Anda di halaman 1dari 31

PENGUJIAN DAN ANALISA TAHANAN ELEKTRODA

PENTANAHAN DENGAN METODE 3 KUTUB PADA GTT


BENGKEL LISTRIK, POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digunakan untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia
semester 5

Disusun oleh :
FAHRIZA AVIANTI
D4-3B / 07 / 0941150021

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN
2012

KATA PENGANTAR

Saya bersyukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,


yang telah memberikan kemudahan bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul Pengujian dan Analisa Tahanan Elektroda Pentanahan dengan
Metode 3 Kutub pada GTT Bengkel Listrik, Politeknik Negeri Malang ini
sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini digunakan untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Bahasa Indonesia untuk semester 5 pada tingkat 3 ini.
Dalam menyusun laporan ini, saya mendapat banyak dukungan, arahan,
dan semangat dari beberapa pihak dan pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, yaitu :
1. Bapak Supriatna Adhisuwignjo, ST., MT. selaku Ketua Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang.
2. Bapak Gatot Joelianto, Ir., MMT. selaku Ketua Program Studi
Teknik Listrik Politeknik Negeri Malang.

3. Ibu Nurdjizah, Dra. selaku Dosen Pengajar mata kuliah Bahasa


Indonesia yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan
atas penyusunan laporan ini.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa serta dukungan
kepada saya.
5. Pihak pihak lain yang telah membantu pada proses penyusunan
laporan ini hingga selesai tepat waktunya.
Saya berharap laporan yang saya tulis ini dapat bermanfaat bagi saya
pribadi maupun orang lain.

Malang, 27 Januari 2012

Fahriza Avianti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

01
02
03
03
04

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................

17

3.2 Metode Penelitian..............................................................................

17

3.3 Instrumen Penelitian..........................................................................

19

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Jabaran Variabel Penelitian...............................................................

20

4.2 Hasil Penelitian.................................................................................

21

4.3 Analisa Hasil Penelitian...................................................................

21

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................

27

5.2 Saran................................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak
membahayakan. Namun setelah sistem-sistem tenaga listrik berkembang semakin
besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh,
baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi
bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem
pelayanannya sendiri.
Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan
komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena
itu, sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik.

Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga
sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, dll. Secara umum,
tujuan sistem pentanahan adalah menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik
baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah,
menjamin kerja peralatan listrik/elektronik, mencegah kerusakan peralatan
listrik/elektronik, dan menyalurkan energi serangan petir ke tanah.
Tahanan pentanahan yang baik adalah tahanan pentanahan yang memenuhi
stansart. Jika tahanan pentanahan tidak sesuai dengan standart yang ada, maka
elektroda pentanahan tidak akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, diperlukan pengujian tahanan elektroda pentanahan untuk mengetahui
apakah tahanan elektroda pentanahan telah sesuai dengan standart atau belum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan sistem pentanahan?
2. Mengapa pengujian tahanan elektroda pentanahan diperlukan?
3. Apa sajakah faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai tahanan
pentanahan ?
4. Apakah tahanan elektroda pentanahan di GTT Bengkel Listrik
sesuai/memenuhi standart yang ada?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui maksud dan tujuan dari sistem pentanahan.
2. Mengetahui pentingnya dilakukan pengujian tahanan elektroda
pentanahan.
3. Mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai
tahanan pentanahan.

4. Mengetahui hasil dari pengujian tahanan elektroda pentanahan di GTT


Bengkel Listrik.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui maksud dan tujuan dari sistem pentanahan.
2. Mengetahui pentingnya dilakukan pengujian tahanan elektroda
pentanahan.
3. Mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai
tahanan pentanahan.
4. Mengetahui hasil dari pengujian tahanan elektroda pentanahan di GTT
Bengkel Listrik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang


menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan
komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena
itu, sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik.
Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga
sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, dll. Secara umum,
tujuan sistem pentanahan adalah menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik
baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah,
menjamin kerja peralatan listrik/elektronik, mencegah kerusakan peralatan
listrik/elektronik, dan menyalurkan energi serangan petir ke tanah.
Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahayabahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Hantaran netral harus
diketanahkan di dekat sumber listrik atau transformator, pada saluran udara setiap
200 m dan di setiap konsumen. Tahanan pentanahan satu elektroda di dekat
sumber listrik, transformator atau jaringan saluran udara dengan jarak 200 m
maksimum adalah 10 Ohm dan tahanan pentanahan dalam suatu sistem tidak
boleh lebih dari 5 Ohm.
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa tahanan pentanahan
diharapkan bisa sekecil mungkin. Namun dalam prakteknya tidaklah selalu mudah
untuk mendapatkannya karena banyak faktor yang mempengaruhi tahanan
pentanahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah :

1. Bentuk elektroda.
Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempuntai kontak
sangat baik terhadap tanah. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis elektroda
pentanahan dan rumus-rumus perhitungan tahanan pentanahannya.
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada
sistem pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun
multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

ELEKTRODA BATANG
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang
pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini.
Elektroda ini banyak digunakan di gardu induk-gardu induk. Secara teknis,
elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu tinggal
memancangkannya ke dalam tanah. Disamping itu, elektroda ini tidak
memerlukan lahan yang luas. Elektroda batang ini mampu menyalurkan
arus discharge petir maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain.

Gambar 2.1 Elektroda Batang

Contoh rumus tahanan pentanahan untuk elektroda Batang Tunggal:

ELEKTRODA PELAT
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau
berlubang) atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam
dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang
kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang
lain.

Gambar 2.2 Elektroda Pelat

Contoh rumus perhitungan tahanan pentanahan elektroda pelat tunggal:

ELEKTRODA PITA
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk
pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya
ditanam secara dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya
ditanam secara dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila
mendapati lapisan-lapisan tanah yang berbatu, disamping sulit
pemancangannya, untuk mendapatkan nilai tahanan yang rendah juga
bermasalah. Ternyata sebagai pengganti pemancangan secara vertikal ke
dalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara
mendatar (horisontal) dan dangkal. Di samping kesederhanaannya itu,

ternyata tahanan pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh


bentuk konfigurasi elektrodanya, seperti dalam bentuk melingkar, radial
atau kombinasi antar keduanya.

Gambar 2.3 Elektroda Pelat

2. Jenis bahan dan ukuran elektroda.


Sebagai konsekwensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda
dipilih dari bahan-bahan tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik
dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi.
Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai kontak paling efektif dengan
tanah.
Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga
tahanan pentanahan pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal
berdasarkan jenis dan ukuran elektroda.

Tabel 2.1 Tahanan pentanahan


pada jenis tanah dengan tahanan jenis 1=100 Ohm-meter

Untuk tahanan jenis tanah yang lain, nilai tahanan pentanahan


adalah nilai pentanahan dalam tabel dikalikan dengan faktor:

100

Ukuran elektroda pentanahan akan menentukan besar tahanan


pentanahan. Berikut ini adalah tabel yang memuat ukuran-ukuran

elektroda pentanahan yang umum digunakan dalam sistem pentanahan.


Tabel ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang pemilihan jenis, bahan
dan luas penampang elektroda pentanahan.

Tabel 2.2 Luas Penampang Minimum Elektroda Pentanahan

3. Jumlah/konfigurasi elektroda.
Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang dikehendaki dan bila
tidak cukup dengan satu elektroda, bisa digunakan lebih banyak elektroda
dengan bermacam-macam konfigurasi pemancangannya di dalam tanah;

4. Kedalaman pemancangan/penanaman di dalam tanah.


Pemancangan ini tergantung dari jenis dan sifat-sifat tanah. Ada
yang lebih efektif ditanam secara dalam, namun ada pula yang cukup
ditanam secara dangkal.
5. Faktor-faktor alam (tahanan jenis tanah)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda
yang hemispherical R = /2r terlihat bahwa tahanan pentanahan
berbanding lurus dengan besarnya . Untuk berbagai tempat harga ini
tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :
a. Sifat geologi tanah
b. Komposisi zat kimia dalam tanah
c. Kandungan air tanah
d. Temperatur tanah
e. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

Sifat Geologi Tanah


Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.
Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat
umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan

quartz bersifat sebagai insulator. Tabel dibawah ini menunjukkan hargaharga ( ) dari berbagai jenis tanah.

Tabel 2.3 Nilai Tahanan Jenis Tanah untuk Berbagai Macam Tanah

TAHANAN JENIS
No.

JENIS TANAH
TANAH( ohm.meter )

1.

Tanah yang mengandung air garam

56

2.

Rawa

30

3.

Tanah liat

100

4.

Pasir Basah

200

5.

Batu-batu kerikil basah

500

6.

Pasir dan batu krikil kering

1000

7.

Batu

3000

Komposisi Zat-Zat Kimia di Dalam Tanah


Kandungan zat zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat
organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.

Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya


mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang
terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda
pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

Kandungan Air Tanah


Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan
tahanan jenis tanah ( ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
20%.
Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan
kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.
Temperatur Tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil
terhadap perubahan temperatur permukaan.
Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun
tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikatan tidak ada
pengaruhnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Hari, Tanggal : Rabu, 4 Januari 2012
Waktu
: 13.30 14.30 WIB
Tempat
: GTT Bengkel listrik, Politeknik Negeri Malang
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada pengujian tahanan elektroda pentanahan
ini adalah metode 3 kutub dengan menggunakan sebuah alat, Earth Tester.
Berikut merupakan langkah pengujian tahanan elektroda pentanahan :
1. Siapkan alat ukur tahanan pentanahan beserta kelengkapannya (patokpatok dan kabel).
2. Pastikan baterai alat ukur masih dalam kondisi baik. Jika tidak, ganti
dengan baterai yang baru.
3. Pasang rangkaian pengukuran seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Earth Tester


E : Warna hijau disambung dengan pentanahan panel
P : Warna kuning disambungkan dengan elektroda pentanahan yang
ditanahkan dengan jarak 5 meter.

C : Warna merah disambung dengan elektroda pentanahan lainnya


yang ditanahkan dengan jarak 10 meter (2x jarak elektroda pertama
dengan posisi sejajar).
4. Pindahkan saklar (switch) ke posisi ohm dan tekan tombol switch SW
sambil mengatur skala ohm.
5. Apabila Galvanometer sudah menunjuk nol, lepas tombol switch SW.
6. Baca skala Ohm dan catata hasilnya.
7. Analisa hasil pengukuran tersebut, jika tahanan pentanahan 5 ohm,
maka pentanahan di GTT tersebut dinyatakan baik.
8. Jika hasil pengukuran tidak baik, lakukan langkah-langkah berikut :
Kencangkan baut-baut sambungan pentanahan.
Bersihkan kontak-kontak sambungan.
Lakukan pengukuran ulang.
3.3 Instrumen Penelitian
Alat yang dibutuhkan pada pengujian tahanan elektroda pentanahan
hanyalah Earth tester sebagai alat pengukur tahanan elektrodanya dan alat
tulis untuk mencatat hasil pengujian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Jabaran Variabel Penelitian


Pada pengujian tahanan elektroda pentanahan ini, dilakukan 2 kali
percobaan. Percobaan pertama adalah konfigurasi 1:2 dan percobaan kedua
adalah konfigurasi 1:1. Tiap tiap percobaan dilakukan 3 kali ulangan.

Konfigurasi 1:2
Yang dimaksud dengan percobaan konfigurasi 1:2 adalah
perbandingan jarak elektroda P dibanding C terhadap elektroda E adalah 1:2.
Pada percobaan ini jarak elektroda P terhadap elektroda E adalah 5 meter,
sedangkan jarak elektroda C terhadap elektroda E adalah 10 meter.
Konfigurasi 1:1
Yang dimaksud dengan percobaan konfigurasi 1:1 adalah
perbandingan jarak elektroda P dibanding C terhadap elektroda E adalah 1:1.

Pada percobaan ini jarak elektroda P terhadap elektroda E adalah 5 meter dan
jarak elektroda C terhadap elektroda E adalah 5 meter juga.

4.2 Hasil Penelitian

Berikut merupakan tabel hasil pngujian tahanan elektroda pentanahan :


Tabel 4.1 Hasil Pengujian Tahanan Elektroda Pentanahan
Ulangan
1
2
3

Konfigurasi 1:2 (ohm)


8,39
8,19
7,77

Konfigurasi 1:1 (ohm)


9,29
8,23
7,6

4.3 Analisa Hasil Penelitian


Dari tabel 4.2 Hasil Pengujian Tahanan Elektroda Pentanahan pada
percobaan pertama, yaitu konfigurasi 1:2, didapatkan 3 nilai tahanan
elektroda pentanahan. 8,39 ohm untuk ulangan pertama, 8,19 ohm untuk
ulangan kedua, dan 7,77 ohm untuk ulangan ketiga. Apabila ketiga nilai
tersebut dirata-rata, maka didapatkan nilai tahanan elektroda pentanahan
sebesar 8,12 ohm. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan di
bawah ini.
8,39+ 8,19+7,77
=8,12 ohm
3

Untuk percobaan kedua, yaitu konfigurasi 1:1 juga didapatkan 3 nilai


tahanan elektroda pentanahan seperti yang terdapat pada tabel 4.2 Hasil
Pengujian Tahanan Elektroda Pentanahan. 9,29 ohm untuk ulangan pertama,
8,23 ohm untuk ulangan kedua, dan 7,6 ohm untuk ulangan ketiga. Apabila
ketiga nilai tersebut dirata-rata, maka didapatkan nilai tahanan elektroda
pentanahan sebesar 8,37 ohm. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
9,29+8,23+7,6
=8,37 ohm
3
Baik untuk percobaan pertama maupun percobaan kedua, nilai
tahanan elektroda pentanahan yang didapatkan dari hasil percobaan lebih
besar dari 5 ohm. Nilai tahanan elektroda pentanahan dari percobaan pertama
adalah 8,12 ohm, sedangkan untuk nilai tahanan elektroda pentanahan dari
percobaan kedua adalah 8,37 ohm.
Kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai tahanan elektroda
pentanahan tidak sesuai dengan standart atau tidak memenuhi standart.
Seperti yang telah tercantum dalam dasar teori bahwa tahanan elektroda
pentanahan dalam suatu sistem tidak boleh lebih dari 5 Ohm. Sehingga, kita
dapat mengatakan bahwa tahanan elektroda pentahanan yang ada di bengkel
listrik tidak baik karena nilai tahanan elektroda pentahanannya masih di atas
nilai 5 ohm.
Saya mengemukakan dua hipotesis awal untuk nilai tahanan elektroda
pentanahan yang belum memenuhi standart atau dengan kata lain nilainya
masih lebih besar dari 5 ohm. Dua hipotesis ini mengacu pada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai tahanan elektroda


pentanahan.
Seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori di atas, bahwa salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai tahanan elektroda adalah
bentuk elektroda yang digunakan. Pada sistem pentanahan yang ada di GTT
bengkel listrik ini, elektroda yang digunakan adalah elektroda berbentuk
batang, maka untuk perhitungan nilai tahanannya menggunakan rumus di
bawah ini :

Berdasarkan rumus di atas, maka nilai tahanan elektroda dapat


dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu (tahanan jenis tanah), LR (panjang
elektroda), dan AR (diameter elektroda). Nilai tahanan elektroda yang besar
dapat dihasilkan apabila nilai (tahanan jenis tanah) besar, dan nilai yang
kecil untuk nilai LR (panjang elektroda).
Berkaitan dengan nilai (tahanan jenis tanah) yang dapat
mempengaruhi besarnya nilai tahanan, maka dasar teori di atas menyatakan
bahwa daerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya

mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang


terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada
kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih tersedia.
Kota Malang merupakan kota yang termasuk dalam kategori kota
dengan curah hujan yang tinggi. Berarti, tahanan jenis tanah pada kota
Malang ini relatif tinggi. Oleh karena itu, penanaman elektroda pentanahan
dianjurkan pada kedalaman yang lebih dalam agar didapatkan nilai tahanan
jenis tanah yang rendah. Namun, melihat nilai tahanan elektroda pentanahan
yang masih besar, maka hipotesis saya yang pertama adalah penanaman
elektroda pentanahannya kurang dalam sehingga nilai tahanan jenis tanahnya
masih tinggi.
Hipotesis yang kedua adalah mengenai pengaruh panjang elektroda
terhadap nilai tahanan elektroda pentanahan. Di bawah ini merupakan tabel
nilai tahanan pentanahan pada jenis tanah dengan tahanan jenis tanah sebesar
100 ohm-meter.

Tabel 4.1 Tahanan pentanahan

pada jenis tanah dengan tahanan jenis 1=100 Ohm-meter

Dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa nilai tahanan elektroda


pentanahan akan bernilai 5 ohm untuk jenis elektroda pita atau hantaran pilin
jika panjang elektroda sebesar 50 meter. Namun, berdasarkan hasil
percobaan, nilai tahanan elektroda pentanahan yang dihasilkan sebesar 8
ohm. Maka berdasarkan tabel di atas, nilai tahanan elektroda pentanahan
sebesar 8 ohm akan dihasilkan jika panjang elektroda lebih besar dari 25
meter namun kurang dari 50 meter. Jadi, hipotesis kedua saya adalah ukuran
elektroda pentanahan yang kurang panjang sehingga tahanan elektroda
pentanahan yang dihasilkan lebih besar dari 5 ohm.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini, yaitu:
1. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang
menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah
sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus
abnormal.
2. Sistem pentanahan sangatlah penting di dalam sebuah sistem kelistrikan
karena fungsi utamanya yang menjamin keselamatan manusia dan
makhluk hidup lain terhadap tegangan sentuh langsung maupun tidak
langsung.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah :
a. Bentuk elektroda
b. Jenis dan bahan elektroda
c. Jumlah / konfigurasi elektroda
d. Kedalaman / pemancangan penanaman di dalam tanah
e. Faktor-faktor alam
4. Hasil percobaan tahanan pentanahan menyatakan bahwa sistem
pentanahan GTT di bengkel listrik tidak memenuhi standart. Dua hipotesis
awal penulis mengenai sistem pentanahan GTT di bengkel tidak memenuhi
standart adalah penanaman elektroda pentanahan yang kurang dalam dan
ukuran elektroda pentanahan yang kurang panjang.
5.2 Saran
1. Hipotesis yang dikemukakan penulis hanyalah hipotesis awal yang belum
ada penelitian lanjutan mengenai sistem pentanahan GTT di bengkel listrik
yang tidak memenuhi standart.
2. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui solusi mengenai sistem
pentanahan yang tidak memenuhi standart.

DAFTAR PUSTAKA

Ronilaya, Ferdian. 2010. Praktikum Laboratorium Sistem Tenaga I. Malang:


Politeknik Negeri Malang.
Sumardjati, Prih dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Jakarta: PT.
Multimedia.
Ak4037. 2008. Tahanan Pentanahan . www.ak4037`s blog.com, Diakses Pada
Tanggal 18 Januari 2012 Pukul 16.02 WIB.
Listrik, Dunia. 2008. Sistem Pentanahan . www.dunia listrik.com, Diakses Pada
Tanggal 18 Januari 2012 Pukul 16.02 WIB.
Akin-Akin. 2011. Pengukuran Tahanan Pentanahan . www.akin-akin blog.com,
Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2012 Pukul 16.02 WIB.
Indonesia, Elektro. 1998. Elektroda Batang Mereduksi Nilai Tahanan
Pentanahan . www.elektro indonesia.com, Diakses Pada Tanggal 18
Januari 2012 Pukul 16.02 WIB.

Anda mungkin juga menyukai