Anda di halaman 1dari 18

Refrat Sindrom Brown-Sequard

OLEH:
Vebilia Ayudita Prianto 11.2014.132
Andreas Edvan Sanjati Ley 11.2014.156

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA 2014/2015

Abstrak
Sindroma Brown-Sequard akan mengalami paralisis UMN ipsilateral dan kehilangan
propriosepsi, seiring dengan hilangnya sensari nyeri dan sensasi suhu kontralateral.
Penyebaran pada ras kulit putih lebih banyak dari ras kulit hitam, laki-laki lebih banyak dari
permpuan, dan usia pada kisaran 40 tahun. Sindroma Brown-Sequard dapat disebabkan oleh
mekanisme yang menyebabkan kerusakan pada 1 sisi korda spinalis. Sebab paling umum
ialah cidera traumatis. Diagnosis sindroma Brown-Sequard dibuat berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan fisik. Pemberian obat pada sindroma ini tergantung pada etiologi yang mendasari
dan onsetnya. Perawtan akut dari cidera korda spinalis traumatik biasanya membutuhkan
stroid. Prognosis untuk pemulihan motorik yang signifikan dari sindroma Brwon-Sequard
cukup baik. Tingkat mortalitas akut diukur pada semua cidera korda spinalis traumatis tanpa
membedakan derajat atau komplisitas dan morbiditas yang terjadi akibat cidera korda spinalis,
berhubungan dengan hilangnya motorik, sensorik dan fungsi otonomis.

Kata kunci : Sindroma Brown-Sequard, lesi korda spinalis, cidera traumatis.

Abstract
Key words :

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan
penyertaan-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tiada lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu memberi
informasi dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sebab
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 30 April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II Pembahasan .................................................................................................. 3
2.1 Anatomi ................................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi ........................................................................................... 5
2.3 Etiologi .................................................................................................... 8
2.4 Patofisiologi ............................................................................................ 9
2.5 Sindroma Brown-Sequard ........................................................................ 9
2.6 Neurologi ................................................................................................. 10
2.7 Gejala Klinis ............................................................................................ 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 10
2.9 Penataalaksanaan ...................................................................................... 10
2.9.1 Medikamentosa .............................................................................. 10
2.9.2 Non-Medikamentosa ..................................................................... 10
2.10 Prognosis ............................................................................................... 10
2.11 Komplikasi ............................................................................................ 12
2.12 Presentasi Kasus .................................................................................... 15
BAB III Penutup ........................................................................................................ 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma Brown-Sequard ialah lesi korda spinalis inkomplit yang ciri khasnya ialah
cidera hemiseksio dari korda spinalis, seringkali di regio korda servikal. Pasien dengan
sindroma ini akan mengalami paralisis UMN ipsilateral dan kehilangan propriosepsi, seiring
dengan hilangnya sensari nyeri dan sensasi suhu kontralateral. Zona masih adanya kelemahan
motor neuron dan analgesia yang segmental dan ipsilateral sebaiknya dicatat. Hilangnya
fungsi otonom ipsilateral dapat menyebabkan sindroma Horner. Sebagai sebuah sindroma
korda spinalis yang inkomplit, sindroma ini akan memiliki defisit neurologis mulai dari
ringan hingga berat.1,2
Sindroma Brown-Sequard yang murni yang menunjukkan adanya hemiseksio korda
seringkali tidak terlihat. Sebuah gambaran klinis yang terdiri atas bagian-bagian dari sindroma
atau dari sindroma hemiseksionya ditambah dengan gejala dan tanda tambahan biasanya lebih
umum dijumpai. Biasanya bentuk yang kurang murni ini akan merujuk sebagai sindroma
Brown-Sequard plus. Interupsi dari traktur kortikospinal lateral, traktur spinaltalamik lateral,
dan saat kolumna posterior menunjukkan adanya gambaran spastik, kelemahan kaki dengan
refleks cepat dan kaki yang kuat dengan hilangnya sensai nyeri dan suhu. Perhatikan bahwa
spastisitas dan refleks hiperaktif dapat saja muncul tanpa adanya lesi aktif.1,2
1.2 Tujuan Penulisan
Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
1. mengetahui apa itu Sindroma Brown-Sequard
2. mengetahui secara anatomis kelainan pada Sindroma Brown-Sequard
3. menjelaskan gejala klinis, patofisiologi, etiologi dan epidemiologi penyakit
yang menjadi diagnosis
4. memberikan terapi medikanemtosa dan non medika mentosa yang sesuai
5. menjelaskan prognosis pada penyakit ini
6. menjelaskan komplikasi yang akan muncul

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi
Anatomi korda spinalis perlu dipelajari untuk melihat gambaran klinis dari sindroma
Brown-Sequard. Serabut-serabut motorik dari traktus kortikospinalis akan menyilang di
persimpangan medulla dan korda spinalis. Koluman dorsali yang ascending, akan membawa
sensasi getar dan posisi, berjalan ipsilateral dari akar masuknya dan akan menyilang di atas
korda spinalis di medula. Traktus spinotalamikus akan menggabungkan sensasi nyeri, suhu
dan sentuhan kasar dari sisi kontralateral tubuh. Di lokasi terdapatnya cidera korda spinalis,
akar saraf dan atau sel tanduk anterior dapat juga terkena.2
2.2 Epidemiologi
Kejadian di USA sindroma Brow-Sequard tergolong jarang walaupun insidens
sebenarnya masih belum dapat diketahui. Tidak ada database nasional yang ada untuk kasus
ini, termasuk data yang melaporkan sindroma korda spinalis akibat kasus trauma dan kasus
non-trauma. Insidens dari cidera korda spinalis traumatis di AS diperkirakan sekitar 12.000
kasus baru per tahun, dengan sindroma Brown-Sequard akibat 2-4% cidera. Prevalensi dari
cidera korda spinalis di AS diperkirakan sekitar 273.000 orang. Insidens internasional dari
sindroma ini masih belum dapat diketahui. Ras, jenis kelamin dan usia database cidera korda
spinalis mengindikasikan bahwa sejak 201, 67% kasus dari cidera korda spinalis telah terjadi
di populasi orang kulit putih, 24,4% pada Afrika-Amerika, 7,9% di ras Hispanik, dan 0,7%
pada ras lainnya. Studi demografik yang bervariasi telah secara konsisten menunjukkan
frekuensi yang lebih dari cidera korda spinalis pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Temuan ini terutama secara primer merefleksikan data cidera traumatis dan
mungkin tidak merefleksikan frekuensi etiologi non-traumatis. Studi berdasarkan populasi
mengungkap cidera korda spinalis terjadi secara primer pada orang-orang berusia 16-30,
namun usia rata-ratanya telah meningkat selama lebih dari beberapa dekade terakhir. Sejak
2001, usia rata-rata seseorang saat mengalami cidera sekitar 42,6 tahun untuk orang dengan
cidera korda spinalis. Usia rata-rata individu dengan sindroma Brown-Sequard ialah sekitar
40 tahun.3,4

2.3 Etiologi
Sindroma Brown-Sequard dapat disebabkan oleh mekanisme yang menyebabkan
kerusakan pada 1 sisi korda spinalis. Banyak sebab dari sindroma ini sudah dijelaskan di
literatur. Sebab paling umum ialah cidera traumatis, seringkali dengan mekanisme penetrasi,
seperti tusuk atau luka senjata api atau fraktur faset unilateral dan dislokasi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor atau terjatuh. Etiologi yang lebih tidak biasa yang telah dilaporkan
mencakup luka karena pulpen, pelepasan kateter drainase cairan lcs setelah pembedahan aorta
torakalis. Cidera traumatis dapat merupakan hasil dari trauma tumpul atau memar akibat
tekanan. Beberapa kasus non-traumatik dari sindroma Brown-Sequard juga sudah dilaporkan,
mencakup tumor (primer atau metastatik), Multipel sklerosis, Herniasi diskus, Spondilosis
servikal, Herniasi dari korda spinalis melalui defek dural, Epidural hematoma, Diseksi arteri
vertebralis, Mielitis transversa, Radiasi, Penggunaan obat IV, Tuberkulosis, Osifikasi dari
ligamentum flavum, Meningitis, Empiema, Herpes zoster, Herpes simplex, Sifilis, Iskemia,
Perdarahan

(mencakup

epidural/subdurak

spinal

dan

hematomielia),

Manipulasi

chiropractice.1-3
2.4 Patofisiologi
Sindroma Brown-Sequard terjadi akibat kerusakan dari atau hilangnya traktus korda
spinalis yang ascending dan descending di satu sisi dari korda spinalis. Petekie yang tersebar
dan perdarahan terjadi di gray matter dan membesar kemudian menyatu 1 jam setelah cidera.
Perkembangan bertahap dari nekrosi perdarahan terjadi dalam 24-36 jam. Petekie perdarahan
pada white matter muncul dalam 3-4 jam. Serabut-serabut yang termielinisasi dan traktus
yang panjang dapat menunjukkan kerusakan struktural yang ekstensif.2,3
2.5 Sindroma Brown-Sequard
Charles-Edouard Brown-Sequard (1817-94) ialah salah satu dari pria medis yang
paling terkenal pada era Viktoria dan diingat secara khusus oleh karena kontribusinya
terhadap bidang neurologi (dalam konteksi positif) dan bidang endokrinologi (dalam konteks
negatif). Ia dilahirkan di Mauritius dari seorang kapten laut Irlandia-Amerika dan dari ibu
berkebangsaan Perancis. Ia tidak pernah mempelajari bahasa Inggris hingga tahun 1852,
Brown-Sequard sepanjang hidupnya mempelajari bahasa Inggris berloga British. Ia
mengkalim bahwa ia menggunakan kombinasi dari nama ibu dan ayahnya untuk membedakan
dirinya dari semua Brown lainnya. Brown memiliki bakat dalam mempublikasikan dirinya
sendiri dan juga terkenal di Inggris dan Amerika, seperti di Perancis. Ia ialah pria yang luar

biasa bersemangat yang sering bekerja 20 jam per hari dan sudah mempublikasikan 577
karya. Michael Aminoff berspekulasi bahwa sebagian besar hidupnya saat dewasa, BrownSequards memiliki masa-masa malaise dan depresi, ketika banyak hal terasa berlebihan
untuknya, ia akan pindah, biasanya ke negara lain. Ia dikatakan sudah pernah menyebrangi
Atlantik lebih dari 60 kali dan tinggal di Amerika Serikat 4 kali, di Perancis 6 kali, dan di
Inggris sekali.3,4
2.6 Neurologi
Brown-Sequard pindah ke Paris karena menginginkan dirinya menjadi penulis, tapi
setelah manuskrip-manuskripnya ditolak berkali-kali, ia menjadi mahasiswa kedokteran. Ia
lulus pada tahun 1846 dengan mempertahankan tesisnya mengenai fisiologi dari korda
spinalis. Anatomi dari serabut saraf motorik dan sensorik dan jalur spinal saat itu masih sulit
dipahami. Sebelum tahun 1825, Charles-Bell (1774-1842) dan Francois Majendie (17831855) telah menunjukkan bahwa akar saraf anterior ialah motorik dan posteriornya untuk
sensorik. Tesis doktoral Brown-Sequard dipisahkan menjadi 2 bagian. Pertama, ia mencatat
bahwa segera setelah dilakukan seksio pada korda spinalis kodok, refleksnya hilang, namun
secara bertahap akan pulih dan menjadi lebih kuat; di dalam bagian keduanya, ia mempelajari
efek dari lesi pada berbagai bagian korda, kesimpulan utamanya ialah kolumna posterior
bukanlah jalur sensori utama. Temuan yang hingga akhirnya membuat Brown-Sequard
terkenal, ialah hemiseksio lateral menyebabkan hiperestesia dan hilangnya atau berkurangnya
sensasi pada ekstremitas kontralateral dan hal ini dipublikasikan pertama kali di tahun 1849.
Di tahun 1858, ia membuat kunjungan pertamanya ke Inggris, disana ia memberikan enam
kuliah di Royal College of Surgeons mengenau fisiologi dan patologi dari sistem saraf.
Kuliah-kuiah ini dan beberapa di Glasgow di tahun 1859 merupakan kesuksesannya sehingga
ia diburu untuk National Hospital for the Relief of the Paralysed and Epileptic (selanjutnya
disebut sebagai National Hospitl for Nervous Diseases, Queens Square, London). Disini,
Brown-Sequard menjadi korban untuk kesuksesannya sendiri, dan dikatakan bahwa ia
memutuskan untuk pergi ketika ia melihat keluar jendela dari kamar konsultasinya dan
melihat sebuah kotak peti yang terkunci dari pasien. Pada pertemuan tahunan British Medical
Association tahun 1862, ia mendeskripsikan sebuah kasus yang khas untuk sindromanya,
seorang kapten laut yang tertusuk di bagian leher. Segera setelah cidera, pasiennya mengalami
hemiplegia komplit sebelah kanan dan parsial di sebelah kiri, namun 8 tahun kemudian, ketika
Brown-Sequard melihatnya, hemiplegia kanannya telah berkurag, dan sebelah kirinya sudah
pulih total. Apa yang menarik bagi Brown-Sequard ialah temuan sensorisnya; pada sensasi

taktil ekstremitas yang lumpuh, responnya meningkat terhadap gelitikan dan temperatur,
namun hilang pada ekstremitas kiri yang tidak lumpuh. Ketika ia kembali ke topiknya di The
Lancet pada tahun 1869, ia menyatakan bahwa lesi pada setengah lateral dari satu korda
spinalis dapat menimbulkan: pertama, paralisis dari gerakan volunter di sisi yang sama;
kedua, hilangnya sensasi terhadap sentuhan, gelitikan, nyeri dan perubahan suhu di sisi yang
berlawanan; ketiga paralisis dari sensasi otot di sisi yang sama.5
Hasil kerja pertama Brown-Sequard di bidang endokrinologi ialah di tahun 1856
ketika ia melaporkan ke Academy of Sciences di Paris bahwa pembuangan dari kedua adrenal
pada beberapa hewan bersifat fatal, sebagian besar dalam kurun waktu 24 jam. Ia
menyimpulkan bahwa fungsi dari kelenjar adrenal bersifat penting dan merupakan salah satu
organ dengan fungsi penting terhadap fisiologi hewan. Eksperimen-eksperimen ini
kemungkinan distimulasi oleh monograf Addison, yang telah didiskusikan di Academy of
Medicine di Paris di bulan Agustus, tahun 1855, ketika Trousseau menyarankan mengenai
eponim, penyakit Addison.Olmsted mengistilahkan kontribusi selanjutnya dari BrownSequard di dalam bidang endokrinologi sebagai sebua akhir yang spektakular untuk sebuah
kehidupan yang spektakular. Kepentingannya ialah untuk pertemuan dari Society of Biology
di Paris, pada 1 juni 1889, ketika Brown-Sequard melaporkan bahwa ia sudah menyegarkan
dirinya sendiri dengan injeksi harian solusio dari darah testikel, cairan semen, dan ekstrak
testiskel dari hamster dan anjing. Premis untuk eksperimennya ialah bahwa kehidupan tanpa
perkawinan memiliki energi fisik dan mental yang tidak biasa, yang menyatakan bahwa testis
memproduksi sebuah substansi dinamogenik. Untuk Brown-Sequard, faktor konklusifnya
ialah bahwa injeksi tersebut sudah meningkatkan tenaganya sehingga ia sekarang dapat berlari
menaiki tangga dan mengangkat beban 6-7 kg lebih berat dari sebelumnya. Yang lebih
mengagumkan lagi, panjang rata-rata dari pancuran urinnya meningkat sebanyak 25%.5
Observasi-observasi ini disambut dengan ketidakpercayaan di Inggris dimana British
Medical Journal membandingkannya dengan imajinasi liar dari filsuf dalam rangka mencari
ramuan ajab untuk vitalitas. Seorang dokter yang tidak dikenal menulis Saya
mempertimbangkan ide menginjeksi cairan semen dari anjing dan kelinci ke dalam tubuh
manusia ialah hal yang menjijikkan, dan ketika perawatannya juga melibatkan tindakan
masturbasi, saya pikir ini saatnya bagi profesi medis di Inggris untuk menolak hal ini.
Tindakan percobaan hewan ini mungkin menjadi pertanyaan terbuka, tapi tidak untuk selfabuse. Sebagian besar dokter dan fisiologis-fisiologis di Inggris dan Jerman sangat skeptis
mengenai klaimnya ini. Walaupun begitu, di akhir tahu 1889, lebih dari 12.000 dokter di

seluruh belahan dunia menggunakan cairannya ini dengan hasil yang berbeda-beda. Sebuah
koresponden Amerika Serikat kepada The Lancet, melaporkan secara sarkastik bahwa Di
tangan seorang ahli eksperimen, yang lumpuh segera berjalan, yang sulit berjalan melempar
tongkatnya, yang tuli mendengar, dan yang buta melihat. Eksperimen yang sama gagal secara
bersamaan di tangan yang lainnya. Brown-Sequard memasok persiapan organiknya secara
gratis ke para dokter dengan catatan bahwa mereka akan menyatakan hasilnya ialah buah
kerjanya. Ketika ia menampilkan laporan terakhirnya kepada Academy of Sciences di tahun
1893, dia mengklaim bahwa hasil terbaik dari ekstrak testikelnya didapatkan di tabes dorsalis
(keuntungan 314 dari 405 kasus). Bahkan kondisi yang sulit sekalipun seperti Parkisonisme
dan diabetes dapat ditolong, bila tidak disembuhkan. Ia sangat berhati-hati untuk tidak
mengklaim ekstrak testikel ini sebagai sebuah panacea universal, tapi menyatakan bahwa
esktrak ini terbuat dari sebuah nervous force dan ditambahkan untuk pertahanan tubuh.5
Dalam sebuah artikel di British Medical Journal tahun 1893, Brown-Sequard
mengklaim bahwa ia telah menemukan pengetahuan mengenai endokrinologi dengan
eksperimen adrenalektominya di tahun 1856, dan sejak saat ini ia percaya bahwa semua
jaringan diproduksi oleh sekresi internal. Kepercayaan ini didukung oleh temuan Minkowski
(1889) bahwa pankreatektomi menyebabkan diabetes berat dan studi Murray (1891) mengenai
pengobatan miksedema denga ekstrak tiroid. Secara arogan, Brown-Sequard menyimpulkan
bahwa pergerakan besar terapeutik mengenai ekstrak cairan organik asalnya ialah dari
eksperimen yang saya lakukan sendiri di tahun 1889, eksperimen dimana awalnya benarbenar disalahpahami. Di dalam sebuah editorial dari British Medical Journal, terdapat
komentar bahwa Walaupun banyak yang mencemoohnya karena penemuan dari masa muda
yang abadi, kepercayaan itu perlahan-lahan secara stabil mulai mendasar. Bahkan, sejak
kesuksesan yang mengikuti injeksi ekstrak tiroid untuk miksedema, kita akan sulit
membayangkan bahwa kepercayaan ini semakin meningkat. Masa-masa buruk yang turuntemurun di bidang endokrinologi dan pandangan rendah yang menghampirinya, hingga
penemuan dari insulin di tahun 1921, semuanya terbaring di pintu Brown-Sequard. Di masa
dimana dibentuk kumpulan dari Endocrine Society di tahun 1917, dipikirkan bahwa semua
klinisi muda yang menunjukkan ketertarikan mulai berganti haluan dari ilmu kedokteran
yang serius ke lahan emas endokrin. Bagaimanapun, sejarah menghakimi Brown-Sequard
sebagai seorang ilmuwan, dia telah datang sebagai seseorang dengan karakter yang
bersemangat yang dideskripsikan di dalam Lives of Fellows of the Royal College of Physician
ialah seseorang yang mudah disukai dan pria yang humoris. Hal ini cocok, karena saat itu,

dimana eponim dihindari, Brown-Sequard, seperti Addison, justru menjadi nama yang cukup
terkenal untuk semua mahasiswa kedokteran.5
2.7 Gejala Klinis
Sindrome hemiseki medulla spinalis ( sindrom Brown Sequard) jarang dan biasanya
tidak komplit. Penyebab terseringnya adalah trauma medulla spinalis dan herniasi diskus
servikalis. Interupsi jaras motorik desendens pada satu sisi medulla spinalis pada awalnya
menyebabkan paresis flasid ipsilateral di bawah tingkat lesi (syok spinal), yang kemudian
menjadi spastik dan disertai oleh hiper-refleksia, tanda Babinski dan gangguan vasomotor.
Pada saat bersamaan, gangguan kolumna posterior pada satu sisi medulla spinalis
menimbulkan hilang nya sensasi posisi, sensasi getar, dan diskriminasi taktil ipsilateral di
bawah tingkat lesi. Ataksia yang normal nya terlihat pada lesi kolumna posterior tidak terjadi
karena paresis ipsilateral yang terjadi bersamaan. Sensasi nyeri dan suhu sesisi lesi tidak
terganggu, karena serabut yang mempersarafi modalitas ini telah menyilang ke sisi kontra
lateral dan berjalan naik di dalam traktus spinotalamikus lateral, tetapi sensasi nyeri dan suhu
kontralateral hilang di bawah tingkat lesi karena traktus spinotalamikus ipsilateral (yang telah
menyilang) terganggu. Sensasi taktil sederhana tidak terganggu, karena modalitas ini di
persarafi oleh dua jaras serabut yang berbeda: kolumna posterior ( tidak menyilang) dan
traktus spinotalamikus anterior (menyilang). Hemiseki medulla spinalis menyisakan satu dari
kedua jaras tersebut untuk sensasi taktil pada kedua sisi tubuh tetap intak, kolumna posterior
kontralateral untuk sisi kontralateral lesi dan traktus spinotalamikus anterior kontralateral
untuk sisi ipsilateral. Selain interupsi traktus yang panjang, sel-sel kornu anterius dapat
mengalami kerusakan dengan luas yang bervariasi pada tingkat sel, kemungkinan
menyebabkan paresis flasid. Iritasi radiks posterior juga dapat menyebabkan parestesia atau
nyeri radikular di dermatom yang sesuai pada batas atas gangguan sensorik.1-3
Tanda-tanda fisik dari sindroma Brown-Sequard digambarkan pada figur 2. Poin yang
dicatat ialah adaya kehilangan sensasi total dan paralisis flaksid setinggi lesi oleh karena
destruksi dari serat-serat saraf pada segmen korda spinalis. Traktus spinotalamikus masuk ke
dalam korda dan berjalan secara ipsilateral pada sebanyak satu sampai dua tingkat sebelum
menyilang dan karena itu, kehilangan sensasi spinotalamikus kontralateral, dimulai pada
beberapa tingkat spinal di daerah bawah lesi. Murid-murid diajari bahwa sindroma ini
disebabkan oleh hemiseksi atau cidera lateral dari korda spinalis, dan terdiri dari kelemahan
motorik ipsilateral dan hipoestesia dengan kehilangan sensasi nyeri dan temperatur

kontralateral. Sebagian besar studi mengenai sindroma Brown-Sequard pada abad ke-20
mengemukakan bahwa sindroma ini menjadi kasus sporadis secara umum aslinya traumatis
atau neoplastik, tapi dengan sebab yang bervariasi. Sindroma khasnya secara lengkap
normalnya disebabkan oleh lesi ekstrameduler, tapi lesi peradangannya terjadi intrameduler,
seperti mutipel sklerosis dapat menyebabkan sindroma Brown-Sequard parsial atau komplit.3
Diagnosis dan identifikasi sindroma didasarkan pada temuan pada pemeriksaan fisik.
Sindroma Brown Sequard partial dicirikan dengan paresis yang asimetrikal, dengan hipagelsia
yang lebih terlihat pada sisi yang tidak terlalu lumpuh. Sindroma Brown-Sequard murni
(jarang dilihat dalam praktis klinis) dikaitkan dengan:
-

Interupsi dari traktus kortikospinalis lateral Paralisis spastik ipsilateral di tingkat di

bawah lesi dengan tanda Babinski pada sisi ipsilateral lesi


Interupsi dari kolumna posterior daerah white matter hilangnya diskriminasi taktil

ipsilateral seperti sensai getar dan posisi, di tingkat di bawah lesi


Interupsi traktus spinotalamikus lateral hilangnya sensai nyeri dan sensai suhu
kontralateral, ini biasa terjadi pada 2-3 segmen di bawah tingkat lesi
Coba bedakan tingkat hilangnya sensasi, hilangnya motorik, hilangnya suhu, dan

hilangnya sensasi getar. Evaluasi temuan neurologis bilateral dan unilateral harus dilakukan
ketika menentukan derajat hilangnya sensasi. Pemeriksaan motorik pada pasien dengan
sindroma Brown-Sequard akan mengungkap kelemahan spastik atau paralisis dengan tandatanda UMN seperti peningkatan tonus, hiperrefleksia, klonus dan tanda Hoffmann pada satu
sisi tubuh. Kekuatan motorik yang merepresentasikan akar spinal bagian servikal dan lumbar
harus dibuat derajatnya, yaitu dalam skala antara 0-5. Pengamatan khusus harus dilakukan
untuk menguji pasien yang melibatkan posisi ketika gravitas dihilangkan dan ketika pasien
melawan gravitasi.3
Pemeriksaan sensorik akan sesuai dengan adanya penurunan sensasi kontralateral
terhadap sensasi ringan begitupun dengan sensasi panas atau dingin. Fungsi sensoris
sebaiknya dicatat pada dermatom yang mewakili, yaitu mulai dari C2-S4/5 untuk adanya
sensasi yang tidak ada, terganggu, atau sensasi yang normal dengan sentuhan ringan atau
dengan pinprick. Temuan motorik dan sensorik dapat diklasifikan berdasarkan klasifikasi
ASIA. Tingkat neurologis didefinisikan sebagai segmen yang paling kaudal dengan fungsi
yang normal. Pengkajian komplit atau inkomplit didasarkan pada fungsi sensorik atau motorik
pada S4-S5.3,4

2.8 Pemeriksaan penunjang


Diagnosis sindroma Brown-Sequard dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan lab tidak dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi, namun mungkin
berguna untuk mengikuti perjalanan penyakit pasien. Studi lab mungkin berguna untuk
mencari etiologi non-traumatik, seperti sebab yang melibatkan infeksi atau neoplastik. Bila
kasusnya akibat cidera trauma spinalis traumatik, jangan sampai tidak mempertimbangkan
sebab cidera lainnya. Seseorang mungkin saja melewatkan cidera yang terjadi di abdomen,
mungkin saja beruba cidera intraabadominal. Selalu pertimbangkan pencitraan untuk daerah
abdomen/pelvis ketika korda spinalisnya cidera. Kenali bahwa hipotensi mungkin saja
merupakan saja akibat sesuatu selain dari syok neurogenik. Bila, contohnya pada cidera spinal
oleh karena trauma, maka hipotensi dapat saja akibat sebab hemoragik. Kateterisasi bladder
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi derajat disfungsi bladder yang bervariasi. Pungsi
lumbal dilakukan untuk mecari etiologi pada diagnosis yang spesifik. Diagnosis multipel
sklerosis, mielitis transversa, tumor, atau TB mungkin membutuhkan pungsi lumbal dengan
analisis lab untuk cairan lcs. Diagnosis tumor membutuhkan biopsi terbuka, dengan biopsi
patologi jarigan atau dengan biopsi jarum dengan guiding CT-Scan.4,5
Pemerisana radiografi membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan
etiologi dari Brown-Sequard syndrome. Foto polos selalu dibutuhkan untuk kasus trauma akut
pada tulang belakang, namun informasi yang lebih jauh mungkin membutuhkan teknik yang
lebih baru. Radiografi polos spinal dapat menunjukkan adanya cidera tulang yang
mempenetrasi atau trauma tumpul. Fraktur besar lateral dapat menyebabkan sindroma ini
setelah cidera tumpul Pemeriksaan MRI ini berguna unntuk menentukan struktur yang
mungkin saja rusak atau mengalami kerusakan pada sindroma Brown-Sequard, seperti untuk
mengidentifikasi etiologi nontraumatik. Tidak ada kontras yang dibutuhkan untuk kasus akut,
namun bila dicurigai terdapat etiologi intradural maka, gadolinium mungkin membantu. Pada
orang yang tidak bisa menjalani MRI, CT Mielogram mungkin menjadi pilihan. Pencitraan
diharapkan dapat mengungkap adanya kerusakan dari jaringan saraf yang telrokalisasis untuk
mengidentifikasi sebab infeksi atau inflamasi.4,5
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1

Medikamentosa

Pemberian obat pada sindroma ini tergantung pada etiologi yang mendasari dan
onsetnya. Perawtan akut dari cidera korda spinalis traumatik biasanya membutuhkan

metilprednisolon. Obat-obatan lainnya digunakan untuk mengatur gejala dan komplikasi bila
dibutuhkan, seperti memberikan antibiotik, antispasmodik, medikasi untuk nyeri dan laksatif.
Banyak studi memperlihatkan bahwa terdapat hasil yang membaik pada pasien dengan cidera
spinalis traumatik yang diberikan steroid dosisi tinggi pada awal perjalanan penyakit. Obat ini
memiliki properti antifinflamasi dan menyebabkan banyak efek metabolik lainnya. 4
2.9.2

Non-medikamentosa

Kunci untuk prehospital care yang baik ialah untuk mencurigai apakah ada cidera
servikal atau cidera spinal lainnya. Evaluasi cidera cervical spine berpotensi untuk melihat
apakah ada lesi korda spinalis yang komplit. Pengamat prehospital sebaiknya diedukasi untuk
dapat menemukan temuan bentuk sindroma yang inkomplit dan bagaimana cara untuk
mengkaji secara singkat lesi korda yang komplit dan lesi korda yang inkomplit. Perawatan
IGD terdiri atas evaluasi menyeluruh, mencakup pemeriksaan neurologis terutama pada
daerah cidera. Imobilisasi cervical spine/dorsal spine sebaiknya dilakukan, dengan tidak
melakukan manipulasi pada leher. Hilangnya sensai mungkin akan menyulitkan pemeriksaan
cidera lainya. Berikan steroid sebagai langkah awal evaluasi gawat darurat. Beberapa
penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan terapi fisik untuk
menjaga kemampuan bergerak sendi dan kekuatan otot yang masih dipersarafi secara baik,
sekaligus mememberikan dukungan emosional dan edukasional untuk pasien serta keluarga.
Terapi okupasi juga diberikan agar pasien dapat bekerja kembali dan dapat secara mandiri
melakukan aktivitas yang sehari-hari pasien lakukan. Reduksi spinal, stabilisasi dan
dekompresi mungkin dilakukan. Intervensi bedah masih menjadi hal yang kontroversial.
Stabilisasi dilakukan untuk mencegah cidera spinal berkelanjutan, dan dilakukan dengan
perbaikan secara bedah melalui bone grafting. Dekompresi dapat dilakukan pada sindroma
yang tidak komplit, misalnya bila didapati sebab sindroma ialah herniasi dari korda spinalis
yang membutuhkan dekompresi.4
2.10

Prognosis
Prognosis untuk pemulihan motorik yang signifikan dari sindroma Brwon-Sequard

cukup baik. Satu setengah hingga dua pertiga dari pemulihan motorik dalam 1 tahun terjadi
dalam kurun 1-2 bulan sejak cidera. Pemulihan kemudian berlanjut secara lambat dalam 3-6
bulan dan telah dilaporkan berlanjut hingga 2 tahun setelah cidera. Pola pemulihan yang
paling umum mencakup: Pemulihan otot ekstensor proksimal ipsilateral sebelum terjadi
pemulihan dari fleksor distal ipsilateral Pemulihan kelemahan ekstremitas dengan sensori

yang hilang sebelum pemulihan terjadi di ekstremitas yang berlawanan. Pemulihan dari
kekuatan motor volunter dan gait fungsional dalam 106 bulan.1,4
Sebuah review retrospektif oleh Pollard dan Apple dari 412 pasien dengan trauma
korda spinalis servikal yang inkomplit, menemukan bahwa variabel prognostik yang
berhubungan dengan pemulihan neurologik ialah komplitnya lesi. Bila lesi korda spinalis
servikal inkomplit, maka sindroma Brown-Sequard pada pasien lebih muda akan memiliki
prognosis yang lebih baik. Berdasarkan studi, pemulihan tidak dikaitkan dengan pemberian
steroid dosis tinggi, intervensi bedah di awal-awal ialah dasar yang rutin. Perawatan sbedah
untuk stenosis dengan mielopati atau cidera korda spinalis inkomplit, mencakup sindroma
Brown-sequard telah ditunjukkan dapat menahan progresivitas kehilangan fungsi neurologis.5
2.11

Komplikasi
Komplikasi potensial jangka panjang dari sindroma Brown-Sequard sama dengan

komplikasi penuaan pada korda spinalis dan cidera korda spinalis. Masalah ekstremitas bawah
yang berkaitan dengan ambulasi mungkin meningkat, namun fenomena ini belum dilaporkan
di dalam literatur. Tingkat mortalitas akut diukur pada semua cidera korda spinalis traumatis
tanpa membedakan derajat atau komplisitas. Tetraplegia inkomplit setelah pemulangan dari
rumah sakit telah diteliti menjadi kasus yang cukup banyak terjadi pada cidera korda spinalis.
Tingkat mortalitas dari tetraplegia inkomplit umumnya ialah 5,7% selama fase perawatan
awal di rumah sakit bila tidak dilakukan pembedahan dan 2,7% bila dilakukan intervensi
pembedahan. Morbiditas yang terjadi akibat cidera korda spinalis, berhubungan dengan
hilangnya motorik, sensorik dan fungsi otonomis. Walaupun prognosis pemulihan neuorlogis
lebih baik pada sindroma yang inkomplit dibandingkan dengan yang kompliy, pemulihan total
setelah pemulangan dari rumah sakit masih kurang dari 1%. Komplikasi paling sering terjadi
ialah ulkus dekubitus, diikuti dengan pneumonia, infeksi traktus urinarius, trombosis vena
dalam, emboli paru, dan infeksi postoperatif.1,3,4
2.12

Presentasi kasus
Seorang wanita berusia 41 tahun yang datang dengan riwayat 5 hari yang lalu

mengalami kelemahan yang progresif dari kaki kanannya dengan kesulitan untuk berjalan dan
menaiki tangga. Selama 2 hari, ia juga mendapati kelumpuhan pada kaki sebelah kirinya,
namun tidak terdapat sakit punggung atau gangguan berkemih. Sebelumnya ia merasa fit,
tidak merokok dan minum sedikit alkohol. Pada kaki sebelah kanannya terdapat klonus yang

terus-menerus pada daerah tumit dengan kelemahan piramidal dan respons ekstensor plantar.
Respons plantar, kekuatan dan tonus kaki kirinya normal. Pemeriksaan sensoris menunjukkan
ketiadaan rasa nyeri dan sensasi suhu di segmen torakal setinggi T7-10, dan ketiadaan getaran
dan propriosepsi yang kaudal dari T7 pada sebelah kanan. Pada sebelah kiri, terdapat
ketiadaan rasa nyeri suhu dengan getaran dan propriosepsi yang masih ada, kaudal dari T7
pada sebelah kiri. Pada sebelah kiri, terdapat ketiadaan rasa nyeri dan suhu dengan sensasi
getar dan propriosepsi di bawah T10. Gambaran Magnetic Resonance menunjukkan adanya
lesi intrameduler menuju ke kanan setinggi T7 dan T8; korda spinalisnya terekspansi dan
inflamasi aktif terlihat ketika gadolinium diberikan. Pita oligoklonal pada cairan normal
serebrospinalis dan pada gambaran MR otak menunjukkan tiga lesi periventrikular highsignal yang menggambarkan adanya latar belakang peradangan kronis dari sistem saraf pusat.
Wanita tersebut kemudian dirawat sesuai perawatan mielitis transversa dan diberikan
metilprednisolon intravena setelah terdapat sedikit pemulihan.5

BAB III
PENUTUP
Pasien dengan sindroma Brown-Sequard akan mengalami paralisis UMN ipsilateral dan
kehilangan propriosepsi, seiring dengan hilangnya sensari nyeri dan sensasi suhu
kontralateral. Lesi pada setengah lateral dari satu korda spinalis dapat menimbulkan paralisis
dari gerakan volunter di sisi yang sama, hilangnya sensasi terhadap sentuhan, gelitikan, nyeri
dan perubahan suhu di sisi yang berlawanan, dan paralisis dari sensasi otot di sisi yang sama.
Berikan steroid sebagai langkah awal evaluasi gawat darurat. Beberapa penatalaksanaan yang
dapat dilakukan antara lain dengan melakukan terapi fisik untuk menjaga kemampuan
bergerak sendi dan kekuatan otot yang masih dipersarafi secara baik, sekaligus
mememberikan dukungan emosional dan edukasional untuk pasien serta keluarga. Prognosis
untuk pemulihan motorik yang signifikan dari sindroma Brwon-Sequard cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topic neurologis duus. Ed 4. Jakarta: EGC;
2010.h.68-9.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Ed 7. Jakarta: EGC; 2011.h.176-8.
3. Tatter R, Turner B. Brown sequard syndrom. The lancet vol 1 356 july 2000.p.61-63.
4. Bradley WG, Darof RB, Fenichel GM, Jankovic J. Neurology in clinical pratice. Vol
1. Butterwort heinerman 2004.p.360.
5. Irima, Dreeben O. Physical therapy for physical therapist assistant. Ed 2. 2011.p.98-9.

Anda mungkin juga menyukai