Anda di halaman 1dari 23

TUGAS #2 GEOKIMIA

GEOKIMIA BATUAN SEDIMEN EVAPORITE

KARBONAT

DI SUSUN OLEH :

I GUSTI BAGUS WAHANA YASA


410013115

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2015
1| GEOKIMIA | 410013115

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai GEOKIMIA BATUAN SEDIMEN EVAPORITE .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Yogyakarta ,19 Mei 2015

Penyusun

2| GEOKIMIA | 410013115

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang .................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
II.I. Batuan Sedimen .................................................................................................. 5
II.2. batuan sedimen evaporite................................................................................... 8
II.3. Asal Usul Endapan Evaporit (Origin Of Evaporit Deposits) ........................ 17

BAB III PENUTUP


III.I. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

3| GEOKIMIA | 410013115

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam hal ini kita kan lebih banyak membahas proses kimia yang terjadi dilautan.
Khususnya kita akan membahas mengenai Geokimia.Geokimia merupakan salah satu disiplin
ilmu yang ada saat ini. Geokimia berasal dari dua buah disiplin ilmu yaitu ilmu geologi dan
kimia.Hal ini bukan merupakan penggabungan ilmu, namun merupakan disiplin ilmu yang
hanya membantu menjelaskan fenomena fenomena geologi yang terjadi dan ditinjau dari sisi
kimianya. Sebelum masuk lebih dalam mempelajari Geokimia kita harus memahami ilmu
geologi terlebih dahulu.Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami ilmu
geokimia.Ilmu Geologi sendiri terdiri dari banyak cabang,diantaranya:mineralogi, petrologi,
sedimentologi, geomorfologi, paleontologi, geologi struktur stratigrafi dan lain lain.
Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh
Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu:

Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi).


Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi).

Geokimia adalah ilmu yang mempelajari kandungan unsur dan isotop dalam lapisan
bumi, terutama yang berhubungan dengan kelimpahan (abundant), penyebaran serta hukumhukum yang mengontrolnya.Dari dasar ini berkembang beberapa cabang ilmu geokimia di
antaranya yaitu geokimia panasbumi, geokimia mineral, geokimia petroleum dan geokimia
lingkungan.
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer.Tidak terbatas
pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga kelimpahan dan
distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

4| GEOKIMIA | 410013115

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,


distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan
bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit
eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam
batuan, tanah, sedimen, sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali
geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap
lingkungannya (background geokimia).

5| GEOKIMIA | 410013115

BAB 11
PEMBAHASAN
II.I. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di
permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh
kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi
ketebalannya relatif tipis.

Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar sangat luas ( 75% dari luas
permukaan bumi) dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Berdasarkan proses pembentukan, batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi 5 yaitu :

6| GEOKIMIA | 410013115

Batuan Sedimen Detritus (Klastik), Batuan Sedimen Karbonat, Batuan Sedimen Evaporit,
Batuan Sedimen Batubara, dan Batuan Sedimen Silika (Gambar 1).

Gambar 1. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya


(Koesoemadinata, 1985).

7| GEOKIMIA | 410013115

Keterangan gambar di atas :

Batuan Sedimen Karbonat (Carbonatic/Calcareous Sed.Rock)

Contoh : batugamping, dolomit, kapur (chalk), kalkarenit

Batuan Sedimen Evaporit (Evaporite Sedimentary Rock)

Contoh : batugipsum, batugaram, anhidrit

Batuan Sedimen Silikaan/Kersikan (Siliceous Sedimentary Rock)

Contoh : batuapi (flint), rijang, jasper, fosforit, diatomit, radiolarit

Batuan Sedimen Besian (Ferriferous Sedimentary Rock)

Contoh : batu silikat besi, batu oksida besi, batu sulfida besi

8| GEOKIMIA | 410013115

Batuan Sedimen Fosfatik (Phosphatic Sedimentary Rock)

Contoh : fosforit, kolofanit, batugamping fosfatik

Batuan Sedimen Organik (Organic Sedimentary Rock)

Contoh : serpih organik, batubara, lignit, bituminus, antrasit

II.2. BATUAN SEDIMEN EVAPORITE


Nah, untuk tugas kali ini saya akan membahas Batuan Sedimen Evaporit (Evaporite
Sedimentary Rock).
Evaporite ini adalah jenis endapan senyawa garam padat yang terbentuk akibat
evaporasi (penguapan oleh sinar matahari). artinya evaporite terbentuk di permukaan pada
kondisi tekanan rendah. karena evaporit ini begitu mudah terdisintegrasi karena lunak dan
mudah larut (apalagi terubah, kena air saja larut) maka evaporite hadir sebagai fase sekunder
pengisi rongga pada batuan lain, meski begitu formasi besar dari batuan ini juga banyak
dijumpai di daerah kering dengan salinitas air tinggi (seperti danau - danau di gurun or playa
lake, pesisir pantai, peisisir pantai kering atau sabkha, dan daerah semi kering atau semi arid,
dan di danau juga bisa). dan jangan heran kalau di daerah gurun evaporit ini endapannya bisa
mencapai 1 km ! dan jangan kaget juga karena evaporite ini sebenernya kristalin tidak seperti
sedimen klastik artinya evaporite tidak mempunyai pori seperti gelas kaca (liat garam) dan
jangan heran kalau seal rock (batuan penyekat) bagi reservoir reservoir minyak raksasa di
negara-negara arab di dominasi oleh evaporit.

9| GEOKIMIA | 410013115

Evaporit ini secara umum (meski tidak semua) didominasi oleh halite (batugaram),
anhidrit, dan gipsum. FYI yang tiga itu dominan karena ada delapan puluh jenis mineral yang
merupakan jenis endapan evaporit ini (Stewart, 1963)
Evaporit ini seperti dijelaskan diatas bisa originnya marine (terbentuk di laut) atau
non-marine (di darat). yang di marine evaporitnya bermacam - macam meski gipsum dan
anhidrit serta halit merupakan jenis yang paling dominan. kita tidak memasukan karbonat
meski mineral karbonat itu masuk dalam kategori ini. gipsum merupakan jenis yang paling
banyak dibandingkan anhidrit di endapan evaporit modern, tapi anhidrit melimpah di evaporit
purba melihat rumus kimia anhidrit ini hampir sama kayak gipsum (cuma bedanya gipsum
mengikat air dalam strukturnya) maka bisa disimpulkan kalau anhidrit ini merupakan hasil
alterasi diagensis dari gypsum (silahkan liat tabel dibawah).
Untuk evaporit non-marine dicirikan oleh mienral - mienral yang tidak umum di
lingkungan evaporit marine karena alasan unsur kimia campuran dalam air di non-marine
beda dengan lingkungan marine yang punya salinitas yang tinggi (misalnya di non marine itu
bikarbonatnya lebih banyak karena banyak CO2, magnesiumnya juga lumayan, tapi sedikit
atau hampir tidak ada klorin tidak seperti dilaut banyak klorin untuk membentuk halit).
karena keberagaman jenis unsur yang terlarut dalam air membuat komposisi garam-garam
evaporit di non-marine ini cukup beragam dan komplek maka hadir kelompok-kelompok
mineral evaporit sekunder kayak bloedite (Na2SO4.7H2O), boraks (Na2B4O5(OH)4.8H2O),
epsomite (MgSO4.7H2O), gaylussite (Na2CO3.CaCO3.5H2O), glauberite (Na2Ca(SO4)),
magadiite (NaSi7O13(OH)3), mirabilite (Na2SO4.10H2O), thernadite (NaSO4), dan trona
(Na2H(CO3)2.2H2O). meski demikian endapan evaporit non marine juga kaya akan anhidrit,
gipsum, dan halit bahkan jenis jenis aneh diatas kalah kelimpahannya di darat dibandingin
tiga nama yang disebutin tadi (gipsum, anhidrit, dan halit).

10 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

Kelompok-kelompok yang umum untuk mineral evaporit (Boggs, Jr 2006)


jika memperhatikan tabel diatas maka diketahui ada tiga kelompok utama di mineral-mineral
evaporit ini yaitu kelompok klorida, sulfat, dan karbonat. batuan dengan kandungan halit
yang tinggi (batuan sedimen evaporit yang disusun halit) disebut sebagai rock salt (atau
garam batu) (di boggs, Jr 2006 hal 199) batuan yang dominan disusun gipsum atau anhidrit
nama batuannya sama seperti nama mineralnya yaitu gipsum atau anhidrit saja. tapi ada
beberapa geologis yang memakai istilah rock gypsum atau rock anhydrite. tapi ada juga yang
memadankan kata salt diakhir daripada memaakai rock diawal kayak istilah potash salt
(atau garam potas yaitu garam kaya potasium atau K kelompok sylvite, carnalite, langbeinit,
polihalit, kainit liat tabel diatas).

11 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

ini adalah white sand (di new mexico AS) yaitu garam garam gipsum berukuran pasir yang
berada dipermukaan daerah kering dapat membentuk struktur bedform seperti gambar
ripple yang terlihat diatas.

white sand closed up! butiran butiran kristal gipsum (atau anhidrit) yang ada dipermukaan
scale bar 0.5 mm (sourcewikipedia.org)

12 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

tekstur khas pada kristal evaporit hopper dan chevron texture

1. Gipsum (CaSO4.2H2O) dan Anhidrit (CaSO4)

kalsium sulfat diendapkan secara dominan dalam bentuk gipsum (CaSO 4.2H2O).
gipsum ini akan teralterasi menjadi bentuk pseudomorfnya yaitu anhidrit (CaSO 4). ketika
burial terjadi gipsum dapat mengalami dehidrasi, hilangnya air (H 2O) ini bisa mencapai 34%
dari total air pada yang terikat dalam gipsum (Boggs Jr, 2006) dan akan terubah menjadi
anhidrit (CaSO4). ketika terjadi uplift anhidrit yang terbentuk tadi dapat terubah kembali
menjadi gipsum (terhidrasi kembali). perubahan volume karena proses dehidrasi dan hidrasi
ini dapat mengganggu (merubah) struktur dan tekstur penendapan yang telah terbentuk
sebelumnya, dan banyak dari endapan kalsium sulfat dicirikan oleh kemas yang terdistorsi
ini. tiga kelompok strkuktur yang umum dijumpai pada anhidrit berdasarkan fabrik,
perlapisan dan kehadiran atau ketidakhadiran dari distorsi ini: nodular anhydrite, laminated
anhidrite, dan massive anhydrite.
anhidrit nodular, merupakan bentuk tidak beraturan dari suatu gumpalan (batuan)
anhidrit yang secara sebagian atau keseluruhan terpisah dari garam lain atau dalam matrik
karbonat. maka dikenal istilah strukur chickenwire untuk jenis anhidrit nodular yang
menandung massa anhidrit terpisah membentuk komponen agak memanjang, poligon tak
beraturan yang terpisah oleh mineral lain (sebagai matrik) berupa karbonat atau lempung.
Formasi anhidrit nodular, dimulai oleh pertumbuhan displasif dari gipsum dalam
sedimen karbonat atau sedimen lempungan. kristal gipsum kemudian akan teralterasi menjadi
pseudomorph anhidrit, dengan berlanjut bertambah besar (ukuran kristalnya) dengan
bertambahnya jumlah ion Ca2+ dan SO42- kedalam struktur kristal yang sudah terbentuk dari
luar. struktur chickenwire anhidrit ini terbentuk ketika ukuran kristal bertambah besar, dan
nodul nodul ini bergabung dan terganggu (mengkerut karena kehilangan air dan bertambah
besar karena ion dari luar dan terikat oleh matrik yang berasal dari semen atau material kimia
insitu). banyak sedimen berada disitu (tempat terbentuknya anhidrit chickenwire) menjadi
13 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

tertekan (karena pertumbuhan nodul anhidrit ini) dan akhirnya terikat (atau mengikat)
struktur chickenwire ini hingga akhirnya kompak dengan sendirinya karena proses
diagenesis. jadi struktur chickenwire itu adalah kumpulan kumpulan nodul anhidrit yang
tumbuh di dalam sana karena proses diagenetik (hilangnya struktur air pada gipsum or
terdehidrasi dan membentuk nodul kemudian nodul ini bertambah besar karena keberadaan
ion Ca2+ dan SO42- yang disuplai dari lingkungan sekitar).

struktur chickenwire (nodul nodul anhidrit) yang tertanam dalam matrik entah apa, lihat
aja keterangan gambarnya
laminated anhydrite, merupakan laminasi anhidrit yang berwarna putih, laminasi
anhidrit atau gipsum ini dapat berselingan (alternatesi) dengan lamina berwarna abu abu
glelap sampai hitam yang kaya akan dolomite atau material organik. laminasi hadir dalam
beberapa mlimeter hingga 1 cm (jarang). banyak laminae tipis umumnya seragam, dengan
otank planar yang tegas. bahkan banyak laminae ini dapat dilacak secara lateral dan
panjangny abisa mencapai 100 km! (Boggs, 2006, Dean dan Anderson 1978). dan suksesi
vertikalnya bisa mencapai ratusan meter.
laminasi evaporit yang dapat tersebar presisten secara lateral karena hal ini
mengindikasikan kondisi pegnendapan di area yang luas, laminasi ini hadi melalui presipitasi
evaporit di air tenang (below wave base. dpat terbentuk di lingkunga shallow water area yang
terlindung dari bottom current dan agitation wave yang kuat atau di lingkungan laut dalam.
laminasi anhidrit ini contohnya ada di formasi Castile Amrik berumur permian.

14 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

nodul anhidrit dalam layer gipsum (kanan) nodul gipsum dalam layer anhidrit
dipermukaan (kiri)
Beberapa laminasi anhidrit ini terbentuk atau hadir bersama nodul anhidrit, yang
menunjukan proses diagentik dimana nodul ini hadir dari hasil alterasi gipsum yang sudah
ada sebelumnya (lamina gipsum). anhidritpun bisa terbentuk dipermukaan ketika gipsum
tersingkap dan terjadi evaporasi lanjut hingga gipsum kehilangan air (GRECO (CNRS)
volume 52 1994 dalam Evaporite Sequences in Petroleum Exploration: Geological Methods,
Volume 1) melalui mekanisme terbentuknya dessication crack pada gipsum yang tersingkap
dan terjadi pergantian (alterasi) oleh anhidrit, tapi paling umum terbentuk pada zona vadose
(vadose zone) yaitu area dangkal di bumi yang berada dekat dengan permukaan diatas water
table (muka air) dari air tanah (ground water) karena dibawah zona vadose (atau disebut juga
zona freatik) dimana air tanah hadir disitu (dibawah water table atau saturation zone) maka
disitu gipsum yang terbentuk karena ada air atau dengan analogi sederhana anhidrit terbentuk
jika ion ion sulfat dan kalsium kaya disitu dan tidak ada air sebaliknya jika ada air maka
gipsum yang terbentuk. tapi proses ini (presipitasi langsung) jarang (umum di daerah sabkha
yang kering dan water table or muka air dari air tanah sangat dalam) proses terbentuknya
anhidrit umumnya hadir secara sekunder (diagensis) hasil alterasi dari gipsum. bahkan Rosen
dan Warren (1990) pernah melaporkan bahwa ada aktivitas bakteri yang bisa mereduksi sulfat
hingga merubah gipsum menjadi anhidrit.
Massive anhydrite (anhidrit masif), merupakan anhidrit yang tidak memiliki struktur
internal. tidak sebanyak dua struktur lainnya (laminasi dan nodular), struktur ini hadir akibat
poroses presipitasi yang kontinu dan seragam dalam waktu yang lama. Haney dan Briggs
(1964 dalam Boggs) menyebutkan bahwa anhidrit masif terbentuk melalui evaporasi dari
salinitas air asin tinggi dengan kisaran 200 sampai 275 permil (%0) (se per seribu), dibawah

15 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

salinitas ini yang terbentuk adalah halit (jenis evaporit yang lain) air laut sendiri memilki
salinitas rata rata 35 %0.
2. Halit (NaCl)
Na+(g) + Cl(g) NaCl
Halit

adalah senyawa

kimia dengan rumus

molekul NaCl.

Senyawa

ini

adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak
organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering
digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan.
Halit ini terbentuk di laut dangkal dan dapat juga terbentuk pada lingkungan laut
dalam (bila ada struktur laminasinya) dan ketebalannya bisa mencapai 1000 m. laminasi
endapan halit umumnya berlaminasi bersama lamina karbonat dan anhidrit. anhidrit bersama
mineral seperti dolomit, kalsit, kuarsa, dan lempung dapat hadir sebagai inklusi. lamina yang
mengandung banyak inklusi berwarna hitam dapat beralternasi (berselingan) dengna lamina
yang miskin inklusi (sehingga ada kesan alternasi (laminasi) halit terang gelap. halit juga bisa
membentuk struktur dan tekstur internal yang sama dengan mineral evaporit lainnya
semacam bedform (ripple) cross bed dan lain sebagainya.

akumulasi halit yang membentuk struktur ripple

16 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

butiran klas halite di laut mati (dead sea yaitu danau tertutup antara yordan dan Israel)

Halit (NaCl)

17 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

II.3. Asal Usul Endapan Evaporit (Origin Of Evaporit Deposits)


banyak model yang menjelaskan bagaimana terbentuknya endapan evaporit ini, bukan
hanya karena keterdapatannya dekat dengan permukaan sehingga memudahkan para ahli
untuk menelitinya tapi juga variasi keberagaman lingkungan pengendapan dan setting geologi
yang mengontrol keterbentukan formasi evaporit ini sehingga mengundang para
sedimentologis untuk mengkaji bagaimana keterbentukan endapan evaporit ini. sehingga satu
model belum tentu bisa digunakan pada model lain karena tiap model menjelaskan setting
geologi tersendiri.

lingkungan pengendapan evaporit modern


Dalam Boggs Jr (2006) disebutkan ada tiga model (hipotesis) yang umum dipakai
dalam hal ini (deep vs shallow water): deep-water deep-basin model, shallow-water shallowbasin model, dan shallow water deep basin model. (ilustrasinya bisa diliat dibawah).

18 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

ilustrasi 3 model pendapan evaporit (Kendall 1979 dalam Boggs, 2006)


Bila memperhatikan model diatas semuanya berada pada lingkungan transisi, istilah
dalam dan dangkalnya adalah dalam dan dangkalnya lingkungan laut transisi bukan deep
basin di ocean. pada model pertama dijelaskan kondisi air penuh mengisi basin yang dibatasi
oleh suatu barier (penghalang) berupa sedimen hasil akumulasi yang dibawa dari laut atau
darat oleh Boggs dan Kendall diistilahkan sebagai sill (sill ini bisa saja diis oleh gamping
transisi macam di neagar negara arab sana yang ada inner rampnya or rimmed platform
or epeiric sea). sill ini karena cukup tinggi maka bisa menjaga air dalam laut tertutup yang
tercipta ini dari air laut lepas yang ada dilaut (lihat gambar diatas). dari mode pertama
struktur evaporit yang terbentuk kemungkinan akan berstruktur laminasi karena kondisi arus
yang tenang dibagian dasar seirirng dengan evaporasi berjalan yang meninggalkan presipitasi
garam evaporit.
pada model kedua dimana basin dari laut tertutup yang terbetnuk lebih dangkal
karena sillnya pendek dan lingkungan morfologi ke arah landward (darat) yang landai juga
maka terbentuklah lingkungan laut tertutup yang dangkal disini arusnya kuat dan pengaruh
19 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

dari overflow (limpahan) air laut ke dalam cekungan ini bisa terjadi sehingga akan
mempengaruhi salinitas dari air asin yang ada didalamnya, tipikal daerah ini arusnya kuat dan
endapan evaporitnya berasosiasi dengan endapan arus tidal (pasang) ketika air laut naik pada
periode tertentu. dan meski lautnya dan cekungannya dangkal bisa juga menghadirkan
endapan evaporit yang tebal akibat subsidence (ofcourse if occurs sob..)
model ketiga adalah shallow water-deep basin model, lebih jelasnya silahkan liat
ilustrasi diatas, cekungannya tebal tapi disi oleh air yang sedikit. pokoknya pada lingkungan
ini tentu saja terjadi evaporasi (karena laut tertutup pokoknya syaratnya laut teertutup). proses
level air di basin jadi turun drastis ini akibat proses yang disebut oleh boggs (2006) sebagai
evaporative drawdown (evaporasi yang sangat tinggi dan tidak sering terjadi arus pasang
(tidal) akibatnya tinggal menyisakan garam-garam evaporit di dasar cekungan karena airnya
udah habis nguap, tapi air bisa aja ngisi basinnya melalui air ujan (kalo sukur sukur ada ujan)
dan melalui periodic overflow (pasang) serta seepage inflow (rembesan air laut yang nerobos
sill).
Itu adalah gambaran cross section untuk lingkungan laut epeiric oleh Kendal (1979,
dalam Boggs, 2006), evaporit kan endapannya bukan cuma di laut loh (seperti penjelasan
penjelasan paragraf paragraf sebelumnya) kata Om Raymond (2002) evaporit ini juga bisa di
lingkungan danau daerah kering (playa lake), diteluk yang tertutup dengan inflow dari air laut
yang masuk lewat celah pada barier yang kecil, serta pada lingkunga sabkha dan isolated
barier (epheiric) seperti yang dijelasin boggs diatas.

20 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

ilustrasi settting lingkungan pengendapan evaporit (dalam Raymond 2002 dari berbagai sumber)

Pokoknya kata Raymond salinitas dan densitias meningkat, air akan mulai
mengendapkan mineral evaporit dan ketika air laut (yang belum) tertutup ini masih menyatu
dengan laut lepas (ilustrasi gambar b diatas) maka dengan tingkat evaporasi yang tinggi lama
kelamaan keduanya akan berpisah, dan terbentuklah setting laut tertutup seperti kata Boggs
dan kawan kawan diatas.
Air laut menurut Raymond menyuplai MgSO4 yang akan membentuk gipsum dan
anhidrit nantinya. untuk model lingkungan seperti pada model diatas (pesisir laut di daerah
kering macam pantai di gurun, tidak perlu penghalang buat ngendapin evaporit karena saking
keringnya dan gilanya tingkat evaporasi disana. bagaimana dengan playa lake? jangan
ditanya lagi disini adalah contoh endapan evaporit terbesar dan tergila di jaman modern ini.
Menurut boggs (2006) bukan hanya faktor kimia yang bekerja pada pengendapan
evaporit. aspek psika juga berpengaruh pada pengendapan evapoirt seeprti pada mekanisme
transport hingga pengendapan pada sedimen silisiklastik. maka proses proses macam normal
fluid flow, mass transport macam slump, or gravity kayak turbidity current jugqa bisa terjadi
dan menghasilkan endapan evaporit (di deep water), maka struktur struktur di batuan klastik
macam grading cross bedding, or ripple mark juga bisa hadir (lihat gambar-gambar
sebelumnya dan penjelasan diatas).

21 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

BAB III
PENUTUP
III.I. Kesimpulan
Evaporite ini adalah jenis endapan senyawa garam padat yang terbentuk akibat
evaporasi (penguapan oleh sinar matahari). artinya evaporite terbentuk di permukaan pada
kondisi tekanan rendah. karena evaporit ini begitu mudah terdisintegrasi karena lunak dan
mudah larut (apalagi terubah, kena air saja larut) maka evaporite hadir sebagai fase sekunder
pengisi rongga pada batuan lain, meski begitu formasi besar dari batuan ini juga banyak
dijumpai di daerah kering dengan salinitas air tinggi (seperti danau - danau di gurun or playa
lake, pesisir pantai, peisisir pantai kering atau sabkha, dan daerah semi kering atau semi arid,
dan di danau juga bisa). dan jangan heran kalau di daerah gurun evaporit ini endapannya bisa
mencapai 1 km ! dan jangan kaget juga karena evaporite ini sebenernya kristalin tidak seperti
sedimen klastik artinya evaporite tidak mempunyai pori seperti gelas kaca (liat garam) dan
jangan heran kalau seal rock (batuan penyekat) bagi reservoir reservoir minyak raksasa di
negara-negara arab di dominasi oleh evaporit.
kalsium sulfat diendapkan secara dominan dalam bentuk gipsum (CaSO 4.2H2O).
gipsum ini akan teralterasi menjadi bentuk pseudomorfnya yaitu anhidrit (CaSO 4). ketika
burial terjadi gipsum dapat mengalami dehidrasi, hilangnya air (H 2O) ini bisa mencapai 34%
dari total air pada yang terikat dalam gipsum (Boggs Jr, 2006) dan akan terubah menjadi
anhidrit (CaSO4).
Halit ini terbentuk di laut dangkal dan dapat juga terbentuk pada lingkungan laut
dalam (bila ada struktur laminasinya) dan ketebalannya bisa mencapai 1000 m. laminasi
endapan halit umumnya berlaminasi bersama lamina karbonat dan anhidrit. anhidrit bersama
mineral seperti dolomit, kalsit, kuarsa, dan lempung dapat hadir sebagai inklusi.
Dalam Boggs Jr (2006) disebutkan ada tiga model (hipotesis) yang umum dipakai
dalam hal ini (deep vs shallow water): deep-water deep-basin model, shallow-water shallowbasin model, dan shallow water deep basin model.

22 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

DAFTAR PUSTAKA

https://thekoist.wordpress.com/2012/06/07/ceuk-urang-sunda-mah-epaporit-creeet-danbatuan-sedimen-jenis-lain-chemicalbilogical-and-carboniferous/
https://id.scribd.com/doc/183501861/BATUAN-SEDIMEN-NONKLASTIK-docx
https://wanibesak.wordpress.com/2010/09/23/tahap-tahap-pembentukanaaaa%C2%A0nacl/
http://www.docstoc.com/docs/159693990/MENGENAL-BATUAN-SEDIMEN

23 | G E O K I M I A | 4 1 0 0 1 3 1 1 5

Anda mungkin juga menyukai