Endometriosis
Mekanisme Perkembangan Endometriosis :
Penyusukan sel endometrium dari haid berbalik (Sampson)
Metaplasia epitel selomik (Meyer-iwanoff)
Penyebaran limfatik (Halban-Javert) dan Vaskuler (Navatril)
Sisa sel epitel Muller embrionik (von recklinghausen-Russel)Perubahan sel
genitoblas (De-Snoo)
Penyebaran iatrogenik atau pencangkokan mekanik (Dewhurst)
Imunodefisiensi local
Cacat enzim aromatase
peritoneum
dan
merangsang
metaplasia
peritoneum.
kemudian
merangsang angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai
pada daerah yang meningkat vaskularisasinya. Pentingnya selaput mesotelium yang
utuh dapat dibuktikan pada penelusuran dengan mikroskop elektron, terlihat bahwa
serpih haid atau endometrium hanya menempel pada sisi epitel yang selaputnya hilang
atau rusak. Lesi endometriosis terbentuk jika endometrium menempel pada selaput
peritoneum. Hal ini terjadi karena pada lesi endometriosis, sel, dan jaringan terdapat
protein intergin dan kadherin yang
serial jaringan pelvik pada wanita 40 tahunan dengan tuba falopi paten dan siklus haid
normal. Walaupun demikian tidak setiap wanita yang mengalami retrograde menstruasi
akan menderita endometriosis.
Baliknya darah haid ke peritoneum, menyebabkan kerusakan selaput mesotel
sehingga memajankan matriks extraseluler dan menciptakan sisi perlekatan bagi
jaringan endometrium.6Jumlah haid dan komposisinya, yaitu nisbah antara jaringan
kelenjar dan stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat
memegang peranan penting pada kecenderungan perkembangan endometriosis.
Setelah perekatan matriks ekstraseluler, metaloperoksidasenya sendiri secara aktif
memulai pembentukan ulang matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan invasi
endometrium ke dalam rongga submesotel peritoneum.
Dalam biakan telah ditemukan bahwa penyebab kerusakan sel-sel mesotel adalah
endometrium haid , bukan endometrium fase proliperatif, kerusakan endometrium
ditemukan sepanjang metastase. Kemungkinan pengaruh buruk isi darah haid telah
dipelajari pada biakan gabungan dengan lapisan tunggal sel mesotel, terlihat bahwa
endometrium haid yang luruh, endometrium haid yang tersisip, serum haid dan medium
dari jaringan biakan haid, menyebabkan kerusakan hebat sel-sel mesotel, kemungkinan
berhubungan dengan apoptosis dan nekrosis.
Endometriosis merupakan penyakit yang bergantung dengan kadar estrogen
akibat P450 aromatase dan defisiensi 17 beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase.
Aromatase mengkatalisis sintesis estron dan estradiol dari androstenedion dan
testosteron, dan berada pada sel retikulum endoplasma. Pada sel granulosa 17betahidrohidroksisteroid dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi
estrogen lemah (estron).
Endometrioma dan invasi endometriosis ekstraovarium mengandung aromatase
kadar tinggi., faktor pertumbuhan, sitokin dan beberapa faktor lain berperan sebagai
pemacu
aktivitas
aromatase
melalui
jalur
cAMP
17beta-hidrohidroksisteroid
secara intermiten pada semua wanita dan bukan merupakan suatu penyakit.
Endometriosis minimal yang muncul secara fisiologis tidak diindikasikan sebagai
patologis kecuali kemudian menjadi progresif. Endometriosis yang menjadi progresif ini
oleh beberapa peneliti diyakini muncul pada wanita dengan kelainan pertahanan sistim
imun.
Dmowski dkk menduga faktor genetik dan imunologi sangat berperan terhadap
timbulnya endometriosis. Ditemukan penurunan imunitas seluler, peningkatan aktivitas
makrofag dan penurunan aktivitas natural killer cell, serta penurunan aktivitas sel
limfosit. Keadaan ini mengakibatkan kegagalan dalam clearance cell. Menurut teori ini
pertahanan
imunologik
yang
abnormal
mengakibatkan
ketidaksanggupan
respon inflamasi yang mengarah pada pertumbuhan dan faktor sitokin yang
berkompeten
lainnya
memudahkan
implantasi
endometrial
ektopik,
mempertahankannya dan tumbuh. Selain itu protein adhesi ditemukan tinggi pada lesi
endometriosis, dimana ini sangat berperan pada proses implantasi embrio.
Sitokin diproduksi sebagai respon terhadap aktivasi antigen endometrial ektopik
yang diyakini akan mengaktifkan sel B resting yang akan memudahkan diferensiasinya
menjadi sel plasma yang mensekresikan antibodi. Antibodi kemudian juga diproduksi
terhadap fosfolipid sel endometrium. Penyimpangan respon secara imunologi akan
menimbulkan sekuel endometriosis termasuk pembentukan formasi adhesi, infertilitas
dan nyeri pelvik.
Selama dekade terakhir bukti yang telah dikumpulkan menunjukkan hubungan
antara endometriosis dengan perubahan humoral dan cell mediated immunity. Kelainan
fungsi imun ini mengakibatkan kegagalan dalam clearance sel endometrium ektopik
yang mengakibatkan sel endometrium mudah untuk mengalami implantasi.
Makrofag adalah sel predominan dan komponen kunci dalam imunitas alami. Sel
ini terlibat dalam pengenalan sel asing. Di rongga peritoneum makrifag terlibat
dalam removal benda asing dan menghancurkannya. Hiperaktivitas makrofag dalam
cairan peritoneum memberikan kontribusi dalam patogenesis endometriosis dengan
mensekresikan growth factor dan sitokin. Halme dkk telah memperlihatkan peningkatan
sekresi makrofag yang menghasilkan growth
peritoneum pasien
endometriosis.
c. Faktor Genetik
Penelitian tentang dasar genetik dari endometriosis masih banyak diteliti tetapi belum
ada gen spesifik yang dapat dibuktikan secara pasti. Bagaimanapun, saat ini sudah ada
bukti klinis dan eksperimen dimana ada literatur yang secara tegas menyatakan
endometriosis termasuk penyakit genetik. Bukti/klinis tersebut adalah ditemukannya
endometriosis pada kelompok manusia memiliki hubungan keluarga dan ditemukan
pada sebagian besar populasi Islandia, pada kembar monozigot juga pada saudara
perempuan yang bukan saudara kembar; meningkatnya angka kejadian 6-9 kali pada
keturunan pertama wanita yang terkena dibandingkan populasi, dan angka kejadian
sebanyak 15% yang ditemukan dengan pemeriksaan MRI pada keturunan pertama
wanita yang menderita penyakit ini pada stadium III-IV menurut revised American
Fertility Society (rAFS). Sebagai tambahan, sejumlah penelitian juga menemukan
beberapa gen yang mungkin mempunyai hubungan penyakit ini.
Penelitian pada saudara kembar memberikan bukti klinis yang kuat, termasuk
laporan kasus kembar monozigot (MZ) dan dizigot (DZ) telah dilakukan oleh Australian
National Health and Medical Research Council Twin Register. Kuisioner dikirimkan ke
3298 wanita dan dikonfirmasi oleh dokternya, yang mau ikut berpartisipasi dalam
penelitian. Status endometriosis ditegakkan oleh ahli patologi atau laporan operasi atau
keduanya. Dari survey, 3096 (94%) yang diteliti, diantaranya 215 orang mengaku
bahwa mereka menderita endometriosis, dengan angka kejadian 0,7 dari seluruh
responden. Dari semua wanita yang diteliti yang menderita endometriosis didapatkan
korelasi antara kembar MZ dan kembar DZ adalah 0,52 0,8 dan 0,19 0,16, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat 51% kemungkinan pengaruh dari genetik pada
endometriosis.
Endometriosis dalam keluarga dapat disimbolkan dengan angka s (yakni
perbandingan risiko dari saudara wanita penderita yang terpapar endometriosis
dibandingkan dengan risiko pada populasi umum), nilainya berkisar antara 2 sampai 9
dari seluruh penyakit endometriosis ringan sampai berat. Selain itu, pada wanita
dengan endometriosis yang paling berat, s akan meningkat menjadi 15 berdasarkan
data MRI. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa endometriosis diturunkan dengan sifat
genetik yang kompleks, seperti diabetes, asma, dan hipertensi, dimana fenotip muncul
sebagai hasil dari interaksi antara variasi allel pada sejumlah gen, dan antara gen-gen
tersebut dengan faktor lingkungan. Risiko rekurensi pada saudara kandung bermanfaat
untuk memperkirakan kontribusi faktor genetik terhadap risiko penyakit ini karena
digunakan untuk memperkirakan keakuratan hubungan dari penelitian-penelitian pada
saudara kandung yang menderita dan sebaliknya berhubungan dengan jumlah saudara
yang terkena untuk mendeteksi kerentanan lokus-lokus gen dengan karakteristik
kompleks.
Penderita juga bisa menderita asma, alergi, atau eksim. Hasil penelitian ini membantu
dalam mengobati penderita.
Peneliti lainnya melaporkan bahwa endometriosis termasuk penyakit gangguan
sistem endokrin, gangguan kelenjar, dan pengeluaran zat lain seperti estrogen. Dimana
keseimbangan dari seluruh komponen tersebut akan menurun saat wanita menginjak
masa premenopause. Pendapat lainnya adalah adanya faktor lingkungan yang
menyebabkan endometriosis seperti zat kimia
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
- Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen
yang lain
Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.