Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum
Makalah Askep Ibu Haemorragic Post Partum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :
Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu
pertama ) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke
enam )..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum
period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum
period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca persalinan atau HPP.
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar,
Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan, dan
nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal
disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap
tahun (WHO, 2008).
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kasus perdarahan
post partum di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai pada tahun 2009 berdasarkan umur,
paritas, dan riwayat obstetrik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kasus
perdarahan post partum masih banyak ditemukan. Berdasarkan jenis persalinan mayoritas
pervaginam 36 kasus (83.72%), berdasarkan umur mayoritas >30 tahun sebanyak 20 orang
(46.5%), berdasarkan paritas mayoritas multiparitas sebanyak 24 orang (55.8%), dan
berdasarkan riwayat Obstetrik mayoritas tanpa riwayat obstetrik sebanyak 27 orang
(62.79%) . Setelah dilakukan penelitian ditemukan kasus perdarahan post partum masih
sering terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, paritas, dan riwayat
obstetrik (Penelitian di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tahun 2009).
Menurut Willams & Wilkins (1988 ) perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir dapat
disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri, laserasi jalan
lahir, dan gangguan pembekuan darah .
1
Mengingat masih tingginya angka kematian pada ibu dengan haemoragic post partum
di Indonesia, maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini dan dengan adanya
asuhan keperawatan diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam bidang persalinan sehingga dapat mencegah dan menangani dengan
tepat dan benar untuk setiap kejadian perdarahan post partum.
B. Tujuan
1. Umum
Mempelajari pengaruh perdarahan pada masa nifas pada ibu dan asuhan
keperawatannya pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas atau haemorragic post
partum.
2. Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)
b. Menyebutkan klasifikasi perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)
c. Menyebutkan penyebab dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post partum)
d. Menyebutkan factor predisposisi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
e. Menjelaskan patofisiologi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
f. Menyebutkan gejala gejala pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
g. Menyebutkan komplikasi pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
h. Menguraikan penatalaksanaan pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
i. Menguraikan asuhan keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum) yang meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Menurut Willams & Wilkins (1988 ) perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan
yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir.
Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya
darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI, tahun 2000
mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa
post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg,
nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,
MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan
darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).
2. Klasifikasi perdarahan
Perdarahan
berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 - 24 jam
pertama setelah melahirkan. Sedangkan perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/
secondary HPP adalah perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu
paska persalinan.
3. Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum,
luka episiotomi.
4
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam
uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.
4. Faktor predisposisi
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak
maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu faktorfaktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan :
a.Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan
pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera
dilakukan penjahitan dengan benar.
b. Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta
pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
c. Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat
hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
d. Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi
dengan hati-hati dan seksama.
5. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh
darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servix, vagina dan perinium.
6. Gambaran klinik
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
7. Komplikasi
a. Memudahkan terjadinya:
1) Anemia yang berkelanjutan
2) Infeksi puerperium.
b. Terjadi rehrosis hipofisis anterior dan sindrom sheehan
1) Kelemahan umum (Asthenia)
2) Menurunnya berat badan sampai cachexia
3) Penurunan fungsi sexsual
4) Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
5) Turunnya metabolisme hipotensi
6) Amenorea sekunder
c. Kematian perdarahan post partum
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
1)
2)
3)
4)
speculum
f) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas.
Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
c) Bila
konservasi
uterus
masih
diperlukan
dan
kondisi
jaringan
luka
mengalami
nekrosis
yang
luas
dan
kondisi
pasien
Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan
b) Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument,
lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama
10 hari.
10
6)
c) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang
yang dapat diserap
d) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
e) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi
lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :
f) Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung
robekan
g) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub
mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga
ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang
no 2/0.
h) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan
benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.
i) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub
kutikuler
j) Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk
terapi.
7)
Robekan serviks
a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
b) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio
11
c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan
dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai
robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan
kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
d) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri
dan perdarahan paska tindakan
e) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda
infeksi
f) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr
% berikan transfusi darah
12
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun.
2) Keluhan utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin, kesulitan
bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3) Riwayat riwayat
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
4) Pola fungsi kesehatan
a)
Pola nutrisi dan metabolisme
(1) nafsu makan menurun
b)
Pola eliminasi
(1) penurunan BAK
(2) konstipasi
c)
Pola kebutuhan cairan dan elektrolit
(1) dehidrasi
d)
Pola aktivitas
(1) kelemahan, malaise umum
(2) kehilangan prouktifitas
(3) kebutuhan istirahat dan tidur lebih banyak
e)
Pola integritas ego
(1) cemas dan ketakutan
f)
Pola seksualitas
(1) terjadi perdarahan per vagina
(2) tinggi fundus uteri menurun dengan lambat
b. Pemeriksaan Fisik
13
1)
2)
Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau
mata berkunang-kunang, berkeringat dingin.
3)
Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.
4)
Abdomen
Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.
5)
Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan terdapat
robekan serviks.
6)
Ekstermitas
Keluar keringat dingin, lemah, malaise, CRT > 3 detik.
b.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan Hb (<10 mg%),
penurunan kadar Ht (normal 37% - 41% ) dan peningkatan jumlah sel darah
putuih (SDP).
2) Pada urinalisis ditemukan kerusakan kandung kemih
3) Pada sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :
a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
ke jaringan akibat perdarahan post partum
14
17
Kejang
dapat
meningkatkan
kepekaan
uterus
yang
akan
d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan rupture peritoneum dan robekan
dinding vagina
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
Rencana tindakan :
1) Catat perubahan tanda vital
R : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul
R : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock
yang tidak terdeteksi
3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
18
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi
20
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahan perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:
1)
2)
3)
b)
Tanda vital normal dan tidak ada perubahan warna kuku, mukosa bibir,
gusi dan lidah, suhu kulit, jumlah gas darah normal.
c)
Ibu tidak cemas dan tidak ada takikardia, takipnea dan gemetar. Klien dan
keluarganya
menunjukkan
kemampuannya
dalam
mengungkapkan
e)
f)
21
C. WOC
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum
yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir.
2. Perdarahan
berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 - 24 jam
pertama setelah melahirkan. Sedangkan perdarahan paska persalinan lambat / late
HPP/ secondary HPP adalah perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam
minggu paska persalinan.
3. Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu penyebab
perdarahan paska persalinan dini meliputi perlukaan jalan lahir, perdarahan pada
tempat menempelnya plasenta, Gangguan mekanisme pembekuan darah dan
penyebab perdarahan paska persalinan terlambat
4. Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak
maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu
faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan
seperti : atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, tertinggalnya plasenta (sisa
plasenta) dan inversio uterus
5. Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu
uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas
akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
23
6. Gejala klinis haemorragic post partum yang selalu ada seperti uterus tidak
berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan
postpartum primer) ,perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta baik, plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik, uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
7. Komplikasi yang sering ditemukan pada hpp yaitu memudahkan terjadinya anemia
yang berkelanjutan, infeksi peurpenium, terjadi rehrosis anterior dan sindrom Sheehan
seperti kelemahan umum,menurunnya berat badan sampai cachexia, penrunan fungsi
seksual, memudarkan tanda-tanda sekunder, turunnya metabolisme-hipotensi,
amenorea sekunder. komplikasi hpp dapat menyebabkan kematian jika telat
penanganannya.
8. Penatalaksanaan ibu masa nifas dengan HPP secara umum yaitu Ketahui secara pasti
kondisi ibu bersalin sejak awal, pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan
bersih dan aman, selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat, segera lakukan
penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan
komplikasi, atasi syok jika terjadi syok, pastikan kontraksi berlangsung baik
( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan
infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ), pastikan plasenta
telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir, bila perdarahan
tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah, pasang kateter tetap dan pantau cairan
keluar masuk, lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
9. Asuhan keperawatan pada ibu dengan haemorragic post partum sesuai dengan yang
telah diuraikan diatas.
24
DAFTAR PUSTAKA
Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta.
JNPKKR POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit
EGC, Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
Anneke. 2009. Perdarahan Post Partum, http://medlinux.blogspot.com., diakses tanggal 8
Desember 2011
Julianto Pobi.2011. Asuhan Keperawatan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum,
http://julianto10.blogspot.com, diakses tanggal 8 Desember 2011
Lolipopmaniez.2010. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pendarahan Post Partum,
http://pastakyu.wordpress.com, diakses tgl 21 December 2011
Winkjosastro H, Hanada . 2005. Perdarahan Pasca Persalinan, http://www.geocities.com,
diakses tanggal 21 Desenber 2011
Setiawan Y. 2008. Perawatan perdarahan post partum, http://www.Siaksoft.net, diakses
tanggal 21 Desember 2011
Alhamsyah. 2008. Retensio Plasenta. www.alhamsyah.com, diakses tanggal 22 Desember
2011
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Perdarahan Pasca Persalinan,
http://.www.Fkunsri.wordpress.com, diakses tanggal 22 Desember 2011
Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas
Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008. Perdarahan
Post Partum, http://belibis-a17.com, diakses tanggal 22 Desember 2011
25