Panduam Umum Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kesehatan Jiwa
Panduam Umum Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kesehatan Jiwa
PANDUAN UMUM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN JIWA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kesehatan adalah hak azasi manusia,
oleh karenanya pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.
Disamping itu, kesehatan juga merupakan investasi, oleh karena itu
kesehatan merupakan tanggung jawab bersama yaitu merupakan tanggung
jawab pemerintah serta seluruh masyarakat.
Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari Kesehatan.
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera (mental
wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif (harmonious
and productive life), sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Masalah kesehatan jiwa saat ini sebenarnya sangat serius dan perlu
perhatian khusus. Kebanyakan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri.
Masyarakat akan datang meminta pertolongan kepada petugas kesehatan
atau orang lain bila dalam dirinya terjadi adanya gangguan fisik, sedangkan
bila masyarakat mengalami gangguan jiwa, yang bersifat ringan biasanya
dianggap kejadian normal sedangkan yang sudah berat biasanya ditutupi dan
mencari pengobatan alternatif dan tidak perlu mencari pertolongan kepada
petugas kesehatan maupun orang lain.
Sikap masyarakat kita yang mengucilkan serta mendiskriminasikan penderita
gangguan jiwa dan juga budaya kita yang merasa malu bila anggota keluarga
kita mengalami gangguan kesehatan jiwa turut memperparah upaya
peningkatan kesehatan jiwa. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan
melalui berbagai cara untuk membantu dan berperan aktif dalam pencegahan
dan penaggulangan masalah kesehatan jiwa.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) meramalkan bahwa hilangnya waktu
produktif akibat gangguan jiwa dan neurologik pada tahun 2020 akan
meningkat menjadi 15% dibandingkan pada tahun 2000 yang hanya 12,3%.
Dari hasil Survay Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995
yang dilaksanakan oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia pada
penduduk di 11 kota menunjukkan bahwa 185 dari 1000 penduduk
mempunyai gejala gangguan kesehatan jiwa. Masalah gangguan jiwa
berdasarkan gambaran klinik, ada atau tidaknya gejala dan tanda serta
intensitasnya keparahan, dapat digolongkan atas Ringan (Mental Capacity
Deficit) yaitu bila gejalanya menyebabkan gangguan ringan dalam fungsi
sosial atau pekerjaan, misalnya sulit berkonsentrasi setelah bertengkar
dengan anggota keluarga, depresi yang ringan, atau membolos. Gangguan
fungsi jiwa yang sedang (Mental Disfunction) adalah bila terdapat gejala atau
gangguan antara ringan dan berat misalnya suasana emosi yang datar,
bicara berputar-putar tidak jelas ujung pangkalnya, atau serangan panik
sehingga mendapat kesulitan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah
(konflik dengan teman sekantor atau sekolah). Disintegrasi mental (Mental
Disintegration) adalah gejala atau gangguan fungsi yang berat misalnya ada
ide bunuh diri atau membunuh orang lain tanpa alasan yang jelas, sering
mencuri, menelantarkan keluarga, sering melakukan tindak kekerasan, tidak
peduli dengan kebersihan dan kesehatan pribadi.
Adapun hasil dari SKMRT 1995 adalah sebagai berikut :
44,0%
34,0%
16,2%
5,8%
Hingga saat ini belum ada data nasional tentang kesehatan jiwa yang terbaru,
namun sebagai gambaran, berdasarkan pada hasil survay yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan Biro
Pusat Statistik pada tahun 2001 di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
Subang menunjukkan bahwa 34 40 % penduduk mengalami gangguan
kesehatan jiwa, sedang hasil case finding (penemuan kasus) di 24
kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 36,7%
pengunjung puskesmas menderita gangguan mental emosional. Hasil
penemuan kasus (case finding) kesehatan jiwa ibu hamil dan ibu meneteki di
112 puskesmas dari 24 kabupaten/kota se Jawa Barat pada tahun 2003
diperoleh hasil dari 2.928 responden yang terjaring, terdapat 27% (798 orang)
mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Dilihat dari data-data tersebut diatas, sebenarnya dalam masyarakat kita
banyak terjadi gangguan jiwa tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri.
Keadaan yang demikian bila terus dibiarkan akan menjadi preseden (awal
kejadian) yang buruk pada peningkatan kualitas serta kesejahteraan
masyarakat pada masa yang akan datang.
Tujuan
a.
Tujuan Umum
Memberikan panduan bagi petugas, penyedia layanan, pendidik,
penyuluh dan pihak-pihak yang terkait (stakeholder) agar mampu
menjalankan proses bantuan meningkatkan kemandirian masyarakat
dan keluarga dalam bidang kesehatan jiwa sehingga masyarakat
dapat berkontribusi dan berperan aktif dalam meningkatkan derajat
kesehatan jiwa masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1.
RUANG LINGKUP.
Pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan keluarga kali ini dibatasi
pada bidang pelayanan kesehatan jiwa, jadi berkaitan dengan segala bentuk
pelayanan bagi masyarakat. Dengan demikian kegiatan yang terkait dalam
pemberdayaan masyarakat dan keluarga di bidang kesehatan jiwa adalah :
1.
D. PENGERTIAN.
1.
2.
3.
E.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi
masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi
seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Untuk
mencapai tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan
formal dan nonformal perlu mendapat prioritas. Memberdayakan masyarakat
bertujuan "mendidik dan membantu masyarakat agar mampu membantu diri
mereka sendiri". Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan
masyarakat, adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, mampu
mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.
Adapun proses-proses pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut
bila digambarkan secara sederhana menggunakan bagan adalah sebagai
berikut :
PROSES
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Kemandirian
Masyarakat dalam
Peningkatan
Derajat Keswamas
Kesadaran,
Kemauan,
Kemampuan
Mengenali, memelihara,
melindungi, meningkatkan
4.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
dan mengatasinya,
F.
DASAR HUKUM
1.
Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang KetentuanKetentuan Pokok mengenai Kesejahteraan Sosial.
2.
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3.
Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat
4.
Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
5.
Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika
6.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
7.
Undang-Undang No, 34 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
8.
Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1980 tentang
Penanggulangan Gelandangan Pengemis.
9.
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom
10.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
230/MenKes/SK/III/2002 tanggal 25 Maret 2002 tentang Pedoman Umum
Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TP-KJM).
11.
Surat
Edaran
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
868/MenKes/E/VII/2002 tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim
Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat.
12.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal dan
Kewenangan Wajib yang berlaku untuk Kabupaten/Kota
13.
Surat Keputusan Bersama 4 Menteri ( Mendiknas,
Menkes,Menag
dan
Mendagri)
No.
1/4/SKB/2003,
No.
1067/Menkes/2003. No. MA/230A/2003. No.26 Tahun 2003 tentang
10
11
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Kebijakan dan strategi pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan jiwa
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan kebijakan dan tujuan yang akan
dicapai yaitu membuat masyarakat menjadi mandiri dalam upaya meningkatkan
kesehatan jiwa serta tanggap terhadap situasi dan kondisi masyarakat setempat.
Untuk itu kebijakan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan jiwa perlu disesuaikan dengan kebijakan dan strategi nasional yang
telah dibakukan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Jiwa
Masyarakat yaitu :
A.
KEBIJAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STRATEGI
1. Mengoptimalkan fungsi-fungsi sektor terkait sesuai dengan tugas
pokoknya, dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai,
serta mekanisme kerja dan koordinasi program yang dilaksanakan
secara sinkron dan sinergis.
2. Desentralisasi program kesehatan jiwa pada tingkat kabupaten/kota.
Dalam kaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan
pada tingkat kabupaten/kota, dan adanya keragaman pada
sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten/kota serta
keunikan dari masalah kesehatan jiwa yang ada, maka peru
dikembangkan program kesehatan jiwa di setiap kabupaten/kota
dengan fasilitasi dari propinsi atau pusat.
3. Sosialisasi upaya kesehatan jiwa masyarakat dengan dukungan
bahan/data/informasi yang lengkap terpercaya dan memadai.
4. Meningkatkan forum komunikasi dan forum kordinasi dalam rangka
pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kesehatan jiwa masyarakat.
5. Mengembangkan kelompok-kelompok yang terorganisir dengan baik
untuk menangani masalah-masalah kesehatan jiwa terutama masalah
psikososial dan perkembangan manusia yang harmonis serta
peningkatan kualitas hidup.
13
BAB III
PRINSIP DAN CIRI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A.
2.
3.
4.
5.
KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) berbasis
masyarakat.
Model KIE yang dikembangkan selain yang konvensional harus pula
digunakan prinsip KIE berbasis masyarakat. Prinsipnya adalah sebanyak
14
7.
Desentralisasi
Upaya pemberdayaan masyarakat sangat berkaitan dengan kultur budaya
setempat; karena itu segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ke tingkat operasional agar tetap sesuai dengan kultur budaya
setempat. Bila kewenangan ada di tingkat atas, keputusan yang diambil
akan kurang membumi sehingga yang terjadi justru memperdayakan
masyarakat. Dengan kata lain, digunakan pendekatan TAMAN BUNGA
(beragam bunga tumbuh dalam satu taman, menggambarkan
kebhinekaan) dan bukan KEBUN BUNGA (hanya satu jenis tetapi
dibudayakan secara besar-besaran).
B.
15
13.
Upaya
peningkatan
kesehatan
untuk
masalah
perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup.
Upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan
kesehatan untuk masalah psiko-sosial
Upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan
kesehatan untuk masalah gangguan kesehatan jiwa
16
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH DAN MEKANISME PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Agar pemberdayaan masyarakat dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, perlu dirancang secara matang dan lengkap dengan langkahlangkah sebagai berikut :
A. LANGKAH-LANGKAH
1.
Advokasi Kesehatan :
LANGKAHLANGKAH
Menentukan
Sasaran Advokasi
Menyiapkan
Informasi yang
akurat
Menyiapkan tempat
pertemuan dengan
para
penentu
kebijakan
atau
tokoh masyarakat
yang berpengaruh
Melaksanakan
Advokasi
KEGIATAN
Pengumpulan
data primer maupun
sekunder
Teridentifikasiny
a besaran masalah
Lobby
Menyimpulkan dan
menyepakati hasil
advokasi
Identifikasi para
penentu
kebijakan
serta toma, toga yang
berpengaruh
di
masyarakat
Bahan-bahan
penyajian
yang
menarik
Data
yang
authentic
Cara penyajian
yang atraktif
membuat draft
kesepakatan-
HASIL YANG
DIHARAPKAN
Teridentifikasinya
Decision Maker
Teridentifikasinya
Toma, Toga yang
berpengaruh
Tersedianya
informasi yang menarik
dan besarnya masalah
yang dihadapi
tersedianya
tempat untuk
melaksanakan advokasi
yang nyaman dan
menyenangkan
PELAKU
Lintas
Sektor :
kesehatan,
agama,
sosial,
pendidikan,
LSM, dll
Keseh
atan, Sosial,
Kepolisian,
Pendidikan
Keseh
atan,
Pemerintah
Daerah
Para pengambil
keputusan
dapat
memberikan komitmen
Keseh
atan, Sosial,
Pendidikan
Adanya
peraturan/perundangan
Keseh
atan, Sosial,
17
2.
kesepakatan
yang
telah dihasilkan dalam
kegiatan pertemuan
Menyebarluaska
n hasil-hasil pertemuan
advokasi
yang
dapat
meningkatkan
upaya
akselesari
kesehatan
jiwa
Adanya kegiatan
sosialisasi,
penyebarluasan
informasi
kepada
masyarakat
melalui
berbagai jalur/media
PKK,
LSM,
Pemda
LANGKAH-LANGKAH
Identifikasi Mitra kerja baik
lintas program, sektor,
dunia usaha
KEGIATAN
Pertemuan
rutin
Pengelompokkan mitra
kerja
Pertemuan
rutin
Pertemuan
Pelatihan
HASIL YANG
DIHARAPKAN
Lingkup dan
cara kerja
Spesifikasi
kerja
Kemampuan
yang dimiliki mitra
kerja
Kesepakata
n kerjasama
Plan
of
Action
Koordinasi
terpadu untuk
PELAKU
Kese
hatan,
Lintas
Sektor
Terkait
Kese
hatan
Kese
hatan
18
Lokarya/Semiloka
Kampanye
Penyebarluas
an informasi melalui
berbagai media
setiap kegiatan
Kegiatan
yang tidak
tumpang tindih
Perluasan
cakupan
Sosia
l
Agam
a
Diknn
as
pemd
a
Supervisi
Mempelajari
laporan kegiatan
Kegiatan
berjalan
sesuai
tujuan yang ingin
dicapai
Masukanmasukan
untuk
memperbaiki
perencanaan
Kese
hatan
Sosia
l
Agam
a
Diknn
as
pemd
a
3.
LANGKAHLANGKAH
Menentukan sasaran
yang akan
dikembangkan
Pertemuan
mengundang
stakeholder/ pihak
terkait
Memberikan
informasi dan
pengetahuan serta
ketrampilan
Pelatihan
Orientasi
Penyebarluas
an informasi
Menyiapkan
rancangan
metode
dan
teknik
pemberdayaan
masyarakat
Memberdayakan
masyarakat
KEGIATAN
Pertemuan
Pelatihan
Lokarya/Semiloka
Kampanye
Penyebarluas
an informasi melalui
berbagai media
Pelatihan
Kader
Penyuluhan
HASIL YANG
DIHARAPKAN
Teridentifikasin
ya sasaran-sasaran
untuk diberdayakan
Institusi
/
petugas memahami
pentingnya
upaya
keswamas
Tersusunnya
plan of action dalam
memberdayakan
masyarakat
Kesepakatan
mengenai bentuk
serta format
pemberdayaan masy
Perluasan
cakupan
Masyarakat
dapat mandiri dalam
melakukan
upaya
keswamas
Terbentuknya
kelompok tolong diri
dalam masyarakat
Meningkatnya
pengetahuan
dan
keterampilan
Kesehatan
Sosial
Agama
Diknnas
pemda
Kesehatan
Sosial
Agama
Diknnas
pemda
Kesehatan
Sosial
Agama
Diknnas
Pemda
Kesehatan
Sosial
Agama
Diknnas
Pemda
LSM
PKK
19
masyarakat
dalam
penanganan
dan
penatalaksanaan
penderita gangguan
jiwa
B. MEKANISME KERJA
1. Sektor Kesehatan
Masukan/gagasan/umpan balik
Dukungan sumberdaya
Masukan/Gagasan/Umpan balik
Penyebarluasan informasi
Alur kerjasama lintas sektor dan lintas program tentang upaya kesehatan jiwa
masyarakat dapat dilihat pada Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat bagi Lintas Program dan Lintas Sektor
C. ALUR PENANGANAN MASALAH KESEHATAN JIWA
Alur penanganan masalah-masalah kesehatan jiwa sesuai dengan ruang
lingkup kesehatan jiwa masyarakat secara sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut :
20
Permasalahan Pribadi,
yaitu :
a.
Gangguan jiwa
b.
Percobaan bunuh
diri
c.
Penyalah gunaan
NAPZA
d.
AIDS
Permasalahan Keluarga :
a.
Ketergantungan
pada keluarga
b.
Eksploitasi anak
c.
Perceraian
d.
Kesepian, merasa
sendirian
Permasalahan Masyarakat :
a.
Pengangguran
b.
Saling membenci
c.
Tidak tersedianya
tempat tinggal
d.
Tidak tersedia
sarana/fasilitas sosial
e.
Tidak tersedianya
sarana rekreasi
Bimbingan Agama /
sosial/pendidikan
Konseling sederhana
Kader, Toma,
Toga, Pekerja
Sosial
Tida
k
Sembuh/TE
RATASI
Konseling
Pengobatan Tkt I
Sembu
h
Pengobatan,
Perawatan
Tidak
Puskesmas,
Dokter
Keluarga,
Tenaga
Kesehatan
terlatih
Rumah Sakit,
Spesialis
SEMBUH
21
BAB V
POKOK-POKOK KEGIATAN
A.
B.
C.
22
23
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang panjang dan
berkelanjutan. Untuk memelihara dan meningkatkan laju pemberdayaan
masyarakat serta menjaga agar tetap terarah ke tujuan semula, diperlukan
pembinaan dan pengembangan yang terus menerus. Beberapa bentuk upaya
pembinaan dan pengembangan antara lain :
A.
Pendampingan
1.
Belajar bersama.
Menelaah kisah sukses antar daerah. Kegiatan ini bisa menjadi ajang
tukar menukar pengalaman yang mengasyikkan antar daerah. Disamping
itu mengadakan studi banding ke daerah yang lebih berhasil dalam
mengembangkan program peningkatan kesehatan jiwa masyarakat juga
merupakan langkah yang perlu dilakukan.
24
C.
Pemantauan
Pemantauan adalah upaya yang dilaksanakan secara sistematis, dan
terus menerus oleh pengelola program untuk melihat apakah program
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan jiwa yang sedang
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pemantauan bukanlah pengujian pihak luar terhadap pelaksanaan
program, tetapi merupakan alat yang dipergunakan oleh pelaksana
program untuk mengungkapkan hal-hal yang tadinya tidak diperkirakan
pada saat perencanaan dibuat, dan hasilnya dapat dipakai untuk
melakukan perbaikan.
Ada 4 tahapan pemantauan yang secara sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut :
APA
TIPE
1.
Input
Manajemen
Perencanaan
Penggerakan
Pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian
Pelaporan
KAPAN
MENGAPA
Se
gera sesudah
implementasi dimulai
Ber
kesinambungan
Ber
kala, pada saat
informasi dibutuhkan
Output
2.
Hasil antara
Output
3.
Hasil yang diharapkan
Output
Mem
perbaiki
kekeliruan
dalam implementasi
Mem
perbaiki rencana
Mem
berikan reinforcement
(dukungan)
terhadap
perilaku
yang
diterapkan
Ber
kala pada saat
informasi dibutuhkan
Mem
beri arah baru pada
strategi (bila dibutuhkan)
Ber
kala pada saat
informasi dibutuhkan
Mengi
dentifikasi hambatanhambatan baru kalau
ada, identifikasi sasaran
baru dan tahap-tahap
yang kemungkinan
disebabkan oleh
intervensi
Mem
buat laporan, adakan
reinforcement, dan
tetapkan arah baru
yang ditempuh
selanjutnya
D.
Evaluasi
Ada beberapa tipe evaluasi yaitu evaluasi input, proses, hasil dan evaluasi
dampak. Evaluasi input dan proses serupa dengan pemantauan input dan
25
proses. Yang akan dibahas disini adalah evaluasi hasil, sebab evaluasi
dampak merupakan evaluasi jangka panjang.
Evaluasi hasil untuk menilai apakah program telah memberikan pengaruh
seperti yang diharapkan, misalnya perubahan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan jiwa, berkurangnya stigmasi terhadap penderita
gangguan jiwa dan adanya upaya masyarakat yang mandiri dalam
kegiatan propmotif , preventif serta kuratif dan rehabilitatif.
26
BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN
Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
jiwa, dapat digunakan pendekatan sistem sebagai berikut:
INPUT
A.
PROSE
S
OUTPU
T
OUTCOM
E
Input
Beberapa contoh indikator input yang dapat diidentifikasi sebagai ukuran dari
proses pemberdayaan masyarakat antara lain :
1.
Sumberdaya manusia (pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh
agama, kader) yang berpartisipasi.
2.
Tersedianya dana dari berbagai sumber yang digunakan.
3.
Barang, alat, obat dan material lain yang digunakan.
4.
Tersedianya tempat pelayanan
B.
Proses
Beberapa contoh indikator proses adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan jumlah penyuluhan, konseling atau Komunikasi Informasi dan
Edukasi.
2. Jumlah pelatihan dan jumlah fasilitasi.
3. Tingkat tumbuh kembang Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
bidang kesehatan jiwa.
4. Adanya siklus pengambilan keputusan masyarakat
C.
Out-put
Beberapa contoh indikator output sebagai berikut :
1. Jumlah pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader yang
diintervensi dalam bidang kesehatan jiwa.
2. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat dalam bidang
kesehatan jiwa dan tingkat perkembangannya.
3. Jumlah dana masyarakat dari berbagai sumber yang terorganisir bagi
upaya kesehatan jiwa.
4. Jumlah material masyarakat yang disumbangkan bagi upaya kesehatan
jiwa.
5. Adanya forum komunikasi lintas pelaku.
6. Jumlah anggota masyarakat yang mendapatkan pendampingan.
27
Outcome
Contoh-contoh keberhasilan program pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan jiwa antar lain :
1. Berkurangnya stigma (pandangan buruk) terhadap penderita gangguan
kesehatan jiwa.
2. Berkurangnya penyakit-penyakit psikososial di masyarakat.
3. Berkurangnya diskriminasi terhadap penderita gangguan kesehatan jiwa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
28
BAB VII
PENUTUP
Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif mencapai tujuan, jika dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab sehingga antara masyarakat dan
aparat pemerintah tumbuh semangat untuk bekerja sama.
Karena itu, pemerintah daerah melalui aparatnya yang semakin profesional
dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab pemberdayaan masyarakat,
karena mereka adalah orang-orang yang paling memahami potensi wilayah,
permasalahan wilayah, aspirasi masyarakat, kemampuan masyarakat, dan
sumber-sumber yang dimiliki daerah baik sumber daya manusia dan sumber
daya alam-nya.
Panduan ini masih bersifat umum dan selanjutnya dapat dijabarkan dan
dikembangkan dalam petunjuk teknis maupun petunjuk pelaksanaan yang lebih
rinci dengan menyesuaikan situasi dan kondisi permasalahan dan ketersediaan
sumberdaya setempat.
Penyesuaian dan pengembangan tersebut harus memperhatikan karakteristik
sosial budaya setempat dan sedapat mungkin mampu meningkatkan wawasan
sekaligus sebagai bahan perbaikan untuk penyempurnaan buku panduan ini di
masa yang akan datang.
Harapan kami semoga buku ini bermanfaat untuk masyarakat Indonesia agar
lebih berdaya dalam bidang Kesehatan jiwa Masyarakat.
29
Kepustakaan :
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kebijakan Nasional
Pembangunan Kesehatan Jiwa, Jakarta, Maret 2001
Departemen Kesehatan RI dan World Health Organization, Rencana Strategis Pembangunan
Kesehatan Jiwa 2001-2004, Jakarta, 2003
Depkes RI Direktorat Bina Upaya Kesehatan Masyarakat bekerjasama dengan Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Pedoman KIE dalam rangka Menurunkan Angka Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan untuk Petugas BKMM, Jakarta 1998
Departemen Kesehatan RI, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Pedoman Pelayanan Kesehatan
Jiwa Dasar di Puskesmas, Jakarta, 2004
Kerjasama Pemerintah RI dan Unicef, Panduan Umum Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta, 1999
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Ringkas Pengembangan
Kemitraan bidang Kesehatan, Juli 2002
30
31
LAMPIRAN :
GANGGUAN-GANGGUAN MENTAL YANG BANYAK TERJADI DI MASYARAKAT
1. DEPRESI ( SEDIH YANG MENDALAM )
GEJALA
FISIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PERILAKU
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
sakit kepala
nyeri punggung
gangguan tidur ( sulit atau terlalu banyak tidur)
sering terbangun dini hari
gangguan makan (kurang atau terlalu banyak makan)
letih yang berlebihan
gairah seksual yang menurun
menghindari pergaulan dengan orang lain
tidak mau bicara
sering lupa
putus asa
bosan
merasa tidak berharga
merasa gagal menyelamatkan diri sendiri dan keluarga
tidak mempedulikan lingkungan sekitar
ada pikiran atau usaha untuk bunuh diri.
PENATA LAKSANAAN
1.
2.
Sulit sekali atau sama sekali tidak mau bicara dengan orang lain
Terhadap
Penderita
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
32
Fisik
Perilaku
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
1.
2.
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terhadap
Masyarakat
Setempat &
Lingkungan
Sekitar
1.
2.
33
3. PERILAKU PANIK
GEJALA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
FISIK
PERILAKU
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
Tetap bersikap tenang, tidak terpancing kepanikan yang sedang dialami korban/penderita
Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Mendengarkan dengan penuh perhatian dan pengertian
Memberi dukungan moral ketika korban selamat tercekam emosi, misal: berikan sentuhan
kasih sayang, beri dekapan jika memungkinkan
Lakukan upaya relaksasi dengan cara:
o
Melonggarkan pakaian yang ketat
o
Mengajak mengatur nafas dan rileks
o
Memberi minum
o
Memberikan kata-kata yang menenangkan
o
mengajak berdoa
Menjawab pertanyaan korban selamat dengan penuh keyakinan, realistis, sederhana, jelas,
dan singkat
Jangan berbohong dan memberi harapan terlalu berlebihan, jangan menyalahkan, jangan
memberi pernyataan yang membuat korban selamat semakin merasa bersalah
Upaya perorangan tidak berhasil dan cenderung membahayakan diri dan orang lain
Korban selamat mengalami kesulitan tidur, gangguan mimpi buruk, menderita rasa
nyeri yang tak tertahankan, menarik diri dari lingkungan, atau muncul gagasan/ide
bunuh diri
34
Fisik
KILAS BALIK : Keadaan ini dialami secara terus menerus atau sewaktu waktu dan terjadi
pada waktu terjaga.
MUDAH TERKEJUT : Individu mudah kaget terhadap suara yang keras, sesuatu yang tiba
tiba, selalu waspada dan sulit konsentrasi.
MERASA SEDIH DAN PUTUS ASA : Sedih karena kehilangan keluarga, harta benda, barang
dan lingkungan sosial.
KETAKUTAN : Takut sesuatu akan terjadi kembali dan menyakitkan dirinya atau keluarganya.
Takut pada hal hal yang mengingatkan pada peristiwa trauma, takut ditinggal sendiri.
Perilaku
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Lingkungan
Sekitar
35
36
5. KEPIKUNAN (DIMENTIA)
GEJALA
Fisik
Perilaku
Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi, misalnya penderita lupa apakah sudah
makan, mandi, lupa meletakkan barangnya dan lain-lain.
Penurunan daya pikir, misalnya tak mampu lagi berhitung yang biasanya mudah dia lakukan.
Penurunan daya nilai, misalnya sulit membedakan yang baik dan yang buruk
Penurunan kemampuan berbahasa, misalnya sulit untuk mencari kata-kata untuk menyatakan
pendapat
Penurunan fungsi sehari-hari, misalnya tak mampu berpakaian, mandi, mencuci, memasak dan
melakukan kegiatan lainnya sendiri..
Kehilangan kendali emosional, misalnya mudah bingung, menangis atau mudah tersinggung
Menjadi gaduh gelisah, pencuriga dan emosi yang meledak-ledak.
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Lingkungan
Sekitar
37
Fisik
Perilaku
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
Melibatkan keluarga dalam merawat orang tersebut dengan memberikan informasi dan
cara-cara mengatasi keadaan
Mengawasi agar obat benar-benar diminum sesuai aturan dari dokter, jika orang tersebut
mendapat obat
Menjauhkan benda-benda berbahaya yang ada di sekitar orang tersebut (misalnya, pisau,
gunting, parang dsb)
Melakukan aktivitas kelompok, jika bisa, dalam bentuk berbagi rasa, olah raga, permainan,
musik, dll
Terhadap
Masyarakat
Setempat
38
Fisik
Perilaku
Ada berbagai macam keluhan dan atau gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan
Sering berkunjung ke tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan yang berulang kali
walaupun hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil yang negatif
Beberapa penderita mungkin hanya mengeluh dan ingin bebas dari keluhan dan/atau
gejala fisiknya saja. Adapaula penderita yang mungkin khawatir bahwa dirinya menderita
suatu penyakit fisik dan mereka tidak percaya bahwa tidak ditemukan kelainan fisik.
Biasanya disertai dengan gejala depresi dan cemas yang berlebihan
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
Langkah-langkah di atas tidak dapat mengatasi keluhan atau gejala yang timbul
Sadari bahwa keluhan penderita adalah nyata, bukan bohong atau rekayasa
Tanyakan tentang keyakinan penderita (apa yang menyebabkan gejala) dan ketakutannya
(apa yang ia takutkan akan terjadi)
Berikan keyakinan yang memadai (misalnya, nyeri perut tidak berarti kanker). Sarankan
penderita untuk tidak memusatkan perhatian terhadap kekhawatiran tentang penyakit.
Diskusikan stress emosional yang ada ketika gejala mulai timbul
Metoda relaksasi dapat membantu mengurangi gejala yang berkaitan dengan ketegangan
(nyeri kepala, nyeri tengkuk atau punggung)
Terhadap
Masyarakat
Setempat
Memberikan informasi bahwa gejala gejala yang timbul bila sudah berobat 2 atau 3 kali
tidak ada perubahan, mungkin bukan penyakit fisik.
Mendorong masyarakat agar membantu penderita untuk membawa ke dokter ahli untuk
mengadakan konsultasi.
39
Fisik
Perilaku
PENATALAKSANAAN
Terhadap
Penderita
Terhadap
Keluarga atau
Kelompok
Memberi tahukan dengan bijak bahwa NAPZA bisa sangat berbahaya bagi dirinya maupun
keluarga serta orang lain.
Awasi siapa teman-temannya bergaul.
Periksa keadaan kamarnya, dompetnya dan tas-sekolah atau barang-barang lain tempat
penderita menyimpan sesuatu.
Langkah-langkah di atas tidak dapat mengatasi keluhan atau gejala yang timbul
Beri pengertian bahwa mungkin ada sesuatu yang menyebabkan anaknya menggunakan
NAPZA
Berikan dukungan bahwa ketergantungan terhadap NAPZA dapat disembuhkan dengan
40
Terhadap
Masyarakat
Setempat
41
42
Sakit kepala ?
Mudah takut ?
Tangan gemetar ?
Pencernaan terganggu ?
Mudah lelah ?
TIDA
K
43
kembali ?
hari ?
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
44
45