Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Membran merupakan suatu fasa yang berfungsi sebagai
penghalang atau filter aliran ion atau molekul yang berada di
dalam fluida yang menghubungkan permukaan yang satu
dengan yang lain. Seiring perkembangan zaman, perkembangan
teknologi membran dalam bidang industri, kimia fisika, dan
biologi juga semakin berkembang. Salah satu fungsi teknologi
membran ini adalah untuk filtrasi. Teknologi membran memiliki
keunggulan dibandingkan dengan teknologi lain karena hemat
energi, bersih, dan tidak memerlukan zat kimia pendukung.
Salah satu potensi dalam teknologi membran ini adalah
membran yang berasal dari makhluk hidup atau disebut juga
membran alami. Komponen dari membran alami adalah protein
dan lipid. Membran alami ini dapat dikembangkan untuk
berbagai aplikasi seperti filtrasi. Beberapa contoh dari membran
alami ini adalah membran kitosan dan membran kulit telur.
Kitosan merupakan modifikasi dari senyawa kitin yang terdapat pada hewan
kelompok Crustacea seperti udang-udangan dan kepiting. Senyawa kitosan ini
memilki banyak manfaat, misalnya untuk bahan pengawet makanan, obat-obatan,
dan lain-lain. Membran telur adalah selaput tipis yang terdapat pada telur dan
menempel pada cangkang telur dengan sedikit rongga sebagai penghalang.
Membran telur ini dalam kesehariannya disebut denga kerabang.
Kualitas dari membran alami tersebut dipengaruhi oleh sifat dari membran
tersebut seperti sifat listrik, termal, dan mekanik. Untuk mengetahui kualitas dari
membran alami tersebut, diperlukan pengujian-pengujian dari sifat membran agar
karakteristik dari membran-membran alami tersebut dapat diketahui sehingga
potensi dari membran alami untuk diaplikasikan untuk teknologi dapat
ditingkatkan.
I.2 Tujuan
1. Menguji Sifat Reologi Membran Kitosan dan Membran Telur.
2. Menguji Sifat Listrik Membran Kitosan dan Membran Telur.
3. Menguji Karakteristik Arus-Tegangan Membran Kitosan dan Membran Telur.
I.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sifat Reologi Membran Telur dan Membran Kitosan?
2. Bagaimanakah Sifat Listrik Membran Kitosan?
3. Bagaimanakah Karakteristik Arus-Tegangan dari Membran Telur dan Membran
Kitosan?
I.4 Hipotesa

Membran kitosan yang dibuat dengan pelarut asam asetat dan membran
telur memilki karakteristik sifat listrik dan reologi tertentu sehingga dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan
Kitosan merupakan produk alamiah yang merupakan turunan dari
polisakarida kitin. Kitosan mempunyai nama kimia Poly D-glucosamine ( beta (14) 2-amino-2-deoxy-D-glucose), bentuk kitosan padatan amorf bewarna putih
dengan struktur kristal tetap dari bentuk awal kitin murni. Kitosan mempunyai
rantai yang lebih pendek daripada rantai kitin. Kelarutan kitosan dalam larutan
asam serta viskositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat
degradasi polimer. Kitosan kering tidak mempunyai titik lebur. Bila kitosan
disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama pada suhu sekitar 100oF maka
sifat kelarutannya dan viskositasnya akan berubah. Bila kitosan disimpan lama
dalam keadaan terbuka (terjadi kontak dengan udara) maka akan terjadi
dekomposisi, warnanya menjadi kekuningan dan viskositas larutan menjadi
berkurang. Hal ini dapat digambarkan seperti kapas atau kertas yang tidak stabil
terhadap udara, panas dan sebagainya.
Kitosan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang biokimia, obat-obatan atau
farmakologi, pangan dan gizi, pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah,
industri-industri kertas, tekstil membran atau film, kosmetik dan lain sebagainya.
Dalam cangkang udang, kitin terdapat sebagai mukopoli sakarida yang berikatan
dengan garam-garam anorganik, terutama kalsium karbonat (CaCO 3), protein dan
lipida termasuk pigmen-pigmen. Oleh karena itu untuk memperoleh kitin dari
cangkang udang melibatkan proses-proses pemisahan protein (deproteinasi) dan
pemisahan mineral (demineralisasi). Sedangkan untuk mendapatkan kitosan
dilanjutkan dengan proses deasetilasi. Reaksi pembentukan kitosan dari kitin
merupakan reaksi hidrolisa suatu amida oleh suatu basa. Kitin bertindak sebagai
amida dan NaOH sebagai basanya. Mula-mula terjadi reaksi adisi, dimana gugus
OH- masuk ke dalam gugus NHCOCH 3 kemudian terjadi eliminasi gugus
CH3COO- sehingga dihasilkan suatu amida yaitu kitosan (Wardaniati dan
Setyaningsih 2009) . Reaksi Pembentukan Kitosan dari Kitin :

90 100oC
+ NaOH

Kitin

kitosan

Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut
asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik
beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam
setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5
juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati.Asam asetat cair adalah pelarut protik
hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta
dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar
seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan
unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana.
Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya
digunakan
secara
luas
dalam
industri
kimia
(Anonim
2008).
Membran
Membran secara umum didefinisikan sebagai pemisah yang bersifat
selektif berada di antara dua fasa yaitu fasa I (umpan) dan fasa II (permeat).
Membran bisa tipis atau tebal dan strukturnya bisa homogen atau heterogen serta
transpornya bisa aktif atau pasif. Perbedaan stuktur dari membran-membran yang
ada saat ini bisa digunakan membedakan mekanisme pemisahan dan aplikasinya.
Terdapat banyak sekali proses membran, dimana proses-proses tersebut
didasarkan pada perbedaan prinsip pemisahan atau mekanismenya dan masalah
spesifik yang dapat mencakup ukuran rentang dari partikel sampai molekul.
Dalam bidang kedokteran, mikrobiologi, fisiologi dan biokimia, membran
adalah suatu lapisan tipis yang memisahkan berbagai struktur selular atau organ.
Membran berfungsi sebagai penghalang tipis yang sangat selektif diantara dua
fasa, hanya dapat melewatkan komponen tertentu dan menahan komponen lain
dari suatu aliran fluida yang dilewatkan melalui membran (Mulder 1996). Proses
pemisahan pada membran terjadi karena adanya proses fisika-kimia antara
membran dengan komponen yang akan dipisahkan serta adanya gaya dorong yang
berupa gradient konsentrasi (C), gradient tekanan (P) dan gradient potensial
(E).
Membran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok seperti yang terlihat
pada diagram di bawah ini.

Berdasarkan gradient tekanan sebagai gaya dorongnya dan pemeabilitasnya,


membran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Mikrofiltrasi (MF), Membran jenis ini beroperasi pada tekanan berkisar 0,1-2
Bar dan batasan permeabilitas-nya lebih besar dari 50 L/m2.jam.bar
b. Ultrafiltrasi (UF), Membran jenis ini beroperasi pada tekanan antara 1-5 Bar
dan batasan permeabilitas-nya adalah 10-50 L/m2.jam.bar
c. Nanofiltrasi, Membran ini beroperasi pada tekanan antara 5-20 bar dan batasan
permeabilitas-nya mencapai 1,4 12 L/m2.jam.bar
d. Reverse Osmosis (RO), Membran jenis ini beroperasi pada tekanan antara 10100 Bar dan batasan permeabilitas-nya mencapai 0,05-1,4 L/m2.jam.bar.
(Mulder,1996)
Aplikasi dari membran ini sangat beragam. Secara umum, membran
digunakan dalam industri pengolahan air, baik pengolahan air bersih, air limbah,
ataupun air minum. Selama ini, membran yang digunakan berasal dari polimer
sintetis seperti polikarbonat, poliamida, PTFE (Teflon), polisulfon dan ester
selulosa.
Membran Kitosan
Membran kitosan dibuat dan dikarakterisasi pertama kali oleh Muzarelli
(1974). Membran dari polimer kitosan ini memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan membran sintesis. Diantaranya dari ketersediaan bahan
baku. Kitosan merupakan biopolimer yang keberadaannya melimpah di alam
setelah selulosa. Hal ini tentu saja menguntungkan dari segi biaya pembuatan
membran yang berbahan dasar polimer kitosan. Membran kitosan dibuat dari
larutan kitosan dalam asam format. Larutan ini dituangkan ke lempeng gelas dan
diletakkan pada posisi mendatar di atas sebuah penangas air. Ketika semua asam
format telah habis terevaporasi, sebuah membran terbentuk di atas lempeng kaca.
Membran kitosan pada umumnya memiliki kapasitas yang lebih rendah daripada
bubuk kitosan. Membran ini memiliki banyak kegunaan dalam berbagai bidang,
misalnya dalam bidang kedokteran (salah satunya sebagai pembalut luka) maupun
dalam bidang yang lain seperti proses pengolahan air dan limbah industri.(Mulder
1996).
Membran Telur
Membran telur adalah selaput tipis yang terdapat pada telur dan menempel
pada cangkang telur dengan sedikit rongga sebagai penghalang. Dalam
keseharian, membran telur dinamakan sebagai selaput kerabang, yaitu selaput
yang berfungsi sebagai pelindung embrio atau putih telur dan kuning telur serta
media lalu-lintas gas oksigen dan karbon dioksida.
Membran telur dalam proses kehidupan makhluk hidup dikategorikan
sebagai alat pencegah masuknya zat yang tidak diinginkan. Seperti halnya

membran alami lainnya, komponen utama membran telur adalah lipid dan protein.
Membran telur ini merupakan membran yang bermuatan netral. Efektifitas dari
membran telur ini dipengaruhi oleh kualitas dari telur. Apabila kualitas telur baik,
maka kualitas membrannya juga baik dan sebaliknya. (Mahrani 2008)

NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,
sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut
non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning
pada kain dan kertas (Greenwood & Earnshaw 1997).

Sifat Reologi
Reologi, istilah ini berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir) dan logos
(ilmu pengetahuan), digunakan oleh Bingham dan Crawford untuk memberikan
aliran zat cair dan deformasi zat padat. Setiap bahan memiliki sifat reologi
tertentu. Sifat reologi setiap bahan berbeda-beda, tergantung bentuk dan bahan
yang digunakan. Kekuatan bahan dapat ditinjau dari uji tarik, uji geser, uji tekan,
dan sebagainya. Bahan yang telah diproduksi menjadi bentuk tertentu mempunyai
beberapa suifat seperti kekuatan, kekerasan, keuletan, dan ketangguhan (Mahrani
2008).
a. Kuat Tekan
Kuat tekan didefinisikan sebagai gaya F (Newton) dibagi luas penampang
uji A. Kekuatan bahan tidak lepas dari kata stress dan strain. Stress normal dapat
dibedakan menjadi stress normal tekan (kompresi) dan stress normal tarik.

Pemakaian stress tekan (kompresi) sama halnya dengan kuat tekan. Persamaan
untuk menghitung kuat tekan diberikan sebagai:
KT = Fmax / Ao
(1)
Fmax = gaya yang bekerja tegak lurus permukaan membran (Newton)
Ao = Luas penampang membran yang ditekan (mm2)
b. Kuat Tarik
Perlakuan kuat tarik menginformasikan adanya kekuatan tarik dan
perpanjangan patah. Kekuatan tarik biasanya didukung oleh sifat keelastisan
bahan. Kuat tarik didefinisikan sebagai gaya F dibagi luas penampang benda uji
A. Pada umumnya tegangan tarik ada di sepanjang materi. Pada proses kuat tarik,
ada dua gaya yaitu:
a) Gaya eksternal yang menggambarkan kegiatan dari benda yang lain.
b) Gaya internal yang menggambarkan gaya yang berasal dari dalm benda.
Persamaan untuk menghitung kuat tarik adalah:
KT = Fmax / Ao
(2)
KT = kuat tarik
Fmax = gaya (Newton)
Ao = Luas penampang awal membran (mm2)
Sifat Listrk
a. Impedansi
Impedansi merupakan total dari resistansi dan reaktansi komponen pada
suatu rangkaian AC. Impedansi disimbolkan oleh huruf kapital Z dan dihitung
dalam satuan Ohm.. Impedansi bergantung pada frekuensi. Jika frekuensi itu
bertambah, XL bertambah dan XC berkurang maka selalu ada frekuensi pada saat
XL dan XC sama dan XL-XC adalah nol (Giancoli, 2001).
Arus maksimum sama dengan
I max

max

R2 X L XC

Z R (X L XC )
2

max
Z

(3)
(4)

Z = Impedansi (ohm)
R = Hambatan (Ohm)
XL = Reaktansi induktif (Ohm)
XC = Reaktansi kapasitif (Ohm)
Dengan menggabungkan hasil-hasil ini, kita peroleh

max
cos wt
Z

(5)

b. Kapasitansi
Sifat kelistrikan lain dari membran adalah kapasitansi. Kapasitansi
didefinisikan sebagai konstanta pembanding yang menghubungkan perbedaan

tegangan dan muatan yang melintasi dua titik atau kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Banyaknya muatan yang
diberikan pada kapasitor sebanding dengan tegangan yang diberikan oleh sumber.
Kapasitansi bergantung pada ukuran dan bentuk konduktor dan akan
bertambah bila ada sebuah material pengisolasi atau dielektrik (Young dan
Freedman, 2003). Untuk tinjauan kapasitor keping sejajar, faktor geometri yang
menentukan adalah luas penampang keping sejajar dan jarak antara kepingnya,
sedangkan sifat bahan dielektriknya ditentukan oleh nilai konstanta dielektrik
bahannya (Sulastri, 2006). Banyaknya muatan yang diberikan pada kapasitor
sebanding dengan tegangan yang diberikan oleh sumber dan dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
Q
C=
(7)
V
Dimana: C
= kapasitansi (Farad)
Q = muatan yang diberikan pada keeping (Coulomb)
V = tegangan yang diberikan (Volt)
Besarnya arus (I) yang mengalir disebuah kapasitor berbanding lurus
dengan laju perubahan tegangan terhadap waktu (t) di dalam kapasitor.

dQ
dV
C
dt
dt

k o A
d

(8)
Besarnya nilai kapasitansi kapasitor keping sejajar dinyatakan sebagai:

(9)
dengan k adalah konstanta dielektrik, o adalah permitivitas ruang hampa (8,8 x
10-12 F/m), A adalah luas penampang keping sejajar (m2) dan d adalah jarak
antar keping (m). Pada ruang hampa kapasitansi kapasitor dinyatakan sebagai :

Co

o A
d

(10)
sedangkan jika diantara keping sejajar terdapat bahan dielektrik maka
kapasitansinya sebesar:

A
d

(11)
dengan = permitivitas bahan dielektrik (F/m) dn besarnya konstanta dielektrik
diberikan oleh :

C
k

o Co
(12)
Kenaikan kapasitansi disebabkan oleh melemahnya medan listrik di antara keping
kapasitor akibat adanya bahan dielektrik (Tipler, 1991).
Jika kedua ujumg pelat metal diberi tegangan Iistrik maka muatan-muatan positif
akan mengumpul pada salah satu kaki (elekroda) metalnya dan pada saat yang
sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan
positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan
negatif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub positif karena terpisah oleh

bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak
ada konduksi pada ujung-ujung kakinya.
c. Konduktansi
Konduktansi merupakan kebalikan dari resistansi. Semakin kecil nilai
resistansi, semakin besar nilai konduktansinya. Konduktansi disimbolkan dengan
G dan satuannya dinyatakan dalam siemens (S), yang berasal dari nama seorang
penemu Eropa yang bernama Ernst von Siemens (Satuan yang ekivalen dengan
siemens adalah mho yang merupakan satuan resistansi (ohm) yang dieja terbalik).
Secara spesifik, nilai G berbanding terbalik terhadap R, atau G=1/R. (Grob 1984).
d. Loss Coefficient
Loss coefficient merupakan karakter yang menyatakan kemampuan suatu
bahan untuk menghamburkan atau melepaskan energi dan mengkonversinya
menjadi panas. Sudut loss coefficient dibentuk oleh fasor arus total bolakbalikdengan arus pengisian Ic pada kapasitor seperti ditunjukkan pada gambar.
Arus pada kapasitor idealnya melalui tegangan sebesar 90o sehingga loss
coefficient dapat dinyatakan sebagai
Loss Coefficient = 90o Sudut Fase ()
(13)
Nilai loss coefficient akan bertambah besar dengan berkurangnya sudut
fase akibat terjadinya kehilangan energi. Loss coefficient dapat dinyatakan dalam
persamaan konduktansi sebagai berikut :
V /R

Tan = IR / IC = vC
(14)

= C

Dimana adalah frekuensi angular dan C kapasitansi (Kusnadi 2007).

IC

IR
Gambar diagram fasor yang membentuk Loss Coefficient

e. Karakteristik I-V

Rapat arus dari ion pembawa yang bergerak di dalam larutan yang
menembus membran diberikan oleh persamaan berikut:

J p kT p
J n kT n

Pq p

d
dx

Nq n

d
dx

dP
dx

dN
dx

(15)

(16)
N, P adalah konsentrasi ion pembawa muatan negatif dan positif. T
p ,n
adalah suhu, J adalah rapat arus.
masing-masing merupakan mobilitas

ion positif dan negatif dengan


adalah beda potensial ( beda tegangan). k
merupakan fungsi dari x
adalah konstanta Boltzman. Variabel P, N dan
(koordinat normal dari membran) dan dihubungkan oleh persamaan Poisson
sebagai berikut:

d 2
dx 2

( x )

(17)
Dengan memperhatikan persamaan (17), dapat dipastikan bahwa arus
dipengaruhi oleh besarnya beda tegangan dan beda konsentrasi muatan pembawa.
Semakin besar beda konsentrasi muatan pembawa dan beda tegangan maka
semakin besar pula arus yang mengalir pada membran. Bila konsentrasi muatan
pembawa dibiarkan konstan maka dapat dibuat hubungan beda teganga n dan
arus. Dengan memplotkan beda tegangan membran dan arus maka akan didapat
karakteristik Arus-tegangan dari membran itu sekaligus persamaannya.
Pada keadaan setimbang dan arus yang mengalir kecil sekali, maka
konsentrasi
pembawa muatan mengikuti persamaan distribusi MaxwellBoltzman, yaitu:
i
Pi Po exp( q kT
)
i
N i N o exp( q kT
)

(17)
Pada bidang batas Po = No = Co. Penurunan beda tegangan pada bidang
batas gaya kepada O (konsentrasi ion negatif tidak bergerak) dan C o, yaitu
berlakunya Pi = Ni + O, diberikan oleh persamaan berikut:
i

kT
sinh
q

RT
F

( 2OCo )

(18)
Untuk membran yang hanya dapat dilalui oleh satu jenis ion saja dan tidak
ada sumber arus, maka beda tegangan diberikan oleh perasamaan Nernst berikut:

a iI i j
ln( i a II i )
i i j

(19)
i

j
dengan ai adalah aktivitas ion,
adalah nisbah permiabilitas ion i terhadap
ion j yang harganya tidak larut larutan. Jika larutannya hanya terdiri atas satu
jenis anion atau kation saja, maka beda tegangan ditulis sebagai berikut:

RT
F

CI

ln( C II )

RT
F

CI

ln( C II )

(20)

10

dengan C menyatakan konsentrasi ion, indeks I dan II menyatakan larutan,


sedangkan + dan menyatakan jenis muatan ion ( Noor, 1996 ) .

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Percobaan


Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Biofisika Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
mulai bulan April 2011 sampai bulan Juni 2011.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan, telur,
Asam asetat (CH3COOH), aquades, dan NaOH.
Alat yang dipergunakan adalah cawan petri, gelas kimia, tabung reaksi,
pipet volumetric, pengaduk (spatula), labu erlemenyer, plat kaca, aluminium foil,
batang magnet, tissue, lap, gunting, penggaris, isolasi, kamera, alat tulis, stirrer,
timbangan, gelas piala, PASCO C1-6746 untuk sensor gaya (Economi Force
Sensor dan Stress Strain Apparatus) yang terhubung dengan komputer, PCB
beserta penjepitnya, seperangkat alat karakteristik I-V, sumber tegangan,
komputer, software keithley 2400, dan HIOKI 3522-50 LCR meter.
Asam asetat digunakan sebagai pelarut karena asam asetat merupakan
pelarut kitosan yang terbaik.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada membran kitosan dan membran telur. Untuk
membran kitosan dibuat dengan teknik solution-casting, sedangkan membran
telur diisolasi dari telur ayam yang telah direbus. Kedua membran ini di uji
dengan menguji karakterisasi I-V, mengukur impedansi, kapasitansi, londuktansi,
dan resistansi (uji listrik) dengan LCR meter yang dirangkaikan dengan plat
kapasitor yang didalamnya terdapat membran serta menentukan sifat reologi
dengan uji tarik membran tersebut.
Pelaksanaan Penelitian

11

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan penelitian, persiapan


eksperimen, eksperimen, analisis data, dilanjutkan dengan pembahasan dalam
bentuk laporan.
Persiapan Penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian, pencarian literatur seperti artikel,
skripsi, buku, dan sebagainya dilakukan untuk mempersiapkan dasar-dasar teori,
perumusan fisika yang berhubungan dengan penelitian sebagai acuan.
Persiapan Eksperimen
Persiapan eksperimen yang akan dilakukan antara lain persiapan alat,
penyediaan bahan dan perancangan sistem.
1. Persiapan alat
Sensor gaya yang digunakan dalam penelitian ini sudah diatur langsung
dan diubungkan dengan komputer.Plat kapasitor yang terbuat dari PCB berukuran
(1 x 1,5) cm. Seperangkat LCR meter serta alat karakterisasi I-V dengan komputer
dan dilengkapi dengan power supply untuk menentukan karakterisasi I-V.
2. Persiapan bahan
Membuat membran dasar kitosan dengan konsentrasi 0,7 gram dan pelarut
yang digunakan adalah asam asetat 96% dan membran telur yang telah direbus
dan yang diambil adalah selaput kerabangnya.
3. Perancangan sistem
Pengukuran karakterisasi I-V menggunakan alat karakteristikya.
Pengukuran kapasitansi, impedansi, konduktansi, dan resistansi menggunakan
peralatan utama LCR Hi-Terter Hioki 5322-50 dan plat kapasitor. pengukuran
sensor gara dengan uji tarik menggunakan PASCO C1-6746 yang terhubung
dengan komputer.
Eksperimen
1. Proses sintesis membran
a. Membran kitosan.
Pada percobaan dilakukan pembuatan membran kitosan dengan teknik
solution-casting. Bubuk kitosan dari kulit udang ditimbang sebanyak 0,7 gram.
Tuangkan asam asetat (Ch3COOH) ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL dan
aquades ke gelas kimia sebanyak 19 mL. Setelah itu, masukan kitosan kedalam
labu erlemenyer beserta pelarutnya yaitu asam asetat, aduk sebentar kemudian
campurkan dengan aquades dan jangan lupa masukkan pengaduk magnet
kedalamnya, tutup labu erlemenyer dengan aluminium coil. Larutan membran
tersebut di stirring dengan strirrer selama 1,5-2 jam agar larutan membran menjadi
homogen.
Sambil menunggu larutan membran di sterring, siapkan plat kaca yang
berukuran (10 x 5) cm dan bagian sisinya dilapiskan dengan isolasi sebanyak 5
kali agar larutan membran yang akan dituangkan ke permukaan kaca tidak
bocor.

12

Setelah 1,5-2 jam disterring, diamkan sebentar larutan tersebut kira-kira 10


menit. Kemudian tuangkan larutan membran ke permukaan kaca dengan hingga
merata dengan ketebalan yang sama. Diamkan larutan membran selama 2 hari,
membran tersebut dilepas dari cetakan dengan cara merendam dalam larutan
NaOH 5% (aquades 300 ml) agar menjadi produk membran kitosan.
b. Membran telur
Telur direbus selama (10-20) menit agar didapatkan membran telur.
Setelah itu kupas kulit telurnya namun jangan sampai kulit kerabangnya
terkelupas. Dengan hati-hati, ambil kulit kerabang dengan menggunakan gunting
atau cutter.
2. Karakterisasi I-V
Sebelum melakukan uji karakterisasi I-V, pengujian untuk membran
kitosan dan membran telur adalah sama, dilakukan satu persatu.. Terlebih dahulu
potong membrannya sebesar (1 x 1.5 ) cm, letakkan membrannya diantara dua
plat kapasitor dari PCB dan jepit dengan penjepit. Permukaan membran yang
efektif terletak diantara PCB (1 x 1.5) cm agar terhindar kontak membran dengan
sambungan kabel. Setelah itu, lakukan karakterisasi I-V menggunakan I-V meter,
software Keithley 2400, komputer. Pertama, hidupkan komputer yang telah
diinstal programnya, hidupkan I-V meter dan hubungkan plat kapasitor yang
telah tertempel membran. Didalam softwarenya, pilih karakteristik I-V dengan
Vawal = -5V dan Vakhir = 5 V dengan Vstep 0,2 V. Arus yang diberikan sebesar 0,01
A dan speed 1s. Dari proses ini, akan didapatkan data besarnya tegangan dan arus
pada membran.
3. Menguji Sifat Listrik
Sifat listrik diuji dengan LCR meter dengan mengatur frekuensi 15 kHz,
CC 0,05 mA, dan delay 9,00 s. Pengukuran kapasitansi, impedansi, konduktansi,
dan resistansi menggunakan alat LCR meter. Pertama, tekan power untuk
menghidupkannya, lalu sentuh display frekuensi pada layar untuk mengatur
frekuensi yang diinginkan (1, 50, 80, 100) KHz. Pilih parameter yang akan diukur
pada bagian kiri: Cs untuk kapasitansi, Z untuk impedansi, G untuk konduktansi
dan Rs untuk resistansi. Setelah itu tunggu sampai data ketiga agar menunjukkan
nilai tertentu yang lebih stabil dan catat data tersebut.
4. Menguji Karakteristik Reologi
Pengujian reologi dapat dilakukan salah satunya dengan uji tarik
membran. Membran kitosan dan membran telur dipotong (1 x 1.5) cm masingmasing 3 sample. Nyalakan komputer dan siapkan alat-alat interface data studio.
Pada data studio pilih force sensor, graph, dan table. Siapkan sensor gaya pada
bagian box interface. Pasang membran yang akan diuji pada sensor gaya dengan
cara menempelkan membran menggunakan lakban. Lakukan uji kekuatan patah
ketika ditarik ( uji tarik). Pada saat membran siap ditarik klik star, kemudian
setelah membran putus klik stop. Simpan nilai gaya setiap saat sebagai fungsi
waktu pada software data studio. Lakukan pengulangan masing-masing 3 kali.
Analisis Data

13

Analisis data yang dilakukan pada karakterisasi I-V yaitu menggambarkan


grafik hubungan arus terhadap tegangan. Pada sifat listrik dengan menguji
menggunakan LCR meter yaitu menggambarkan grafik hubungan kapasitansi
terhadap frekuensi, konduktansi terhadap frekuensi, impedansi terhadap frekuensi.
dan resistansi terhadap frekuensi. Untuk pengujian reologi dengan uji tarik
membran yaitu menggambarkan grafik hubungan gaya terhadap waktu dan
menentukan momentum pada membrannya dengan menghitung luas dibawah
kurva antara gaya terhadap waktu. Semua pengujian ini dilakukan dengan
membran kitosan dan membran telur.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Membran Kitosan dan Membran Telur


a. Sintesis Membran Kitosan dan Membran Telur
Membran kitosan dibuat dengan cara melarutkan 0.7 gram kitosan dengan
menggunakan asam asetat sebanyak 1 ml dan aquades sebanyak 19 ml. Kemudian
dilakukan proses stirrer selama 1.5 2 jam hingga terbentuk larutan kitosan.
Larutan kitosan yang terbentuk ditempatkan di atas pelat kaca yang berukuran 5 x
10 cm yang bagian sampingnya ditempelkan lakban (solatip). Ketebalan solatip
terhadap permukaan pelat kaca ini menentukan ketebalan membran kitosan yang
terbentuk. Larutan kitosan yang terbentuk didiamkan selama kurang lebih 2 hari
(48 jam) agar mengering.
Larutan kitosan yang mengering tersebut akan berubah menjadi membran
kitosan. Untuk melepas membran yang terbentuk dari kaca dilakukan dengan
menggunakan larutan NaOH. Sebanyak 19 ml NaOH ditambahkan ke dalam 300
ml aquades. Setelah itu masukkan membran yang melekat pada pelat kaca ke
dalam larutan NaOH selama 15 20 menit. Setelah itu, membran dilepaskan
dengan spatula. Pada proses ini larutan NaOH berperan sebagai non pelarut atau
disebut juga dengan koagulasi.
Kitosan yang dihasilkan berwarna kuning
kecoklatan. Hal ini disebabkan oleh pigmen astaxanthin yang terdapat pada
sample membran.
Membran telur ayam didapatkan dengan cara merebus telur ayam.
Cangkang telur ayam yang sudah direbus dikupas dengan hati-hati agar membran
telur tidak rusak. Kemudian membran yang melekat pada putih telur dilepas
dengan menggunakan cutter atau gunting.

14

b. Uji Karakteristik I-V


Uji karakteristik Arus-Tegangan (I-V) dilakukan pada kedua jenis
membran dengan meletakkan membran diantara 2 pelat PCB yang dipotong
dengan ukuran yang sama dengan membran (1 x 1.5 cm) yang dihubungkan
dengan kabel ke I-V meter,yang terhubung ke komputer yang telah diinstal
softwar Keithley 2400.

Membran Kitosan
Karakteristik arus tegangan dari membran kitosan dapat dilihat pada
Gambar 1 sampai Gambar 3 berikut:
2.00E+01
1.00E+01
0.00E+00
Current (A) -1.00E+07 0.00E+00 1.00E+07
-1.00E+01
-2.00E+01
-3.00E+01
Voltage (V)
Gambar 1. Grafik Karakteristik I-V pada Membran Kitosan 1
1.00E+07
5.00E+06
Current (A)

0.00E+00
-5.00E+00 0.00E+00
-5.00E+06

5.00E+00

-1.00E+07
Voltage (V)
Gambar 2. Karakteristik I-V pada Membran Kitosan 2
2.00E+02
0.00E+00
-1.00E+07 0.00E+00 1.00E+07
Current (A)
-2.00E+02
-4.00E+02
-6.00E+02
Voltage (V)
Gambar 3. Karakteristik I-V pada Membran Kitosan 3

15

Karakteristik I-V membran membran kitosan dapat dilihat pada grafik


yang terbentuk. Grafik yang terbentuk pada membran pertama memilki slope
yang positif. Artinya semakin besar tegangan. Semakin besra juga arusnya. Pada
membran kitosan yang kedua dan ketiga didapatkan hasil yang hampir sama yaitu
memiliki slope yang positif tetapi masih terdapat noise yang menyebabkan bentuk
grafik menjadi tidak teratur. Noise ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
pengukuran seperti terjadinya kontak anatara dua pelat PCB.
Membran Telur
Karakteristik arus tegangan dari membran telur dapat dilihat pada Gambar
4 hingga Gambar 6 berikut:
2.00E+00
1.50E+00
1.00E+00
5.00E-01
Arus (A)
0.00E+00
-1.00E+07-5.00E-01
0.00E+00
-1.00E+00
-1.50E+00
-2.00E+00

1.00E+07

Tegangan (V)
Gambar 4. Grafik Karakteristik I-V pada Membran Telur 1

4.00E+00
2.00E+00
0.00E+00
Arus (A) -1.00E+07
0.00E+00
-2.00E+00

1.00E+07

-4.00E+00
-6.00E+00
Tegangan (V)
Gambar 5. Grafik Karakteristik I-V pada Membran Telur 2

16

Grafik Karakteristik I-V pada Membran Telur 3


4.00E+00
2.00E+00
Arus (I)
-1.00E+07

0.00E+00
0.00E+00
-2.00E+00

1.00E+07

-4.00E+00
Tegangan (V)
Gambar 6. Grafik Karakteristik I-V pada Membran Telur 3

Dalam uji I-V pada membran telur didapatkan grafik yang banyak
memiliki noise. Dari grafik tidak dapat dilihat hubungan arus tegangan yang jelas
dan bersifat acak seperti pada membran kitosan. Noise ini dapat terjadi akibat
kesalahan pengukuran seperti kesalahan penempatan membran pada PCB dan
karena adanya zat pengotor pada membran karena pada saat percobaan membran
terjatuh ke lantai atau ditempatkan di tempat yang tidak steril (kotor).
Karakteristik I-V yang terbentuk seharusnya sama dengan membran kitosan
dimana nilai slope grafik bernilai positif yang mana arus bertambah dengan
bertambahnya tegangan.

c. Uji Sifat Listrik


Konduktansi
30
25
20
Konduktansi (S) 15
10
5
0
0

1
2
3
50

100 150

Frekuensi (KHz)
Gambar 7. Grafik hubungan Konduktansi dengan Frekuensi pada membran Kitosan

Grafik hubungan konduktansi dengan frekuensi pada membran kitosan di


atas menunjukkan bahwa nilai konduktansi dipengaruhi oleh frekuensi yang
diberikan. Semakin besar frekuensi yang diberikan, nilai konduktansinya semakin
kecil. Nilai konduktansi membran menurun secara cepat saat frekuensi yang

17

diberikan antara 1 kHz dan 20 kHz. Hal ini bisa dilihat dari grafik dengan
tampilan slope yang sangat besar antara nilai frekuensi tersebut. Sedangkan
penurunan nilai konduktansi mulai melambat saat nilai frekuensi yang diberikan
bernilai 80 kHz. Penurunan nilai ini tidak setajam penurunan pada frekuensi
sebelumnya (1 kHz dan 20 kHz). Nilai penurunan ini berkurang lagi saat
frekuensi yang diberikan bernilai 100 kHz. Penurunan antara frekuensi 80 kHz
dan 100 kHz berlangsung sangat lambat. Hal ini dapat dilihat dari slope grafik
yang landai. Nilai konduktansi ini akan menuju nol jika frekuensi teru ditambah.
25
20
15
konduktansi (S) 10
5
0

100
0 200

konduktansi
sampel 1
konduktansi
sampel 2
konduktansi
sampel 3

Frekuensi (Khz)
Gambar 8. Grafik hubungan Konduktansi dengan Frekuensi pada membran telur

Pada membran telur dapat dilihat dari grafik pada Gambar 8 bahwa nilai
konduktansinya juga berkurang terhadap penambahan frekuensi sama halnya
seperti pada membran kitosan. Pada sampel membran 1 dan 3, penurunan nilai
konduktansi terjadi secara cepat terjadi pada nilai frekuensi 1 kHz dan 20 kHz.
Nilai ini sama dengan nilai pada membran kitosan. Sedangkan penurunan nilai
mulai melambat pada peningkatan nilai frekuensi selanjutnya. Dalam percobaan
membran telur ini, sampel 2 menunjukkan penyimpangan perubahan nilai
konduktansi dimana nilai konduktansinya hanya berkisar antara 0.1 kHz dan 0.8
kHz. Faktor pengukuran yang kurang baik dapat menjadi penyebab penyimpangan
ini, misalnya karena adanya kesalahan dalam penempatan membran saat
pengukuran. Selain itu, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh membran itu sendiri.
Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa konduktansi membran kitosan
lebih tinggi dibandingkan membran telur pada nilai frekuensi yang sama. Artinya
membran kitosan lebih baik dalam menghantarkan arus listrik atau muatan
dibandingkan dengan membran telur.
Resistansi

18

12
10
8
Resistansi

0
0

20 40 60 80 100 120
Frekuensi

Gambar 9. Grafik hubungan Resistansi dengan Frekuensi pada membran Kitosan

Hubungan nilai resistansi dengan frekuensi pada membran kitosan dapat


dilihat dari Gambar 9. Resistansi untuk ketiga sampel membran mengalami
perubahan yang hampir sama seiring dengan perubahan frekuensi. Terjadi
penurunan nilai resistansi secara drastis saat frekuensinya antara 1 kHz dan 20
kHz. Setelah itu terjadi sedikit kenaikan nilai saat frekuensinya antara 20 kHz
hingga 50 kHz dan setelah itu nilainya cenderung tidak ada perubahan yang besar.
12
10
8
Resistansi

6
4
2
0
0 50 100150

Resistansi sampel
1
Resisitansi
sampel 2
Resistansi sampel
3

frekuensi (KHz)
Gambar 10. Grafik hubungan Resistansi dengan Frekuensi pada membran telur

Pada sampel membran telur didapatkan nilai resistansi yang berkurang


secara drastis pada nilai frekuensi antar 1 kHz dan 20 kHz sama halnya seperti
pada membran kitosan. Setelah itu, terjadi sedikit peningkatan pada frekuensi
antara 20 kHz dengan 50 kHz dan setelah itu perubahan nilainya cenderung kecil.
Sampel 2 pada membran telur ini memilki perubahan nilai yang berbeda dengan
kedua sampel lain. Hal ini dipengaruhi oleh sifat membran itu sendiri
.
Impedansi

19

500
400
300
1

Impedansi (mOhm) 200

100
0
0

3
50 100 150

Frekuensi (KHz)
Gambar 11. Grafik hubungan Impedansi dengan Frekuensi pada membran Kitosan

Impedansi yang terukur akibat perubahan frekuensi pada membran kitosan


dapat dilihat pada gambar 11. Peningkatan nilai frekuensi menyebabkan
peningkatan nilai impedansi. Peningkatan yang terjadi pada ketiga sampel
membran kitosan bernilai hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari slope untuk
masing-masing sampel yang hampir sama pada beberapa nilai frekuensi awal.
Setelah nilai frekuensi ditambah antara nilai 50 kHz sampai 100 kHz, terjadi
perbedaan nilai impedansi yang lebih besar dibandingkan dengan pada nilai
frekuensi dibawah 50 kHz. Gambar 11 juga menunjukkan bahwa grafik yang
dihasilkan tampak hampir linear.
700
600
500
400
Impedansi (m) 300
200
100
0
0 100 200

Impedansi
sampel 1
Impedansi
sampel 2
Impedansi
sampel 3

frekuensi (KHz)
Gambar 12. Grafik hubungan Impedansi dengan Frekuensi pada membran telur

Pada membran telur, nilai impedansi juga mengalami peningkatan dengan


bertambahnya frekuensi. Peningkatan yang terjadi pada sampel membran 1 dan
sampel 3 mengalami peningkatan nilai yang lebih teratur dibandingkan dengan
sampel 2. Pada sampel 2, nilai impedansi meningkat secara drastis saat frekeunsi
yang diberiak benilai antara 1 kHz hingga 20 kHz dan mengalami penurunan saat
nilai frekuensinya ditambah. Hal ini berbeda dengan kedua sampel lain yang mana
nilai impedansinya tidak mengalami penurunan. Penyimpangan ini dapat terjadi
karena faktor dari sampel tersebut, misalnya seperti adanya kerusakan membran
seperti sobek atau adanya kotoran pada membran.

20

Kapasitansi
400
300
Kapasitansi (mikroF) 200

100

2
3

0
0 50 100150
Frekuensi (KHz)
Gambar 13. Grafik hubungan Kapasitansi dan Frekuensi pada membran Kitosan

Perubahan kapasitansi pada membran kitosan akibat perubahan frekuensi


dapat dilihat pada Gambar 13. Kapasitansi berkurang seiring penambahan nilai
frekuensi. Nilai kapasitansi untuk ketiga sampel membran kitosan ini bernilai
hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari kurva ketiga sampel yang hampir
berhimpitan. Perubahan nilai terjadi secara cepat antara frekuensi 1 kHz dan 20
kHz dan kemiringan mulai berkurang pada frekuensi 50 kHz hingga 100 kHz.
50000
40000
Kapasitansi
sampel 1

30000
Kapasitansi (F) 20000
10000
0
0

Kapasitansi
sampel 2
100
200

Kapasitansi
sampel 3

frekuensi (f)
Gambar 14. Grafik hubungan Kapasitansi dengan Frekuensi pada membran telur.

Pada membran telur, sama halnya dengan pada sifat listrik lain (impedansi,
konduktansi, dan resistansi), sampel 2 pada membran telur mengalami
penyimpangan nilai jika dibandingkan dengan sampel 1 dan 3. Sampel 1 dan 3
menunjukkan penurunan tajam nilai kapasitansi untuk nilai frekuensi antara 1 kHz
dengan 20 kHz. Setelah frekuensi ditingkatkan, nilai kapasitansi berkurang secara
perlahan dan cenderung tidak berubah. Bisa dilihat dari Gambar 14 bahwa unuk
nilai frekuensi 50 kHz dengan 100 kHz, grafiknya cenderung landai.
d. Uji Reologi
Kuat Tekan

21

Uji kuat tekan merupakan salah satu uji mekanik bahan yang dapat
menentuakn kekuatan suatu bahan. Kekuatan dari suatau bahan dapat menjadi
ukuran yang penting untuk menentukan kelayakan suatu bahan untuk digunakan,
begitu pula untuk membran.
6
5
4
F (Newton)

3
membran 1

membran 2

membran 3

0
0

Waktu (s)
Gambar 15. Grafik Uji Tekan pada Membran Kitosan
2.5
2
1.5
F (Newton)

membran 1
membran 2

0.5

membran 3

0
0

Waktu (detik)
Gambar 16. Grafik Uji Tekan pada Membran Telur

Uji kuat tekan ini dilakukan pada tiga sampel untuk membran kitosan dan
membran telur. Hasil dari uji tekan ini dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16. Hasil
uji tekan untuk membran kitosan dari Gambra 15 menunjukkan bahwa gaya tekan
yang bekerja pada masing-masing sampel membran akan bertambah dengan
bertambahnya waktu. Masing-masing membran mencapai nilai gaya tekan
maksimum yang menyebabkan membran putus (rusak). Grafik pada Gambar 15
menunjukkan bahwa sampel 1 dan 2 pada membran kitosan memilki nilai gaya
maksimum yang hampir sama, tetapi pada sampel 1 waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai gaya maksimum, lebih lama dibandingkan dengan sampel 2. Sedangkan
sampel 3 memiliki nilai gaya tekan maksimum yang paling rendah. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa besar momentum (P) untuk sampel 1 bern nilai

22

paling bsar dibandingkan kedua yaitu 101.35 kg.m/s, sedangkan sampel 2 dan 3
masing masing benilai 89.38 kg. m/s dan 64.35 kg.m/s.
Pada uji kuat tekan pada membran telur, didapatkan bahwa gaya yang
bekerja berbanding lurus dengan waktu. Sampel 1 pada membran telur mengalami
gaya tekan yang paling besar agar membran putus. Sedangkan sampel 2
mengalami gaya tekan terendah saat membran putus. Nilai momentum (P) untuk
masing masing sampel membran 1 sampai 3 adalah 23.26 kg. m/s, 16.58 kg.m/s,
dan 12.34 kg.m/s. Artinya sampel 1 memilki kuat tekan yang lebih baik
dibandingkan dengan sampel 2 dan 3.
Kuat Tarik
Kuat tarik ini juga merupakan sifat mekanik membran atau bahan yang
menentukan kelayakan suatu membran atau bahan untuk digunakan. Hasil
percobaan uji kuat tari dapat dilihat dalam Gambar 17 dan 18.
10
8
6
F (Newton)

membran 1
membran 2

membran 3

0
0 1 2 3 4 5
Waktu (detik)
Gambar 17. Grafik Uji Tarik pada Membran Kitosan

1
0.8
0.6
F (Newton) 0.4

membran 1

0.2

membran 2
membran 3

0
0

0.5

Waktu (detik)
Gambar 18. Grafik Uji Tarik pada Membran Telur

23

Hasil uji tarik untuk membran kitosan dapa dilihat dari gambar 17.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa sampel 3 pada uji tarik memiliki kuat tari
paling besar dibandingkan dua sampel lain. Hal ini bisa dilihat dari besar gaya
tarik yang diterima membran agar membran putus. Sedangkan sampel 1 memiliki
kuat tarik yang paling kecil. Nilai momentum ketiga sampel membran mulai dari
sampel 1 sampai 3 adalah 51.94 kg.ms, 211.78 kg.ms, dan 331.3 kg.m/s.
Sedangkan hasil uji kuat tarik untuk membran telur dapat dilihat pada
Gambar 18. Grafik pada Gambar 18 menunjukkan bahwa sampel 1 memiliki kuat
tarik yang paling bersar dibandingkan dengan sampel 2 dan 3. Nilai momentum
(P) untuk masing-masing sampel dari 1 hingga 3 adalah 18.14 kg.m/s, 13.82
kg.m/s, dn 18.4 kg.m/s.
BAB V
KESIMPULAN
Percobaan ini menunjukkan bahwa membran kitosan memilki beberapa
sifat yang lebih baik dibandingkan dengan membran telur. Membran kitosan
memiliki struktur berbeda dibandingkan dengan membran telur. Semakin banyak
kitosan yang digunakan maka membran yang dihasilkan akan memulki sifat
mekanik atau reologi yang makin baik. Membran kitosan memiliki sifat reologi
yang lebih baik dibandingkan dengan membran telur. Membran kitosan
memerlukan gaya tekan atau tarik yang lebih besar dibandingkan membran telur
agar dapat putus.
Pada membran kitosan dan membran telur, massa membran berpengaruh
terhadap nilai kapasitansi, konduktansi, impedansi, resistansi, banyaknya arus
yang mengalir serta tegangan yang dihasilkan pada membrannya. Kedua membran
ini, arus yang mengalir sebanding dengan nilai tegangannya, kapasitansi
berkurang dengan peningkatan frekuensi, konduktansi meningkat dengan
peningkatan frekuensi, impedansi bertambah dengan peningkatan frekuensi, dan
resistansinya berkurang dengan peningkatan frekuensinya.
Momentum yang dihasilkan merupakan luasan dibawah kurva antara gaya
tarik terhadap lamanya waktu. Dari kurva yang dihasilkan, dapat disimpulkan
bahwa membran kitosan memiliki momentum yang besar dibanding membran
telur sehingga membran kitosan lebih kuat dan sukar putus dibanding membran
telur.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Asam Asetat. http://pusakakimia.wordpress.com. [29 Mei 2011].
Azizah Fitri. 2008. Kajian Sifat Listrik Membran Selulosa Asetat yang Direndam
dalm Larutan Asam Klorida dan Kalium Hidroksida. Skripsi. Jurusan
Fisika. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Giancoli D. C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga

24

Greenwood N. N., Earnshaw A.. 1997. Chemistry of the Elements, 2nd ed.,
Butterworth-Heinemann, Oxford, UK..

Grob Bernard. 1984. Basics Electronics, Fifth Edition. USA. Mc Graw Hill
Company.
Kusnadi. 2007. Sifat Listrik Telur Ayam Kampung Selama Penyimpanan. Skripsi.
Jurusan Fisika. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.
Mahrani Elly. 2008. Kajian Sifat Reologi Berbagai Jenis Membran Telur. Skripsi.
Jurusan Fisika. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.
M. Mulder. 1996. Basic Principles of MembranTechnology. Netherlands. Kluwer
Academic Publisher.
Tipler P. A. 1991. Fisika Unnk Sains dan Teknik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga
Wardaniati R. A. , Setyaningsih Sugiyani . Pembuatan Chitosan Dari Kulit Udang
dan Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso. Semarang. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Undip.
Young dan Freedman. 2004. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

LAMPIRAN 1 GAMBAR PERALATAN EKSPERIMEN

25

LAMPIRAN 2 HASIL EKSPERIMEN

LAMPIRAN 3 DATA EKSPERIMEN


1. Membran Kitosan
a. Uji Karakteristik I-V
Membran Kitosan
Membran Kitosan 1
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Voltage
Current
(V)
(A)
-5,00E+06 -1,86E+01
-4,80E+06 -1,81E+01
-4,59E+06 -1,50E+01
-4,39E+06 -1,69E+01
-4,19E+06 -1,24E+01
-3,98E+06 -1,41E+01
-3,78E+06 -1,15E+01
-3,57E+06 -1,00E+01
-3,37E+06 -1,05E+01
-3,17E+06 -7,97E+00
-2,96E+06 -8,88E+00
-2,75E+06 -5,02E+00

26

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

-2,55E+06
-2,35E+06
-2,14E+06
-1,94E+06
-1,74E+06
-1,53E+06
-1,33E+06
-1,12E+06
-9,19E+05
-7,16E+05
-5,17E+05
-3,09E+05
-1,00E+05
1,00E+05
3,08E+05
5,11E+05
7,16E+05
9,16E+05
1,13E+06
1,33E+06
1,54E+06
1,74E+06
1,94E+06
2,14E+06
2,35E+06
2,55E+06
2,76E+06
2,95E+06
3,16E+06
3,37E+06
3,57E+06
3,78E+06
3,98E+06
4,18E+06
4,39E+06
4,60E+06
4,79E+06
5,00E+06

-5,68E+00
-6,08E+00
-2,16E+00
-5,09E+00
-2,68E+00
-3,90E+00
-3,67E+00
-1,88E+00
-1,39E+00
1,51E+00
-1,78E+00
-1,23E+00
2,02E+00
1,89E+00
2,63E+00
1,17E+00
4,80E+00
3,80E+00
3,43E+00
6,79E+00
3,65E+00
5,29E+00
7,53E+00
4,13E+00
6,88E+00
7,39E+00
4,56E+00
7,33E+00
6,89E+00
5,11E+00
8,30E+00
6,55E+00
6,93E+00
9,50E+00
6,07E+00
8,48E+00
9,77E+00
7,06E+00

Membran Kitosan 2
no.

Voltage
Current
(V)
(A)
1 -5,01E+06 -4,47E+00
2 -4,80E+06 -3,46E+00

27

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

-4,59E+06
-4,39E+06
-4,18E+06
-3,97E+06
-3,78E+06
-3,57E+06
-3,37E+06
-3,17E+06
-2,96E+06
-2,74E+06
-2,59E+06
-2,34E+06
-2,15E+06
-1,94E+06
-1,74E+06
-1,53E+06
-1,33E+06
-1,12E+06
-9,21E+05
-7,20E+05
-5,13E+05
-3,04E+05
-1,04E+05
1,03E+05
3,09E+05
5,10E+05
7,17E+05
9,19E+05
1,12E+06
1,33E+06
1,53E+06
1,73E+06
1,94E+06
2,14E+06
2,34E+06
2,57E+06
2,76E+06
2,96E+06
3,17E+06
3,37E+06
3,58E+06
3,78E+06
3,99E+06
4,18E+06

-4,01E+00
-4,36E+00
-1,51E+00
-3,76E-01
-1,05E+00
-3,26E+00
-2,89E+00
-1,65E+00
-1,96E+00
5,46E-01
-1,04E+00
1,08E+00
-2,70E+00
-1,12E+00
-1,44E+00
1,18E+00
-1,19E+00
-1,04E+00
1,72E+00
-1,69E+00
-1,63E+00
1,42E+00
6,19E-01
1,67E+00
1,37E+00
2,25E+00
-1,35E+00
1,79E+00
5,61E-01
2,61E+00
2,21E+00
1,23E+00
3,02E+00
2,66E+00
1,12E+00
1,64E-01
6,58E-01
3,58E+00
2,84E+00
1,47E+00
4,80E-01
1,48E+00
3,71E+00
3,41E+00

28

47
48
49
50

4,38E+06
4,59E+06
4,80E+06
5,00E+06

1,43E+00
1,12E+00
3,91E+00
3,60E+00

Data Membran Kitosan 3


no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Voltage
Current
(V)
(A)
-5,01E+06 -3,86E+02
-4,80E+06 -7,71E+01
-4,59E+06 -3,82E+01
-4,39E+06 -5,01E+01
-4,19E+06 -1,65E+01
-3,99E+06 -3,89E+01
-3,77E+06 -1,55E+01
-3,57E+06 -1,93E+01
-3,37E+06 -2,40E+01
-3,17E+06 -3,01E+01
-2,96E+06 -3,30E+01
-2,75E+06 -1,03E+01
-2,55E+06 -2,28E+01
-2,35E+06 -1,49E+01
-2,14E+06 -2,24E+01
-1,97E+06 -1,05E+01
-1,74E+06 -1,55E+01
-1,53E+06 -1,09E+01
-1,33E+06 1,20E+01
-1,12E+06 -1,72E+01
-9,20E+05 1,12E+01
-4,30E+05 -1,05E+01
-4,88E+05 1,05E+01
-3,03E+05 1,40E+01
-1,03E+05 -1,05E+01
1,04E+05 1,32E+00
3,07E+05 2,98E+01
5,11E+05 1,03E+01
7,17E+05 3,66E+01
9,16E+05 3,71E+01
1,12E+06 3,29E+01
1,33E+06 5,92E+01
1,53E+06 3,88E+01
1,74E+06 6,10E+01
1,94E+06 5,11E+01
2,14E+06 5,62E+01

29

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

2,35E+06
2,55E+06
2,75E+06
2,96E+06
3,16E+06
3,37E+06
3,57E+06
3,77E+06
3,98E+06
4,19E+06
4,39E+06
4,59E+06
4,80E+06
5,01E+06

1,01E+02
1,26E+02
1,07E+02
9,50E+01
1,05E+02
9,67E+01
1,27E+02
1,19E+02
1,30E+02
1,50E+02
1,40E+02
1,61E+02
1,44E+02
1,61E+02

Membran Telur
Membran Telur 1
no.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Tegangan
(V)
Arus (A)
-5,00E+06 1,27E+00
-4,80E+06 -1,09E+00
-4,59E+06 1,32E+00
-4,39E+06
3,92E-01
-4,18E+06 1,51E+00
-3,98E+06 -1,67E+00
-3,78E+06
-7,08E-01
-3,57E+06 -1,07E+00
-3,37E+06 1,26E+00
-3,16E+06
8,23E-01
-2,96E+06 1,03E+00
-2,75E+06 -1,20E+00
-2,55E+06 1,07E+00
-2,35E+06
3,56E-01
-2,15E+06 1,33E+00
-1,94E+06 -1,82E+00
-1,74E+06
-4,29E-01
-1,53E+06 -1,09E+00
-1,33E+06 1,30E+00
-1,12E+06
6,02E-01
-9,23E+05 1,26E+00
-7,12E+05
9,42E-01
-5,11E+05 1,23E+00
-3,07E+05
6,26E-01
-1,04E+05 1,32E+00

30

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

1,01E+05
3,07E+05
5,14E+05
7,13E+05
9,22E+05
1,16E+06
1,33E+06
7,19E+05
1,73E+06
1,94E+06
2,14E+06
2,35E+06
2,55E+06
2,76E+06
2,96E+06
3,16E+06
3,37E+06
3,63E+06
3,78E+06
3,98E+06
4,18E+06
4,39E+06
4,59E+06
4,80E+06
4,99E+06

1,66E+00
-1,68E+00
-3,32E-01
1,13E+00
-1,31E+00
1,05E+00
-1,18E+00
1,05E+00
1,33E+00
-1,82E+00
-5,54E-01
1,02E+00
-1,07E+00
1,31E+00
1,70E+00
-1,25E+00
-1,15E+00
1,05E+00
1,31E+00
-1,19E+00
-1,12E+00
1,31E+00
7,71E-01
1,61E+00
-1,47E+00

Membran Telur 2
Tegangan
(V)

no.
1

-5,01E+06

-4,80E+06

-4,59E+06

-4,39E+06

-4,19E+06

-3,98E+06

-3,78E+06

Arus (A)
1,42E+0
0
2,28E+0
0
2,89E+0
0
3,10E+0
0
1,95E+0
0
1,21E+0
0
2,96E+0
0

31

-3,58E+06

-3,37E+06

10

-3,16E+06

11

-2,97E+06

12

-2,75E+06

13

-2,55E+06

14

-2,36E+06

15

-2,14E+06

16

-1,94E+06

17

-1,74E+06

18

-1,53E+06

19

-1,33E+06

20

-1,12E+06

21

-9,19E+05

22

-7,13E+05

23

-5,08E+05

24

-3,08E+05

25

-1,08E+05

26
27

1,03E+05
3,06E+05

1,89E+0
0
2,95E+0
0
3,11E+0
0
1,85E+0
0
3,01E+0
0
3,13E+0
0
1,92E+0
0
3,02E+0
0
2,96E+0
0
1,56E+0
0
1,75E+0
0
3,06E+0
0
3,08E+0
0
2,29E+0
0
2,86E+0
0
2,36E+0
0
2,67E+0
0
3,44E+0
0
2,27E+0
0
1,95E+0

32

28

5,05E+05

29

7,14E+05

30

9,25E+05

31

1,12E+06

32

1,33E+06

33

1,53E+06

34

1,73E+06

35

1,94E+06

36

2,14E+06

37

2,34E+06

38

2,56E+06

39

2,76E+06

40

2,95E+06

41

3,17E+06

42

3,37E+06

43

3,57E+06

44

3,77E+06

45

3,98E+06

46

4,19E+06

47
48

4,39E+06
4,59E+06

0
2,76E+0
0
2,38E+0
0
2,16E+0
0
2,40E+0
0
2,85E+0
0
2,17E+0
0
2,73E+0
0
2,42E+0
0
2,73E+0
0
1,97E+0
0
3,22E+0
0
2,76E+0
0
1,18E+0
0
2,76E+0
0
1,89E+0
0
2,81E+0
0
2,25E+0
0
3,28E+0
0
1,61E+0
0
2,08E+0
0
-

33

49

4,80E+06

50

5,00E+06

3,69E+0
0
1,33E+0
0
2,46E+0
0

Membran Telur 3
Tegangan
(V)

no.
1

-5,00E+06

-4,80E+06

-4,60E+06

-4,39E+06

5
6

-4,18E+06
-3,98E+06

-3,78E+06

-3,57E+06

-3,37E+06

10

-3,16E+06

11

-2,94E+06

12

-2,76E+06

13

-2,56E+06

14

-2,35E+06

15

-2,15E+06

16
17

-1,94E+06
-1,74E+06

Arus (I)
1,11E+0
0
2,02E+0
0
-6,72E01
1,85E+0
0
1,05E+0
0
2,43E-01
1,03E+0
0
1,80E+0
0
1,44E+0
0
1,30E+0
0
1,05E+0
0
1,19E+0
0
1,48E+0
0
1,72E+0
0
-5,17E01
1,70E+0
0
1,26E+0

34

18

-1,53E+06

19

-1,33E+06

20

-1,13E+06

21

-9,22E+05

22

-7,16E+05

23

-5,11E+05

24

-3,14E+05

25

-1,04E+05

26
27

9,77E+04
3,08E+05

28

5,09E+05

29
30

7,14E+05
9,42E+05

31

1,12E+06

32

1,32E+06

33

1,53E+06

34

1,73E+06

35
36

1,95E+06
2,14E+06

37

2,34E+06

38

2,55E+06

39

2,76E+06

0
1,29E+0
0
1,73E+0
0
-6,73E01
1,13E+0
0
1,32E+0
0
1,43E+0
0
1,69E+0
0
1,05E+0
0
1,42E+0
0
4,72E-01
1,40E+0
0
1,55E+0
0
3,39E-01
1,04E+0
0
1,39E+0
0
1,25E+0
0
1,53E+0
0
1,31E+0
0
7,87E-01
1,42E+0
0
1,04E+0
0
1,26E+0
0

35

40

2,96E+06

41

3,16E+06

42

3,36E+06

43

3,57E+06

44

3,77E+06

45

3,98E+06

46
47

4,19E+06
4,39E+06

48

4,59E+06

49
50

4,80E+06
5,03E+06

4,71E-01
1,94E+0
0
1,16E+0
0
-1,57E01
1,55E+0
0
1,00E+0
0
1,21E+0
0
5,34E-01
1,96E+0
0
1,43E+0
0
9,21E-01

b. Uji Sifat Listrik


Membran kitosan 1
frekue
nsi

41,43

20

85,91
189,5
1
296,9
8
369,0
3

50
80
100

teta

G
D
Cs
24,00 9,648 371,9
5,92
4
88
3
5,747 0,567
60,42
5
61 106,3
0,237 17,15
76,62
1,22
64
2
0,507 0,152 6,735
81,33
82
56
4
0,331 0,123
82,98
38
23 4,319

Membran kitosan 2
frekue
nsi

40,34

20

88,79
199,1
7

50

teta

G
D
Cs
24,63 8,961 352,7
6,37
2
11
1
5,219 0,523 100,9
62,39
9
09
5
1,068 0,217 16,36
77,71
4
7
3

36

80
100

313,0
2
399,7
3

82,04
83,58

0,442
17
0,287
75

0,139
75
0,112
86

6,418
6
4,112
6

Membran kitosan 3
frekue
nsi

45,01

20

95,46
211,7
2
332,3
6
413,0
8

50
80
100

teta

G
D
Cs
22,09 9,485 337,3
6,02
1
46
2
5,056 0,551 95,54
61,14
6
17
5
0,229 15,44
77,08 1,056
39
9
0,438 0,147 6,058
81,63
16
19
5
0,288 0,119 3,881
83,16
33
96
4

c. Uji Reologi
1. Uji Tekan
Membran Kitosan
Membran Kitosan 1 (Ulangan 1)
Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
0,44
0,44
0
101,35
0,1
0,58
0,58
0,14
0,2
1,1
1,1
0,66
0,3
1,4
1,4
0,96
0,4
1,77
1,77
1,33
0,5
2,19
2,19
1,75
0,6
2,51
2,51
2,07
0,7
2,69
2,69
2,25
0,8
2,87
2,87
2,43
0,9
3,27
3,27
2,83
1
3,35
3,35
2,91
1,1
3,48
3,48
3,04
1,2
3,66
3,66
3,22
1,3
3,54
3,54
3,1
1,4
3,74
3,74
3,3
1,5
3,55
3,55
3,11
1,6
3,45
3,45
3,01
1,7
3,33
3,33
2,89
1,8
3,6
3,6
3,16
1,9
3,49
3,49
3,05
2
3,91
3,91
3,47

37

2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6

4,15
4,39
5,02
4,82
4,91
5,58
5,89
6,07
0,77
-0,27
-0,25
-0,26
-0,27
-0,26
-0,26
-0,26

4,15
4,39
5,02
4,82
4,91
5,58
5,89
6,07
0,77
0,27
0,25
0,26
0,27
0,26
0,26
0,26

3,71
3,95
4,58
4,38
4,47
5,14
5,45
5,63
0,33
0
0
0
0
0
0
0

Membran Kitosan 2 (Ulangan 2)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
1,04
1,04
0
89,38
0,1
1,19
1,19
0,15
0,2
1,61
1,61
0,57
0,3
1,95
1,95
0,91
0,4
2,25
2,25
1,21
0,5
2,62
2,62
1,58
0,6
3,09
3,09
2,05
0,7
3,33
3,33
2,29
0,8
3,6
3,6
2,56
0,9
3,54
3,54
2,5
1
4
4
2,96
1,1
4,33
4,33
3,29
1,2
4,64
4,64
3,6
1,3
5,04
5,04
4
1,4
5,43
5,43
4,39
1,5
5,68
5,68
4,64
1,6
6,47
6,47
5,43
1,7
6,68
6,68
5,64
1,8
6,65
6,65
5,61
1,9
6,13
6,13
5,09
2
5,52
5,52
4,48
2,1
2,91
2,91
1,87
2,2
-0,3
0,3
0
2,3
-0,34
0,34
0

38

2,4
2,5
2,6
2,7

-0,26
-0,26
-0,26
-0,26

0,26
0,26
0,26
0,26

0
0
0
0

Membran Kitosan 3 (Ulangan 3)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
4,06
4,06
0
64,35
0,1
4,49
4,49
0,43
0,2
4,55
4,55
0,49
0,3
4,94
4,94
0,88
0,4
5,34
5,34
1,28
0,5
5,57
5,57
1,51
0,6
5,62
5,62
1,56
0,7
5,86
5,86
1,8
0,8
6,04
6,04
1,98
0,9
6,28
6,28
2,22
1
6,68
6,68
2,62
1,1
0,79
0,79
0
1,2
2,44
2,44
0
1,3
-0,28
0,28
0
1,4
-0,28
0,28
0
1,5
-0,28
0,28
0
1,6
-0,28
0,28
0
1,7
-0,28
0,28
0
1,8
-0,29
0,29
0

Membran Telur
Membran Telur 1 (Ulangan 1)
Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-0,46
0,46
0
23,26
0,1
-0,27
0,27
0
0,2
-0,08
0,08
0
0,3
0,4
0,4
0
0,4
0,67
0,67
0,21
0,5
1,07
1,07
0,61
0,6
1,5
1,5
1,04
0,7
2,01
2,01
1,55
0,8
2,26
2,26
1,8
0,9
2,74
2,74
2,28
1
3,78
3,78
3,32
1,1
-1,32
1,32
0,86

39

1,2
1,3
1,4
1,5
1,6

-1,34
-1,34
-1,34
-1,34
-1,34

1,34
1,34
1,34
1,34
1,34

0,88
0,88
0,88
0,88
0,88

Membran Telur 2 (Ulangan 2)


Time ( s Force
Force
Force
P (kg.
)
(N)
(N)
(N)
m/s
0
-1,07
1,07
0
16,58
0,1
-1,03
1,03
0
0,2
-0,92
0,92
0
0,3
-0,82
0,82
0
0,4
-0,71
0,71
0
0,5
-0,53
0,53
0
0,6
-0,27
0,27
0
0,7
-0,21
0,21
0
0,8
-0,18
0,18
0
0,9
-0,24
0,24
0
1
-0,03
0,03
0
1,1
0,17
0,17
0
1,2
0,49
0,49
0
1,3
0,61
0,61
0
1,4
1,09
1,09
0,02
1,5
1,59
1,59
0,52
1,6
-1,32
1,32
0,25
1,7
-1,31
1,31
0,24
1,8
-1,32
1,32
0,25
1,9
-1,33
1,33
0,26
2
-1,34
1,34
0,27

Membran Telur 3 (Ulangan 3)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-0,98
0,98
0
12,34
0,1
-0,49
0,49
0
0,2
-0,4
0,4
0
0,3
-0,37
0,37
0
0,4
-0,19
0,19
0
0,5
0,28
0,28
0
0,6
0,52
0,52
0
0,7
1,16
1,16
0,18
0,8
2,1
2,1
1,12
0,9
3,23
3,23
2,25

40

1
1,1

-1,31
-1,31

1,31
1,31

0,33
0,33

2. Uji Tarik
Membran Kitosan
Membran Kitosan 1 (Ulangan 1)
Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-3,66
3,66
0
51,94
0,1
-3,85
3,85
0,19
0,2
-4,18
4,18
0,52
0,3
-4,46
4,46
0,8
0,4
-4,43
4,43
0,77
0,5
-4,72
4,72
1,06
0,6
-4,84
4,84
1,18
0,7
-5,17
5,17
1,51
0,8
-5,31
5,31
1,65
0,9
-5,36
5,36
1,7
1
-5,39
5,39
1,73
1,1
-0,06
0,06
0
1,2
-0,07
0,07
0
1,3
-0,07
0,07
0
1,4
-0,06
0,06
0
1,5
-0,08
0,08
0
1,6
-0,08
0,08
0
1,7
-0,07
0,07
0
1,8
-0,08
0,08
0

Membran Kitosan 2 (Ulangan 2)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-3,28
3,28
0
211,78
0,1
-3,88
3,88
0,6
0,2
-4,7
4,7
1,42
0,3
-4,7
4,7
1,42
0,4
-4,8
4,8
1,52
0,5
-4,83
4,83
1,55
0,6
-4,79
4,79
1,51
0,7
-4,89
4,89
1,61
0,8
-5,01
5,01
1,73
0,9
-5,25
5,25
1,97
1
-5,55
5,55
2,27
1,1
-5,46
5,46
2,18
1,2
-5,59
5,59
2,31
1,3
-5,68
5,68
2,4

41

1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
3,9
4
4,1
4,2

-5,8
-6,02
-6,1
-6,33
-6,15
-6,23
-6,5
-6,52
-6,71
-6,53
-6,63
-6,81
-6,84
-7,26
-6,91
-7,33
-7,07
-7,35
-7,48
-7,72
-7,97
-0,31
-0,11
-0,09
-0,12
-0,12
-0,12
-0,12
-0,12

5,8
6,02
6,1
6,33
6,15
6,23
6,5
6,52
6,71
6,53
6,63
6,81
6,84
7,26
6,91
7,33
7,07
7,35
7,48
7,72
7,97
0,31
0,11
0,09
0,12
0,12
0,12
0,12
0,12

2,52
2,74
2,82
3,05
2,87
2,95
3,22
3,24
3,43
3,25
3,35
3,53
3,56
3,98
3,63
4,05
3,79
4,07
4,2
4,44
4,69
0
0
0
0
0
0
0
0

Membran Kitosan 3 (Ulangan 3)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-4,73
4,73
0
331,3
0,1
-5,45
5,45
0,72
0,2
-5,68
5,68
0,95
0,3
-6,38
6,38
1,65
0,4
-6
6
1,27
0,5
-7,21
7,21
2,48
0,6
-7
7
2,27
0,7
-7,66
7,66
2,93
0,8
-7,54
7,54
2,81
0,9
-7,32
7,32
2,59
1
-7,35
7,35
2,62

42

1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
3,9
4
4,1
4,2
4,3

-8
-7,87
-8,48
-8,74
-8,61
-9,21
-9,29
-9,63
-9,6
-9,67
-9,47
-9,77
-9,25
-9,89
-9,38
-9,79
-10,01
-10,22
-10,58
-10,47
-11,35
-10,83
-11,47
-11,81
-11,87
-12,73
-0,21
-0,09
-0,15
-0,13
-0,14
-0,13
-0,14

8
7,87
8,48
8,74
8,61
9,21
9,29
9,63
9,6
9,67
9,47
9,77
9,25
9,89
9,38
9,79
10,01
10,22
10,58
10,47
11,35
10,83
11,47
11,81
11,87
12,73
0,21
0,09
0,15
0,13
0,14
0,13
0,14

3,27
3,14
3,75
4,01
3,88
4,48
4,56
4,9
4,87
4,94
4,74
5,04
4,52
5,16
4,65
5,06
5,28
5,49
5,85
5,74
6,62
6,1
6,74
7,08
7,14
8
0
0
0
0
0
0
0

Membran Telur
Membran Telur 1 (Ulangan 1)
Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-2,53
2,53
0
18,14
0,1
-2,83
2,83
0,3
0,2
-2,99
2,99
0,46
0,3
-3,27
3,27
0,74
0,4
-3,88
3,88
1,35
0,5
-0,25
0,25
0

43

0,6
0,7

-1,19
-1,2

1,19
1,2

0
0

Membran telur 2 (Ulangan 2)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-1,89
1,89
0
13,82
0,1
-2,22
2,22
0,33
0,2
-2,56
2,56
0,67
0,3
-1,2
1,2
0
0,4
-1,19
1,19
0
0,5
-1,19
1,19
0
0,6
-1,19
1,19
0
0,7
-1,19
1,19
0
0,8
-1,19
1,19
0

Membran Telur 3 (Ulangan 3)


Time ( s Force
Force
Force
P
)
(N)
(N)
(N)
(kg.m/s)
0
-2,53
2,53
0
18,4
0,1
-2,81
2,81
0,28
0,2
-3,05
3,05
0,52
0,3
-3,14
3,14
0,61
0,4
-3,3
3,3
0,77
0,5
-1,19
1,19
0
0,6
-1,19
1,19
0
0,7
-1,19
1,19
0

Anda mungkin juga menyukai