I. PENDAHULUAN
Sumber energi yang berasal dari fosil saat ini
menyumbang 87,7% dari total kebutuhan energi di dunia
yang akan segera menurun karena tidak lagi ditemukannya
sumber cadangan baru. Cadangan sumber yang berasal
dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40
tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan
200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber
energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi
di dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi
energi saja sebesar 4,3%).
Pembangkit listrik PLN yang terbanyak
menggunakan BBM (36%) dan diikuti pembangkit yang
menggunakan gas (25%), batubara (23%), tenaga air (15%)
dan panas bumi
(2%).Sesuai
dengan
kebijakan
diversifikasi energi, penggunaan BBM untuk pembangkit
listrik berangsur-angsur diusahakan untuk digantikan
dengan penggunaan energi lain seperti: gas bumi,
batubara dan energi terbarukan. Pemakaian energi primer
untuk pembangkit listrik PLN ditunjukkan pada
Gambar 1. Penggunaan batubara untuk pembangkit
listrik dalam dua puluh tahun terakhir ini meningkat
sangat pesat sebesar 27% per tahun. Serta tuntutan untuk
melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi
lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan
teknologi baru bagi sumber energi yang terbarukan.
merupakan
jarang,
terbuat
sejenis
dari
magnet
campuran
tanah
logam
neodymium.
2. Magnet Samarium-Cobalt: salah satu dari dua jenis
magnet bumi yang langka, merupakan magnet
permanen yang kuat yang terbuat dari paduan samarium
dan kobalt.
3. Ceramic Magnets
4. Plastic Magnets
5. Alnico Magnets
III. CARA KERJA
Pembangkit listrik tenaga magnet mempunyai prinsip
kerja yang cukup sederhana, yaitu memanfaatkan gaya
dari arah flux magnetik yang berlawanan sebagai sumber
energi yang dapat membuat magnet lainnya bergerak. Jika
flux magnet yang berlawanan tersebut disusun dari
beberapa buah magnet sedemikian rupa dan magnet pada
bekas speaker didekatkan ke magnet-magnet yang
terpasang maka akan memicu pergerakan dari magnetmagnet lainnya yang berfungsi sebagai rotor. Kemudian
dari bagian rotor ini dapat disambungkan dengan bagian
dari magnet lainnya yang berfungsi sebagai generator.
Dari generator yang mulai bekerja (berputar) maka akan
menghasilkan energi listrik yang akan menyebabkan
lampu LED akan menyala.
2.
Satuan
GW
Nilai
3.400
GWh/yr
listrik
Karakteristik
cerobong
Tinggi fisik
m
Tinggi efektif
m
Diameter
m
Aliran buangan
m/s
o
Temperatur
C
keluran
Emisi selama operasi
SO2
g/kWh
NOx
g/kWh
PM10
g/kWh
Karakteristik Batubara
Nilai kalor
MJ/kg
Kandungan
%
uap
Kandungan
%
abu
Kandungan
%
karbon
Kandungan
%
Sumber:
belerangWilde dkk. (2003)
17.727
2
34
45
,
16,9
8
7
4,88
4,81
0,75
28.8
17,6
4,37
62,6
0,53
Discount rate
10%
12%
2.15
1.93
0.19
4.27
2.64
1.93
0.19
4.77
eksternal
maka
sekitar 15%.
.
4.2. Saran
3.
4.
IV. PENUT UP
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisa terhadap berbagai
pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
berikut :
Model SimPacts merupakan alat yang cukup
mudah digunakan untuk memprakirakan besarnya biaya
eksternal dari pembangkit listrik batubara meskipun
dengan keterbatasan data yang tersedia. Biaya eksternal
dihitung berdasarkan fungsi dose response dikalikan
biaya kesehatan per unit dampak fisik kesehatan.
Besarnya biaya eksternal pembangkit listrik Suralaya
berkisar antara 0,18 2,34 cents$/kWh atau rata-rata
sebesar 0,65 cents$/kWh. Dengan adanya biaya
5.
6.
7.
8.
9.
DESDM
(2005)
Rencana
Umum
Ketenagalistrikan Nasional Tahun 2005-2015,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dixon, J.A., Carpenter, R.A., Fallon, L.A.,
Sherman, P.B. and Manopimoke, S. (1988)
Economic Analysis of the Environmental
Impacts of Development Projects, Earthscan
Publication Limiter, London.
DJLPE (2004)
Statistik
Ketenagalistrikan
dan
Energi,
No.
17,
Tahun
2004,
http://www..djlpe.go.id.
Kovacevic, T., Tomsic, Z., and Debrecin, N.
th
(2001) External Cost of Electricity, 18
Congress of World Energy Council, Buenos Aires.
Mangkoesoebroto, G. (2001) Ekonomi Publik ,
Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
Ostro, B. (1994) Estimating the Health Effect
of Air Pollutants: A Method with an
Application to Jakarta, Policy Research Working
Paper
No.
1301,
The
World
Bank.
Reksohadiprodjo, S. dan Brodjonegoro, A.B.P.
(1997) Ekonomi Lingkungan: Suatu
Pengantar, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Shah, J.J. and Nagpal, J. (1997) Urban Air
Quality Management Strategy in Asia: Jakarta
Report, Technical Paper No. 379, The World Bank.