Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak
akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan
hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Hipospadia yang
merupakan tugas mata kuliah Sistem Perkemihan pada program studi S1
Keperawatan semester 6B di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Penulis
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing mata kuliah
Sistem Perkemihan serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan
dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif untuk
perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat,umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.
Latar belakang...........................................................................................1
1.2.
Rumusan masalah......................................................................................2
1.3.
Tujuan penulisan.......................................................................................2
1.4.
Manfaat......................................................................................................2
Definisi......................................................................................................4
2.2.
Etiologi......................................................................................................4
2.3.
Klasifikasi..................................................................................................5
2.4.
Patofisiologi...............................................................................................6
2.5.
Manifestasi klinis......................................................................................7
2.6.
Pemeriksaan diagnostik.............................................................................7
2.7.
Penatalaksanaan.........................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
dengan
hipospadia
rendah,
dan
dengan
kemungkinan
tentang
BAB II
KONSEP PENYAKIT
2.1.Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan di mana meatus uretra eksterna
terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya
yang normal (ujung glans penis).
Hipospadia
adalah
suatu
kelainan
bawaan
congenital
dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke
proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer,
2000 : 374)
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa kelainan letak lubang uretra
pada pria dari ujung penis ke sisi ventral. Keadaan ini dapat ringa atau ekstrem.
Sebagian bayi memperlihatkan letak meatus (lubang) uretra di daerah skrotum
atau perianus.(Corwin,2007)
Hipospadia adalah suatu anomali perkembangan di mana letak meatus
uretra lebih rendah daripada letak normal. Pada bayi laki-laki meatus terbuka di
garis tengah bawah permukaan penis atau perineum.(Bobak, 2005)
2.2.Etiologi
Penyebab yang jelas dari hipospadia belum diketahui, namun kelainan ini
juga dapat disebabkan oleh maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena
involusi yang prematur dan sel intestisial testis. Selain itu, beberapa faktor
dibagi
tipe
menjadi
menurut
letak
grandular:
meatus
klinis
umumnya
bersifat asimtomatik.
2.6.Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau
bayi. Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan
yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan kromosom. (Corwin, 2009)
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang
dilakukan adalah pemeriksaan radiologis urografi (IVP, sistouretrografi) untuk
menilai gambaran saluran kemih secara keseluruhan dengan bantuan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih.
2.7.Penatalaksanaan
Dikenal banyak teknik hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa
tahap, yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunnelling
1
Dilakukan pada usia 1 2 -2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi
eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi
chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra
masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi
dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan NaCl
0,9% ke dalam korpus kavernosum.
Pada saat yang bersamaan dilakukan operasi tunnelling yaitu
pembuatan uretra pada glands penis dan muaranya. Bahan untuk
menutup luka eksisi chordee dan pembuatan tunnelling diambil dari
prepusium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia merupakan
kontraindikasi mutlak untuk sirkumsisi.
2.
Operasi
uretroplasti
Biasanya
dilakukan 6
bulan setelah
operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang di
insisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Beberapa teknik pada operasi hipospadia :
1.
Grade
I atau
Glanular
Hipospadia:
"The
Langkah Operasi:
penis.
Sebuah ruang dibuat untuk uretra baru.
Sayatan Y terbalik dijahit membentuk menjadi V terbalik untuk
proksimal
lipatan
ini
dengan
suplai
darah
ganda,
Langkah
Operasi:
sepenuhnya
di
sekitar
meatus
Kemudian,
sayap
glanular
melilit
neourethra
dan
diterapkan
selama
jam
untuk
hemostasis.
lempeng uretra.
Sebuah sayatan santai dibuat menggunakan gunting di garis tengah
dari dalam meatus ke ujung piring. Sayatan tidak harus mencapai
ujung penis. Kedalaman sayatan santai tergantung pada lebar piring
dan kedalaman. Sebuah 6 Fr stent dijamin ke dalam kandung kemih.
Sebuah 7-0 polyglactin disukai untuk tubularize uretra, dengan jahitan
pertama ditempatkan kira-kira pada midglans. Tubularization selesai
Komplikasi: regresi meatus dapat terjadi jika teknik ini digunakan pada
pasien dengan bergerak meatus uretra. Presisi diperlukan untuk mencapai
kelenjar kerucut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas klien, meliputi umur (hipospadia ditemukan pada saat
bayi baru lahir), jenis kelamin (hipospadia merupakan anomali
uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki dengan angka
kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup). (Brough, 2007)
dengan
peniscrotal/perineal
mengangkat
anak
penis
berkemih
ke
dengan
atas.
Pada
jongkok.
hipospadia
Penis
akan
Pemeriksaan genetalia
Palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau pembesaran pada
ginjal.
Kaji fungsi perkemihan
Kaji apakah kencing pasien menetes, karena dapat menandakan
adanya sumbatan uretra dan adanya kerusakan pada ginjal.
Inspeksi adanya lekukan pada ujung penis
Pengkajian Pembedahan :
-
Perioperatif
tentang
persiapan
pembedahan,
kesiapan
psikologis,
Intra-operatif
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi
NaCl 0,9%
Draping steril
Cilastic stent
Cystofix set
Post-operatif
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya
meliputi status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi, dan perubahan tanda
vital,
keseimbangan
elektrolit,
lokasi
pembedahan
dan
sekitarnya
Etiologi
Maskulinisasi
Masalah
Gangguan pola
inkomplit
Gangguan
berkemih
pembentukan uretra
Obstruksi anatomis
tidak memancar.
-Letak meatus uretra di
permukaan ventral
penis.
DS : Ibu
mengatakan
pasien
anaknya
mengerang kesakitan.
DO :
P : nyeri dirasakan
beberapa saat setelah
operasi
Q : Nyeri dirasakan
seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri terlokalisasi
di area operasi dapat
pula menyebar sekitar
Pembedahan
Luka operasi
Nyeri
Nyeri akut
penis
S : skala nyeri 6
T : sepanjang hari
(setelah pembedahan)
3.3.Diagnosa Keperawatan
Preoperatif
- Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi anatomik
- Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
- Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi.
Intra operatif
- Risiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Post operatif
- Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan.
-
3.4.Intervensi Keperawatan
Perioperatif
1. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi anatomik
Tujuan : Eliminasi urine tidak terganggu:
-
normal
Protein, glukosa, keton, pH, dan elektrolit urine dalam batas
normal
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
-
Intervensi :
-
pembedahan.
Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien,
keluarga
mampu
mengidentifikasi
dan
dan
tingkat
aktivitas
untuk
mengidentifikasi
mekanisme
koping
yang
Intraoperatif
1. Risiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : diharapkan risiko cedera akan menurun, yang dibuktikan oleh
keamanan personal, pengendalian risiko,dan lingkungan yang kondusif
serta aman.
Kriteria hasil :
- Klien terbebas dari cedera
- Klien
mampu
menjelaskan
-
faktor
risiko
dari
lingkungan/perilaku personal.
Klien terhindar dari paparan yang dapat mengancam kesehatan.
Intervensi :
-
pasien.
Memantau
dan
memanipulasi
lingkungan
fisik
untuk
memfasilitasi keamanan.
-
Postoperatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan nyeri dapat dikendalikan.
Kriteria Hasil :
-
mengontrol.
Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
1-3.
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
-
perdarahan.
Menginstrusikan kepada pasien dan keluarga mengenai tandatanda perdarahan dan tindakan yang tepat
: Hipospadia
Sasaran
dilakukan
penyuluhan
kesehatan
masyarakat
dapat
B. Materi
Pengertian hipospadia.
Penyebab hipospadia.
C. Analisa situasional
1. Fasilitas
: Media leafleat
2. Sasaran
3. Hari/tanggal
D. Langkah kegiatan
N
Waktu
Kegiatan
Kegiatan Responden
o
1
5 menit
Fase Orientasi
Menyampaikan salam
pembukaan
Mendengarkan penyuluh
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
tujuan
Mengontrak waktu
20
Fase Kerja
menit
Menceritakan pengertian
hipospadia.
Menceritakan penyebab
hipospadia.
disampaikan
Menjelaskan mengenai
penanganan yang tepat pada
5 menit
hipospadia
Fase Terminasi
Menanyakan kepada
menjawab pertanyaan
Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
Mengucapkan salam
penutup
Mendengarkan penyampaian
kesimpulan
BAB IV
WOC
Maskulinisasi inkomplit
Nyeri akut
Risiko perdarahan
Luka operasi
Risiko cidera
Ansietas
BAB V
Pembahasan (analisa artikel jurnal)
JURNAL I
Pada jurnal yang berjudul Pengaruh Pemberian Suplemen Seng (Zn) dan
Defisiensi pengetahuan
Vitamin C Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Pasca Bedah di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo mengatakan bahwa pada
suplemen kombinasi Zn dan vitamin C berpengaruh terhadap pemyembuhan luka
karena mineral Zn akan meningkatkan kekuatan tegangan penyembuhan luka
sedangkan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi penyembuhan
luka. Peranan vitamin C sangat besar dala proses penyembuhan luka, karena
vitamin C perlu untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut termasuk kulit, struktur kolagen yang
baik akan dapat menyembuhkan luka.
Dalam jurnal penelitian ini berkesimpulan bahwa pemberian suplemen Zn setelah
pembedahan tidak berpengaruh terhadap kecepatan penyembuhan luka. Namun,
dengan kombinasi suplemen Zn dan vitamin C yang diberikan pasca bedah dapat
mempercepat penyembuhan luka pasca bedah.
JURNAL II
Pada jurnal yang berjudul Pengaruh Pemberian Informasi tentang Persiapan
Operasi dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman
mengatakan bahwa tindakan operasi merupakan pengalaman menegangkan bagi
sebagian pasien, hal ini dikarenakan oleh takut pada anastesi, takut terhadap nyeri
dan kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau
ancaman lain terhadap citra tubuh sehingga menyebabkan kecemasan.
Pendidikan pada umumnya berguna dalam mengubah pola pikir, pola bertingkah
laku dan pola pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya
(Notoatmodjo, 2000).
Hasil dalam penelitian ini adalah terjadi perubahan tingkat kecemasan yang telah
diukur pada responden sesudah dilakukan perlakuan yang terlihat pada tabel telah
diuji secara statistik menunjukkan hasil adanya penurunan angka tendency central
sebelum dan sesudah perlakuan yaitu sebelum perlakuan angka mean 7,36 dan
sesudah perlakuan angka mean menurun menjadi 3,20 yang berarti ada penurunan
sebesar 4,16. Sedangkan simpangan baku sebelum perlakuan sebesar 3,657 dan
sesudah perlakuan sebesar 2,292 dimana ada penurunan sebesar 1,365.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi
menggunakan komunikasi terapeutik terhadap pasien pada saat sebelum operasi
dapat menurunkan tingkat kecemasan. Karena pemberian informasi dapat
mengubah pola pikir dalam mengambil keputusan.
BAB VI
ASPEK LEGAL ETIK
6.1. Identifikasi Isu
-
BAB VII
PENUTUP
7.1. Simpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa hipospadia merupakan
suatu kelainan kongenital di mana letak meatus uretra di sisi ventral. Kelainan
ini disebabkan oleh faktor genetik, endokrin, serta lingkungan yang polutan
bersifat teratogenik. Kelainan ini biasanya ditandai dengan adanya chordee,
yaitu suatu jaringan fibrosa yang dapat menyebabkan melengkungnya penis,
serta ketidakmampuan dalam berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan chordee dan
restrukturisasi lubang meatus melalui pembedahan.
Asuhan keperawatan yang perlu dilakukan pada hipospadia adalah
melakukan
pengkajian
(pengkajian
perioperatif,
intraoperatif,
dan