Oleh
Fernando Batista Laga Suban
NIM :
1361121042
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup
masyarakat keruksakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
terutama pada sarana transportsi darat. Dampak pada kontruksi jalan yaitu perubahan
bentuk lapisan permukaan jalan berupa berupa lubang (potholes), bergelombang
(rutting), retak-retak dan pelepasan butiran (raveling) serta gerusan tepi yang
menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun.
Perkerasan dan struktur perkerasan merupakan struktur yang terdiri dari satu
atau beberapa lapis perkerasan darii bahan-bahan yang diprosess, dimana fungsinya
untuk mendukung berat dari beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang
berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Struktur perkerasan terdiri dari beberapa
lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan
perkerasan harus terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami
distress yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis
atau failure.
Jalan akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya sesuai dengan
bertambahnya umur. Apalagi jika dilewati oleh truk-truk dengan muatan yang
cenderung berlebih. Jalan-jalan raya saat ini mengalami kerusakan dalam waktu yang
relatif sangat pendek (kerusakan dini) baik jalan yang baru dibangun maupun jalan
yang diperbaiki (overlay).
Beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar kendaraan
melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desain perkerasan jalan atau
jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut
dengan kerugian dini. Sedangkan umur rencana perkerasan jalana adalah jumlah
repertasi beban lalu lintas yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi kerusakan
2
struktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi lebih cepat karena
jalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini disebabkan oleh salah satu
faktor yang terjadinya beban berlebih (overloading) pada kendaraan yang
mengangkut muatan melebihi ketentuan batas beban yang ditetapkan seberat 18.000
pon (18 ton) merupakan beban standar yaitu beban sumbu tunggal beroda ganda .
Masalah truk bermuatan berlebih tidak saja berdampak terhadap percepatan
kerusakan jalan tetapi juga menyebabkan berbagai gangguan yang berdampak pada
lngkungan maupun keselamatan lalu lintas sebagai berikut meningkatnya tingkat
polusi udara, meningkatnya tingkat kebisingan, meningkatnya tigkat kemacetan
lalulintas, meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas, meningkatnya percepatan
kerusakan jalan dan lain-lain.
Dengan penjelasan latar belakang diatas, maka saya merasa tertarik untuk
mengangkat permasalah kedalam proposal ini dengan judul Analisi Kerusakan Jalan
Perkerasan Lentur Akibat Beban Berlebih Kendaraan Di Jalan Buana Permata Hijau,
Padangsambian
1.2.
Rumusan Masalah
1.
2.
1.3.
Tujuan
1.
2.
1.4
Batasan Masalah
Pada penulisan proposal ini, membatasi masalah yaitu hanya pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan, yang bcrfungsi memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pcngadaan dan pengolahan dan bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman.2003). Lapisan
perkerasan berfungsi untuk menerirna dan rnenyebarkan beban lalu untas tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan tu sendiri. Dengan dernikian lapisan
perkerasan ini membenikan kenyarnanan kepada pengguna jalan selama masa
pelayanan jalan tersebut. Dalam perencanaannya, perlu dipertirnbangkan bcbcrapa
faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi pcrkerasan tersebut,
diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan. umur rencana. Lalu lintas yang
merupakan beban dan perkerasan, sifat dasar tanah, kondisi lingkungan, sifat dan
material tersedia dilokasi yang akan digunakan untuk perkerasan dan bentuk
geometric lapisan perkerasan.
Konsep perkerasan jalan
1.
b.
Mampu mencegah masuknya air, baik dari luar maupun dari dalam
c.
2.
b.
- Stabiisasi kimia
- Stabilisasi Mekanis
- Menimbun tanah dasar asli dengan bahan tanah timbunan yang lebih
baik (CBR yang lebih tinggi)
c.
d.
dengan
menggunakan
bahan-bahan
geosintetik
Gambar 2.1
Susunan Konstruksi Perkerasan Lentur
2.
3.
Gambar 2.2
Penyebaran Beban Roda Hingga Lapisan Subgrade
Yoder, E. J dan Witczak (1975), pada umumnya jenis konstruksi perkerasan jalan ada
2 jenis :
1.
2.
Bahan pengikat. memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat
dan antara aspal itu sendiri.
b.
Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pon-pon yang
ada dan agregat itu sendini.
Dengan demikian. aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca. Mempunyai adhesi dan kohesi yang balk dan memberikan sifat
elastis yang baik.
Penyebab Kerusakan Perkerasan Lentur Jalan Kerusakan pada konstruksi perkerasan
lentur dapat disebabkan oleh:
a.
Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban (overload), dan repetisi
beban.
b.
Air, yang dapat bcrasal dan air hujan. sistem drainasc jalan yang tidak baik
dan naiknya air ak ihat kapi laritas.
c.
Material konstruksi perkerisan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh suai
material itu sendiri alan dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan
yang tidak baik.
d.
Iklim. Indonesia beriklim tropis. diniana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu pcnycbab kerusakan jalan.
e.
Kondisi tanah dasar yang tidak stahil. Kemungkinan disehabkan oleh system
pclaksanaan yang kurang balk, atau dapat juga disebabkan oleh suai tanah
dasarnya yang memang kurang bagus.
f.
Sebagai contoh, retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya
sokongan dan samping. Dengan terjadinya retak pinggir, rnernungkinkan air meresap
masuk ke lapis dihawahnya yang melemahkan ikatan anlara aspal dengan agregat,
hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang disamping dan melemahkan daya dukung
lapisan dibawahnya. Jenis Kerusakan Perkerasan Berdasarkan Metode Bina Marga.
Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur dapat dibedakan atas:
1.
Retak (cracking)
2.
Distorsi (distortion)
3.
4.
5.
6.
2.2.
AASHTO 1993. Struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) jalan, Metode yang
digunakan adalah Metode Pt T-01-2002-B, yang diadopsi dari Metode ASHTO 1993
dengan langkah-langkah perencanaan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Menentukan faktor distribusi arah (DA) jika volume lalulintas yang tersedia
dalam 2 arah DA berkisar antara 0,3 0,7. Untuk perencanaan pada umumnya
diambil nilai DA senilai o,5.
f.
g.
h.
2.3.
terhadap jalan. Jika dilihat pada PP nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan dapat disimpulkan bahwa muatan sumbu terberat adalah beban sumbu
salah satu terbesar dari beberapa beban sumbu kendaraan yang harus dipikul oleh
jalan. Pada Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan,
pengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri atas:
a.
Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
b.
Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
10
ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm,
dan muatan sumbu terberat 8 ton.
c.
Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm,
ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan
muatan sumbu terberat 8 ton.
d.
Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 mm, ukuran panjang melebihi 18.000
mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10
ton.
2.4.
kendaraan dalam satuan standard axle load (SAL) sebesar 18.000 lbs atau 8,16 ton
untuk as tunggal roda ganda (singel axle dual wheel). Di lapangan berat dan
konfigurasi sumbu kendaraan di dalam perhitungan perkerasan perlu terlebih dahulu
ditransformasikan ke dalam equivalent standard axle load (ESAL). Angka ekuivalen
beban sumbu kendaraan (E) adalah angka yang menyatakan perbandingan tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintas beban sumbu tunggal/ganda kendaraan
terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban standar sumbu
tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb). Menurut Koestalam dan Sutoyo (2010) formulasi
perhitungan angka ekuivalen (E) yang diberikan oleh Bina Marga dapat dilihat pada
rumus berikut :
( persamaan 2.1)
Dengan
:
E
12
Tabel 2.1.
Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya (PP No.43/1993)
Kelas
jalan
I
II
Fungsi jalan
Arteri
Arteri atau
IIIA
Kolektor
IIIB
Kolektor
IIIC
Lokal
Sumber : PP No.43/1993
Panjang (mm)
18000
18000
MST
(ton)
> 10
10
18000
12000
9000
8
8
8
Tinggi
(mm)
4200 dan
tidak lebih
dari 1,7 X
lebar
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) katagori kendaraan
dengan izin beroperasi di jalan-jalan umum sebagai berikut:
1.
Kendaraan kecil dengan panjang dan lebar maksimum 9000 x 2100 mm,
dengan Muatan Sumbu Terberat (MST) 8 ton, diizinkan menggunakan
jalan pada semua katagori fungsi jalan yaitu jalan ling-kungan, jalan lokal,
jalan kolektor, dan jalan arteri.
2.
Kendaraan sedang dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm,
serta MST 8 ton, diizinkan terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang
berfungsi kolektor dan arteri. Kendaraan Sedang dilarang memasuki jalan
lokal dan jalan lingkungan..
3.
Kendaraan besar dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm,
serta MST 10 ton, diizinkan terbatas beroperasi di jalan-jalan yang
berfungsi arteri saja; dan
4.
Kendaraan besar khusus dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x2500
mm, serta MST >10 ton, diizinkan sangat terbatas hanya beroperasi di jalanjalan yang berfungsi arteri dan kelas I (satu) saja. Baik kendaraan besar
maupun kendaraan besar khusus dilarang memasuki jalan lingkungan, jalan
lokal, dan jalan kolektor.
13
14
akibat jumlah axle yang terbatas apalagi dengan adanya beban berlebih, karena pada
perencanaan perkerasan jalan masih mengacu kepada desain kendaraan untuk muatan
normal. Mekanisme beban kendaraan dalam mempengaruhi perkerasan jalannya
tergantung dari bentuk konfigurasi sumbu kendaraan dan luas bidang kontak ban
dengan perkerasan jalan.
2.5.
Umur Rencana
Umur rencana (UR) yang akan digunakan dalam traffic design disesuaikan
15
2.6.
.( persamaan 2.2)
Dengan :
RL
Np
N1,5
(failure) (ESAL)
2.7.
survey dilapangan. Sedangkan untuk mengetahui LHR untuk tahun mendatang dapat
digunakan persamaan :
LHRn = LHR0 x (1+i )n........................( persamaan 2.3)
Dengan :
LHRn : LHR tahun ke-n
LHR0 : LHR tahun awal
2.8.
: Tahun ke-n
16
Dengan :
I
: Faktor pertumbuhan
: Tahun ke-n
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.1.1. Lokasi
Pulau Bali
18
3.1.2. Waktu
Penelitian ini dilakukan dalam hari senin minggu pada sore hari. Penelitian
ini ditargetkan selesai dalam kurun waktu 6 bulan.
3.2.
3.2.1. Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :
Alat Tulis
Papan LJK
Kamera
Alat Ukur
3.2.2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antari lain :
3.3.
Metode AASHTO 93
19
3.4.
Data
20
Data Berat Kendaran ini di ambil dari data berat rencana yang mana
didapatkan dari asumsi yang mengacu pada bina marga.
3.5.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, 1999, Analisis Dampak Negatif Beban Berlebih terhadap Perkerasan Jalan,
11-13 April 2016.
Kamus
Istilah
Bidang
pekerjaan
Umum
2008,
Hal
57,
https://www.academia.edu/8810596/PENGARUH_BEBAN_SUMBU_KENDARAA
N_YANG_BERLEBIH_TERHADAP_MASA_PELAYANAN_JALAN,
17
April
2016.
Sentosa Leo, dan Roza Awal Azri. 2010 , Analisis Dampak Beban Overloading
Kendaraan pada Struktur Rigid PavementTerhadap Umur Rencana Perkerasan (Studi
Kasus Ruas Jalan Simp Lago Sorek Km 77 S/D 78). Jurnal Teknik Sipil (Jurnal
Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil) Vol. 19 N0. 2 Agustus 2012.
23
24