Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun untuk memenuhi tugas individu Ujian Akhir Semester


mata kuliah Akuntansi MultiParadigma

Oleh
Fatia Putri Rindawan

( NIM 146020310011029 )

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
MAGISTER AKUNTANSI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung dan membuat
suatu catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad ke15, terjadilah
perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan
perdagangan ini menyebabkan diperlukannya suatu sistem pencatatan yang lebih baik sehingga
dengan demikian akuntansi mulai berkembang. Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur
pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).
Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747,
yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta
(Soemarso1995).
Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Sistem ini diperkenalkan oleh
Luca Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan pencatatan upah
sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam dua
bagian, yaitu debit dan kredit secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang sistematis
serta laporan keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan mendapatkan
gambaran

tentang

laba

rugi

usaha,

kekayaan

perusahaan,

serta

hak

pemilik.

Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama


masa penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini
(Diga dan Yunus1997). Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun
1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga
pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan
ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih.
Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang
masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan
manufaktur

(Yunus

1990).

Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA) merumuskan Standar Akuntansi untuk di


sahkan oleh Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk menyesuaikan dan menyusun laporan keuangan yang di
keluarkan oleh pihak ekstern. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, hubungan dagang
antarnegara pada masa masa kerajaan di masa lalu seperti Majapahit, Mataram, Sriwijaya,
menjadi pintu masuk akuntansi dari negara lain ke Indonesia.
Kutai, Kalimantan Timur. Sebuah wilayah yang sangat penting bagi tonggak perjalanan
sejarah bangsa Indonesia. Di tempat ini, di masa silam, pernah berdiri Kerajaan Kutai, kerajaan
tertua diIndonesia yang diperkirakan berdiri pada abad ke-4 masehi. Dari 6 prasasti atau yupa
yangditemukan di Muara Kaman, dalam masa pemerintahannya, Kerajaan Kutai sangat makmur
danrakyatnya sejahtera.Kejayaan Kerajaan Kutai dibawah Dinasti Kudungga, meredup, dibalik
kegemilangan kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Singosari. Sejak itu, tak ada lagi
cerita tentang kehidupanKerajaan Kutai dibawah Dinasti Kudungga.Kudungga yang merupakan
pendiri kerajaan ini berasal dari Kerajaan Campa di Kamboja.Aswawarman yang merupakan
anak dari Kudungga dipercaya menjadi raja pertama di KerajaanKutai Martadipura dengan gelar
Wangsakarta. Tetapi, beberapa catatan sejarah ada juga yangmenganggap Kudungga adalah raja
yang pertama.Raja Mulawarman adalah salah satu dari tiga anak Raja Aswawarman. Beliau
menjadi penerus pemegang tampuk pemerintahan kerajaan Kutai Martadipura.
Di masa pemerintahan Raja Mulawarman ini kerajaan mencapai masa kejayaan. Hal ini
karena beliau begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi
emas,tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci
atauWaprakeswara.Rakyat pun menghormati rajanya dengan menyelenggarakan kenduri demi
keselamatan

raja.Kebesaran

raja

Mulawarman

tertuang

dalam

tulisan-tulisan

pada

tugu prasasti.Prasasti Mulawarman terdiri dari 7 yupa yang isinya berupa puisi anustub, tetapi
hanya 4 yupayang baru berhasil dibaca dan dialihbahasakan. Yupa adalah tugu batu yang dipakai
untukmenambatkan hewan kurban.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang diteliti. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mengenai tata pemerintahan dan perekonomian pada masa kerajaan
Kutai pada pemerintahan Raja Mulawarman.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnoarkeologi.
Pendekatan ini bertujuan untuk memahami bagaimana suatu benda memiliki makna dan nilai di
mata masyarakat, dan bagaimana sebuah benda itu berfungsi. Menurut Oestigaard (1989),
pendekatan etnoarkeologi bertujuan untuk mewujudkan berbagai pendekatan untuk memahami
hubungan budaya material budaya secara keseluruhan, baik dalam konteks hidup dan ketika
memasuki catatan arkeologi memanfaatkan pemahaman tersebut untuk menginformasikan
arkeologi.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan melalui studi literatur
(inskripsi, buku, jurnal atau referensi lain) Informasi yang didapat diharapkan dapat memberikan
pengambaran mengenai struktur kerajaan, birokrasi, sosial, agama, ekonomi dan kepercayaan
kerajaan Kutai sehingga dapat membantu untuk menelusuri keberadaan dan kegunaan akuntansi
pada jaman tersebut.

BAB III
SEJARAH PEMIKIRAN AKUNTANSI
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi ddi Indonesia dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan
yang dilaksanakan Amphioen Socitey yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada
era ini Belanda menganlkan sistem pembukuan berpasangan (Double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan ole h luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selam era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an awal
tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha
Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi
mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih.
Akibatnya, fungsi auditing mulai mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso
1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan
Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil
dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Intrernal auditor yagn pertama kali datang di
Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang
pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan
perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso
1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan NegaraGovernment Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soemarso 1995). Akuntan
public yang pertama adalah Frese dan Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.
Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst
(Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai

akuntan public. Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD.
Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21
September 1929 (Soemasro 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indoenesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soemarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih diggunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an).
Akuntansi di Indonesia juga berkembang pada masa transisi dari masa Hindu ke masa
Islam (Sukoharsono, 1993). Perkembangan penting mengenai perkembangan pengetahuan
sosial dan juga masalah perdagangan yang dapat ditelusuri pada masa masuknya Islam ke
Indonesia. Islam tidak hanya membawa pengaruh dalam kehidupan keagamaan, melainkan
juga membawa pengetahuan-pengetahuan baru seperti memperkenalkan kertas sebagai media
tulis, huruf latin, angka Arab, dan juga yang tak kalah pentingnya adalah diperkenalkannya
uang logam sangat penting bagi kemajuan sistem perdagangan di Nusantara termasuk juga
untuk kepentingan pemerintah (kerajaan) terutama dalam hal pemungutan pajak kepada
rakyatnya. Aspek politis dan ekonomi dalam sejarah Indonesia juga dibentuk dengan fondasi
Islami. Selain itu, Sukoharsono (1993) menyebutkan bahwa akuntansi adalah salah satu
bentuk yang paling kuat dan mudah diidentifikasi di mana gagasan kontrol yang sistematis
dan efisiensi tercipta. Akuntansi dengan pandangan Foucouldian tidak hanya dipandang
sebagai alat teknis dan netral. Akuntansi dipandang sebagai kekuatan dan pengetahuan
disipliner yang muncul tidak dengan satu aspek dimensional namun sebagai sebuah
kompleksitas fenomena sosial, politik dan ekonomi dalam masyarakat.

BAB IV
KERAJAAN KUTAI ERA MULAWARMAN

Sejarah kerajaan Kutai dimulai dari Sejak abad pertama Masehi, bangsa Indonesia sudah
menjalin hubungan dengan wilayah Indonesia, bangsa Indonesia mulai mengenai tulisan dan
kebudayaan lainnya berdasarkan agama Hindu. Dengan demikian, bangsa Indonesia sudah
mengakhiri zaman Prasejarah dan mulai memasuki zaman Sejarah. Hal ini dibuktikan bahwa
penduduk Nusantara telah meninggalkan peninggalan tertulis. Banyak peniliti sejarah yang
menyatakan bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia.
Kerajaan Kutai terletak di aliran sungai mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai
bercorakHindu. Bukti yang mendukung pernyataan itu adalah ditemukannya tujuh buah
yupa pada tahun 1879 dan 1940 didaerah aliran sungai Mahakam. Yupa adalah sebuah bangunan
tugu batu tertulis yang berisi suatu peringatan upacara berkorban. Yupa tersebut menggunakan
huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta dalam bentuk syair. Huruf Pallawa dan bahasa sanskerta
lazim digunakan oleh kaum bramanan dari India Selatan. Dari Yupa tersebut diketahui bahwa
pada sekitar tahun 400-500 Masehi telah berdiri Kerajaan Kutai. Yupa tersebut dibuat atas
perintah Raja Mulawarman pada upacara kurban lembu. Dari tulisan itu diketahui bahwa raja
yang memerintah ialah Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Kudungga. Aswawarman disebut
dengan wamsakerta artinya pembentuk keluarga.
Prasasti lainnya menyebutkan adanya hadiah dari Raja Mulawarman kepada pendeta
ditempat suci bernama Waprakeswara berupa 20.000 ekor lembu sebagai tanda kebaikan sang
raja. Untuk menghormati kebaikan raja tersebut dibuatlah yupa oleh para brahmana. Bentuk
hadiah atau kurban (sedekah) yang besar itu dapat dianggap sebagai kelengkapan dalam upacara
penyucian diri untuk masuk ke dalam Kasta Brahmana bagi keluarga raja. Upacara semacam itu
di India disebut dengan Vratyastoma. Agama yang dianut Raja Mulawarman adalah Hindu
Syiwa. Hal itu ditunjukkan oleh salah satu prasastinya yang menyebutkan tempat suci
Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu disebut berhubungan dengan tiga dewa besar
(trimurti) yaitu Brahma, Wisnu, Syiwa.

Kerajaan Kutai mengalami perkembangan yang pesat pada saat itu karena merupakan
tempat yang baik untuk persinggahan kapal-kapal yang menempuh rute perdagangan melalui
Selat Makassar. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya peninggalan di Sulawesi Selatan berupa
Arca Dewi Tara yang biasa dipuja para pelaut yang akan berlayar. Perkembangan Kerajaan Kutai
selanjutnya tidak banyak diketahui karena keterbatasan sumber tertulis yang berupa prasasti.
Masa kejayaan Kerajaaan Kutai berada pada massa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal ini
karena beliau begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi
emas, tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci
atau Waprakeswara. Dan dibuktikan juga dengan pemberian sedekah kepada kaum Brahmana
berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini membuktikan bahwa pada masa itu
kerajaan Kutai telah mempunyai kehidupan yang makmur dan telah mencapai massa
kejayaannya.
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah
satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak
menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara
pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari
tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika
dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Kutai, disamping pertanian.

Anda mungkin juga menyukai