasiswa dari PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ini
dapat menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa/i, dosen, serta siapa saja
yang ingin mempelajari tentang kelistrikan khususnya pada pemeliharaan transformasi
daya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

______. 2013. Sosialisasi Implementasi CBM. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem


Kaltim Balikpapan

2.

______. Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem


Kaltim Balikpapan

3.

Simbolon, AJ. 2012. Pemeliharaan. (repository.usu.ac.id/bitstream//4/chapter%


20II.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 19.53 WITA)

4.

Yumaida. 2011. Analisis Risiko Kegagalan Pemeliharaan pada Pabrik Pengolahan


Pupuk NPK Granular. Depok: UI (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281099S658-Analisis%20risiko.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 20.12 WITA)

5.

Kumayasari, Maghdalena Feby, dkk. 2010. Penerapan Condition Based


Maintenance Untuk Menentukan Waktu Perawatan Sistem Pengendalian
Temperatur Pada Thermal Oxidizer Di Conocophillips Indonesia. Surabaya: ITS
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12716-Paper.pdf), diakses pada
20 Agustus 2014, pukul 21.35 WITA)

Anda mungkin juga menyukai