Anda di halaman 1dari 26

27

nEMATODA
CIRI-CIRI UMUM :
1. mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi
oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau PSEDOSELOMA.
2. Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula
yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).
STRUKTUR ANATOMI
SISTEM INTEGUMEN, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang
merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan
menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks,
matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.
SISTEM DIGESTI, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang dikelilingi oleh
bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada), esofagus, katup esofagointestina,
intestinum atau mesonteron, sekum (ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka
(cacing jantan) dan anus.
SISTEM SYARAF, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang mengelilingi
ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang syaraf menuju ke anterior dan
4 ke posterior.
SISTEM REPRODUKSI, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah
(uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler.
Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat
menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka
ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat
untuk kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta
susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang
terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA
CAUDAL

sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA

(berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi).

28

Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masingmasing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum
Seminalis yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
A. secara langsung : 1. Melalui larva infektif :
2. melalui telur infektif :

Ancylostoma sp.
Ascaris sp., Trichuris sp.

Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali
ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena
kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1
dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang
selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap
didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.
B. secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI)

Dirofilaria sp., Thelazia

sp.
1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara.
Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier
termakan oleh hospes definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria
sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes
intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu
hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis
hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal :
dirofilaria sp.

29

Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
1. Migrasi
a. migrasi melalui pembuluh darah
b. migrasi melalui pembuluh limpatic
2. tidak mengalami migrasi.

ORDO ASCARIDIDA
GENUS : ASCARIS
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi,
tetapi tidak ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut,
tanpa sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
MORPOLOGI, cacing Ascaris suum berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang
tebal serta memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak
pada bagian dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan
subventral dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam.
Ukuran panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter
penampang lintang 3 mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm
dengan diameter penampang lintangnya 5 mm.
SIKLUS HIDUP
Dalam perkembangannya, cacing A. suum melalui dua fase perkembangan yakni fase
eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak)
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan faeses
dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan
yang menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium

30

I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan menyilih menjadi larva stadium II
yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif. Didalam usus
halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva
stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju hati atau larva akan
mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut
menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel parenkem hati untuk selanjutnya ikut
peredaran darah dari hati menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar
seluruh organ tubuh. Jika babi bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat
mencapai kelenjar susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak
berkembang lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang
didalam tubuh keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air
susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar dari
kapiler alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing
(iritasi terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke dalam
usus halus. Di dalam usus halus larva III menyilih menjadi larva IV dan menyilih untuk
menjadi larva V (dewasa).
Cacing betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har, dan
diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat
menghasilkan telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60 mikron,
berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya dilapisi oleh
lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk tonjolan yang bergerigi (ciri khas
dari genus Ascaris ).
HOSPES DEFINITIF DAN PREDILEKSI, berparasit pada babi dan predeleksinya
didalam usus halus.
GENUS : PARASCARIS
Merupakan cacing nematodadengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari
Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian

31

anterior dan posterior. Ujung posterior cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut
tumpul dengan sayap kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum.
SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda termasuk
zebra dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 28 cm dan diameternya 3-6 mm,
spikulanya sama besar dengan panjang 2 2,5 mm. Cacing betina panjangnya 18 50
cm dengan diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak

1/ 4 anterior tubuh, telurnya

berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit tebal berbintik-bintik halus.
SIKLUS HIDUP, sama dengan A. suum.
GENUS : TOXOCARA
Dikenal 3 spesies penting yaitu : Toxocara canis, T. cati dan T. Vitulorum
1. Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar
dari Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina
18 cm. Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding
tebal dan berbintik-bintik halus.
2. Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir
sama dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 7 cm, spikulumnya tidak sama
besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 75
mikron.
3. Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba
dan kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit.
Cacing jantan panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5 mm. Ujung
posteriornya meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing betina panjangnya
30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh.
Telurnya berukuran 75-95 X 60 75 mikron. SIKLUS HIDUP, sama dengan A.
suum
GENUS : TOXASCARIS
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus
anterior terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada
ujungnya berlobus dua.

32

SPESIES, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing,


rubah dan berbagai filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing
jantang panjangnya 2 7 cm dengan diameter1,5 2 mm. Sedangkan cacing betina
panjangnya 2 10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior tubuh. Telur mempunyai kulit yang
tebal dan halus dengan ukuran 5 85 X 60 75 mikron.
SIKLUS HIDUP, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk
kedalam mukosa usus untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan
mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi dewasa.
GENUS : OXYURIS
SPESIES : O. equi., dijumpai didalam usus besar dari bangsa kuda di seluruh dunia.
Cacing jantan Panjang 9 12 mm dan betina sampai 150 mm.
MORPOLOGI, Oesofagus sempit ditengah. Yang jantan mempunyai spikulum 120
150 mikron. Ekor memiliki 2 pasang papilla besar dan beberapa papilla kecil. Cacing
betina muda berwarna hampir putih, agak melengkung dan memiliki ekor pendek dengna
ujung membulat runcing. Cacing berwarna keabuan atau kecoklatan dengan ekor
langsing. Telur bulat panjang, agak mendatar pada ujungnya dengan sumbat pada satu
ujungnya. Ukuran telur 90 X 42 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah pembuahan,
betina yang dewasa kelamin mengembara ke rectum dan merayap ke luar melalui anus.
Telur dilepaskan dalam gerombolan-gerombolan di kulit daerah perianal. Perkembangan
telur cepat dan menjadi stadium infektif dalam 3-5 hari. Telur infektif dapat mencapai
daerah perianal dan menetas disitu, namun biasanya telur-telur terjatuh ditanah. Pada
keadaan lembab telur dapat hidup dalam beberapa minggu, tetapi pada kondisi kurang
menunjang telur akan mati. Infeksi terjadi karena menelan telur infektif. Larva infektif
terbebas di dalam usus halus dan larva stadium III akan dijumpai didalam mukosa
cryptus dari colon dan caecum. Larva stadium 4 akan dijumpai sekitar 8 10 hari setelah
menelan telur. Dewasa kelamin akan dicapai sekitar 4-5 bulan setelah infeksi.

33

GENUS : ASCARIDIA
SPESIES : Ascaridia galli, A. columbae, A. dissimilis yang predeleksinya di dalam usus
halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai burung liar di
seluruh dunia.
MORFOLOGI : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling
besar pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir
yang berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya
bulbus posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang
dilengkapi dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal.
Mempunyai sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler
yang tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan
tidak ada gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 11,6 cm, bagian ekornya memipih
kebagian ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan
tubuh).
Telur cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak
bersegmen dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 92 X
45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir setiap
hari.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di alam
luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk larva, telur
infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira 10 hari dan sangat
tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga bulan pada tempat
yang

teduh tetapi cepat terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar

matahari langsung.
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau
termakannya cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi
dapat terjadi secara mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur
infeksius tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem
pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium II. Setelah menetas, larva II

34

akan menetapdidalam lumen usus selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih)
menjadi larva III, setelah itu larva III akan masuk kedalam mukosa usus halus sampai
hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi
dewasa ( 6-8 minggu ).
GENUS : HETERAKIS
Spesies yang penting adalah heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari ternak
unggas, bebek, mentog, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae
lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi
alae yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang
papillae. Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar
0,65 0,7 mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus
dengan ukuran 65-80 u X 35 46 mikron.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja saat defikasi, kemudian telur cacing diluar tubuh
hospes berkembang menjadi stadium II yang infektif setelah 14 hari (27 0 C), tetapi
perkembangan biasanya lebih lama sampai beberapa minggu pada suhu yang lebih
rendah. Telur sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan tahan sampai berbulanbulan.
Bila hospes menelan telur infektif, larva menetas dalam usus halus setelah 1-2
jam. Sekitar 4 hari kemudian cacing-cacing muda tersebut berada dalam mukosa caecum
dan dapat merusak kelenjar disitu. Didalam kelenjar larva stadium II berada selama 2-5
hari sebelum melanjutkan perkembangan di dalam lumen. Pada 6 hari setelah infeksi
menyilih menjadi stadium III, kemudia pada hari ke-10 menyilih menjadi stadium IV
dan pada hari ke-15 menjadi dewasa. Periode prepaten adalah 24-30 hari setelah infeksi.
Cacing tanah dapat membantu sebagai reservoir (inang paretenik), dimana dalam
tubuh cacing tanah parasit berada sebagai larva stadium II. Infeksi terjadi karena
memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium II.

35

ORDO RABDITIDA
GENUS : STRONGYLOIDES
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik
didalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah PARTHENOGENETIK dan
telur dapat berkembang diluar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang
bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan betina.
Cacing ini esofagus panjang dan bentuk selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan
tubuh posterior, ekor pendek dan telur telah berembrio.
Bentuk bebas : adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung
posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di pertengahan tubuh.
Bentuk parasitik : esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari
generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.
SIKLUS HIDUP
Terjadi bentuk parasitik sempurna dan non parasitik sempurna dan terjadi
kombinasi dari kedua bentuk. Betina parthenogenetik dijumpai terbenam di dalam
mukosa usus halus. Bentuk ini memproduksi telur transparan berdinding tipis yang
dikeluarkan bersama tinja. (kecuali S. stercoralis, telur ini menetas didalam tinja dan
larva stadium I dijumpai didalam tinja).
Larva stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium 3 yang
infektif (siklus Homogenik), atau berkembang menjadi bentuk jantan dan betina
bebas yang akan dapat memproduksi larva infektif (siklus heterogenik). Bila
kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang dominant dan bila tidak
menunjang siklus homogenik yang dominant.
Pada siklus heterogenik larva stadium I ditransformasikan secara cepat sehingga
dalam 48 jam terbentuk cacing jantan dan betina bebas yang dewasa kelamin. Melalui
kopulasi, betina bebas memproduksi telur yang akan menetas dalam beberapa jam dan
kemudian mengalami metamorposa menjadi larva infektif. Hanya satu generasi larva
yang diproduksi oleh betina bebas.
Pada siklus homogenik larva stadium I cepat mengalami perubahan menjadi larva
III (infektif) yakni sekitar 24 jam pada suhu 27 0C. infeksi pada hospes vertebrata terjadi
dengan menembus kulit, tetapi dapat juga secara oral dan menembus mukosa

36

mulut/esofagus dan dibawa bersama darah ke paru-paru, memecah alveoli bronchiole


bronchus trachea pharing dan tertelan. Periode prepaten 5 7 hari. Infeksi prenatal
terjadi pada S. ransomi, pada babi dan S. papillosus pada sapi. Dan juga melalui air susu.

ORDO : STRONGYLIDA
GENUS : STRONGYLUS
Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding
dorsal. Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk daun
yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external pada lubang mulut dan
corona radiata internal pada dinding sebelah dalam capsulla buccalis. Bursa pada cacing
jantan berkembang sempurna dan kuat yang memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik
didalamnya.
Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk
zebra. Warna cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam
saluran pencernaan yang tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 3847 mm, dengan penampang 2 mm. Capsulla buccalis oval dan memiliki corona radiata
external dan internal. Pada pangkal dari capsula buccalis terdapat gigi dorsal yang besar
dan dua gigi subventral yang lebih kecil. Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari
cacing betina terletak sekitar 12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat
dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 85 u X 40-75 mikron.
Spesies lain : S. edentatus, S. vulgaris, S. asini.
SIKLUS HIDUP
Telur telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi. Dinding
telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin dan
membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu
20-24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva stadium bebas. Setelah menetas,
larva berada pada stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri ,
kemudian terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva stadium II. Bentuk rhabditiform
esofagus berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya masih tetap

37

berasal dari stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak
makan bakteri

dari alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula

makanan yang tersimpan didalam sel-sel intestinum.


Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama
makanan.
Larva stadium infeksius bersifat :
1. geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.
2. Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva
merayap naik pada pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
3. Migrasi terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.
Kemampuan hidup larva pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu,
kelembaban, suhu dan sinar matahari. Karena persedian makanan terbatas, kondisi yang
mendukung pergerakan maka larva lebih cepat mati. Pada musim panas, larva tidak dapat
hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada musim dingin dapat hidup setahun atau lebih.
Infeksi terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva stadium
infektifselanjutnya yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi didalam usus halus
hospes.
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa
sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas hari
setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi ke rongga
peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8 minggu. Antara 2-4 bulan setelah
infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum hepatika dan pergi ke rongga
peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat infeksi, terbentuk larva stadium 5
dan menuju ke sekum dan kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.
GENUS : HAEMONCHUS
MORFOLOGI :

Cacing Haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang

besar, sehingga disebut juga cacing Barberpole , cacing lambung berpilin atau cacing
kawat pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam abomasum kambing,
sapi, kambing dan ruminansia lain.

38

Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah


terang serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh
tersusun oleh dua lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris,
sehingga membentuk percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30
mm dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk
spiral antara organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna
merah karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara
berselang seling. Mempunyai Flaf anterior yang menutupi permukaan vulva yang
umumnya besar dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000
10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 48 mikron
yang pada saat keluar bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium
morula (didalam telur telah mengandung 16-32 sel).
SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas,
setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera
menetas dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I
akan ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III
akan merayap keatas daun atau rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk
beberapa minggu bulan jika kondisi tetap menunjang.
Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka
selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk
menghisap darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing
muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina
sudah dapat bertelur dalam waktu 18 21 hari setelah infeksi.
Spesies lain :
1. H. placei , berpredeksi didalam lambung sapi, tetapi juga menginfeksi domba dan
ruminansia lain. Morfologi sangat mirip dengan H. contortus hanya spikulum cacing
jantan lebih panjang dengan kait-kait terminal panjang juga, sedang cuping vulva
cacing betina bentuknya mengecil seperti bintil.
2. H. similis, menginfeksi lambung sapi dan kadang-kadang domba.

39

GENUS : OESOPHAGUSTOMUM
MORFOLOGI, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki
corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula. Merupakan parasit pada
caecum dan colon pada ternak sapi, kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut
cacing nodular, sebab larva cacing membentuk nodular pada intestinum.
O. columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing jantan
Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang sekitar 0,45
mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
O. radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan
panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
O. dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
SIKLUS HIDUP
Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium bebas
sama dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum dalam
waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit dalam usus
halus dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni pylorus sampai ke
rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa yaitu 4-5 hari setelah
infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 2,5 mm setelah 5-7 hari, larva kembali
masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke
empat dan berubah menjadi cacing dewasa. Telur tampak pertama pada tinja penderita
setelah 41 hari infeksi. Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu
yang lebih lama pada anak domba.
GENUS : STEPHUNURUS
MORFOLOGI
Cacing in memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang penting
yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi. Dijumpai didalam
jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding ureter. Kadang-kadang
sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen lainnya serta alat-alat di rongga

40

thorak. Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Cacing jantan panjangnya
20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya. Capsula bukalis
berbentuk cawan dengan dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada
jantan kecil dengan alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak
dekat dengan anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 4370 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat
[perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada stadium
ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva stadium
preinfektif sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur menetas setelah
24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat bertindak sebagai
pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa emoebocyte dari cacing
tanah dan dapat hidup disini selama beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus
larva infektif segera akan lepas setelah infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam
kemudian, yaitu pada dinding lambung atau kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi
perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh
darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan sistem
sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul hati dan menembus
kapsul hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai jaringan perirenal dan
menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang melanjut menghubungkan diri
dengan ureter.
GENUS : BONUSTOMUM
MORFOLOGI
Merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi dan
kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga
capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang papan chitine
pada tepi ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub ventral yang kecil. Tidak

41

mempunyai gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa berkembang dengan baik dan
memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur tumpul membulat dan sel-sel
embrional tampak sebagai granula yang berwarna gelap.
SPESIES : B. trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing
B. phlebotomum dijumpai didalam usus halus sapi.
SIKLUS HIDUP
Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan atau
minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui kulit.
Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju ke paruparu dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium keempat, memiliki capsula
bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari. Periode prepaten 30-56 hari.
Larva infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam pasture
yang terus menerus basah.
GENUS : SYNGAMUS
MORFOLOGI
Speies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek,
angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada dalam
keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut
lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada
dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U
X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan,
kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah
keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal
dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu.
Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun
pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif.
Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan

42

arthropoda lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai
inang paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut
aliran darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari
setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda
migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai
setelah 7 hari dan periode prepaten 17 20 hari setelah infeksi.

GENUS

: ANCYLOSTOMA

MORFOLOGI
Cacing Ancylostoma sp. Juga dikenal dengan cacing tambang. Cacing dewasa
berukuran relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu atau kemerahan
tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran pencernaannya. Ujung anterior
cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut mengarah ke antero dorsal. Capsul
buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi pada tepinya dan lancet segitiga Trianguler
atau gigi dorsal yang berada didalamnya.
Cacing jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin tunggal,
dimana bursa cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya sempurna dan
sepasang spikulum sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm, terdapat gubernakulum
bermuara pada kloaka yang terletak pada bursa tersebut. Testis terdapat hanya satu,
berbentuk seperti tubulus yang dimulai kira-kira disebelah anterior dari kelenjar air mani
yang berjalan ke anterior sampai sebatas kelenjar cervicalis anterior, kemudian berbalik
kebelakang membentuk saluran yang berkelok-kelok sampai dipertengahan tubuh
cacingdan kemudian tubulus melebar membentuk vesicula seminalis. Saluran reproduksi
ini kemudian dilanjutkan dengan duktus ejakulatorius. Ada sepasang spikula yang juga
bermuara pada kloaka berfungsi untuk mengarahkan pancaran air mani kedalam saluran
reproduksi cacing betina, sedangkan bursa kopulatrik berfungsi untuk memegang tubuh
cacing betina pada saat kopulasi.
Cacing betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan,
dimana vulvanya terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya. Uterus dan ovarium cacing

43

betina mempunyai bentuk yang berkelak-kelok dan dilanjutkan dengan oviduct. Sel telur
yang dibuahi akan mengalami perkembangan dengan jalan pembelahan sel, selanjutnya
akan dikeluarkan dari tubuh cacing setelah memiliki 2-8 selbersama tinja saat defikasi.
Telur cacing berbentuk ovoid dengan ujung membulat atau tumpul, terbungkus dari
dinding telur yang tipis dengan ukuran 56-75 X 34-47 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi, pada
lingkungan yang mendukung (suhu 23 30 0C tanah berpasir dan basah, kelembaban
tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur yang mengandung
larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang mempunyai bentuk esofagus
yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta memanfaatkan sisa organik dan bakteri
sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih menjadi
larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari akan
mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus filariform.
Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.
Cara penularan cacing ini dengan larva infektif melalui :
1. Per oral. Infeksi terjadi karena tertelannya larva III bersama makanan atau
minuman. Setelah berada didalam saluran pencernaan, larva III akan segera
memasuki kelenjar lambung atau krypta liberkun dan setelah 3 hari larva III akan
mengalami penyilihan menjadi IV dan kembali bermigrasi ke lumen usus. Setelah
beberapa hari larva IV akan mengalami penyilihan sekali lagi dan berkembang
menjadi cacing muda.
2. Per-kutan (penetrasi kulit), larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit atau
mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai jantung dan
selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian besar larva 3 akan
tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler dan masuk ke dalam
alveoli. setelah berada di alveoli larva 3 menyilih menjadi larva 4, selanjutnya
bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea, pharing dan akhirnya karena batuk
larva 4 tertelan dan sampai di usus halus. Di dalam usus halus mengalami ekdisis
menjadi cacing muda. Cacing dewasa akan ditemukan setelah 17 hari setelah
infeksi.

44

3. Pre-natal. Pada hospes definif bunting infeksi terjadi karena larva 3 yang berada pada
aliran darah dapat melehati placenta dan akhirnya menginfeksi foetus. Larva 3 akan
mengalami fase istirahat didalam usus foetus sampai dilahirkan. Setelah anak lahir
larva 3 baru melanjutkan perkembangannya menjadi cacing dewasa.
4. Laktogenik. Infeksi pada anak terjadi karena anak menyusu pada induknyadan larva
yang berada di dalam kelenjar susuakan keluar bersama air susu. Perkembangan
selanjutnya akan terjadi didalam usus anaknya.
Beberapa spesies cacing Ancylostoma yang menginfeksi anjing antara lain : A. caninum,
A. braziliense dan A. ceylanicum. Adapun identifikasi cacing tambang dapat dilakukan
berdasarkan perbedaan morfologi (ukuran cacing, susunan gigi (alat pemotong) pada
kapsul bukalis dan panjang spikulum pada bursa cacing jantan ) dan ukuran telur cacing.
Ada beberapa spesies lain :
1. A. tubaeforme, predeleksi pada usus halus kucing.
2. A. duodenale, berparasit pada manusia.

GENUS : METASTRONGYLUS
MORFOLOGI
Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus
tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan spikula
pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor berbentuk
kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing jantan
panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron
dan telur berembrio ketika dikeluarkan.
Spesies yang penting : M. apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki dan
bronkiola pada babi.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang antara.
Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan
dikelurkan bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan
lebih lanjut. Cacing tanah yang dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain :

45

Allobophora chloritica, Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus


terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah yang mengandung larva
stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus
menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva
menyilih menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan
peredaran darah menuju jantung dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.

GENUS : DYCTYOCAULUS
MORFOLOGI
Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada trakea,
bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4 bibir,
yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul bukal
sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling bagian posterior. Spikula sama
besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus
arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang 17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X
33-38 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan telurnya.
Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat tertelan dan
keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih menjadi larva
stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama makanan/rumput
kemudian larva ini menuju limfoglandula mesenterika menyilih menjadi stadium
keempat dan kemudian melalui pembuluh darah menuju paru-paru dan menjadi dewasa.
Periode prepaten 3-8 minggu.

ORDO SPIRURIDA

46

GENUS : DIROFILARIA
MORFOLOGI
Cacing Dirofilaria immitis merupakan cacing jantung pada anjing yang
berpredeleksi pada ventrikel kanan jantung, arteri pulmonalis dan vena cava. Hewan
yang peka dari cacing ini anjing, kucing, serigala dan rubah. Infeksi pada manusia juga
pernah dilaporkan.
Cacing jantan berbentuk langsing, berwarna putih dan berukuran panjang12-20
cm dengan diameter 0,7 0,9 mm. Ujung posterior cacing jantan berbentuk kumparan
spiral dan ekornya memiliki 4-6 pasang papilla ovoid, dimana satu pasang papilla
terdapat pot kloakal, 2 pasang papilla berbentuk jari terdapat pada bagian lateral dan
posterior dari lubang kloaka dan 3-4 pasang papilla berbentuk kerucut terdapat didekat
ujung ekornya. Spikula kiri berukuran 0,324-0,375 mm, sedangkan yang sebelah kanan
berukuran 0,19-0,229 mm dan tidak memiliki gubernakulum.
Cacing betina berbentuk langsing berwarna putih berukuran panjang 25-30 cm
dengan diameter 1 mm. Vulva cacing betina tempatnya persis dibelakang ujung
esofagus. Cacing Dirofilaria immitis dapat menghisap makanan lewat mulut (peroral)
dan juga lewat kutikula (trans kutikular) dan sering ditemukan adanya eritrosit didalam
saluran pencernaannya.
Larva cacing (mikrofilaria) berukuran 286 300 X 6,1 7,2 mikron dan bagian yang
lebih pipih dibagian anterior, mikrofilaria menghisap sari-sari makanan berupa glukosa
dan asam amino (uresil, uredin dan adenosin) lewat kutikulanya.
SIKLUS HIDUP
Cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilaria kedalam aliran darah.
Mikrofilaria akan aktif selama 1-3 tahun, akan tetapi tidak mengalami perkembangan
lebih lanjut, sampai terhisap oleh hospes intermidier (HI) yaitu berbagai jenis nyamuk
(Aedes aegypti, Aedes sollicitans, culex salinarius). Pada saat hospes definitif digigit
oleh hospes intermidier, mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah , kemudian
berkembang menjadi larva II pada tubulus malphigi HI selama 10-11 hari. Pada hari ke11 larva II bermigrasi menuju probosis melewati thorak serta mengalami penyilihan

47

menjadi larva III yang bersifat infektif. Pada saat HI menghisap darah hospes definitif,
maka larva III akan ikut bermigrasi kedalam tubuh hospes. Larva III selanjutnya akan
berpredeleksi didalam jaringan subkutan, sub-serosa atau fascia intermuskuler serta
mengalami 2 kali menyilih yaitu pada hari ke-9 - ke-12 dan pada hari ke-16 ke-17
semenjak infeksi dan masih dibutuhkan waktu selama 2-3 bulan lagi untuk menjadi
dewasa, sehingga mikrofilaria pertama akan muncul pada aliran darah tepi 6 bulan
setelah infeksi.
Spesies lain : Dirofilaria repens, berpredeleksi pada jaringan ikat anjing, kucing
Dirofilaria tenuis, berpredeleksi pada jaringan sub kutan racoon.
GENUS : HABRONEMA
MORFOLOGI
Habronema muscae merupakan cacing lambung pada kuda dan sebangsanya.
Cacing ini kecil berwarna putih , buccal kapsul berkembang baik dan bentuk ekor cacing
jantan berupa kumparan. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh. Panjang
cacing jantan 22 mm dan betina 35 mm. Telur kecil dan berembrio ketika dikeluarkan.
Ukuran telur 40 50 X 10-12 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa hidup pada lambung dan telur keluarbersama feses saat defikasi
atau dapat menetads dalam usus, kemudian ditelan oleh hospes intermidier dari larva
lalat (musca dan stomoxys ) dan parasit berkembang menjadi larva 3 stadium infektif.
Larva akan berpindah ke probosis dari lalat dan menginfeksi host ketika lalat makan
pada luka sekitar mulut atau lalat terjatuh pada minuman dan makanan. Larva menjadi
dewasa dan bermigrasi ke lambung. Periode prepaten 2 bulan.
GENUS : THELAZIA
MORFOLOGI
Thelazia sp. Merupakan cacing berwarna putih yang jantan memiliki 14 pasang papilla
prekloaka dan 3 pasang papilla kloaka. Panjang tubuh yang jantan 7-13 mm, yang betina
adalah 12-18 mm dan bersifat ovovivipar (bertelur dan mengeluarkan larva). Cacing
tidak memiliki memiliki bibir, tetapi tepi anterior rongga mulut terbalik keluar dan
terbagi menjadi 6 lekukan (feston). Ekor cacing jantan tumpul dan membelok, sedangkan

48

spikulumnya tidak sama panjang. Cacing Thelazia rodisii dan T. gulosa berpredeleksi
didalam kantung konjungtiva dan saluran air mata sapi , domba, kambing dan kerbau.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup Thelasia sp. Adalah tidak langsung yaitu memerlukan induk semang antara
lalat musca larvipara dan musca confexifrons. Lalat ini tercemar oleh larva saat
menghisap air mata sapi penderita. Larva ini kemudian masuk kedalam perut lalat,
menembus folikel ovarium lalat, disini larva berkembang menjadi larva 2 dengan
panjang badan 3,6 4 mm. Selanjutnya berkembang menjadi larva 3 yang merupakan
larva infektif. Perkembangan dalam tubuh lalat memerlukan waktu 15-20 hari. Larva 3
selanjutnya meninggalkan folikel ovarium menuju bagian mulut lalat dan akhirnya
pindah kepada induk semang definitif dan cacing dewasa akan timbul dalam waktu 2025 hari.
GENUS : OXYSPIRURA
MORFOLOGI
Cacing Oxyspirura mansoni berpredeleksi pada membrana nictitan dari bangsa unggas.
Tidak terdapat bibir, ekor yang jantan melengkung. Mempunyai 4 pasang papil dan 2
pasang setelah kloaka. Vulva terletak bagian posterior dari badan dan ukuran telur 50 65
X 45 mikron. Panjang cacing jantan 10-16 mm dan betina 12-19 mm.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan melalui feses, kemudian telur ini akan termakan oleh coro
(Pycnoscelus surinemensis). Apabila hospes intermidier ini termakan oleh unggas maka
larva infektif akan keluar dan mengembara dari esofagus, paring dan ductus lacrimalis
dari mata. Larva dapat ditemukan pada mata 20 menit setelah coro infekti termakan.

GENUS : ACUARIA

49

Host

: Unggas

Habitat

: empedal, proventrikulus dan esofagus

Spesies

: A. hamulosa ------- empedal


A. spiralis --------- proventrikulus dan esofagus

MORFOLOGI
Mulutnya mempunyai dua pseudolabia lateral, terdapat empat kordon yang membentuk
bukit yang berjalan ke posterior tidak membalik kedepan. Ujung posterior jantan
bergulung, vulva terletak sepertiga posterior tubuh. Ukuran telur 40-45 X 24-75 mikron.
Panjang jantan 10-14 mm dan betina 16-29 mm.
SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama tinja dan tertelan oleh hospes intermidier (A. hamulosa
----- belalang (melanoplus) dan A. spiralis ------- Isopoda) larva akan berkembang
dalam hospes intermidier. Host terinfeksi bila memakan host intermidier infektif.

ORDO ENOPLIDA
GENUS : TRICHINELLA
HOST

: Babi , tikus, manusia dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan kambing
(kurang peka).

Larva cacing akan mengkista pada urat daging

bergaris melintang.
HABITAT

SPESIES

: Trichinella spiralis

MORFOLOGI

Cacing dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging

50

Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing
menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina
panjangnya 1,4 1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan
menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam kista
mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai anus yang
ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai spikulum
dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.
SIKLUS HIDUP
Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang
mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan
terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian
cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing
betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang
limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva
yang dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus thoracicus, vena cava superior
kiri dan kanan jantung, kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh.
Penyebaran larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya
berkembang pada otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadangkadang ditemukan pada hati, pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran
panjang 0,8 1 mm dan diameter 30 mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3
bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot
disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam
kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista akan tumbuh menjadi
cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh induk semang
tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.

GENUS : TRICHURIS

51

HOST

: sapi, domba, kambing, babi dan anjing

HABITAT

: Caecum

SPESIES

:
-

T. ovis pada caecum kambing dan domba

T. discolor pada caecum dari sapi

T. vulvis pada anjing

T. suis pada babi

T. trichiura pada manusia

MORFOLOGI
Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung tebal dan
ujung lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali
bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk spiral.
Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing jantan panjangnya 30-80 mm
dan betina 35 75 mm, telur mempunyai kulit tebal kecoklatan dengan dua sumbat
dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
SIKLUS HIDUP
Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat resisten,
perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan massa
prepaten 2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum

GENUS : CAPILLARIA
Host

: mamalia dan unggas

Habitat

: tergantung spesies

Siklus hidup : secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui hospes
intermidier.

Spesies pada mamalia :

52

1. C. bovis pada usus halus dari sapi, domba dan kambing yang penularannya
secara langsung.
2. C. aerophila pada trachea dan bronchi anjing dan kucing dengan penularan
secara langsung.
3. C. plica pada kandung kemih, ginjal anjing dan kucing, penularan melalui
hospes intermidier cacing tanah.
4. C. plica pada hati dan ginjal tikus dan kelinci ( langsung ).
Spesies pada unggas :
1. C. caudinflata dan C. columbae pada usus halus ------- cacing tanah (HI)
2. C. annulata pada tombolok dan esofagus ----------- cacing tanah
3. C. contorta pada tombolok dan esofagus ---------- langsung.
MORFOLOGI
Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan mempunyai
mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang cacing ini
mempunyai sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan 11
15 mm, betina 10-25 mm. Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan
ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.

Anda mungkin juga menyukai