Fraksinasi Bertingkat
Fraksinasi Bertingkat
Maserasi
Salah satu metode yang digunakan dalam fraksinasi adalah dengan
menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel
Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi adalah gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adesi, daya kapiler, dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih
baik jika dibandingkan dengan cara maserasi karena
a.
b.
c.
1.
Refluks
Metode ini akan digunakan apabila dalam sintesis senyawa tersebut menggunakan
pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemansan yang biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan hingga selesai. Prinsip dari metode
ini adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi. Namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan akan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang
masuk terutama senyawa golongan anorganik karena sifatnya yang reaktif
(Sukmana 2010).
2.
Digesti
Digesti adalah metode ekstraksi dengan pemanasan lemah yaitu pada suhu
400-500
C. Cara ini hanya dapat digunakan untuk simplisia yang zat aktifnya
b.
c.
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan perpengaruh terhadap kecepatan
difusi. Umumnya
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan maka perlu
dilengkapi dengan pendingin yang baiksehingga cairan akan menguap kembali ke
bejana.
3.
Sokletasi
Merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet.
Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi
digunakan untuk simplisis dengan kaasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap
pemanasn. Prinsip sokletasi adalah penyaringan secara terus-menerus sehingga
penyaringan lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika
penyaringan telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang
tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap dan
memiliki titik didih yang rendah.
4.
Infudasi
Infudasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air
pada suhu 900
digunakan menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan
nabati. Penyaringan dengan metode ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dari
cairan ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 ja
(Irwan 2010).
5.
Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90
C selama
Serbuk kayu yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dari
jenisAcasia mangium. Akasia termasuk pada kayu kelas awet 3, cukup tahan
terhadap cuaca dan kondisi normal akan tetapi akan mudah terserang jamur dan
serangga apabila diletakkan pada kondisi luar ruangan yang terlalu basah. Kurang
baik untuk pemakaian yang langsung diletakkan di atas tanah. Kayu akasia
memiliki teras yang berwarna coklat muda hingga coklat tua kehijauan. Kayu
gubal berwarna krem keputihan, sangat jelas dan mudah dibedakan dengan kayu
terasnya. Akasia termasuk pada kayu kelas awet 3, cukup tahan terhadap cuaca
dan kondisi normal akan tetapi akan mudah terserang jamur dan serangga apabila
diletakkan pada kondisi luar ruangan yang terlalu basah. Kurang baik untuk
pemakaian yang langsung diletakkan di atas tanah.
Hasil praktikum fraksinasi bertingkat menunjukkan bahwa kandungan
ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram serbuk kayu akasia (kadar air
13,94%) adalah 172,543 gram (19,660%). Ekstrak aseton ini kemudian
difraksinasi secara bertingkat menggunakan metode ekstraksi pelarut-pelarut yang
tidak bercampur (solvent-solvent extraction) secara
berturut-turut dengan n-heksan, etil eter dan etil asetat. Kandungan zat
ekstraktif fraksinasi bertingkat dalam beberapa pelarut organik terhadap ekstrak
aseton kayu akasia.
Jenis Fraksi
Berat
Ekstrak Kadar
Ekstrak
Padatan (gram)*)
(%)*)
Fraksi n-Heksan
7,39
0,84
Fraksi Etil Eter
69,43
7,91
Fraksi Etil Asetat
36,65
4,18
Fraksi Residu
59,07
6,73
Ekstrak Aseton
172,54
19,66
Keterangan: *) dihitung berdasarkan berat kering oven
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh
jenis senyawa yang terdapat dalam sampel dan kelarutan senyawa tersebut dalam
dan penurunan tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kayu akasia
mengandung senyawa bioaktif. Oleh karena itu, kayu akasia diduga mengandung
senyawa bioaktif yang bersifat racun terhadap serangga perusak kayu khususnya
rayap tanah. Komponen bioaktif kayu akasia diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pengawet alami kayu.
Daftar Pustaka
Irwan. 2010. Ekstraksi Menggunakan Proses Infudasi, Maserasi, dan Perkolasi.
(Terhubung Berkala).http://www.irwanfarmasi.blogspot.com/2010. (11 Juni 2011).
Sukmana N. C. 2010. Metode Sintesis Refluks. (Terhubung Berkala).
Sukmana
N.
C.
2010.
Metode
Sintesis
Refluks.
(Terhubung