A. Salbutamol Sulfat
Salbutamol sulfat adalah suatu obat yang sering digunakan dalam pengobatan
penyakit asma. Salbutamol atau yang dikenal sebagai -[[1,1-dimetil etil 0
amino]metil]-4-dihidroksi-1,3-benzen dimetanol merupakan golongan agonis reseptor
2-Adrenergik. Salbutamol berefek sebagai bronkodilatasi yaitu meringankan kejang
otot bronkus dalam kondisi penyakit asma dan obstruktif parukronis.
Guaifenesin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C10H14O4dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Guaifenesin berbentuk serbuk
hablur, putih sampai agak kelabu. Guaifenesin larutdalam air, etanol, kloroform, dan
propilen glikol tetapi agak sukar larut dalam gliserin (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Guaifenesin memiliki bobot molekul
198,2 g/mol; titik lebur 78oC-82oC; nilai log P (oktanol/air)= 1,4; dalam suasana
asam memiliki panjang gelombang maksimum) max 273 nm dengan nilaiA1%=
125a.
ALAT PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat KCKT dengan
detektor ultraviolet, Shimadzu LC-2010C, kolom C-18 merek Shimadzu column Shim-pack
(LC-C18 CM) (No. column 4252787 part. 228-17874-92), seperangkat computer (merek Dell
B6RDZ1S Connexant system RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP Deskjet
D2566 HP-024-000 625730), UV/Vis Spectrophotometer SP-3000plus merek OPTIMA
dengan deterktor silicon photo diode, millipore, ultrasonifikator Refsch., Tipe : T460
(Schwing.1 PXE, FTZ-Nr. C-066/83, HF-Frequ.:35 kHz), timbangan analitik Ohaus Carat
Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg), alat vakum, dan seperangkat
alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.
BAHAN PENELITIAN
Bahan
Salbutamol
yang
Sulfat
digunakan
(Supriya
dalam
penelitian
Lifescience,
No.
ini
adalah
baku Pembanding
SISTEM KROMATOGRAFI
-
Fase gerak metanol : 0,01M kalium dihidrogen fosfat dan pengaturan pH dilakukan
dengan penambahan asam fosfat 0,1M hingga mencapai pH 3,0 dengan perbandingan
dan kecepatan alir hasil optimasi
dengan perbandingan tetap (polaritas fase gerak tetap) selama proses elusi berlangsung
Kecepatan alir : 0,5 dan 1,0 mL/menit
Detektor : UV Salbutamol Sulfat = 278 nm
Guaifenesin = 274 nm
Volume injeksi : 20 L
TATACARA PENELITIAN
1.
Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan guaifenesin yang digunakan untuk
penentuan panjang gelombang pengamatan
Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat. Sebanyak lebih kurang 10,0 mg
salbutamol sulfat ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol hingga 10,0 mL
sehingga konsentrasi menjadi 1000 g/mL, kemudian dibuat larutan seri dengan 3
konsentrasi berbeda yaitu 100; 300; dan 600 g/mL dengan mengencerkan 1,0; 3,0 ;
dan 6,0 mL larutan stok tersebut dalam metanol hingga 10,0 mL.
b.
5. Pembuatan larutan baku salbutamol sulfat dan guaifenesin yang digunakan untuk
optimasi dengan metode KCKT
a. Pembuatan larutan stok salbutamol sulfat. Sebanyak 20,0 mg salbutamol sulfat
ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol hingga 100,0 mL sehingga
Masing-masing konsentrasi larutan seri baku salbutamol sulfat 100,0; 300,0; dan 600,0
g/mL dan guaifenesin 20,0; 60,0; dan 100,0 g/mL dengan pelarut metanol, discan pada
panjang gelombang 200-400 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum yang
dihasilkan akan menunjukkan panjang gelombang maksimum yang akan digunakan pada
sistem KCKT yaitu panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum pada ketiga
konsentrasi tersebut.
8. Preparasi sampel
Sediaan obat sirup merek X mengandung 0,24 mg/mL salbutamol sulfat dan 10
mg/mL guaifenesin, diambil lebih kurang 0,50 mL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan metanol sampai 100 mL sehingga didapatkan konsentrasi
salbutamol 1,2 g/mL dan guaifenesin 50 g/mL, kemudian larutan sampel tersebut disaring
dengan menggunakan millipore dan didegassing dengan ultrasonifikator selama
15 menit.
9. Optimasi pemisahan salbutamol sulfat dan guaifenesin dengan menggunakan metode
KCKT fase terbalik
a. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi salbutamol sulfat.
Larutan baku salbutamol sulfat dengan konsentrasi 10,0 g/mL diinjeksikan
sebanyak 20 L ke sistem KCKT. Optimasi dilakukan pada panjang gelombang
pengamatan dengan menggunakan fase gerak metanol : 0,01M kalium dihidrogen
fosfat pH 3,0 40:60; 45:55; 50:50; 55:45 dan 60:40 pada kecepatan alir fase gerak 0,5
dan 1,0 mL/menit. Berbagai perbandingan dan kecepatan alir fase gerak tersebut
akan dipilih yang nilai AF < 2 dan waktu retensi kurang dari 10 menit agar
pemisahan yang dilakukan lebih efektif.
b. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi guaifenesin. Larutan
KESIMPULAN