Anda di halaman 1dari 4

Tipe bahasa Kanonik

http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/sintaksisklausa-diatesis-verbal-dan-tipologi-bahasa/

SINTAKSIS KLAUSA: DIATESIS VERBAL DAN


TIPOLOGI BAHASA
2
Diadaptasi dari: Verhaar
Sistem verbal morfemis dan klausal dengan alternasi diatesis artinya dengan kemungkinan
adanya dua atau lebih bentuk verbal di tempat predikat sedemikian rupa sehingga perspektif
penutur dialternasi.
Alternasi diatetis dapat dipandang dari beberapa sudut yang dibagi menjadi tiga yaitu morfologis
semata-mata, yaitu paradigma diatesis aktif dan pasif, sudut pandang yang kedua adalah
paradigmatis juga, tetapi bersifat frasal, dan sudut pandang yang ketiga ialah klausal.
Dalam bahasa yang memiliki alternasi diatesis, salah satu diatesis menjadi diatesis primer atau
diatesis kanonik artinya diatesis yang biasa dipakai.
Pokok pengamatan linguistik yang lain yang berhubungan dengan diatesis ialah kelas verba yang
dapat mengalami perubahan diatesis kanonik menjadi diatesis nonkanonik.
Selain alternasi aktif menjadi pasif ditemukan juga diatesis medial yaitu diatesis berupa aktif dan
medial.
Ada juga bahasa lain yang memiliki sistem diatesis dengan alternasi antara ergatif dan antipasif,
dengan ergatif sebagai diatesis kanonik.
Ada juga yang memiliki sistem berdiatesis tiga yaitu ergatif, antipasif dan pasif.
Argumen tunggal pada verba intransitif ada yang ber-Peran Pengalam (Pm) dan ada yang
berperan Penindak (Pk). Argumen pada verba transitif ada yang Ajentif (Aj) dan ada yang
Objektif (Ob)
Tipologi Ergatif: Pk = Pm = Ob # Aj
Tipologi Akusatif: Pk = Pm = Aj # Ob
Tipologi Aktif-Statif: Pk = Aj = Pm # Ob
Sistem kasus adalah pemarkahan argumen menurut sifat semantis verba.
Sistem-sistem Diatesis Menurut Tipologi Bahasa

Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: pasif


Biasanya menjangkau diatesis aktif dan pasif, diatesis aktiflah yang kanonik dan biasanya
bervalensi dua. Pasif dibentuk dengan mengubah objek menjadi subjek klausa pasif. Subjek
klausa aktif dalam pemasifannya ada tiga kemungkinan:
a. konstituen ajentif wajib hadir dalam klausa pasif
b. konstituen ajentif hadir secara opsional dalam klausa pasif artinya dapat hadir dapat juga
tidak
c. konstituen ajentif tidak dapat hadir dalam klausa pasif
Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: diatesis medial.
Dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa yang bertipologi akusatif, pernah ada sistem dua diatesis: aktif
dan medial. Bahasa Yunani Kuno masih memiliki tiga diatesis: aktif, pasif dan medialtetapi
pasif hanya untuk kala tertentu dan modus tertentu (misalnya, kala aoristsemacam kala
preteritfutur, dan futur anterior memiliki pasif sendiri-sendiri, tetapi hanya untuk modus
indikatif dan optatif, tidak untuk subjungtif), dan untuk kala dan modus lainnya dipakai medial.
Sepanjang sejarah bahasa-bahasa Indo-Eropa, medial mulai hilang dan diganti oleh dua diatesis
yang lain: pasif dan kontrukstif refleksif.
Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: medio-pasif
Kontruksi refleksif menurut bentuknya tidak termasuk sistem diatesis. Misalnya, Ia membunuh
diri bukan pasif dari sudut morfologi. Di pihak lain, kontruksi refleksif tidak seluruhnya sejenis
dengan kontruksi aktif, karena tidak dapat dipasifkan. Misalnya, meskipun verba membunuh itu
sendiri memang transitif kontruksinya tidak dapat dipasifkan: *dirinya dibunuhnya. Sama halnya
dengan bahasa Inggris: He killed himself secara morfemis adalah bentuk aktif, tetap tidak dapat
dipasifkan: *Himself was killed by him(self).
Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: aktif sebagai pasif
Disamping kontruksi refleksif sebagai pasif semantis ada juga bahasa yang mempergunakan
verba transitif sebagai pasif, tanpa pemarkahan apa-apa. Bahasa Indonesia mempunya
beberapa verba yang demikian, misalnya lupa, yang dapat berarti melupakan tetapi juga
dilupakan atau kelupaan; namun verba seperti itu agak sedikit jumlahnya.
Bahasa Inggris mempergunakan banyak verba transitif dalam arti pasif, seperti dapat dilihat
pada contoh berikut:
- The paint sprays on evenly (*by anyone).
ART:DEF cat semprot di:atas rata-rata oleh siapa:pun
Mudahlah cat itu disemprot pada permukaan rata-rata.
Contoh ini mengandung makna kemungkinan sesuatu hal dibuat. Keterangan ajentif tidak
mungkin hadir. Subjek dipengaruhi oleh tindakan yang diartikan oleh verba, tetapi tidak sampai
habis, tidak seluruhnya (karena itulah *The answer knows easily, atau *Indonesian acquires
easily tidak merupakan kalimat gramatikal).
Sistem akusatif: pasif impersonal
Dalam pasif personal ada penyesuaian antara Subjek dan verba pasif itu.
Dalam pasif impersonal bentuk verbal adalah persona ketiga tunggal. Bahasa-bahasa yang
memiliki bentuk pasif dapat digolong-golongkan menurut kemungkinan adanya atau tidak
adanya pasif impersonal, sebagai berikut:

1. Bahasa memiliki pasif impersonal hanya untuk verba intransitif tertentu, yaitu:
(a) hanya untuk verba intransitif penindak saja;
(b) untuk verba intransitif pengalam hanya bila ada Argumen (+Insani).
2. Bahasa yang bentuk pasifnya hanya berupa impersonal saja, baik untuk verba intransitif
maupun verba transitif.
3. Bahasa yang tidak memiliki pasif impersonal samasekali.
Sistem akusatif: pasif impersonal verba intransitif
Pasif impersonal mungkin dengan verba intransitif tetapi tidak dengan verba transitif.
Sistem akusatif: pasif impersonal verba transitif dan intransitif
Pasif personal adalah pasif dengan Subjek (dari verba pasif) dan dengan penyasuaian antara
bentuk verbal dan Subjektif tersebut; sebaiknya, pasif impersonal selalu berpesona ketiga dan
berjumlah tunggal, bahkan dalam konstruksi transitif. Salah satu bahasa yang menunjukkan pasif
impersonal untuk semua verba, termasuk verba transitif, adalah bahasa Ute, salah satu bahasa
rumpun Uto-Aztekan di Amerika Serikat. Dalam bahasa ini tidak pernah ada konstituen ajentif
dalam klausa pasif.
H. Sistem akusatif: bahasa tanpa pasif impersonal
Contoh bahasa yang memiliki hanya pasif personal, dan tidak memiliki pasif impersonal adalah
bahasa Inggris. Tidak mungkin adanya klausa seperti *There was sung beautifully, atau *There
was slept a great deal. Ciri sintaksis yang khas dari bahasa ini mungkin saja ada hubungannya
dengan tiadanya pembedaan, secara sintaksis, antara verba intransitive penindak dan verba
pengalam. Misalnya saja, kedua jenis verba intransitif itu menyeleksi verba bantu have untuk
kala perfekta (I have sungverba penindakdan I have fallenverba pengalam)
I. Sistem akusatif: pasif dan promosi Argumen Objektif
Secara tradisional ada kaidah pemasifan yang berbunyi begini: dalam pemasifan, Objek klausa
aktif dijadika Sujek klausa pasif, dan tampak dalam kasus normatif. Misalnya, Objek akusatif
him dalam klausa aktif The police found him menjadi nominative he dalam pasif He was found
by the police. Dewasa ini kaidah tersebut dirumuskan kembali oleh para penganut :Tatabahasa
Relasional dengan mengatakan bahwa, dalam penafsiran, Objek akusatif klausa aktif
dipromosikan menjadi Sujek nominative.
J. Sistem akusatif: pemasifan verba bervalensi tiga
Dalam bahasa Belanda, Objel Benetaktif klausa aktif tidak dapat dijadikan Subjek klausa pasif,
hanya Objek Pasien saja yang dapat dipromosikan. Sebalikanya, dalam bahasa Inggris, baik
Objek Pasien maupun Objek Benefaktif yang terdapat dalam klausa aktif dapat
dipromosikantetapi tidaklah kedua-duanya: pendek kata, tak ada Subjek rangkap.
K. Sistem diatesis dalam tipologi ergatif
Sistem diatesis dalam tipologi ergatif biasanya menjangkau diatesis ergatif dan diatesis antipasif;
diatesis ergatiflah yang merupakan diatesis kanonik. Antipasif dibentuk dengan
pengawatransitifan verba (biasanya dengan afiks, yang namanya afiks antipasif), dan

bervalensi dua atau (bila ketransitifannya amat rendah) satu. Tidak ada promosi apa-apa, dan
susuan Argumen tetap sama.
Dalam diatesis ergatif, Subjek ajentif bermarkah dengan kasus ajentif (yang namanya kasus
ergatif) atau dengan perujukan silang pada verba yang berupa afiks ajentif (atau ergatif juga
namanya)atau dengan kedua-duanya. Kasus Objek adalah kasus absolutif dan tidak
bermarkah; verba sering diberi pemarkahan perujukan silang absolutif (dan tidak untuk ergatif).
Dalam konstruksi ergatif, kedua Argumen adalah wajib, dalam konstruksi antipasif, objek (yang
obliknya itu) dapat dilesapkan.
L. Sistem diatesis tipologi ergatif: pasif
Di antara bahasa-bahasa yang bertipologi ergatif, keergatifannya bersifat bauran, yaitu suatu
refleksif dengan makna pasif.
Contoh dalam bahasa Indonesia ada klausa pasif (bentuk verbanya dicetak tebal).
Inilah buku yang saya beli, bukan bulu yang kamu beli.
Para mahasiswa diharapkan lapor pada sekretaris jurusan.
Rumah itu tidak dapat dijual.
Dalam contoh (a) pasifnya disertai oleh proklitika ajentif (saya dan kamu) dan konstituen ajentif
berupa frasal dalam contoh (c), sedangkan pada (c) tidak ada konstituen ajentif sama sekali.
Diatesis dalam ketiga contoh itu adalah pasif.

Rate this:

2 Votes

Anda mungkin juga menyukai