LAPORAN
Oleh:
ISNANI NOFITASARI
1109035042
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
Oleh:
ISNANI NOFITASARI
1109035042
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
Oleh:
Isnani Nofitasari
1109035042
Samarinda, 9 Februari 2015
Disahkan oleh:
Pembimbing PKL,
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Industri
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,
Oleh :
ISNANI NOFITASARI
1109035042
Nuraida Puspitasari
Pembimbing PKL
Mengetahui,
Andrianto
Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah kepada Allah SWT, yang dengan
kasih sayang, rahmat, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang
dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dengan sebagaimana
mestinya. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan yaitu selama 1 bulan
pada tanggal 01 Agustus 2014 hingga 01 September 2014.
Selama kegiatan pelaksanaan PKL dan penyusunan, penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak. Tidak lupa pada kesempatan yang baik ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
2.
3.
Bapak Ari Zurianto selaku Supervisor Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk,
4.
5.
6.
Seluruh karyawan divisi penyaluran, diantaranya Mbak Dinar, Mas Reza, Mas
Faris, Pak Sukar, Pak Syaiful, Pak Bravo, dan lain-lain,
7.
Bapak. Dr. Ir. H. Dharma Widada, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman,
8.
Bapak Muhammad Dahlan Balfas, S.T., M.T., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Teknik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan PKL di PT
PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,
9.
Bapak Aji Ery Burhandenny, ST, MAIT selaku dosen pembimbing PKL atas arahan
dan masukannya,
10. Bapak. Dutho Suh Utomo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Industri di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
11. Kedua orang tua penulis yang menjadi penyemangat penulis,
12. Saudara penulis yang memberi dukungan moril,
13. Kawan seperjuangan Rifqah yang bersama melaksanakan kegiatan PKL di PT PLN
AP2B Balikpapan, serta Siti Umi Zuhriah dan Lyza Miranda sahabat terbaik yang
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
KKN ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan ini masih banyak terdapat
kesalahan karena keterbatasan pengetahuan hal ini yang menyebabkan laporan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap untuk kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat.
Penulis
Isnani Nofitasari
1109035042
Teknik Industri
ABSTRAK
Pemeliharaan peralatan listrik merupakan suatu kegiatan menjaga atau memelihara dan
memperbaiki peralatan listrik untuk memperpanjang masa pakai peralatan sehingga
penyaluran tenaga listrik ke pelanggan menjadi optimal. Penulisan laporan ini bertujuan
untuk mengetahui prosedur pemeliharaan pada transformator daya dan metode yang
digunakan oleh perusahaan. Pada transformator daya terdapat lima jenis pemeliharaan
yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement),
shutdown function check, dan treatment. Metode yang digunakan oleh perusahaan saat
ini adalah metode Time Base Maintanance (TBM) dan Corrective Maintenance dengan
persentase masing-masing sebesar 80% dan 20%. Penerapan kedua metode tersebut
menimbulkan permasalahan yang membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik
kurang optimal, sehingga perusahaan menerapkan metode Condition Base Maintenance
(CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Perusahaan menargetkan untuk
menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60%
untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian diterapkannya
CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya
persentasenya yang dikurangi.
Kata Kunci:
Isnani Nofitasari
1109035042
Teknik Industri
ABSTRACT
DAFTAR ISI
halaman
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1
1.2
1.3
1.4
1
2
2
2
BAB II
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
4
6
7
9
9
BAB III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
BAB IV
4.1
4.2
4.2.1
4.2.2
4.2.3
11
11
12
13
13
14
15
17
18
18
19
22
4.2.4
4.2.5
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4
Treatment .................................................................................................
Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan ..............................................
Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini .......................................
Perbaikan Metode Meggunakan Conditioan Base Maintenance (CBM) .
Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan .........
Langkah-langkah untuk Menerapkan Metode Perbaikan .........................
BAB V
PENUTUP ............................................................................................... 35
5.1
5.2
Kesimpulan .............................................................................................. 35
Saran ........................................................................................................ 36
halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
26
27
30
30
32
33
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
2.2
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
halaman
8
10
11
19
20
20
21
21
22
23
24
25
25
26
32
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1
halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Wawancara Pemeliharaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan yang dilakukan di lapangan selama
periode tertentu untuk menjadikan para mahasiswa lebih memahami bidang studinya,
baik di perusahaan maupun di instansi tertentu. Praktek kerja lapangan ini dipandang
perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat memberi dan menambah pengalaman,
pengetahuan
dan
perkembangan
ilmu
keteknikan
kepada
mahasiswa
dalam
1.2
mengetahui
prosedur-prosedur
pemeliharaan
yang
dilakukan
pada
1.3
Ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
pada divisi penyaluran,
2. Penelitian hanya pada pemeliharaan transformator daya, dan
3. Analisa metode pemeliharaan hanya pada metode yang digunakan oleh PT PLN
AP2B Sistem Kaltim.
1.4
Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, serta sistematika penulisan laporan
Praktek Kerja Lapangan
BAB II
BAB III
LANDASAN TEORI
Bab III memuat tentang pengertian transformator daya, pemeliharaan,
konsep pemeliharaan dan jenis metode yang digunakan dalam melakukan
pemeliharaan.
BAB IV
BAB V
PENUTUP
Bagian ini mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
pengamatan langsung selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
BAB II
GAMBARAN UMUM PT PLN AP2B SISTEM KALTIM
BALIKPAPAN
2.1
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan
Belanda antara gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan
swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak dibidang gas memperluas
usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah
Belanda membentuk SLands Waterkrach Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik
Negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan Bangkok Dago, PLTA dan
Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA
Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja
dibentuk Perusahaan-perusahaan Listrik Kotapraja.
Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam Perang Dunia II maka
Indonesia dikuasai Jepang, oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil
oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh
orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ketangan Sekutu dan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik
dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk mengambil alih
perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang,
kemudian pada bulan September 1945, Delegasi dari Buruh/Pegawai Listrik dan Gas
diketuai oleh Kobarsjih menghadap pimpinan KNI Pusat yang waktu diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi
Kobarsjih bersama-sama dengan pimpinan KNPI Pusat menghadap Presiden Soekarno,
untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik
Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan
Penetapan Pemerintah tahun 1945 No.1 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah
Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Hari Listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor:
1134.K/MPE/1992 tanggal 31 Agustus ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari
Listrik Nasional.
2.2
PT PLN (Persero) Area Penyaluran Dan Pengatur Beban Sistem Kaltim adalah
perusahaan jasa penyedia tenaga listrik, yang selalu berusaha meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan Target Kinerja dan peraturan yang berlaku melalui penerapan
Sistem Manajemen Mutu dan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja serta untuk mencapai Kepuasan Pelanggan. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 023/TAHUN 1994, disebutkan bahwa maksud didirikannya
PT PLN (Persero) adalah untuk mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah
dan makna yang memadai dengan tujuan sebagai berikut:
1.
2.
Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai
dengan tujuan untuk
3.
Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
4.
5.
6.
PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim bertekad
menjadi Perusahaan Listrik setara dengan kelas dunia yang berorientasi kepada :
Pelanggan, Unggul dan Mandiri. Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang
bertumbuh-kembang dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
Beserta seluruh karyawan dan karyawati PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim
Balikpapan, Asman Manajer juga dibantu oleh Supervisor yang menjalankan tugas dan
fungsinya masing-masing. Secara global, jumlah pegawai yang berstatus pegawai PLN
sebanyak 139 orang, OJT sebanyak 8 orang sedangkan yang berstatus pegawai
outsourcing sebanyak 220 orang dengan sikap yang professional dan level kompetensi
masing-masing.
2.3
Adupun wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Balikpapan dapat dilihat pada Gambar
2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1
PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat
dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan
yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan mendapat pembinaan, pengarahan,
bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur. AP2B
Sistem Kalimantan Timur adalah salah satu unit yang berada di bawah manajemen PT
PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur yang bertugas melaksanakan fungsi
penyaluran dan pengaturan beban di sistem Kaltim. Sistem Kaltim terdiri dari Subsistem
Balikpapan dan Subsistem Samarinda. Subsistem Balikpapan terdiri Gardu Induk 150
kV Industri, Manggarsari dan Karang Joang dan terdiri dari pembangkit PLTD skala
kecil mulai dari 1 MW s.d 12 MW dan semua pembangkit masuk sistem melalui 20 kV
hal ini sangat berpengaruh pada kestabilan sistem. Subsistem Samarinda terdiri dari
Gardu Induk 150 kV Bukit Biru, Embalut, Tengkawang, Harapan Baru, Bukuan dan
Sambutan dengan disupply sebagian oleh pembangkit skala cukup besar dan langsung
masuk ke sistem 150 kV seperti PLTU CFK, PLTGU Tanjung Batu dan PLTG
Menamas dan selebihnya PLTD melalui sistem 20 kV.
Kedua subsistem tersebut dihubungkan oleh transmisi 150 kV Double Hawk Double
circuit dengan jarak transmisi yang menghubungkan keduanya 76 kMR. Panjang
transmisi antar gardu induk selain interkonektor tersebut relatif cukup pendek dibawah
23 km, sedangkan trafo tenaga sebagian berdaya besar (60 MVA) seperti tabel diatas.
Jaringan transmisi yang pendek sangat berpengaruh pada kontribusi reaktif dari
jaringan, sementara dengan trafo tenaga juga berpengaruh pada penyerapan daya reaktif
sistem.Konfigurasi Sistem Kalimantan Timur masih radial dengan total panjang
jaringan transmisi 350.6 kMR. Pusat Pembangkit berskala besar berada di GI Embalut
Kabupaten Kutai Kartanegara sementara dominan pusat beban berada di GI
Tengkawang Kotamadya Samarinda dan GI Industri Kotamadya Balikpapan.
2.3
Visi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan yaitu
"Menjadi Perusahaan yang Sehat dan terpercaya yang Bertumbuh Kembang dengan
Bertumpu pada Potensi Insani Dalam Penyediaan Tenaga Listrik di Kalimantan Timur
". Sedangkan misi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.5
Adapun struktur organisasi PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan adalah sebagai
berikut yaitu berbentuk fungsional yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
MANAJER AP2B
SISTEM KALTIM
PLT ASISTEN
MANAJER OPERASI
SISTEM
ASISTEN
MANAJER
PENYALURAN
ASISTEN MANAJER
SCADA DAN
TELEKOMUNIKASI
ASISTEN MANAJER
KEUANGAN, SDM
DAN ADMINISTRASI
PLT SUPERVISOR
PERENCANAAN
OPERASI
PLT SUPERVISOR
LINGKUNGAN
DAN K2
PLT SUPERVISOR
TELEKOMUNIKASI
SUPERVISOR K3
DAN UMUM
PLT SUPERVISOR
SCADA DAN
TELEKOMUNIKASI
SUPERVISOR
LOGISTIK
SUPERVISOR
TRANSAKSI
ENERGI
SUPERVISOR
PENGATURAN
OPERASI
SUPERVISOR
PEMELIHARAAN TRANSMISI
DAN GARDU INDUK
SUPERVISOR
RELAY DAN
PROTEKSI
SUPERVISOR
ANGGARAN DAN
KEUANGAN
PLT
SUPERVISOR PDKB
Gambar 2.2
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
Transformator Daya
Gambar 3.1
Trafo pembangkit,
2.
3.
Trafo distribusi
Trafo besar,
2.
3.
Trafo kecil.
3.1.2
2.
3.
Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar.
Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
4.
Pendingin
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.
5.
6.
7.
Tap Changer
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai
sebagai kualitas tegangan.
8.
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya Production
Management pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan
secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
terjadinya
kerusakan
peralatan
secara
tiba-tiba
dan
untuk
3.
Corrective Maintenance
Pemeliharaan korektif merupakan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana
pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat
transformator dalam kondisi bertegangan/operasi. Tujuan dilakukannya in service
inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin
terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan
in service inspection adalah sebagai berikut:
2.
a. Bushing,
b. Pendingin,
c. Pernafasan,
d. Sistem kontrol dan proteksi,
e. OLTC,
f. Struktur mekanik,
g. Meter suhu atau temperatur,
h. Sistem monitoring thermal,
i. Belitan,
j. NGR Neutral grounding Resistor, dan
k. Fire Protection.
In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan
pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in
service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui
kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman. Pengujian yang termasuk
4.
5.
Treatment
Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service
inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function
check. Pemeliharaan yang termasuk ke dalam treatment yaitu purification atau
filter, reklamasi, ganti minyak, cleaning, tightening, replacing part, dan greasing.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1
Selama melakukan kegiatan praktek kerja lapangan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim,
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan baik itu di dalam maupun di luar ruangan.
Adapun uraian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan di lapangan
Kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Survey lapangan
Survey lapangan dilakukan di daerah Gardu Induk Karang Joang yang
didampingi oleh staf pemeliharaan beserta supervisor pemeliharaan dan
supervisor proteksi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada
peserta PKL daerah dan kegiatan yang biasa dilakukan di Gardu Induk (GI).
b. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan yang dilakukan yaitu ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan peralatan
GI seperti:
1) Pengujian partial discharge pada trafo ardu induk Gunung Malang, peserta
PKL diajarkan secara langsung prosedur uji partial discharge.
2) Pemeliharaan rutin Bay line transmisi di Gardu Induk Karang Joang beserta
staf pemeliharaan dan staf Tragi Balikpapan yang didampingi oleh Staf
K2/K3 Balikpapan.
3) Pemeliharaan trafo 30 MVA dengan melakukan pengujian DGA dan
tegangan tembus bersama staf pemeliharaan dan supervisor di Gardu Induk
Karang Joang.
c. Kegaiatan Training
Ikut serta dalam kegiaatan training alat tes Ratio Trafo 3 Fasa yang dilakukan di
kantor PT PLN Karang Joang bersama staf yang berkepentingan di bagian
pemeliharaan oleh PT Guna Elektro yang berasal dari Jakarta.
4.2
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator
dalam kondisi bertegangan atau operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection
adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam
trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service
inspection adalah sebagai berikut:
1.
Bushing
2.
Pendingin
3.
Pernafasan
4.
5.
OLTC
6.
Struktur mekanik
7.
8.
9.
Belitan
2.
Gambar 4.1
3.
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
4.
Pengujian Furan
Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan kondisi tingkat DP (degree of
polimerization) dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi
tersebut.
5.
6.
7.
Gambar 4.7
2.
Megaohm meter
3.
4.
Ratio Test
Tujuan dari pengujian rasio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya
masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini
akan mendeteksi adanya hubungan singkat atau ketidaknormalan pada tap changer.
Peralatan yang secara umum digunakan untuk melakukan pengujian ratio ini adalah
sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V.
5.
atau resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Micro ohmmeter adalah alat
untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan. Micro ohmmeter dapat dilihat
pada Gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8
6.
Micro Ohmmeter
HV test
Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan
isolasi trafo sanggup menahan tegangan. Pelaksanaan pengujian HV test dapat
dilengkapi dengan pengujian Partial discharge (PD) untuk mengetahui kondisi
isolasi trafo pada saat mendapat stress tegangan.
7.
Pengujian OLTC
OLTC merupakan satu-satunya bagian trafo yang bergerak secara mekanik.
Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer
trafo. Setiap perubahan tap atau ratio, nilai tahanan belitan diukur.
8.
9.
tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada
maintank.
11. Kalibrasi Indikator Suhu
Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo.
oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari
trafo tersebut.. Indikator sensor suhu dapat dilihat pada Gambar 4.9 sebagai berikut:
Rele Bucholz
2.
Rele Jansen
3.
4.
Rele thermal
5.
Oil Level
4.2.5 Treatment
Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service
inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function
check. Berikut ini merupakan treatment-treatment yang biasa dilakukan pada
transformator daya:
1.
Purification (filter)
Proses purification (filter) ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak
diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi
buruk.
2.
Reklamasi
Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa
pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk.
3.
Ganti minyak
Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian kualitas
minyak dan diperhitungkan secara ekonomis.
4.
Cleaning
Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan atau komponen yang
kotor. Adapun alat kerja yang dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen
hijau, vacum cleaner, minyak isolasi trafo.
5.
Tightening
Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut-baut pengikat. Peralatan
kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci-kunci.
Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus dilakukan dengan menggunakan
kunci momen dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan.
6.
Replacing parts
Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen
transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi pabrikan.
7.
Greasing
Untuk mengembalikan fungsi-fungsi alat, dilakukan penggantian grease atau
greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang
direkomendasikan pabrikan.
4.3
PT PLN AP2B Sistem Kaltim memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem
ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda.
Pengelolaan ini mencakup perencanaan dan pemeliharaan peralatan instalasi tegangan
tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktivitas
pemeriksaan, pembersihan, pengujian, perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk
menjaga agar peralatan instalasi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Dalam
melakukan pemeliharaan terdapat tiga metode yang dikenal yaitu:
1.
2.
3.
Pemeliharaan corrective.
Dari ketiga metode tersebut dilakukan analisa yang bertujuan untuk mendapatkan
metode pemeliharaan yang lebih tepat, baik dari segi biaya, perencanaan pemeliharaan,
maupun tenaga kerja.
Sebelum melakukan analisa, maka dilakukan wawancara kepada salah seorang dari
devisi penyaluran yang ahli di bagian pemeliharaaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim
Balikpapan untuk melengkapi data penelitian. Berikut merupakan pertanyaan
wawancara yang diajukan kepada narasumber:
Tempat/via
Waktu
: 12 Januari 2015
Narasumber
: Nuraida Puspitasari
Butir Pertanyaaan:
1.
Apa metode pemeliharaan yang sedang digunakan oleh PT PLN AP2B saat ini ?
2.
3.
Apakah metode tersebut sudah efektif dan efisien untuk diterapkan ? Jika belum,
apa saja penyebabnya dari metode yang ada sekarang?
4.
5.
Apakah ada metode baru yang ingin diterapkan untuk membantu memperbaiki
metode yang ada sekarang ini ? Jika ada, apakah metode tersebut ?
6.
7.
8.
9.
Apa saja langkah yang sudah diambil oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim dalam
menerapkan metode baru tersebut ?
Narasumber
Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan melalui kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT PLN AP2B Sistem Kaltim, diketahui bahwa PT PLN AP2B
Sistem Kaltim menggunakan metode pemeliharaan time base maintenance yang bersifat
periodik dan pemeliharaan corrective dengan persentase masing-masing metode sebesar
80% dan 20%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode time
base maintenance sangat besar, sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan
yang merugikan bagi divisi penyaluran khususnya bagian pemeliharaan yaitu sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari permasalahan tersebut, maka PT PLN AP2B Sistem Kaltim ingin menerapkan
metode lain yang lebih efektif dan efisien seperti metode condition base maintenance
(CBM). Saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim sedang melakukan sosialisasi
implementasi CBM dengan cara mengadakan training atau pelatihan tentang metode
CBM kepada bagian pemeliharaan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim.
Berbeda halnya dengan metode CBM, pemeliharaan dengan metode ini dilakukan
sesuai dengan kondisi peralatan dengan menggunakan parameter-parameter yang
terukur. Misalnya hasil pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat diketahui
fenomena apa yang sedang terjadi di dalam trafo dan bagaimana kondisinya. Metode ini
juga mengutamakan kegiatan inspeksi pada saat peralatan dalam keadaan beroperasi.
Inti utama bagaimana CBM dilakukan adalah dengan fokus pada kondisi peralatan.
Penentuan kondisi peralatan sangat bergantung pada metode atau teknik pengujian yang
digunakan, akurasi peralatan yang digunakan, keahlian teknik sumber daya manusia
dalam melakukan pemeriksaan atau pengujian maupun analisa dari hasil pengujian yang
telah dilakukan untuk menentukan tindakan pemeliharaan yang sesuai. Dengan
demikian pemeliharaan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran. Manfaat
penenerapan metode CBM ini yaitu alokasi biaya yang akan digunakan untuk program
pemeliharaan akan lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat dan
sumber daya manusia yang ada dapat lebih dioptimalkan.
PT PLN AP2B Sistem Kaltim saat ini menargetkan untuk menerapkan metode
pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10%
untuk corrective maintenance. Dengan kondisi seperti ini berarti aktivitas pemeliharaan
yang bersifat time Base dikurangi persentasenya ke arah condition based. Dengan
demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective
maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.12 sebagai berikut:
Hasil persentase dari masing-masing metode yang terlihat pada grafik di atas
menunjukkan bahwa terjadi perubahan persentase pada metode TBM yang awalnya
80% menjadi 30%. Persentase terbesar digantikan pada metode perbaikan yaitu metode
CBM yang ditargetkan sebesar 60% dari metode yang digunakan. Menurut narasumber
dari hasil wawancara, alasan yang mendasari perubahan metode tersebut tidak terlepas
dari tujuan awal divisi penyaluran agar kegitatan pemeliharaan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien dan penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara optimal,
mengingat terdapat banyak kekurangan dari metode sebelumnya.
Corrective maintenance dan time base maintenance telah digunakan selama beberapa
dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang
signifikan dalam kegiatan pemeliharaan. Oleh sebab itu, tim pemeliharaan PT PLN
Balikpapan melakukan perbaikan metode dengan menggunakan metode condition base
maintenance (CBM). Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode
pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
No.
1
2
3
4
5
2
3
1
2
Kekurangan
Kelebihan
Metode Corrective Maintenance
Biaya rendah ketika tidak terjadi
Biaya meningkat karena downtime yang
kerusakan atau ketika alat masih dalam
tidak terencana
keadaan baru
Biaya tenaga kerja meningkat jika
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
terjadi overtime yang dibutuhkan
lebih sedikit
Terdapat pengeluaran biaya ketika
perbaikan dan penggantian alat
Penggunaan tenaga kerja yang tidak
efisien
Memerlukan inventarisasi komponen
peralatan perbaikan dalam jumlah besar
Metode Time Base Maintenance (TBM)
Bersifat anticipative maintenance,
sehingga bagian pemeliharaan dapat
Pemeliharaan mencakup pelaksanaan
membuat peramalan (forecasting) dan
pemeliharaan yang tidak diperlukan
penjadwalan pemeliharaan yang lebih
baik
Menggunakan banyak waktu dan dan
Mengurangi pekerjaan yang bersifat
sumber daya manusia
darurat atau emergency
Menghilangkan sisa umur komponen
Mencegah terjadinya kerusakan
mesin ketika komponen tersebut harus
peralatan secara tiba-tiba atau life cycle
diganti sebelum rusak total
komponen meningkat
Penggunaan biaya pemeliharaan tidak
tepat sasaran dikarenakan kegiatan
Biaya pemeliharaan lebih rendah
pemeliharan rutin dilakukan berdasarkan
dibandingkan corrective maintenance
waktu yang ditentukan tanpa melihat
kondisi peralatan
Metode Condition Base Maintenance (CBM)
Membutuhkan analisa yang tepat untuk
Umur atau availibilitas operasi
mengetahui kondisi peralatan yang perlu komponen meningkat dan proses
dipelihara
downtime menurun
Membutuhkan tenaga kerja dan
Objek yang akan dipelihara lebih tepat
peralatan khusus untuk analisa CBM
Alokasi biaya yang akan digunakan
Biaya investasi alat diagnosa dan biaya
untuk program pemeliharaan akan
investasi pelatihan tenaga kerja
lebih tepat sasaran (lebih hemat dari
bertambah
metode corrective dan TBM)
Sumber daya manusia yang ada dapat
lebih dioptimalkan
Dalam merealisasikan perbaikan metode baru agar lebih efektif dan efisien, pihak PT
PLN melakukan beberapa langkah-langkah yang diperkirakan tepat untuk dilakukan.
Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:
1.
Sosialisasi
Sosisalisasi yang dimaksudkan adalah sosialisasi ke seluruh pegawai pemeliharaan
tentang metode perbaikan yang digunakan oleh perusahaan. Sosialisasi ini penting
dilakukan agar bagian pemeliharaan mengetahui tentang pentingnya menjaga
kondisi peralatan.
2.
Pelatihan (Training)
Selain melakukan sosialisasi, PT PLN AP2B Balikpapan juga mengadakan
pelatihan kepada pegawai bagian pemeliharaan mengenai analisa kondisi peralatan.
Pelatihan ini diadakan guna menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dalam
olah analisis kondisi peralatan. Dalam pelatihan ini, pegawai dilatih untuk
menggunakan software CBM dimana data analisis kondisi peralatan akan lebih
akurat hasilnya.
3.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1.
tinggi
maupun
tegangan
ekstra
tinggi.
Sebagai
perusahaan
ketenagalistrikan yang bertugas sebagai penyalur dan pengatur beban sistem Kaltim
ini selalu berupaya untuk melakukan perbaikan berkesinambungan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta mencapai kepuasan pelanggan.
Pada perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan, baik di dalam ruangan maupun di luar lapangan yang
bertujuan untuk mengenalkan dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang
sering dilakukan di Gardu Induk (GI), jenis-jenis peralatan pemeliharan listrik, dan
prosedur
shutdown function check meliputi inspeksi rele bucholz, rele jansen, sudden
pressure, rele thermal dan oil level. Sedangkan jenis pemeliharaan selanjutnya
adalah dengan melakukan treatment yang meliputi purification (filter), reklamasi,
ganti minyak, cleaning, tightening, replacing parts, dan greasing.
3.
Pada saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menggunakan metode Time
Base Maintanance (TBM) dan corrective maintenance dengan persentase yang
masih sangat tinggi pada TBM sebesar 80% dan 20% untuk metode corrective
maintenance. Penerapan kedua metode tersebut menimbulkan permasalahan yang
membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik kurang optimal, sehingga PT PLN
AP2B Sistem Kaltim Balikpapan mulai menerapkan metode Condition Base
Maintenance (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Metode ini memberikan
manfaat seperti alokasi biaya yang digunakan untuk program pemeliharaan akan
lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat, dan SDM yang ada
dapat dioptimalkan. PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menargetkan untuk
menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM,
60% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian
diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance,
namun hanya persentasenya yang dikurangi.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktek kerja lapangan ini yaitu pengalaman dan ilmu
yang sudah diperoleh mahasiswa dari PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ini
dapat menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa/i, dosen, serta siapa saja
yang ingin mempelajari tentang kelistrikan khususnya pada pemeliharaan transformasi
daya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.