Karakteristik Spesifik,
Permasalahan dan Potensi
Pengembangan
KAWASAN KOTA TEPI
LAUT/PANTAI (COASTAL CITY)
DI INDONESIA
halaman - 7
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
ABSTRAK
Pengembangan kawasan kota tepi air di Indonesia merupakan salah satu kawasan yang potensial
untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan kawasan kota tepi sungai atau danau, kawasan kota
pantai/tepi laut mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama berkaitkan
dengan aspek fungsi dan aksesibilitas.
Pengembangan kawasan kota tepi pantai dapat diarahkan pada pengembangan fungsi pariwisata,
perekonomian, budaya, pendidikan, industri, pergudangan dan hankam.
Akan tetapi dalam pengembangannya, perlu mengidentifikasi secara spesifik karakteristik fisik
lingkungan beserta kegiatan yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan tersebut. Kawasan
ini pada dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang telah berabadabad, bahkan perkembangan beberapa kota di antaranya diawali oleh keberadaan permukiman
ini. Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini menjadi tempat yang menarik untuk
Permukiman dan berbagai kegiatan lain karena berbagai alasan. Akan tetapi, pengembangan
kawasan ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat setempat sehingga pada akhirnya harus
menanggung beban akibat perubahan pemanfaatan lahan.
Demikian pula dengan sejumlah permasalahan yang telah dan diperkirakan akan timbul berkaitan
dengan pengembangan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai 3 (tiga) aspek, yaitu karakteristik
spesifik, permasalahan dan potensi pengembangan kawasan kota pantai/tepi air di Indonesia,
ditinjau dari 7 (tujuh) parameter, yaitu (1) fisik lingkungan; (2) flora dan fauna; (3) social, ekonomi
dan budaya; (4) perumahan dan Permukiman; (5) sarana dan prasarana; (6) otoritas kawasan dan
(7) status legalitas.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk perkotaan di Indonesia pada awal abad 21 menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dan diperkirakan pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 257 juta,
dimana 49,5 % nya merupakan penduduk perkotaan. Penduduk perkotaan tahun 2020 di
Sumatera diperkirakan mencapai 23.042.000 (39,8 %), Kalimantan 6.045.000 (38,4 %) dan
Sulawesi 7.015.000 (40,5 %).
Pengembangan kota tepi air di Indonesia merupakan pokok masalah yang potensial ditangani
secara lebih seksama, karena Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan berdasarkan
PP 47/97 (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) terdapat 516 kota andalan di Indonesia dengan
216 kota diantaranya merupakan kota tepi air yang berada di tepi laut (pantai), sungai atau danau.
halaman - 8
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Dibandingkan dengan kawasan kota tepi sungai atau danau, kawasan kota pantai/tepi laut
mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama berkaitkan dengan aspek fungsi
dan aksesibilitas.
Kota pantai/tepi laut sebagai salah satu bentuk kota tepi air pada dasarnya berakar pada faktorfaktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi bagian dari jalur
perdagangan internasional. Pada perkembangan selanjutnya kawasan ini menjadi tempat yang
menarik untuk permukiman. Gejala tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan, antara lain :
-
menjadi pintu gerbang alami untuk perdagangan antar tempat yang terpisahkan oleh laut.
Kondisi tersebut menyebabkan tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan kota
pantai cenderung tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomis daripada kotakota di wilayah lain. Namun karena pesatnya perkembangan transportasi darat dan pusat-pusat
kegiatan baru di luar kawasan tepi air, maka kawasan kota tepi air mulai kehilangan
keunggulannya. Sebagian besar pemanfaatan ruang kawasannya hanya digunakan untuk kegiatan
pelabuhan, pergudangan dan perikanan.
Dengan adanya berbagai kepentingan yang berbeda, pengembangan kota tepi air dapat
mengakibatkan terjadinya konflik/friksi, antara lain :
-
kepentingan antar institusi pemerintah, baik pusat, daerah maupun pengelola pelabuhan;
Tulisan ini merupakan suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis selama 1995-2000.
halaman - 9
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Permasalahan
PE MAN FAATAN
Potensi
Kriteria
Pelaku
PENGENDALIAN
Gambar 1.
Kerangka Pola Pikir Pengembangan Kawasan Kota Pantai
RENCANA
Penyusunan
TATA RUANG
Pengkajian
Program
Lingkup Materi Kajian Konsep
dan Konsep
PengemStruktur
bangan
Rencana
Lingkup materi kajian Tata
dan Ruang
konsep yang diusulkan adalah :
MISI
Pola
VISI
Penyusunan
Program
Pendanaan
Penyusunan
Tahapan
Pelaksanaan
b. Mencakup 7 (tujuh) parameter, yaitu kondisi fisik lingkungan; flora dan fauna; ekonomi,
sosial
PROGRAM
dan budaya; perumahan dan permukiman; sarana dan prasarana; legalitas serta pengelolaan
kawasan (otoritas);
Pendekatan
Strategi
Implementasi Fisik
Persyaratan
PENGAWASAN
Jakarta Utara (DKI); Ujung Pandang dan Watampone (Sulsel); Gresik, Lamongan dan Tuban
(Gelangban-Jatim) dan Balikpapan (Kaltim).
TINJAUAN PUSTAKA
Batasan dan Pengertian
Kawasan tepi air
:-
:-
Sempadan pantai
halaman - 10
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Prasarana lingkungan
permukiman dapat
berfungsi sebagaimana
mestinya.
Sarana lingkungan
Reklamasi
Abrasi
Daerah pantai
Garis pantai
oleh
debit
pengambilan
telah
melebihi
UU
Peraturan
Pemerintah
UU 24/92
PENATAAN
RUANG
RPP
KAWASAN
PERKOTAAN
UU 11/74
PENGAIRAN
PP 22/82
PENGATURAN
AIR
UU 23/97
LINGKUNGAN
HIDUP
PP 35/91
SUNGAI
UU 4/92
PERMUKIMAN
PP 27/91
RAWA
UU 5/92
CAGAR
ALAM
PP 51/93
AMDAL
UU
HANKAM
PP 20/90
KENDALI
PENCEMARAN
SUNGAI
RAPERMEN
PENETAPAN
KAWASAN
PERKOTAAN
Karakteristik Spesifik,
Permasalahan Dan Potensi Pengembangan
RAPERMEN
PENYUSUNAN
PERMEN PU
PEDOMAN
RAPEMEN
PEDOMAN
Kawasan Kota Tepi
Laut/Pantai
(Coastal
City) Di Indonesia
halaman - 11
RAPERMEN
RENCANA
&
63/PRT/93&GSS
PERMEN PU
PERMENRAPEMEN
PU
PERMEN
PEMENFAATAN
PENATAAN BANGUNAN
RAPEMEN
PEDOMAN
STANDARPU
BENTUK
PENINJAUAN
DAERAH
64/93
45/PRT/90
STANDAR
RUANG &RUANG
LINGKUNGAN
UMUM
TENTANG
TEKNIS
PEMBANGUNAN
PENGEMBANGAN
RAPEMEN SPESIFIKASI
KEMBALI
MANFAAT
REKLAMASI
KENDALI
PENGENDALIAN
PERMUKIMAN DI
ATAS
KAWASAN
PERKOTAAN PERKOTAAN
PERUMAHAN DIAIR
ATAS
TEKNIS PERUMAHAN DI
MUTU AIR
PERKOTAAN
ATAS AIR SUNGAI
TEPI AIR
AIR LIMBAH
ATAS AIR
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Peraturan
Menteri
Gambar 2.
(Sumber : Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Tepi Air di Indonesia, Direktorat
Bina Tata Perkotaan dan Perdesaan, Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, September 1998)
halaman - 12
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
E
E
E
C
halaman - 13
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
b. Secara hidrologi merupakan daerah pasang surut, mempunyai air tanah tinggi, terdapat
tekanan air laut terhadap air tanah, serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air
rendah.
c. Secara geologi, sebagian besar mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan
bencana tsunami.
d. Secara penggunaan lahan memiliki hubungan intensif antara air dan elemen kota.
e. Secara klimatologi memiliki dinamika iklim, cuaca, angin, suhu & kelembaban tinggi.
f. Pergeseran fungsi badan perairan laut sebagai akibat kegiatan di sekitarnya menimbulkan
beberapa permasalahan lingkungan, seperti pencemaran.
2. Karakteristik Flora dan Fauna
a. Terdapat berbagai tanaman/vegetasi yang spesifik seperti bakau, kelapa/palma, dsb.
b. Terdapat binatang yang spesifik seperti bangau, ikan jenis tertentu, dsb.
3. Karakteristik Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Memiliki keunggulan lokasi yang dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi;
b. Penduduk mempunyai kegiatan sosial-ekonomi yang berorientasi ke air dan darat;
c. Rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan relatif
terbatas
d. Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan 'tidak sadar
lingkungan' serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko.
e. Terdapat peninggalan sejarah/budaya seperti museum bahari, dsb.
f. Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat dipisahkan) di
atas air, seperti masyarakat Bajo. Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan perairan
sebagai sarana transportasi utama.
g. Merupakan kawasan terbuka (akses langsung), sehingga rawan terhadap keamanan, seperti
penyelundupan, penyusupan (masalah pertahanan dan keamanan) dsb.
halaman - 14
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Perkembangan yang dimulai oleh kedatangan sekelompok etnis tertentu di suatu lokasi di
pantai, yang kemudian menetap dan berkembang secara turun-temurun membentuk
suatu klan/komunitas tertentu serta cenderung bersifat sangat homogen, tertutup dan
mengembangkan tradisi dan nilai-nilai tertentu, yang pada akhirnya merupakan karakter
dan ciri khas permukiman tersebut.
Tahap awal ditandai oleh dominasi pelayanan kawasan perairan sebagai sumber air
untuk keperluan hidup masyarakat. Kota masih berupa suatu kelompok permukiman di
pantai dan di atas air.
c. Kawasan permukiman di atas air cenderung rapat (kepadatan bangunan tinggi dan jarak
antar bangunan rapat) dan kumuh (tidak teratur, kotor, dll). Dominasi kawasan
perumahan/permukiman nelayan, yang umumnya kumuh dan belum tertata.
d. Pola perumahan dipengaruhi oleh keadaan topografi, dibedakan atas 3 (tiga), yaitu :
-
daerah relatif datar cenderung memiliki pola relatif teratur, yaitu pola Grid atau Linear
dengan tata letak bangunan berada di kiri-kanan jalan atau linear sejajar
dengan
daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yang tidak teratur dan
organik. Pada daerah-daerah yang telah ditata umumnya menggunakan pola grid atau
linear sejajar garis badan perairan.
halaman - 15
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Bangunan rakit di atas air (pernah ada dan saat ini sudah jarang dijumpai);
Arsitektural bangunan dibuat dengan kaidah tradisional maupun modern, sesuai dengan
latar belakang budaya dan suku/etnis masing-masing.
g. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan
konvensional, yang kurang memperhitungkan pengaruh angin, tsunami, gempa, dll.
h. Sering terjadinya kebakaran karena kelalaian, penggunaan bahan/peralatan berbahaya dan
mudah terbakar, serta belum tersedianya sarana dan pedoman penanggulangan kebakaran,
khususnya untuk perumahan di atas air.
5. Karakteristik Sarana dan Prasarana Lingkungan
a. Mempunyai aksesibilitas yang sangat tinggi sebab dapat dicapai dari darat dan dari air,
sehingga peran dermaga/pelabuhan menjadi titik pertumbuhan.
b. Sistem dan pola jaringan jalan di darat umumnya sudah terpola, memadai serta dapat
melayani fungsi-fungsi yang ada. Hanya beberapa konstruksi jalan perlu disesuaikan
dengan standar dan tingkat pelayanan yang harus disediakan. Jalan setapak dan beberapa
jalan lingkungan umumnya berpola organik mengikuti pola perumahan. Sistem jaringan jalan
di daerah pasang surut dan bertanah lunak umumnya menggunakan konstruksi batu
(dengan perkerasan atau makadam) atau konstruksi kayu, sedangkan jaringan jalan di atas
air sepenuhnya menggunakan konstruksi kayu. Pola jaringan jalan umumnya tidak teratur/
organik mengikuti perkembangan bangunan dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4.
c. Sistem drainase memerlukan penanganan relatif lebih rumit, karena merupakan daerah
retensi yang sering tergenang air/banjir dan menjadi muara daerah hulunya;
d. Pembuangan air limbah memerlukan penanganan khusus, karena muka air tanah yang
tinggi serta menjadi muara daerah hulunya. Masyarakat cenderung membuang air limbah
langsung ke badan air, baik dari kakus individu maupun MCK;
e. Kebutuhan air bersih biasanya belum tercukupi karena pada umumnya belum terjangkau
jaringan air bersih/minum kota (PAM/PDAM) dan kondisi air tanah yang dijadikan sumber air
bersih kebanyakan payau, sehingga perlu penjernihan air.
f. Umumnnya sampah dibuang/ditimbun di pinggir laut atau dibuang langsung ke laut sehingga
sering menimbulkan bau serta menjadi sarang lalat dan nyamuk.
g. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran (sarana, prasarana, tata cara dan pedoman),
khususnya di atas air memerlukan penanganan serius.
halaman - 16
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Gejala erosi tanah yang terus meningkat sehingga terjadi pedangkalan perairan.
Jumlah air permukaan menuju badan air naik, sehingga timbul banjir.
Pertentangan kepentingan.
Terjadi kecenderungan kenaikan muka air laut sebagai bagian dari pemanasan global
(global warming) dan dampak pembangunan pada kawasan tepi laut/pantai secara tidak
berwawasan lingkungan.
halaman - 17
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Potensi perairan sebagai sumber air bersih penduduk menjadi tidak ekonomis lagi karena
membutuhkan biaya tinggi untuk proses penjernihannya.
b.
Untuk kawasan yang mempunyai nilai budaya dan peninggalan sejarah, sering terjadi
konflik/friksi kepentingan antara kepentingan konservasi dan pengembangan kawasan.
c. Mayoritas penduduk golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan relatif
terbatas dan pengetahuan akan lingkungan sehat, serasi, teratur dan berkelanjutan
cenderung masih kurang dan terjadi kebiasaan 'tidak sadar lingkungan' dan cenderung
kurang memperhatikan bahaya dan resiko.
4. Permasalahan Perumahan dan Permukiman
a. Sebagian besar perumahan nelayan dan perumahan di atas air belum memenuhi standar
persyaratan kesehatan, kenyamanan, keamanan, ketertiban, keindahan dan berwawasan
lingkungan.
b. Kondisi lingkungan perairan kurang mendukung, sehingga perlu penyelesaian sistem
struktur tepat guna pada kondisi perairan, khususnya di daerah pasang surut;
c. Kecenderungan pengembangan kawasan pemukiman, terutama di atas air akan bersaing
dengan lajunya pengembangan wilayah pelabuhan.
d. Belum adanya pengaturan perencanaan, pelaksanaan, juga pengawasan dan pemeliharaan
kawasan perumahan di pantai, terutama perumahan di atas air.
e. Belum maksimalnya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan ini, baik dari aspek
fisik bangunan, maupun teknologi sistem pendukungnya. Alternatif-alternatif teknologi yang
dapat diterapkan umumnya relatif modern dan cenderung memakan biaya tidak murah,
sehingga menjadi tidak efektif, mengingat daya jangkau relatif terbatas. Perlu beberapa
teknologi murah dan tepat guna;
f. Tidak didukung penyediaan material berkualitas yang cukup (jumlah semakin terbatas dan
relatif semakin mahal);
5. Permasalahan Prasarana dan Sarana Lingkungan
halaman - 18
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
a. Drainase kawasan sulit menggunakan sistem gravitasi, karena merupakan kawasan datar.
Penanganan drainase tersebut dipengaruhi oleh kondisi hinterland kawasan, curah hujan,
tingkat run-off, dan pasang-surut air laut. Upaya yang diperlukan antara lain memperlancar
aliran air melalui pompanisasi, sistem polder, pengurugan dsb.
b. Pembuangan air limbah kawasan kota pantai bermuara di laut, mengakibatkan badan air
terkontaminasi. Pengaturan perlu mempertimbangkan pengendalian pencemaran air (PP
No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Permen 45/PRT/1990 tentang
Pengendalian Mutu Air Pada Sumber-Sumber Air).
c. Penyediaan air bersih dengan memanfaatkan sumber air setempat biasanya payau dan
mempunyai salinitas tinggi, tidak layak dikonsumsi. Perlu upaya penyediaan air bersih yang
tidak mengganggu keseimbangan sumber air baik kualitas maupun kuantitasnya (PP No.
22/1982 tentang Tata Pengaturan Air, Permen PU No 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air).
Pada kawasan di atas air yang telah terlayani jaringan air bersih/minum kota pada umumnya
mempunyai permasalahan pada sering terjadinya kerusakan jaringan perpipaan sebagai
akibat perilaku hempasan ombak dan korosi.
d. Terbatasnya ruang bagi lokasi TPA dalam penanganan sampah akan berakibat terbatasnya
ruang pembuangan alamiah, yang akan menyebabkan polusi air tanah.
e. Transportasi air di kawasan ini relatif lebih padat dari kawasan lain.
f. Prasarana jalan lingkungan, terutama di atas air perlu mendapat perhatian serius.
-
Penerangan jalan, terutama di malam hari nyaris tidak ada sama sekali;
halaman - 19
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
a. Meskipun eksitensi fisik diakui, namun pengakuan dan dukungan secara hukum masih
terkesan ragu-ragu, yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor:
-
Pengertian permukiman : bagian lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perdesaan maupun perkotaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan
b. Karena kawasan di atas air tumbuh tanpa aturan yang jelas dengan sendirinya status
hukumnya menjadi tidak jelas.
c. Belum memungkinkan menjadikan bangunan/sarana dan prasarana sebagai jaminan/
agunan kredit, khususnya pada lembaga-lembaga keuangan/perbankan yang ada;
Potensi Pengembangan
Potensi pengembangan kawasan kota pantai dapat dibagi atas 7 (tujuh):
1. Potensi Fisik Lingkungan
a.
Merupakan dataran subur dan sebagian besar memiliki sumber daya mineral.
b.
Muka air tanah tinggi sehingga memiliki cukup banyak ketersediaan air.
c.
d. Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam meninjau pemanfaatan badan perairan
terhadap perkembangan kota, yaitu :
-
Beberapa kegiatan kota muncul sebagai akibat potensi perairan yang dapat
dimanfaatkan dan di pihak lain beberapa fungsi kota dapat menimbulkan jenis
pemanfaatan kawasan perairan dan pantai.
Perkembangan kota sebagai implikasi berlangsungnya fungsi kota dan fungsi perairan,
mempunyai beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut dapat menimbulkan jenis
pemanfaatan kawasan perairan.
Hal itu memperlihatkan bahwa fungsi badan perairan dengan fungsi kota dapat saling
berpengaruh, fungsi badan perairan dapat menjadi sebab maupun akibat perkembangan
halaman - 20
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
kota. Dengan mempertimbangkan watak fisik badan perairan, maka dapat ditentukan fungsi
perairannya. Fungsi badan perairan dapat dibedakan antara kepentingan sosial masyarakat
sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih dan kegiatan domestik lainnya, sedang fungsi lain
adalah untuk kepentingan ekonomi dalam skala luas sebagai sarana angkutan regional dan
pelabuhan ekspor/impor.
2. Potensi Flora dan Fauna
a.
Jenis vegetasi spesifik seperti tanaman bakau dapat berfungsi untuk mencegah abrasi,
serta menjadi pemandangan alami.
b.
b.
Memiliki potensi budaya seperti budaya masyarakat nelayan yang unik atau campuran dari
berbagai jenis budaya-lokal dan asing yang memberi watak/karakter, sehingga dapat
dikembangkan sebagai potensi wisata.
c.
Peninggalan sejarah seperti Museum Bahari, dapat dijadikan obyek wisata potensial,
dengan mempertimbangkan pelestarian cagar budaya (UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar
Budaya).
Sebagai tempat bertemunya darat dengan air, kawasan perkotaan pantai dapat diakses
dari daratan maupun dari perairan, dan oleh karenanya sangat potensial, bila dipandang dari
sudut transportasi dengan adanya pelabuhan atau dermaga.
b. Keberadaan pasar terapung sebagai penunjang ekonomi kota dan potensi wisata.
halaman - 21
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
halaman - 22
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Strategi ini dipilih antara lain karena semakin langkanya ketersediaan lahan perkotaan untuk
mengakomodir pemenuhan kebutuhan fungsi perkotaan seperti transportasi, drainase,
permukiman, fasilitas umum dan lain-lain.
3) Pengembangan secara revitalisasi, yaitu pengembangan kawasan pantai melalui cara
pemugaran, konservasi (pelestarian) lingkungan maupun penataan lingkungan. Pemilihan
strategi ini didasarkan pada kondisi kawasan dimana terdapat area yang kumuh (slum area)
atau pada kawasan yang berpotensi untuk pengembangan ekonomi, sosial atau budaya.
Struktur Pengembangan
Struktur peruntukkan kawasan kota pantai dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu :
A. Kawasan Komersial (Commercial Waterfront) :
Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersial di kota pantai adalah :
a. Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai
sebagai tempat bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata);
b. Kegiatan diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk dikunjungi (dinamis);
c. Bangunan
harus
mencirikan
keunikan
budaya
setempat
dan
merupakan
sarana
halaman - 23
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
halaman - 24
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
f. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman baru
antara lain : penataan bangunan dengan memberi ruang untuk public access ke badan air,
pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan dari badan air,
program penghijauan sempadan, dll.
F. Kawasan Pelabuhan dan Transportasi (Working and Transportation Waterfront) :
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a. Pemanfaatan potensi pantai untuk kegiatan transportasi, pergudangan dan industri;
b. Pengembangan kawasan diutamakan untuk menunjang program ekonomi kota (negara)
dengan memanfaatkan kemudahan transportasi air dan darat;
c. Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan kelestarian lingkungan hidup;
d. Program pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan : pembangunan dermaga, sarana
penunjang pelabuhan (pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dll.
G. Kawasan Pertahanan dan Keamanan (Defence Waterfront) :
Kriteria pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan di kota pantai :
a. Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan bangsa-negara;
b. Perlu dikendalikan untuk alasan hankam dengan dasar peraturan khusus;
c. Pengaturan tata guna lahan (land-use) untuk kebutuhan dan misi hankam negara.
PENUTUP
Kesimpulan
a. Batasan kawasan kota pantai tidak hanya mencakup bagian kota di darat dan ber-hadapan
dengan laut saja, tetapi juga mencakup bagian yang berada di atas air.
b. Orientasi kegiatan kota pantai berbasis darat dan laut, seperti perdagangan, pelabuhan dan
transportasi, perikanan, serta permukiman.
c. Kedudukan kawasan kota pantai merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari beberapa
kawasan lain di kota induknya.
d. Kawasan pantai di Indonesia dapat diarahkan pada 7 (tujuh) jenis pengembangan, yaitu :
1. Kawasan komersial (perdagangan);
2. Kawasan budaya, pendidikan dan lingkungan hidup;
3. Kawasan peninggalan bersejarah;
4. Kawasan permukiman;
5. Kawasan wisata (rekreasi);
6. Kawasan pelabuhan dan transportasi;
7. Kawasan pertahanan keamanan
halaman - 25
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
halaman - 26
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
halaman - 27