Teknik Inokulasi Mikroorganisme
Teknik Inokulasi Mikroorganisme
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu
biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari
luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran
terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan
biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium
agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan
mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwijoseputro, 1998).
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan
demikian akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
pembelajaran mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur
murni saja.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalamp raktikum ini adalah bagaimana
mempelajari teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril.
1.3 Tujuan
Praktikum
ini
bertujuan
untuk
mempelajari
teknik
inokulasi
biakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemindahan biakan
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan
segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik
aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam kaldu
menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk
pada dasar tabung maka akan membentuk sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu
pertumbuhannya terlihat sebagai pelikel (Lay, 1998).
Pertumbuhan mikroorganisme dalam kaldu seringkali menggambarkan aktivitas
metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang biak pada lapisan permukaan karena
pada bagian ini kandungan oksigen tinggi. Selain dalam media cair, mikroorganisme juga
memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar miring
atau lempengan agar. Agar miring lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni
sedangkan agar lempengan lazimnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme (Lay,
1998).
2.2 Inokulasi
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar
semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan
serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan
agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil
1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga
boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri
kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala
api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
b. Goresan kuadran
c. Goresan Radian
d. Goresan Sinambung
4. Stap culture : media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya dengan cara
penusukan.
2. Dengan Penuangan
Robert koch ( 1943-905 ) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil
sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian
disebarluaskan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian
diperoleh hanyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu mengental, maka selang
beberapa jam kemudian nampaklah koloni koloni yang masing masing dapat dianggap
murni. Denagn mengulang pekerjaan seperti di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan
murni yang lebih terjamin (Waluyo, 2005).
3. Dengan Penggesekan
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena tidak begitu memakan waktu, hanya
sayang, dengan cara ini maka bakteri anaerob tidak dapat rumbuh. Jika ujung kawat
inokulasi dibengkokan, kemudian ujung kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu
koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian
(kurang lebih 12 jam) akan nampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebar di permukaan
medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil,
maka akan diperoleh suatu piaraan murni (Waluyo, 2005).
4. Dengan Mengucilkan Satu Sel ( Single Cell Isolation )
Mikropipet adalah alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian banyak,
dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Mikropipet ditempatkan pada tangan tangan suatu
mikromanipulator. Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca
penutup. Pekerjaan ini dilakuan di bawah obyektif mikroskop. Jika tampak suatu tetesan
hanya mengandung satu bakteri, maka dengan lain mikropipet, tetesan tersebut
dipindahkan ke medium encer dengan maksud supaya bakteri tersebut berkembang biak
dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh piaraan murni. Meode ini sangat memerlukan
kesabaran, lagipula mikromanipulator sangat mahal (Waluyo, 2005).
5. Dengan Inokulasi Hewan
Metode ini didasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri dapat
tumbuh di dalam tubuh seekor hewan. Misal kita ambil dahak dari seseorang yang
disangka menderita tbc. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka
bakteri bakteri
aprobe yang ikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian kita
peroleh semata mata hasil tbc saja. Piaraan pneumococcus murni dapat diperoleh dengan
jalan demikian juga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati
akhirnya dapat dipindahkan ke dalam medium yang sesuai.
Inokulasi dapat dilakukan di dalam kulit ( intracutaneous ), dapat di bawah kulit
( subcutaneous), dapat di dalam otot ( intramuscular), dapat di rongga tubuh atau lain-lain
tempat lagi (Waluyo, 2005).
2.7 Teknik Aseptik
Sebelum benar-benar dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali kita
harus mempertimbangkan bagaimana agar tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme ada
dimana-mana. Karena ukurannya yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara dan
permukaan. Maka dari itu, kita harus mensterilisasikan medium kultur secepatnya setelah
preparasi untuk pemindahan mikroorganisme siap dikontaminasikan, ini biasanya terbunuh.
Bagaimanapun, itu sama pentingnya untuk tindakan pencegahan sampai penanganan
berikutnya mediun kultur harus tetap steril. Demikian materi yang lain yang akan kontak
juga harus tetap terjaga kesterilannya (Cappuccino, 1983).
Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi hingga kultur manipulasi
dan media kultur steril disebut teknik aseptik. Keunggulan itu dibutuhkan keberhasilan
dalam laboratorium mikrobiologi, dan salah satu cara belajar dengan pendamping
mikrobilogi. Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara selalu kontak
dengan partikel debu dan umumnya banyak komunitas mikroorganisme didalamnya.
Ketika wadah dibuka maka segera ditangani agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar.
Transfer aseptik pada kultur dari salah satu medium ke medium yang lain harus lihai
dengan loop inokulasi atau jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala api. Dalam
pertumbuhan kultur dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke permukaan agar datar,
dimana pertumbuhan suatu koloni berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal
(Cappuccino, 1983).
kondisi tertentu bisa menjadi pathogen atau dapat menyebabkan penyakit. Dan bakteri ini
juga dapat menyebabkan keracunan makanan, dan yang paling sering adalah dapat
menyebabkan diare serta beberapa penyakit yang sejenis (Anonim, 2008).
Escherichia coli memproduksi racun yang berbahaya di lapisan intestinum. Bila
terjadi desakan pada intestinum maka akan menghasilkan racun tersebut untuk
menkontaminasi daging dan susu. Escherichia coli merupakan mikroorganisme normal
yang berasal dari kotoran hewan atau manusia baik dalam kondisi sehat maupun sakit.
Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja. Morfologi sel bakteri Escherechia
coli berupa batang pendek (0,5-1,0 X 1,0-3,0 m), serta motil (sel-selnya peritrikus, yaitu
flagela secara merata tersebar diseluruh permukaan sel) dan ada juga yang non motil. Ciriciri biokimiawinya adalah banyak sekali terjadi perubahan pada substrat. Keterangan ini
memberikan cara-cara dasar untuk membedakannya dengan yang lain. Habitatnya pada
lingkungan aquatik, tanah, makanan, air seni dan tinja (Pelczar, 1986).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dipergukan dalam percobaan ini adalah jarum ose, tabung reaksi, lampu
spiritus, penangas air, cawan Petri, dan inkubator.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan daalm praktikum ini yaitu kapas lemak dan media agar
yanng telah disterilkan.
3.2 Cara kerja
3.2.1 Metode Gores (Streak Plate Method) pada Media Agar Miring
Tabung Reaksi
- Ditulis nama spesies mikroorganisme, tanggal serta nama praktikan ditulis
pada tabung reaksi.
- Biakan induk dalam tabung reaksi dan media agar miring yang telah
disterilkan diletakkan pada telapak tangan kiri.
- Dipanaskan jarum ose pada nyala api lampu spiritus hingga membara.
- Dibuka sumbat kapas pada biakan induk dengan jari manis dan kelingking.
- Disumbat kapas pada biakan induk ditutup.
- Disumbat kapas media agar miring yang akan diinokulasi mikroorganisme
dibuka dengan cara yang sama dengan langkah 4. Kemudian ujung jarum
ose yang sudah mengandung mikroorganisme digeserkan dengan hati-hati
di atas permukaan agar, dimulai dari dasar tabung secara zig-zag menuju
ke bagian atas tabung.
- Disumbat kapas ditutup secepatnya pada media yang telah diinokulasi.
dipanaskan
ujung
jarum
ose
kembali
sampai
membara
untuk
Hasil
3.2.2 Metode Gores (Streak Plate Method) pada Media Agar Datar
Tabung Reaksi
- Ditulis nama spesies mikroorganisme, tanggal serta nama praktikan pada
cawan petri.
- Biakan induk dalam tabung reaksi diletakkan pada telapak tangan kiri.
- Dipanaskan jarum ose pada nyala api lampu spiritus hingga membara.
- Dibuka sumbat kapas pada biakan induk dengan jari manis dan kelingking.
- Disumbat kapas pada biakan induk ditutup.
- Dipanaskan pinggiran cawan petri untuk proses sterilisasi cawan petri
- Dibuka sedikit tutup cawan petri dengan tetap melakukannya di dekat api
bunsen.
- Digeserkan ujung jarum ose yang sudah mengandung mikroorganisme
dengan hati-hati di atas permukaan agar, dimulai dari atas permukaan
secara zig-zag menuju ke bagian bawah (goresan T dan kuadran).
-
ujung
jarum
ose
kembali
sampai
membara
untuk
Hasil
3.2.3
Medium Biakan
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Inokulasi dengan Metode Gores (Medium Agar Datar)
No. Perlakuan
1.
Pengamatan
-
jenis mikroorganisme :
goresan T
-
2.
Medium
berwarna
bening
kekuningan
-
Pemanasan
bertujuan
untuk
3.
petri
dari
kontaminan
api bunsen
4.
berfungsi
sebagai
tempat
5.
NA panas
6.
Di
panaskan
jarum
ose
hingga
membara
7.
berisi
isolat
biakan
induk,
8.
inokulum
dengan
medium biakan induk jarum ose untuk menggoreskan ujung bulat pada jarum ke
inokulasi bakteri
memungkinkan
9.
11.
komposisinya
yang
terdiri
dari
tidak
mampu
disintesis
mikroorganisme
-
12.
13.
petri
mikroorganisme lain
dan
biakan
dari
14.
Posisi
dan 4 x 24 jam
cawan
petri
menganak
menghancurkan
secara
terbalik
sungai
dan
pembentukan
koloni
individu.
menghindari
hal
untuk
Sehingga
ini,
maka
untuk
ketika
15.
b. Sample 2:
16.
a. Sampel 1:
terdapat
goresan
yang
nampak jelas
b. Sampel 2:
-
terdapat
goresan
yang
nampak jelas
Pengamatan
-
jenis mikroorganisme :
2.
Medium
agar
miring
berwarna
kekuningan
-
berfungsi
sebagai
tempat
tempat
pertumbuhan
koloni
3.
Di
panaskan
jarum
ose
hingga
membara
digunakan
dari
mikroorganisme lain
4.
berisi
isolat
biakan
induk,
5.
pengambilan
inokulum
dengan
media
biakan
induk,
6.
5.
penggunaan
daging
medium
sapi
mengandung
di
NA
karena
dalamnya
protein,
yang
karbohidrat,
tidak
mampu
disintesis
mikroorganisme
-
6.
7.
kapas
lain
dalam
dan
Disimpan
difoto
inokulum
bentuk
ke
koloni
yang
8.
Terbentuk
koloni
bakteri
dengan
b. Sampel 2:
-
c. Sampel 3:
-
9.
banyak
dihitung,
dan
sebagian
dapat
terdapat
goresan
putih
b. Sampel 2:
-
c. Sampel 3:
-
4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan inokulasi bakteri Escherichia coli pada medium agar
datar dan medium agar miring.
4.2.1. Inokulasi dengan Metode Gores (Medium Agar Datar)
Pada penggunaan metode gores dengan medium agar datar, mula mula disiapkan
media biakan induk dari jenis mikroorganisme bakteri Escherichia coli.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa
digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk
dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam
penanganannya.
Biakan induk berada di tabung reaksi yang berisi media agar miring berwarna
kuning. Pada medium biakan induk, koloni bakteri tampak berwarna putih. Disediakan
sebuah cawan petri steril berisi medium agar padat (medium agar yang sebelumnya telah
dipanaskan, dituagkan pada cawan petri steril, kemudian didiamkan untuk proes
pendingina). Medium agar datar ini berwarna kekuningan, berfungsi sebagai tempat
menggoreskan bakteri dan tempat pertumbuhan koloni bakteri. Selanjutnya dipanaskan
jarum ose hingga membara, berfungsi untuk mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari
mikroorganisme lain. Sumbat kapas tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk dibuka,
kemudian dipanaskan bibir tabung, berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari
mikroorganisme lain. Kemudian dimasukkan jarum ose pada medium biakan induk dimana
yang digunakan adalah jarum ose bentuk bulat, pengambilan inokulum dengan
menggoreskan ujung bulat pada jarum ke media biakan induk, memungkinkan bakteri
dapat terambil banyak. Dipanaskan mulut tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk,
berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme udara lain. Setelah
itu tabung reaksi segera ditutup dengan sumbat kapas. Digunakan sumbat kapas disini
karena sifatnya yang dapat menyerap uap air, yang terjadi ketika masa inkubasi. Setiap
perlakuan diusahakan dilakukan secara aseptis (di dekat api bunsen) berfungsi agar saat
inokulasi, tidak ada mikroorganisme kontam. Sebelum inokulasi juga terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang digunakan dan medium benar-benar steril. Hal ini
untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Penggoresan inokulum pada media agar dilakukan untuk dua sampel. Sampel
pertama menggunakan goresan kuadran dan sampel ke 2 goresan T.
Goresan Kuadran
Goresan T
-Terbentuk koloni (Anonim, 2008) -Hasil pengamatan 96 jam (tidak terbentuk koloni)
Dari hasil pengamatan, pada kedua perlakuan dengan waktu yang berbeda, tidak
ditemukan koloni yang terbentuk. Tidak terbentuk koloni bakteri bisa disebabkan adanya
bahan kontaminan yang masuk saat inokulasi, penggunaan jarum ose belum benar benar
steril / belum tersterilisasi secara keseluruhan.
Metode gores yang dilakukan pada percobaan ini dengan menggunakan cawan petri.
Cawan petri ini berfungsi berfungsi sebagai tempat madium agar datar untuk penanaman
mikroorganisme dan tempat isolasi. Keuntungan penggunaan cawan petri adalah untuk
memperoleh biakan dengan jumlah yang banyak dan lebih mudah untuk melihat morfologi
biakan.
Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar yang sebelumnya dipanaskan agar
bisa membentuk medium. Agar lalu didinginkan dalam tabung reaksi hingga memadat dan
berwarna kuning muda sehinnga membentuk agar tegak. Medium agar tegak adalah
medium yang dibuat dalam tabung reaksi yang diletakkan tegak pada waktu pendinginan.
Keuntungan dari media agar tegak ini adalah luas permukaan besar sehingga memudahkan
untuk identifikasi sedangkan kerugiannya adalah peluang kontaminasi yang besar karena
luas permukaan yang lebar.
4.2.2. Inokulasi dengan Metode Gores (Medium Agar Miring)
Untuk penggunaan metode gores dengan medium agar miring, mula-mula disiapkan
media biakan induk dari jenis mikroorganisme bakteri Escherichia coli. Biakan induk
berada di tabung reaksi yang berisi media agar miring yang berwarna kuning. Pada
medium biakan induk, koloni tampak berupa sebaran/suspensi putih pada permukaan atas
media. Disediakan tiga buah tabung reaksi steril berisi medium agar padat. Medium agar
miring berwarna kekuningan berfungsi sebagai tempat menggoreskan jamur dan tempat
pertumbuhan koloni jamur. Jarum ose dipanaskan hingga membara berfungsi untuk
mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain. Sumbat kapas tabung
reaksi yang berisi isolat biakan induk dibuka, kemudian bibir tabung dipanaskan berfungsi
untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain.
Setelah itu, jarum ose dimasukkan pada medium biakan induk. Jarum ose bentuk
bulat untuk inokulasi bakteri. Pengambilan inokulum dengan menggoreskan ujung bulat
jarum ke media biakan induk, memungkinkan bakteri dapat terambil banyak. Mulut
tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk dipanaskan kembali, berfungsi untuk
mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain. Kemudian segera ditutup
dengan sumbat kapas Sumbat kapas lemak bertujuan agar keadaan mikroorganisme di
dalam tabung reaksi tetap steril, apabila ada kontaminan yang akan masuk, maka dapat
terserap dengan sumbat kapas tanpa dapat mempengaruhi mikroorganisme yang akan
dibiakkan.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat mulai terbentuknya satu koloni bakteri dan
terdapat goresan yang nampak samar. Pada suatu percobaan pada umumnya bentuk koloni
yang terbentuk di medium agar miring adalah berwarna putih (dilihat dari tiga sampel yang
diamati).
Medium yang digunakan adalah larutan Nutrient Agar yang sebelumnya
dipanaskan agar bisa membentuk medium miring yang didinginkan hingga memadat
dengan memiringkan tabung reaksi sehinnga membentuk agar miring dan berwarna kuning
muda. Medium agar miring adalah medium yang dibuat dalam tabung reaksi yang
diletakkan miring pada waktu pendinginan.
Keuntungan media agar miring ini yaitu luas permukaan yang kecil sehingga
peluang kontaminasi rendah dan dapat memperluas bidang untuk digunakan strain murni
(indukan murni). Sedangkan kerugiannya hanya memuat sedikit mikroorganisme.
Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien Agar) karena
komposisinya yang terdiri dari ekstrak daging sapi di dalamnya yang mengandung protein,
karbohidrat, vitamin, dan sedikit lemak, juga terdapat adanya faktor pertumbuhan yang
tidak mampu disintesis mikroorganisme. Medium NA berfungsi untuk membiakkan
berbagai macam mikroorganisme serta kultur bakteri. Medium NA dibuat atau disediakan
untuk medium bagi bakteri. Sedangkan medium NA yang instant merupakan media non
sintetik karena menggunakan bahan yang terdapat di alam biasanya tidak diketahui
kandungannya secara rinci. Struktur protein besar dan relatif insolubel yang mana hanya
sebagian kecil bakteri saja yang dapat langsung menggunakannnya, tetapi enzim yang
disebut pepton dapat mengurai protein menjadi rantai yang lebih kecil yang disebut pepton.
Bagian kecil dan solubel ini dapat dicerna oleh sebagian besar bakteri.
Medium ini
memiliki komposisi kimia tertentu antara lain OXOID CMD003 Nutrient Agar, typcal
formula (g/l) yaitu :Lab-lemco powder
fermentor), Pepton 5.0
unsure S dan sumber garam mineral), Agar 15.0 (sebagai pemadat), Akuades
1000 ml, Ekstrak daging sapi : 3 gr, NaCl : 8 gr.
Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril. Sehingga setelah melakukan serangkaian acara
praktikum ini dapat didefinisikan bahwa teknik inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi dan
dituntut sekali bekerja secara aseptik yaitu bebas dari pengaruh kontaminan
mikroorganisme pengganggu yang lain. Teknik aseptik dilakukan dengan penyediaan alatalat kerja yang steril dan bekerja di dekat api bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.
Pada waktu inokulasi, jarum yang digunakan untuk memindahkan mikroba harus
dipijarkan di atas api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini
menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat
pemindahan. Setelah diinokulasi, biakan bakteri disimpan atau diinkubasi
dalam
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Kumpulan dari sel-sel anakan akan tampak
dengan mata telanjang sebagai suatu kekeruhan dalam media cair atau populasi yang
terpisah yang disebut koloni pada media padat.
4.2.4 Esherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri yang hidup dalam saluran usus manusia dan hewan
berdarah panas tetapi tidak pada ikan. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa
92,9 % Escherichia coli yang mencemari bahan makanan berasal dari tinja manusia.
Sehingga keberadaannya pada bahan makanan atau ikan segar menunjukkan adanya
ancaman kesehatan pada konsumen (manusia), sebab dapat diartikan bahwa bahan
makanan atau ikan telah tercemar oleh tinja manusia. Oleh karenanya maka, Escherichia
coli dipakai sebagai indikator cemaran yang berbahaya bagi manusia (Buckle, dkk. 1990).
Klasifikasi :
Superdomain:Phylogenetica
Filum:Proteobacteria
Kelas:GammaProteobacteria
Ordo:Enterobacteriales
Famili:Enterobacteriaceae
Genus:Escherichia
Spesies: E. coli
(Wikipedia, 2008)
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa teknik inokulasi merupakan teknik pemindahan bakteri ke dalam media dengan
perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian biakan bakteri. Teknik inokulasi
dapat dilakukan dengan metode gores pada agar datar (streak plate method) dan metode
gores pada agar miring (streak plate method). Proses inokulasi harus benar-benar aseptik
atau steril supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Pada hasil
pengamatan metode gores agar miring terlihat adanya garis zig-zag putih menyebar yang
menandakan koloni bakteri E.coli biakan tumbuh. Sedangkan pada metode gores agar datar
tidak ditemukan garis zig-zag putih yang menandakan belum tumbuhnya koloni bakteri
E.coli dan hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor penentu.
DAFTAR PUSTAKA
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :
Surabaya.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik, Ni Putu Ristianti. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 - 73
LAMPIRAN
Diskusi:
1. Mengapa pada saat dilakukan inokulasi bakteri pada media agar miring dimulai
dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung secara zig-zag?
2. Mengapa biakan yang baru diinokulasi harus disimpan dalam inkubator dalam suhu
tertentu?
Jawaban:
1. Supaya pertumbuhan bakteri tersebar pada seluruh bagian permukaan media dan
dilakukan secara zig-zag supaya pertumbuhan bakteri semakin banyak karena
penggoresan juga semakin banyak dan terjadi degradasi, pada akhir goresan akan
semakin jarang dan tampak bentukan koloninya.
2. Supaya biakan bakteri dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan suhu yang
dibutuhkan. Karena tiap jenis bakteri membutuhkan suhu yang berbeda-beda dalam
pertumbuhannya, ada yang 1800C ada pula yang kurang dari 1000C.