Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji serta Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan nikmat
iman,dan nikmat sehat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
kami Pemberian Obat Sublingual dengan lancar dan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau ada kata
yang kurang berkenan pada pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah
ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karna itu kami untuk pembaca memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua.

Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................

II

DAFTAR ISI.....................................................................................III
PEMBAHASAN................................................................................
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Anatomi dan Fisioligi.........................................................


Pengertian Tindakan Pemberian Obat Sublingual.........
Mekanisme kerja Obat. .....................................................
Reaksi Obat.........................................................................
Persiapan Sebelum Pemberian Obat................................
Keuntungan Dan Kekurangan..........................................
Karakteristik Obat Sublingual..........................................
Pengemasan dan Penyimpanan.........................................
SOP Pada Obat Sublingual. ..............................................

IV
1
2
3
4
5
6
7
8
9

PENUTUP..........................................................................................

IV

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

PEMBAHASAN

1. Anatomi dan Fisiologi

2. Pengertian Tindakan Pemberian Obat Sublingual


Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara
pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan
bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa
lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus
dan hati dapat dihindari.
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat
harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu
setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam
pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami
kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat
menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk
mencegah obat tidak di telan, maka pasien di beritahu untuk membiarkan obat tetap
di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan
dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek
vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang
mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi
dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit
(Rodman dan Smith, 1979).
3. Mekanisme kerja Obat
Pada umumnya obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami 4 proses :
a. Absorpsi
Proses pergerakan obat dari sumber ke edalam tubuh melalui aliran darah
kecuali dari jenis topikal. Hal ini di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian
obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan dan keadaan pasien.
b. Distribusi

Setelah obat di absorbsi, kemudian obat di distribusikan kedarah melalui


vaskular dan sistem limfatis menuju dan masuk ke dalam jaringan. Proses
dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektrolit dan keadaan patologi.
c. Metabolisme
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme.
Obat akan ikut sirkulasi ke dalam jaringan, kemudian berinteraksi dengan sel
dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat
yang tidak bereaksi akan diekresikan.
d. Ekskresi
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan, akan terdapat sisa zat
yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui
ginjal dalam bentuk urine, dari intestinal dalam bentuk feses, dan dari paruparu dalam bentuk udara.
4.

Reaksi Obat
Ada dua macam reaksi obat dalam tubuh diantaranya adalah:

1. Efek terapeutik
Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan
kandungan obatnya seperti
a. Paliatif (untuk meringankan gejala)
Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak mempengaruhi terhadap kondisi
penyakit itusendiri. Misalnya aspirin hanya digunakan untuk menurunkan
panas tanpa menghilangkan penyakit.
b. Kuratif (pengobatan)
Efek obat yang mengobati penyakit misalnya penicillin di gunakan untuk
membunuh metabolisme microorganisme.
c. Suportif (menaikan fungsi dan respon tubuh)
Meningkatkan fungsi dalam tubuh selama pengobatan lain misalnya aspirin
digunakanuntuk menurunkan panas sehingga obatlain bisa berfungsi
menyembuhkan penyakit
d. Subtitutif (berefek sebagai pengganti)

Berefek menggantikan cairan tubuh yang hilang dan sebagi subtansi tubuh,
misalnya obatinsulin, infus,
e. Kemoterafi (berefek untuk mematikan atau menghambat)
Obat yang berefek mematikan dan menghambat sel-sel ganas.
f. Restoraft (memulihkan fungsi tubuh yang sehat)
Meningkatkan fungsi organ tubuh yang sehat misalnya vitamin dan mineral.
2 Efek samping yaitu merupakan dampak yang tidak diharapkan tidak bisa di
ramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya :
a. Alergi Reaksi obat adalah reaksi hipersensitif terhadap obat terutama
pada pasien yang yang daya sensitivitasnya tinggi karena tubuh akan
mengeluarkan anti body untuk melawan anti gen yang masuk kedalam tubuh.
Gejalanya antara lain kemerahan, gatal-gatal, mual muntah, sesak nafas.
b. Toksisitas (keracunan) Toksisitas biasanya timbul akibat dosis yang berlebihan
dan tidak dapat diterima oleh tubuh sehingga terjadi keracunan. Hal ini dapat
terjadi satu jam setelah pemberian obat bahkan hingga beberapa bulan setelah
pemberian obat.
5. Persiapan Sebelum Pemberian Obat
Sebelum meberikan obat kepada pasien ada bebeapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat diantaranya :
1. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan

obat

ketempatnya

petugas

medis

harus

memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni ketika memindahkan


obat dari tempat penyimpanan obat,saat obat di programkan, dan saat
mengembalikan obat ketempat penyimpanan
2. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan mengguankan alat standar, dengan demikian
penghitungan dosis benaruntuk diberikan ke pasien.
3. Benar Pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal
ini dilakukandengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat yaitu

mencocokan nama, nomer, register,alamat dan program pengobatan pada


pasien.
4. Benar Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberiuan dapt menimbulkan efek sistemik yang fatal pada
pasien, untuk itu cara pemberiannya adalah dengan melihat jalur obat pada
lebel yang ada sebelummemberikan pada pasien.
5. Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan
karena berhubungan denag kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi
dari obat.
6. Keuntungan Dan Kekurangan Pemberian Obat Sublingual
Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan
kemudian larut, mudah diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif, Dari
selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai
lebih cepat. Hanya untuk obat yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah
lidah tidak boleh ditelan.

a. Kelebihan :
obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan,
kerusakan obat di saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati
dapat dihindari (tidak lewat vena porta).
b. Kekurangan :
absorbsi tidak adekuat,
kepatuhan pasien kurang (compliance),
mencegah pasien menelan.
7.

Karakteristik Obat Sublingual


a. Sifat dan Kualitas

Ciri ciri fisik tablet sublingual adalah datar atau oval, dan keras. Bentuk
tersebut ditentukan oleh punch dan die yang digunakan untuk
mengkompresi (menekan) tablet. Untuk menghasilkan tablet yang datar,
maka punch-nya jangan terlalu cembung.
Adapun ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah obat yang dapat diisikan
ke dalam cetakan dan tekanan yang diberikan pada saat dilakukan kompresi
(Ansel, 1989).
b. Berat Tablet
Berat tablet ditentukan oleh jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan
yang akan ditekan. Volume bahan (granul) harus disesuaikan dengan
beberapa tablet yang telah lebih dulu dicetak supaya tercapai berat tablet
yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan, karena formula tablet tergantung
pada berat tablet yang akan dibuat. Sebagai contoh, jika tablet harus
mengandung 10 mg bahan obat dan bila yang akan diproduksi 10.000
tablet, maka diperlukan 100 gr dari obat tersebut dalam formula. Setelah
penambahan bahan tambahan, formulanya mungkin meningkat menjadi
1000 gr. Ini berarti tiap tablet beratnya menjadi 100 mg dengan bahan obat
yang terkandung 10 mg. Jadi, obat yang diisi ke dalam cetakan harus
disesuaikan supaya dapat menampung volume granul yang beratnya 100
mg (Ansel, 1989).
c. Kekerasan Tablet
Tablet sublingual sengaja dibuat keras. Hal ini dimaksudkan agar obat yang
disisipkan di pipi larut perlahan lahan. Dalam proses kompresi, besarnya
tekanan yang biasa digunakan adalah lebih kecil dari 3000 dan lebih besar
dari 40.000 pound. Jadi, untuk membuat tablet bukal yang keras tekanan
yang dibutuhkan juga besar. Pada saat ini banyak alat yang bisa digunakan
sebagai tester pengukur kekerasan tablet, diantaranya Pfizer tablet
hardness tester, HT500 Hardness Tester, dan Friabilator.
d. Daya Hancur Tablet
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara resmi
yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Alat ini terdiri dari rak

keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka, diikat
secara vertikal di atas latarbelakang dari kawat stainless yang berupa
ayakan dengan ukuran mesh nomor 10. Selama waktu pengujian, tablet
diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi, dengan memakai
mesin, keranjang diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi
29 32 kali turun naik per menit. Layar kawat dipertahankan selalu
berada di bawah permukaan cairan. Untuk tablet sublingual, meggunakan
air (cairan pencelup) yang dijaga pada temperatur 37 oC, kecuali bila
ditentukan ada cairan lain dalam masing masing monogramnya. Tablet
sublingual harus melebur dalam waktu 4 jam dan tablet sublingual biasanya
30 menit (Ansel, 1989).

8. Pengemasan dan Penyimpanan


Pada umumnya tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
di tempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta terlindung dari temperatur
tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai
pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam
wadah yang dapat menahan masuknya cahaya (Ansel, 1989).
Untuk tablet sublingual yang mengandung nitrogliserin (Tablet Nitrogliserin)
memiliki peraturan tersendiri dalam pengemasannya, yaitu :
a. Semua tablet nitrogliserin harus dikemas dalam wadah gelas dengan tutup
logam yang sesuai dan dapat diputar.
b. Tiap wadah tidak boleh berisi lebih dari 100 tablet.
c. Tablet nitrogliserin harus disalurkan dalam wadah aslinya dan pada labelnya
ada tanda peringatan untuk mencegah hilangnya potensi, jagalah tablet ini
dalam wadah aslinya dan segera tutup kembali wadahnya setelah pemakaian.
d. Semua tablet nitrogliserin harus disimpan dalam ruangan dengan temperatur
yang diatur antara 59o - 86 oF (Ansel, 1989).

Pelaksanaan peraturan ini membantu memelihara keseragaman standar


kandungan tablet nitrogliserin supaya lebih baik dari sebelumnya. Bagaimanapun
juga, nitrogliserin merupakan cairan yang mudah menguap dari wadahnya bila
terbuka dan khususnya apabila wadah tadi tidak tertutup rapat (Ansel, 1989).

9. SOP Pada Obat Sublingual


a. Tahap Persiapan
1. Persiapan Alat
a) Obat yang sudah ditentukan
b) Tongspatel (bila perlu)
c) Sarung tangan/ handscone
d) Kasa untuk membungkus tongspatel
e) Buku rencana pengobatan pasien.
2. Persiapan Pasien
a) Cek perencanaan keperawatan pasien.
b) Menjelaskan tujuan pemberian obat sublingual.
c) Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
d) Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman.
3. Persiapan Lingkungan
a) Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien.
b) Tempatkan alat agar mudah bekerja.
c) Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar.
d) Jaga privasi pasien, dengan memasang sampiran atau menutup
tirai.
b. Tahap Pelaksanaan

1. Periksa kembali perintah

pengobatan

(nama

klien,

nama

dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa
obat.
2. Mencuci tangan, gunakan handscone.
3. Anjurkan pasien untuk mengangkat lidahnya atau memasang
tongspatel ( jika pasien tidak sadar ).
4. Meletakan obat dibawah lidah pasien
5. Memberitahu pasien supaya tidak menelan obat dan biarkan berada
dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.
6. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
c. Tahap Akhir
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Evaluasi reaksi obat
3. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,
respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang
melakukan ) pada catatan keperawatan.
4. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Kita lebih memahami tentang defenisi pemberian obat secara sublingual,
mekanisme kerja obat, standar obat, reaksi obat, persiapan sebelum beli obat, bentuk
dan jenis obat, hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemberian obat, tahap
pemberian obat.
2. Saran
Perawat professional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan
peberian obat.Dengan kemajuan bidang farmasi, maka jenis dan jumlah obat juga
makin bervariasi. Untukmengantisipasi hal ini, maka perawat harus rajin dalam
belajar dan membaca berbagai informasi baru tentang obat- obatan.

DAFTAR PUSTAKA
Priharjo Robert. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta : EGC
Hamid, A.Y.S. 1996. Komunikasi Terapeutik. jakarta: tidak dipublikasikan.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan , Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai